Anda di halaman 1dari 13

GAGAL GINJAL AKUT PADA ANAK

*Thianren
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak
RSUD Koja Jakarta Utara
Definisi
Gagal ginjal akut (GGA) adalah penurunan fungsi ginjal mendadak dengan akibat hilangnya
kemampuan ginjal untuk mempertahankan homeostasis tubuh.(1,5,10) Adapula yang
mendefinisikan gagal ginjal akut sebagai suatu sindrom yang ditandai dengan penurunan
fungsi ginjal yang mendadak dengan akibat terjadinya penimbunan hasil metabolit
persenyawaan nitrogen seperti ureum dan kreatinin.(2,3,7,12) Fine menambahkan dalam
kriteria diagnosis GGA yaitu terjadinya peningkatan kadar kreatinin darah secara progresif 0,5
mg/dL per hari. Peningkatan kadar ureum darah adalah sekitar 10-20 mg/dL per hari, kecuali
bila terjadi keadaan hiperkatabolisme dapat mencapai 100 mg/dL per hari.(1)
Secara klinis, istilah nekrosis tubulus akut (NTA) sering dipakai bergantian dengan
istilah gagal ginjal akut. Pemakaian istilah ini tidak sepenuhnya benar, karena NTA mengacu
pada temuan histologik yang sering terdapat pada GGA, meskipun gagal ginjal akut dapat
saja terjadi pada banyak pasien tanpa disertai nekrosis tubulus.(5)
Manifestasi klinik GGA dapat bersifat;
1. oligurik
2. Non oligurik
Kriteria oligurik sendiri bervariasi antara penulis satu dengan yang lainnya, Nelson(3)
mendefinisikan oliguria sebagai produksi urin <400 ml/m2/hari, Alatas(1,12) menggunakan
definisi oliguria pada anak adalah <240 ml/m2/hari atau 8-10 ml/kg BB/hari. Pada neonatus
dipakai kriteria <1,0 ml/kgBB/jam, Ingelfinger memberi batasan <0,5 ml/kgBB/hari,
sedangkan Gaudio dan Siegel berpendapat bahwa setiap anak dapat dipakai definisi
<0,8cc/kgBB/jam untuk semua usia.(1,12) Pada GGA non-oligurik ditemukan diuresis >12ml/kgBB/jam disertai peningkatan kadar ureum dan kreatinin darah. Keadaan ini sering
dijumpai pada GGA akibat pemakaian obat-obatan nefrotoksik antara lain aminoglikosida.(15,8,12,13,16,17)
Insidens dan Prevalensi
Cukup sulit untuk menentukan insidens sesungguhnya akan Gagal Ginjal Akut pada anak,
karena variasi dalam definisinya dari penelitian satu ke penelitian lainnya.(13) Di Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI-RSCM Jakarta, dari 38 pasien GGA yang dilaporkan, 13 pasien (34,2%)
disebabkan oleh intoksikasi jengkol, 11 (28%) oleh sepsis, 5 (13,2%) oleh gastroenteritis
berat, 2 (5,2%) oleh syok dan 2 (5,2%) oleh bronkopneumonia berat. Glomerulonefritis akut
hanya ditemukan pada 3 anak (7,9%).(1) Pada dua penelitian di negara barat telah
dilaporkan prevalensi terbanyak kasus GGA pada neonatus dikarenakan oleh asfiksia perinatal
dan syok. Insidens GGA pada anak dengan umur lebih tua diperkirakan sekitar 4/100000
populasi. Pada anak pra-sekolah, diare yang diikuti oleh sindrom hemolitik-uremik adalah
penyebab terbanyak dari GGA intrinsik/renal, terhitung 50% pada semua kasus di kelompok
ini. Glomerulonefritis adalah penyebab terbanyak GGA pada usia sekolah.(13)
Klasifikasi dan etiologi GGA
Dahulu GGA dikategorikan sebagai anurik, oligurik, dan nonoligurik. Namun penggolongan
yang lebih praktis kini didasarkan pada lokasi yang menunjukkan lokasi abnormalitas, yaitu
pra-renal, renal/intrinsik, dan post-renal/pasca renal. GGA pra-renal disebabkan oleh sebabsebab sistemik, seperti dehidrasi berat, perdarahan masif, dimana kedaan-keadaan ini sangat
menurunkan aliran darah ke ginjal dan tekanan perfusi kapiler glomerulus yang
mengakibatkan penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR). GGA renal atau intrinsik terjadi
apabila ada jejas pada parenkim ginjal, sebagai contoh glomerulonefritis akut (GNA), atau

