Anda di halaman 1dari 7

UJI EFEKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK KULIT BUAH ALPUKAT (Persea Americana)

TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Candida albicans DAN Aspergillus niger SECARA IN VITRO

Ester Putri Mentary Mendrofa1, Christine Halawa2, Edy Fachrial3, Yuliani Mardiati Lubis4*
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Prima Indonesia, Medan
E-mail: yuli_fananie@yahoo.com

Abstrak

Banyak sekali jenis tanaman di Indonesia yang diduga memiliki potensi sebagai antifungi, tetapi belum
dimanfaatkan secara optimal. Kulit buah alpukat (Persea americana) salah satu jenis tanaman yang dapat
dimanfaatkan sebagai antifungi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas antijamur ekstrak kulit
buah alpukat (Persea americana) terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans dan Aspergillus niger.
Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan etanol 96%. Jamur uji yang digunakan adalah
Candida albicans dan Aspergillus niger dengan konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100% dengan pengulangan
kerja sebanyak 3 kali. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode difusi cakram dengan
pelarut DMSO.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit alpukat memiliki efektivitas antifungi pada jamur Candida
albicans dan Aspergillus niger yang ditunjukan dengan hasil zona hambat terbesar pada konsentrasi 100%
dan zona hambat terkecil pada 25%. Analisa data menggunakan uji hubungan perbedaan nilai rata-rata
tersebut dilakukan dengan uji One Way ANOVA pada derajat kepercayaan 95% (α=0,05). Hubungan disebut
bermakna jika p<0,05.

Kata Kunci : Kulit Alpukat, Efektivitas Antifungi

IN VITRO ANTIFUNGAL EFFECTIVENESS OF AVOCADO PEEL EXTRACT (Persea Americana)


AGAINST Candida albicans AND Aspergillus niger

Ester Putri Mentary Mendrofa1, Christine Halawa2, Edy Fachrial3, Yuliani Mardiati Lubis4*

Abstract

There are so many types of plants in Indonesia that are thought to have potential as antifungi, but have not
been used optimally. Avocado fruit (Persea americana) is one type of plant that can be used as an antifungal.
This study aims to determine the effectiveness of the antifungal extract of avocado peel (Persea americana) on
the growth of fungi Candida albicans and Aspergillus niger.
Extraction was carried out by maceration using 96% ethanol. The test fungi used were Candida albicans and
Aspergillus niger with concentrations of 25%, 50%, 75%, and 100% with repetition of work 3 times. The
method used in this study is the disc diffusion method with DMSO solvents.
The results showed that avocado bark extract had antifungal effectiveness in the fungi Candida albicans and
Aspergillus niger which were shown by the results of the largest inhibition zone at a concentration of 100%
and the smallest inhibition zone at 25%. Data analysis using the test of the relationship between the difference
in mean values was carried out by the One Way ANOVA test at 95% confidence level (α = 0.05). The
relationship is called meaningful if p <0.05.

Keywords: Avocado Skin, Antifungal Effectiveness


PENDAHULUAN memastikan penyembuhan secara lengkap.
Penyakit infeksi adalah suatu penyakit yang Sampai saat ini para klinisi masih berusaha
disebabkan mikroorganisme yang bersifat menemukan obat paling efektif (Pradhan B,
patogen, seperti: bakteri, virus, jamur, dan 2003). Penggunaan bahan alami sebagai zat
parasite (Dorland, 2012). Berdasarkan data penghambat merupakan suatu langkah untuk
World Health Organization [WHO] (2017) back to nature berupa pemanfaatan bahan
Infeksi saluran pernapasan bagian bawah alami. Bahan alami yang digunakan berupa
tetap merupakan penyakit menular yang ekstrak kulit buah alpukat (Persea
paling mematikan, menyebabkan 3,2 juta americana). Berdasarkan referensi diatas,
kematian di seluruh dunia pada tahun 2015. maka yang menjadi masalah dalam kajian ini
HIV/AIDS tidak lagi merupakan penyebab adalah apakah ekstrak kulit buah alpukat
kematian tertinggi di dunia, yang telah (Persea americana) berpotensi sebagai
membunuh 1,1 juta orang pada tahun 2015 antijamur pada pertumbuhan jamur Candida