nekrosis tubular akut (NTA/ATN). GGA pascarenal disebabkan oleh uropati obstruktif. Riwayat
penyakit dan pemeriksaan fisik disertai dengan pemeriksaan laboratoris dapat mengklasifikasi
serta mendiagnosa GGA.(1,2,5,12,13)
Quote:
Tabel 1. Klasifikasi dan penyebab tersering dari GGA(4)
GGA prarenal
I. Hipovolemia
A. Perdarahan, luka bakar, dehidrasi
B. Kehilangan cairan melalui gastrointestinal; muntah, drainase bedah, diare
C. Kehilangan cairan melaui ginjal; diuretik, diuresis osmotik (e.g diabetes melitus),
insufisiensi adrenal
D. Pengumpulan pada ruang ekstravaskular; pankreatitis, peritonitis, trauma, luka
bakar, hipoalbuminemia berat.
II. Penurunan cardiac output
A. Penyakit miokardium, katup, dan perikardium; aritmia, tamponade
B. Lainnya; hipertensi pulmonal, embolus pulmoner masif.
III. Gangguan rasio tahanan vaskular sistemik ginjal
A. Vasodilatasi sistemik: sepsis, antihipertensi, reduktor afterload, anestesi,
anafilaksis
B. Vasokonstriksi renal: hiperkalsemia, norepinefrin, epinefrin, siklosporin,
tacolimus, amfoterisin B
C. Sirosis dengan asites (sindrom hepatorenal)
IV. Hipoperfusi ginjal dengan gangguan respon autoregulasi ginjal; Inhibitor
siklooksigenase, Angiotensin-converting enzyme inhibitor
V. Sindrom Hiperviskositas (jarang); Multiple Myeloma, makroglobulinemia,
polisitemia
GGA renal/intrinsik
I. Obstruksi renovaskular (bilateral atau unilateral)
A. Obstruksi arteri renalis; trombosis, embolus, vaskulitis
B. Obstruksi vena renalis; trombosis, kompresi
II. Penyakit glomerulus atau mikrovaskular ginjal
A. Glomerulonefritis dan vaskulitis
B. Sindrom hemolitik uremik, trombotik trombositopenik purpura, koagulasi
intravaskular disseminata, lupus eritematosus sistemik (SLE), skleroderma
III. Nekrosis tubular akut
A. Iskemia; untuk GGA prarenal (hipovolemia, curah jantung rendah,
vasokonstriksi renal, vasodilatasi sistemik)
B. Toksin
1. Eksogen; radiokontras, siklosporin, antibiotik (e.g aminoglikosida), kemoterapi
(e.g cisplatin), pelarut organik (e.g etilen glikol), asetaminofen.
2. Endogen; rhabdomiolisis, hemolisis, asam urat, oksalat, plasma cell dyscrasia
(e.g; myeloma)
IV. Nefritis interstisial
A. Alergi; antibiotik (e.g; -lactams, sulfonamid, trimetoprim, rifampisin), antiinflamasi nonsteroid, diuretika, kaptopril
B. Infeksi; bakterial (e.g; pyelonefritis akut, leptospirosis), viral (e.g;
cytomegalovirus), fungal (e.g; kandidiasis)
C. Infiltrasi; limfoma, leukemia, sarkoidosis
D. Idiopatik
V. Deposisi intratubular dan obstruksi;
Protein myeloma, asam urat, oksalat, asiklovir, metotreksat, sulfonamid
VI. Penolakan cangkok ginjal
GGA pascarenal (obstruktif)
I. Ureteral
Kalkulus, bekuan darah, peluruhan papila, kanker, kompresi eksternal (e.g; fibrosis
retroperitoneal)
II. Kandung kemih

Neurogenic bladder, hipertrofi prostat, kalkulus, kanker, bekuan darah


III. Uretra
Striktur, katup kongenital, phimosis

Patogenesis dan patofisiologi


Patogenesis GGA tergantung pada etiologinya, apakah prarenal, renal, atau pascarenal,
karena ketiganya memiliki patogenesis yang berbeda.
GGA prarenal
Karena berbagai sebab pra-renal (lih.tabel 1), volume sirkulasi darah total atau efektif
menurun, curah jantung menurun, dengan akibat darah ke korteks ginjal menurun dan laju
filtrasi glomerulus menurun. Tetapi fungsi reabsorbsi tubulus terhadap air dan garam terus
berlangsung. Oleh karena itu pada GGA prarenal ditemukan hasil pemeriksaan osmolalitas
urin yang tinggi >300 mOsm/kg dan konsentrasi natrium urin yang rendah <20 mmol/L serta
fraksi ekskresi natrium (FENa) yang rendah (<1%). Sebaliknya bila telah terjadi nekrosis
tubulus (GGA renal) maka daya reabsorbsi tubulus tidak berfungsi lagi. Ditemukan kadar
osmolalitas urin yang rendah <300 mOsm/kg sedangkan kadar natrium urin tinggi >20
mmol/L dan FENa urin juga tinggi (>1%). Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk
membedakan apakah pasien GGA prarenal yang terjadi sudah menjadi renal. GGA renal
terjadi apabila hipoperfusi prarenal tidak cepat ditanggulangi sehingga terjadi kerusakan
parenkim ginjal.(1,14)
Beberapa mekanisme terjadi pada hipoperfusi. Peningkatan pelepasan renin dari aparatus
jukstaglomerularis menyebabkan peningkatan produksi aldosteron, dimana terjadi
peningkatan resorbsi natrium di tubulus kolektivus. Sebagai tambahan, penurunan volume
cairan ekstraseluler menstimulasi pelepasan hormon antidiuretik (ADH), terjadilah
peningkatan absorbsi air di medulla. Hasil akhirnya adalah penurunan volume urin,
penurunan kadar natrium urin, dimana semua ini adalah karakteristik dari GGA prarenal.(24)
Pembedaan ini penting karena GGA prarenal memberi respons diuresis pada pemberian cairan
adekuat dengan atau tanpa diuretika. Sedangkan pada GGA renal tidak. Penyebab tersering
pada anak adalah dehidrasi berat karena muntah dan diare, perdarahan, luka bakar, syok
septik, sindrom nefrotik, pembedahan jantung, dan gagal jantung.(1-4)
GGA renal
Berdasarkan etiologi penyakit, penyebab GGA renal dapat dibagi menjadi beberapa
kelompok; kelainan vaskular, glomerulus, tubulus, interstisial, dan anomali kongenital.
Tubulus ginjal karena merupakan tempat utama penggunaan energi pada ginjal, mudah
mengalami kerusakan bila terjadi iskemia atau oleh obat nefrotoksik oleh karena itu kelainan
tubulus berupa nekrosis tubular akut adalah penyebab tersering dari GGA renal.
Ad.1 Kelainan tubulus (Nekrosis tubular akut)
Bentuk nekrosis tubulus ada 2 tipe. Tipe pertama terjadi akibat zat nefrotoksik misalnya
merkuriklorida; terjadi kerusakan sel-sel tubulus yang luas (tubulolisis) tetapi membran basal
tubulus tetap utuh. Sel-sel tubulus yang mengalami nekrosis masuk ke lumen tubulus dan
dapat menyumbat lumen. Tipe kedua akibat iskemia, kerusakan terjadi lebih distal dan
setempat dengan kerusakan fokal pada membran basal tubulus (tubuloreksis). NTA tipe
iskemik ditemukan akibat gastroenteritis dehidrasi, sindrom nefrotik, luka bakar, septisemia
gram negatif dan asfiksia perinatal. Sedangkan tipe nefrotoksik ditemukan akibat karbon
tetraklorida, hemoglobin, atau mioglobinuria, obat aminoglikosida. Mekanisme terjadinya
gagal ginjal pada NTA masih belum jelas. Beberapa mekanisme yang dianggap berperan
adalah perubahan hemodinamik intrarenal, obstruksi tubulus oleh sel dan jaringan yang rusak
dan perembesan pasif filtrat tubulus melalui dinding tubulus yang rusak masuk ke jaringan

interstisial dan peritubular. Beberapa mediator diduga berperan sebagai penyebab


vasokonstriksi ginjal yaitu angiotensin II, menurunnya vasodilator prostaglandin, stimulasi
saraf simpatis, vasopresin, dan endotelin.(1,4,5)

Tabel 2. Nefrotoksin yang menyebabkan Nekrosis Tubular Akut


Efek Nefrotoksin
Hemodinamik
Toksik terhadap tubulus
Kristaluria AINS, penghambat ACE, penghambat Angiotensin II, siklosporin, tacrolimus,
kontras radiologi, hemoglobin
Antibiotik; aminoglikosid, vankomisin, foscamet, amfoterisin B, pentamidin
Kemoterapi; sisplatin, ifosfamid, mitramisin, 5-FU, tioguanin, sitarabin
Litium, parasetamol
Obat rekreasional; heroin, dll.
Kontras radiologi
Protein light chains
Pigmen: mioglobin, hemoglobin
Toksin: Organik; karbon tetraklorid, kloroform, herbisid, racun yang berasal dari tanaman,
bisa ular atau serangga
Urat, oksalat
Obat; asiklovir, metotreksat, sulfonamid, triamteren, metoksifluran, indinavir
Ad.2. Kelainan vaskular
Kelainan vaskular sebagai penyebab GGA dapat berupa trombosis atau vaskulitis. Trombosis
arteri atau vena renalis dapat terjadi: pada neonatus yang mengalami kateterisasi arteri
umbilikalis, diabetes melitus maternal, asfiksia dan kelainan jantung bawaan sianotik. Pada
anak besar kelainan vaskular yang menyebabkan GGA ditemukan pada pasien sindrom
hemolitik uremik (SHU). SHU adalah penyebab GGA intrinsik tersering yang dikarenakan
kerusakan kapiler glomerulus, penyakit ini paling sering menyertai suatu episode
gastroenteritis yang disebabkan oleh strain enteropatogen Escherichia coli (0157:H7),
organisme ini menyebarkan toksin yang disebut verotoksin yang tampaknya diabsorbsi dari
usus dan memulai kerusakan sel endotel.(21) Pada SHU terjadi kerusakan sel endotel
glomerulus yang mengakibatkan terjadinya deposisi trombus trombosit-fibrin. Selanjutnya
terjadi konsumsi trombosit, kerusakan sel darah merah eritrosit yang melalui jaring-jaring
fibrin dan obliterasi kapiler glomerulus, kelainan ini disebut mikroangiopati. Kelainan vaskuler
yang lain yang dapat terjadi adalah vaskulitis.(1)
Ad.3 Kelainan glomerulus
GGA karena kelainan glomerulus dapat ditemukan pada: (1,2,16,17)
1. Glomerulonefritis akut pasca streptokok (GNAPS)
2. Glomerulonefritis membranoproliferatif tipe 2 (dense deposit)
3. Glomerulonefritis kresentik idiopatik
4. Sindrom Goodpasture

Pada GNAPS terjadi pada <1% pasien dan disebabkan karena menyempitnya kapiler-kapiler
glomerulus, terhimpit oleh proliferasi sel mesangial dan sel endotel kapiler sendiri.
Ad.4 Kelainan interstisial
Ditemukan pada:
1. Nefritis interstisial akut misalnya pada pasien artritis reumatoid juvenil atau pemakaian
obat-obat
2. Pielonefritis akut. Lebih sering ditemukan pada neonatus dan sering disertai sepsis.
Ad.5 Anomali kongenital
Anomali kongenital yang dapat menyebabkan GGA ialah:
Agenesis ginjal bilateral
Ginjal hipoplastik
Ginjal polikistik infantil
Terjadinya GGA karena jumlah populasi nefron yang sedikit atau tidak ada sama sekali.
GGA pasca renal
Hambatan aliran urin dapat terjadi pada berbagai tingkat, dari pelvis renalis hingga uretra
dan dapat merupakan manifestasi dari malformasi kongenital, obstruksi intrinsik atau
kompresi ekstrinsik dari traktus urinarius, dan neurogenic bladder. GGA pasca renal terjadi
ketika obstruksi melibatkan kedua ginjal atau satu ginjal pada orang dengan satu ginjal.
Patofisiologi GGA pasca renal adalah multifaktor, melibatkan peningkatan tekanan hidrostatik
pada ruang bowman, diikuti oleh perubahan aliran darah kapiler. Hasil akhir adalah
penurunan filtrasi glomerulus. Mirip dengan GGA prarenal, kerusakan parenkim ginjal dapat
minimal, dan tergantung dari lamanya obstruksi berlangsung serta sifat kepenuhan obstruksi.
GGA pasca renal biasanya reversibel apabila dikenali dan dikoreksi secara dini.(1-5,11,12)
Adaptasi fungsional ginjal terhadap obstruksi terjadi sejalan dengan waktu. Pada stadium
awal, aliran darah ginjal biasanya meningkat walaupun GFR dan volume urin menurun.
Osmolalitas urin dapat tinggi dengan konsentrasi natrium urin yang rendah seperti yang
terlihat pada GGA prarenal. Stadium ini berlangsung cepat dan sering tidak dikenali. Stadium
akhir ditandai dengan penurunan aliran darah ke ginjal dan disfungsi tubular sehingga
menghasilkan urin yang encer dengan peningkatan konsentrasi natrium. Hilangnya obstruksi
pada fase awal GGA dapat mengakibatkan diuresis yang berlebihan, disini berperan faktor
intrinsik dalam ginjal dan juga akibat penumpukan cairan pada saat oligo/anuria. Makin lama
obstruksi makin sedikit kemungkinan GFR untuk pulih kembali. Obstruksi kurang dari 7 hari
sangat mungkin dapat mengalami perbaikan GFR secara penuh, tetapi lebih lama
kemungkinan ini bertambah sedikit. Bukti yang ada saat ini menunjukkan bahwa obstruksi
jagka pendek (72 jam) ternyata sudah menimbulkan kerusakan permanen pada nefron, dan
pulihnya GFR kembali normal adalah akibat dari hiperfiltrasi nefron yang masih sehat.
Tergantung pada derajat dan durasi obstruksi, pengeluaran urin dapat bervariasi dari tidak
sama sekali sampai beberapa liter per hari. Tetapi pengeluaran urin saja tidak dapat dipakai
untuk membedakan GGA pascarenal dari GGA prarenal dan renal/intrinsik.(2)
Di Indonesia GGA pascarenal didapat biasanya adalah akibat dari kristal jengkol (intoksikasi
jengkol).(1)
Tabel 3. Etiologi GGA pasca renal (obstruktif)
Malformasi kongenital
Obstruksi sambungan ureteropelvis
Katup uretra posterior
Striktur uretra
Sindrom Eagle-Barrett
Obstruksi Intrinsik
Kalkulus
Bekuan darah
Kompresi ekstrinsik

Tumor
Neurogenic bladder
GGA pada gagal ginjal kronik (GGK) [b][u] [u](Acute on chronic renal
failure)(1,12)
Salah satu yang harus dicari dan disingkirkan dalam menghadapi pasien GGA adalah
apakah ia tidak menderita GGA pada GGK atau bahkan suatu gagal ginjal terminal.
GGA pada GGK terjadi apabila pasien GGK mengalami diare akut dengan dehidrasi,
infeksi saluran kemih, obstruksi saluran kemih. Untuk mencari kedua kemungkinan
tersebut maka perlu dicari riwayat dan gejala penyakit gagal ginjal kronik
sebelumnya, antara lain:
1. Apakah ada riwayat atau gejala penyakit ginjal sebelumnya seperti hematuria,
bengkak, sering sakit kencing, dll.
2. Apakah ada keluarga yang menderita penyakit ginjal yang memikirkan kita
kearah nefropati herediter misalnya; Sindrom Alport, ginjal polikistik, dll.
3. Adanya hambatan pertumbuhan
4. Bila pasien hipertensi, apakah ada tanda-tanda retinopati hipertensif kronik
5. Adanya anemia berat juga merupakan tanda dari GGK, akan tetapi penilaian
harus hati-hati, karena prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi, dan adanya
hemodilusi pada pasien GGA yang mendapat pemberian cairan berlebih sebelumnya
6. Bila perlu dilakukan bone survey untuk menemukan tanda-tanda osteodistrofi
ginjal.
7. Pemeriksaan radiologi ginjal (USG, foto polos abdomen) untuk melihat
pengerutan kedua ginjal dan hidronefrosis bilateral lanjut.
[b]Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang disajikan mungkin didominasi atau dimodifikasi oleh penyakit
pencetus. Temuan-temuan klinis yang terkait dengan gagal ginjal meliputi pucat (anemia),
penurunan curah urin, edema (garam dan air berlebihan), hipertensi, muntah dan letargi
(ensefalopati uremik). Komplikasi GGA meliputi kelebihan beban volume dengan gagal
jantung kongestif dan edema paru, aritmia, perdarahan saluran cerna yang disebabkan oleh
ulkus stres atau gastritis, kejang-kejang, koma, dan perubahan perilaku.
Pendekatan diagnosis
Setelah kita menegakkan diagnosis GGA, ada dua hal yang perlu di klarifikasi karena
penanggulangannya sangat berbeda:
1. Apakah betul ini GGA atau GGK (Gagal Ginjal Kronik),
2. Apakah ini GGA prarenal, renal, atau pasca renal.
Ad. 1. Membedakan gagal ginjal akut atau kronik
Alur anamnesis dan pemeriksaan dapat dilihat diatas pada GGA pada GGK
Ad. 2. Membedakan GGA prarenal dan renal
Ada beberapa keadaan GGA prarenal dan renal yang berkesinambungan yaitu prarenal tipe
iskemik misalnya gastroenteritis atau syok.
GGA prarenal tipe iskemik yang tidak ditanggulangi dengan segera akan menyebabkan
kerusakan epitel tubulus. Mula-mula terjadi nekrosis tubular akut dengan lesi yang tidak
merata patchy yang bersifat reversibel. Bila berlangsung lebih lama dapat terjadi nekrosis
korteks ginjal (renal cortical necrosis) yang bersifat irreversibel.
Untuk membedakan apakah GGA yang terjadi masih bersifat prarenal (belum ada kerusakan
sel tubulus) atau sudah bersifat renal (nekrosis tubular akut) dapat dilakukan beberapa
pemeriksaan. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk melihat apakah sel-sel tubulus masih bisa
berfungsi baik atau tidak yaitu dalam penyerapan air dan garam. Pemeriksaan ini harus
dilakukan sebelum pemberian diuretika.
Tabel 4. Indeks Urin pada gagal ginjal akut(2-4,12-14)

Pemeriksaan Prerenal Intrinsik


BUN/Kreatinin
BJ urin
Osmolalitas urin
Natrium urin (mEq/L)
Fraksi ekskresi Na
Indeks gagal ginjal
U/P Ureum
U/P Kreatinin
U/P Osmolalitas >20
>1.020
>500 atau >400(12)
<20 atau <15(12)
<1%
<1
>20
>20
>1.1 <10
<1.020
<350 atau <400(12)
>40
>3%
>3
<10
<15
<1.1
Ad.4 Menyingkirkan GGA pasca renal
Kemungkinan adanya GGA pasca renal perlu disingkirkan sejak awal, selain dari riwayat
penyakit misal makan jengkol, keluhan adanya batu kemih maka pemeriksaan ultrasonografi
(USG) ginjal dan saluran kemih sangat membantu menegakkan diagnosis. Dengan USG dapat
dilihat dilatasi sistem pelviokalises. Pada beberapa penderita intoksikasi jengkol yang disertai
GGA dan sempat dilakukan pemeriksaan USG jelas terlihat adanya pelebaran kalises yang
kemudian menghilang setelah GGA dapat diatasi.(12)
Dahulu dianjurkan pemeriksaan pielografi intravena (PIV) dengan kontras ganda untuk
melihat adanya obstruksi, tetapi dengan adanya USG pemeriksaan ini sudah tidak lagi
dianjurkan karena bahan kontras tersebut dapat menyebabkan GGA.(12)
Diagnosis
Ad.1 Anamnesa
Dalam anamnesis perlu dicari faktor-faktor yang menyebabkan GGA prarenal, renal dan pasca
renal. Riwayat muntah-berak 1-2 hari sebelumnya menunjukkan kearah GGA prarenal atau
sindrom hemolitik uremik. Sakit tenggorok 1-2 minggu sebelumnya, atau ada koreng-koreng
di kulit disertai kencing merah menunjukkan kearah GNA pasca streptokok. Adanya riwayat
sering panas, ruam kulit, artritis menunjukan kearah lupus eritematosus sistemik (SLE) atau
vaskulitis. Pemakaian obat-obatan sebelumnya perlu diteliti untuk mencari adanya obat
nefrotoksik sebagai penyebab GGA. Di Indonesia perlu ditanyakan apakah makan jengkol
beberapa hari sebelumnya yang disusul dengan kencing berdarah dan sangat nyeri, untuk
mencari kemungkinan GGA pascarenal oleh karena keracunan jengkol. Demikian pula riwayat
infeksi saluran kemih dan keluarnya batu memikirkan kearah GGA pascarenal.(1,2,7,12)
Pada GGA perlu diperhatikan betul banyaknya asupan cairan (input), kehilangan
cairan (output) melalui urin, muntah, diare, keringat berlebihan, dan lain-lain, serta
pencatatan berat badan pasien. Defisit (keluar lebih banyak dari masuk) menunjukkan
kehilangan cairan, yang apabila berlebihan dapat mengurangi volume cairan tubuh. Perlu

diperhatikan kemungkinan kehilangan cairan ke ekstravaskular (redistribusi) seperti pada


peritonitis, asites, ileus paralitik, edema anasarka, trauma luas (kerusakan otot atau crush
syndrome). Riwayat penyakit jantung, gangguan hemodinamik, adanya penyakit sirosis hati,
hipoalbuminemia, alergi yang mengakibatkan penurunan volume efektif perlu selalu
ditanyakan.(8) Pada neonatus GGA dicurigai bila bayi tidak kencing dalam 24-48 jam pasca
lahir.(1,20)
GGA pascarenal sering terjadi pada neonatus dengan maformasi kongenital seperti striktur
uretra, katup uretra posterior, atau neurogenic bladder. Riwayat ibu dengan oligohidramnion
terkadang ada. Neonatus dengan obstruksi saluran kemih dapat tampak normal dengan
pengurangan atau bahkan peningkatan jumlah urin. Pemeriksaan fisik dapat dijumpai
kandung kemih yang teraba atau ginjal yang membesar. Derajat penyembuhan tergantung
dari luasnya kerusakan parenkim dan derajat obstruksi yang telah terjadi in utero.(2)
Ad.2 Pemeriksaan fisis(1)
Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan kesadaran menurun sampai koma bila GGA telah
berlangsung lama. Pasien umumnya menunjukkan pernafasan yang cepat dan dalam
(Kussmaul) karena adanya asidosis metabolik. Pada pasien GGA berat dapat ditemukan sesak
nafas yang hebat karena menderita gagal jantung atau edema paru. Hipertensi sering
ditemukan akibat adanya overload cairan.
Tanda-tanda dehidrasi perlu dicari karena merupakan penyebab GGA pra-renal. Bila ada
pasien ditemukan oliguria, takikardia, mulut kering, hipotensi ortostatik kemungkinan
menyebabkan GGA prarenal. Pada pemeriksaan fisik perlu dicari tanda-tanda penyakit
sistemik multiorgan seperti lupus eritematosus sistemik yaitu dengan memeriksa kulit, sendi,
kelenjar getah bening. Pembesaran ginjal dapat ditemukan bila penyebabnya ginjal polikistik
atau multikistik displastik atau hidronefrosis (uropati obstruktif). Retensi urin dengan gejala
vesika urinaria yang teraba membesar menunjukkan adanya sumbatan dibawah vesika
urinaria a.l katup uretra posterior.
Penatalaksanaan gagal ginjal akut
Ad.1 GGA pra-renal(1,11,12)
Pada GGA pra-renal terapi tergantung etiologinya. Pada keadaan tertentu perlu dilakukan
pengukuran tekanan vena sentral (CVP=Central Venous Pressure) untuk evaluasi
hipovolemia.
CVP normal = 6-20 cmH2O. Bila CVP <5cmH2O menunjukkan adanya hipovolemia. CVP juga
dipakai untuk memantau hasil pengobatan, apakah cairan yang telah diberikan telah
mencukupi.
Jenis cairan tergantung etiologi hipovolemia. Pada gastroenteritis diberikan Ringer Laktat atau
Darrew glukosa sesuai protokol. Pada syok hemoragik diberikan transfusi darah.
Pada syok yang terjadi pada sindrom nefrotik akibat hipoalbuminemia diberikan infus albumin
atau plasma. Pada dehidrasi yang tidak jelas sebabnya sebaiknya diberikan Ringer Laktat 20
ml/kgBB dalam waktu 1 jam. Biasanya terjadi diuresis setelah 2-4 jam pemberian terapi
rehidrasi.
Ad.2 GGA pasca renal(1-6,8,9)
Bila ditemukan GGA pasca renal pada USG maka perlu ditentukan lokalisasi obstruksi dengan
pielografi antegrad atau retrograd. Tindakan bedah tergantung pada situasi, dapat bertahap
dengan melakukan nefrostomi dulu untuk mengeluarkan urin dan memperbaiki keadaan
umum atau segera melakukan pembedahan definitif dengan menghilangkan obstruksinya.
Ad.3 GGA renal(1-6,8,9)
Tujuan pengobatan pada GGA renal adalah mempertahankan homeostasis tubuh sambil
menunggu ginjal berfungsi kembali.

Pemantauan yang perlu dilakukan adalah:


1. Tanda-tanda vital: tensi, nadi, pernafasan, ritme jantung
2. pemeriksaan darah; Hb, Ht, trombosit
3. darah ureum dan kreatinin
4. elektrolit : K, Na, Cl, Ca, P dan asam urat
5. analisis gas darah
6. pengukuran diuresis
Terapi GGA renal dapat dibagi dua yaitu:
1. Terapi konservatif
2. Tindakan dialisis
Terapi Konservatif(1-6,7,9,12)
1. Terapi cairan dan kalori
Pemberian cairan diperhitungkan berdasarkan insensible water loss (IWL)+ jumlah urin 1 hari
sebelumnya ditambah dengan cairan yang keluar bersama muntah, feses, selang nasogastrik,
dll. dan dikoreksi dengan kenaikan suhu tubuh setiap 1oC sebanyak 12% berat badan.
Perhitungan IWL didasarkan pada caloric expenditure yaitu sebagai berikut;
Berat badan 0-10 kg: 100 kal/kgBB/hari
12-20kg: 1000 kal + 50 kal/kgBB/hari diatas 10 kgBB
20 kg : 1500 kal + 20 kal/kgBB/hari diatas 20 kgBB
Jumlah IWL = 25 ml per 100 kal
Secara praktis dapat dipakai perkiraan perhitungan sebagai berikut:
Neonatus = 50 ml/kgBB/hari
Bayi <1 tahun = 40 ml/kgBB/hari
Anak <5 tahun = 30 ml/kgBB/hari
Anak >5 tahun = 20 ml/kgBB/hari
Cairan sebaiknya diberikan per oral kecuali bila penderita sering muntah diberikan infus.
Jenis cairan yang dipakai ialah:
Pada penderita anuria glukosa 10-20%
Pada penderita oligouria glukosa (10%)-NaCl = 3:1
Bila dipakai vena sentral dapat diberikan larutan glukosa 30-40%. Jumlah kalori minimal yang
harus diberikan untuk mencegah katabolisme ialah 400 kal/m2/hari.
2. Asidosis(1,12,13)
Bila hasil pemeriksaan analisis gas darah menunjukkan hasil asidosis metabolik, dikoreksi
dengan cairan natrium bikarbonat sesuai dengan hasil analisis gas darah yaitu:
BE x BB x 0,3 (mEq)
Atau kalau hal ini tidak memungkinkan maka dapat diberikan koreksi buta 2-3
mEq/kgBB/hari. Bila terapi konservatif tetap berlangsung lebih dari 3 hari harus
dipertimbangkan pemberian emulsi lemak dan protein 0,5-1 g/kgBB/hari. Pemberian protein
kemudian dinaikkan sesuai dengan jumlah diuresis.
3. Hiperkalemia (1,9,10,12,13)
Hiperkalemia perlu segera ditanggulangi karena bisa membahayakan jiwa penderita.
Bila kadar K serum 5,5-7,0 mEq/L perlu diberi kayexalat yaitu suatu kation exchange resin
(Resonium A) 1 g/kgBB per oral atau per rektal 4x sehari. Bila kadar K >7 mg/L atau ada
kelainan EKG (berupa gelombang T yang meruncing, pemanjangan interval PR dan pelebaran
kompleks QRS),atau aritmia jantung perlu diberikan:
Glukonas kalsikus 10% 0,5 ml/kgBB i.v. dalam 5-10 menit
Natrium bikarbonat 7,5% 2,5 mEq/kgBB i.v. dalam 10-15 menit
Bila hiperkalemia tetap ada diberi glukosa 20% per infus ditambah insulin 0,5 unit/gram

glukosa sambil menyiapkan dialisis.


4. Hiponatremia(1,9,12)
Hiponatremia <130 mEq/L sering ditemukan karena pemberian cairan yang berlebihan
sebelumnya dan cukup dikoreksi dengan restriksi cairan. Bila disertai dengan gejala serebral
maka perlu dikoreksi dengan cairan NaCl hipertonik 3% (0,5 mmol/ml). Pemberian Natrium
dihitung dengan rumus;
Na (mmol) = (140 Na) x 0,6 x BB
Diberikan hanya separuhnya untuk mencegah terjadinya hipertensi dan overload cairan.
Pendapat lain menganjurkan koreksi natrium cuku sampai natrium serum 125 mEq/L
sehingga pemberian Na = (125 Na serum) x 0,6 x BB.
5. Tetani(1,12,13)
Bila timbul gejala tetani akibat hipokalsemia perlu diberikan glukonas kalsikus 10% i.v. 0,5
ml/kgBB pelan-pelan 5-10 menit, dilanjutkan dengan dosis rumat kalsium oral 1-4 gram/hari.
Untuk mencegah terjadinya tetani akibat koreksi asidosis dengan bikarbonas natrikus, maka
sebaiknya diberikan glukonas kalsikus i.v. segera sebelum diberikan pemberian alkali.
6. Kejang(1,12,13)
Bila terjadi kejang dapat diberikan Diazepam 0,3-0,5 mg/kgBB i.v. dan dilanjutkan dengan
dosis rumat luminal 4-8 mg/kgBB/hari atau difenilhidantoin 8 mg/kgBB. Kejang pada GGA
dapat disebabkan oleh gangguan elektrolit hipokalemia, hipomagnesemia, hiponatremia atau
karena hipertensi/uremia.
7. Anemia(1,12)
Transfusi dilakukan bila kadar Hb < 6 g/dL atau Ht < 20%, sebaiknya diberikan packed red
cell (10 ml/kgBB) untuk mengurangi penambahan volume darah dengan tetesan lambat 4-6
jam (lebih kurang 10 tetes/menit). Pemberian transfusi darah yang terlalu cepat dapat
menambah beban volume dengan cepat dan menimbulkan hipertensi, gagal jantung
kongestif, dan edema paru.(12)
8. Hipertensi(1,12,13)
Hipertensi ditanggulangi dengan diuretika, bila perlu dikombinasi dengan kaptopril 0,3
mg/kgBB/kali. Pada hipertensi krisis dapat diberikan klonidin drip atau nifedipin sublingual
(0,3 mg/kgBB/kali) atau nitroprusid natrium 0,5 mg/kgBB/menit.
9. Edema paru(1,12,13)
Edema paru merupakan hal yang sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kematian dalam
waktu singkat, sebagai tindakan percobaan dapat diberikan furosemid i.v. 1 mg/kgBB disertai
dengan torniket dan flebotomi. Disamping itu dapat diberikan morfin 0,1 mg/kgBB.
Bila tindakan tersebut tidak memberi hasil yang efektif, dalam waktu 20 menit, maka dialisis
harus segera dilakukan.
10. Asam urat serum(1,12,13)
Asam urat serum dapat meningkat sampai 10-25 mg%, kadang-kadang sampai 50 mg%,
untuk itu perlu diberi alupurinol dengan dosis 100-200 mg/hari pada anak umur <8 tahun
dan 200-300 mg/hari diatas 8 tahun.
Terapi dialisis(1,5,7,12,13)
Indikasi dialisis pada anak dengan GGA ialah:
1) Kadar ureum darah >200 mg%
2) Hiperkalemia >7,5 mEq/L
3) Bikarbonas serum <12 mEq/L
4) Adanya gejala-gejala overhidrasi: edema paru, dekompensasi jantung dan hipertensi yang
tidak dapat diatasi dengan obat-obatan.
5) Perburukan keadaan umum dengan gejala uremia berat: perdarahan, kesadaran menurun
sampai koma.

Dialisis dapat dilakukan dengan dialisis peritoneal atau hemodialisis. Dialisis Peritoneal (DP)
mudah dilakukan pada anak terutama bayi kecil, tidak memerlukan alat yang canggih dan
dapat dilakukan didaerah terpencil. Karena itu DP lebih banyak dipakai pada anak.
Hemodialisis (HD) mempunyai keuntungan dapat lebih cepat memperbaiki kelainan biokimia
dalam darah. Pada pasien yang baru saja mengalami operasi intra abdomen, HD dapat
dipakai sedangkan PD tidak.
Prognosis(1,13)
Angka kematian pada gagal ginjal akut tergantung pada penyebabnya, umur pasien dan luas
kerusakan ginjal yang terjadi. Pada GGA yang disebabkan oleh sepsis, syok kardiogenik,
operasi jantung terbuka angka kematiannya diatas 50%. Tetapi pada GGA yang disebabkan
oleh glomerulonefritis, sindrom hemolitik uremik, nefrotoksik berkisar antara 10-20%.
Pasien GGA non oligurik mempunyai laju filtrasi glomerulus dan volume urin yang lebih tinggi
daripada GGA oligurik, sehingga air, metabolit nitrogen, dan elektrolit lebih banyak
dikeluarkan melalui urin. Komplikasi yang ditemukan lebih sedikit, periode azotemia lebih
singkat, lebih jarang memerlukan dialisis dan mortalitas lebih rendah.
Bila ditinjau dari pulihnya fungsi ginjal maka bila penyebabnya prarenal, nekrosis tubular
akut, nefropati asam urat dan intoksikasi jengkol umumnya fungsi ginjal akan kembali
normal. Tetapi bila penyebabnya glomerulonefritis progresif cepat, trombosis vena renalis
bilateral atau nekrosis korteks bilateral, fungsi ginjal biasanya tidak dapat pulih kembali dan
dapat berakhir menjadi gagal ginjal terminal.
Daftar Pustaka
1. Alatas H. Gagal Ginjal Akut. Dalam : Alatas H, Tambunan T, Trihono P.P, Pardede S.O,
penyunting. Buku Ajar Nefrologi Anak Edisi 2 Jakarta: , Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2002 ;
490-508
2. Diven, SC, Acute Renal Failure, Dalam : Rudolph CD, Hoffman JIE, Rudolph AM,
Penyunting. Rudolphs Pediatrics. Edisi 20. Connecticut : Prentice-Hall Inc.1996; 1340-44
3. Bergstein, JM, Gagal Ginjal Akut, Dalam : Behrman, Kliegman, Arvin, Penyunting. Ilmu
Kesehatan Anak Nelson ed.15. Penerbit Buku Kedokteran, EGC ; 1996 ; 1846-51
4. Brady HR, Brenner BM, Acute Renal Failure, Dalam : Kasper, Braunwald, Fauci,
Penyunting. Harrisons Principles of Internal Medicine. 16th ed. New York : Mc.Graw Hill inc;
2006 ; 1644-53
5. Wilson ML, Gagal Ginjal Akut. Dalam : Price SA, Wilson ML, Penyunting. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran 1994;
885-98
6. Insley J, Gagal ginjal akut. Dalam : Insley J, Penyunting. Vade-Mecum Pediatri, edisi 13.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC 1996 ; 79-83
7. Gagal ginjal akut, Dalam : RSCM, Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta : RSCM 2005
8. Suhardjono, Sukahatya M, Parsoedi I, Gagal Ginjal Akut, Dalam : Utama H, Tjokronegoro
A, Penyunting. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 3. Jakarta : PAPDI FKUI 2003; 417-26
9. Gagal ginjal akut, Dalam : Opusunggu Hs, Badar M, Penyunting. Standar Tatalaksana
Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : RSUD Koja 2001
10. Lum MG, Kidney and Urinary Tract. Dalam : Hay WW, Hayward AR, Levin MJ, Sondheimer
JM, penyunting. CURRENT Pediatric Diagnosis & Treatment. Edisi 15. New York : Mc Graw Hill
Inc, 2001, 609-31.
11. Hassan R, et.al, Gagal Ginjal Akut, Dalam : Hassan R, et.al., Penyunting Buku Kuliah Ilmu
Kesehatan Anak FKUI. : Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI 1985 ; 814-18
12. Wirya IGNW, Deteksi dini gagal ginjal kronik. Dalam : Alatas H, Wirya IGNW, Tambunan
T, Soedjatmiko, Kedaruratan pada penyakit ginjal anak. Jakarta : FKUI 1990; 59-72
13. Rigden SPA, Acute Renal Failure. Dalam : Postlethwaite RJ, Penyunting. Clinical Paediatric
Nephrology. Edisi 3. Oxford : Butter Worth Heinemann 2003; 405-26
14. Wattnick S, Morrison G, Acute Renal Failure. Dalam : Tierney LM, McPhee SJ, Papadakis
MA, Penyunting. Current Medical Diagnosis & Treatment. 40th ed. New York : LANGE Medical
book 2001; 899-903
15. Kasper et.al, Penyunting. Dalam : Harrisons Manual of Medicine. 16th ed. New York :
Mc.Graw Hill inc; 2006 ; 702-6

16. Anderson JR, Urinary System. Dalam : Anderson R, Penyunting. Muirs Textbook of
Pathology. Edisi 10. London : ELBS Edward Arnold (publishers) Ltd. 1976 ; 745-809
17. Govan ADT, Genitourinary System. Dalam : Callander R, Macfarlane PS, Govan ADT,
Penyunting. Pathology Illustrated. Edisi 4. London : ELBS Churchill livinhgstone 1994 ; 597692
18. Mansjoer A, et.al., Gagal Ginjal Akut, Dalam : Mansjoer A, et.al, Penyunting. Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi 3 : Jakarta : Media Aesculapius 2000 ; 490-92
19. Jamison JR, Penyunting, Dalam : Differential Diagnosis for Primary Practice, Edinburgh :
Churchill Livingstone 1999 ; 430
20. Wolff E.D, Acute Renal Failure in the Newborn. Dalam : Marnoto W, Pusponegoro TS,
Monintja HE, Penyunting. Masalah Ginjal dan Saluran Kemih di Bidang Perinatologi.
Perinatologi 2000. Jakarta : FKUI 2000 ; 42-46
21. Bergstein, JM, Sindrom Hemolitik Uremik, Dalam : Behrman, Kliegman, Arvin,
Penyunting. Ilmu Kesehatan Anak Nelson ed.15. Penerbit Buku Kedokteran, EGC ; 1996 ;
1819-21
Ini adalah referat yang saya ajukan ketika kepaniteraan klinik Pediatri di RSUD Koja. Untuk
kali ini saya tidak dapat memberikan link download referensi karena semuanya adalah dari
buku yang e-booknya beberapa sudah ada tapi tidak mungkin untuk semuanya dimuat di sini
karena size-nya yang cukup besar, jika memungkinkan akan saya upload yang memang
tersedia e-book nya. Semoga artikel ini membantu dalam memahami Gagal Ginjal Akut pada
Anak.
_________________
If better is your goal; then good is not enough

Sat Aug 30, 2008 10:25 am

Display posts from previous:

New est First

All Posts

Go

All times are GMT + 7 Hours

Forum Index KESEHATAN ANAK


Page 1 of 1
Jump to:

KESEHATAN ANAK

Go
You cannot post new topics
You cannot reply to topics
You cannot edit your posts
You cannot delete your posts
You cannot vote in polls
You can attach files
You can download files
You can post calendar events

Share on Facebook

Remove ads

Proudly hosted by www.forumcircle.com


Powered by phpBB 2001, 2005 phpBB Group
Design by Freestyle XL / Flowers Online.

in
in
in
in
in
in
in
in

this
this
this
this
this
this
this
this

forum
forum
forum
forum
forum
forum
forum
forum

Anda mungkin juga menyukai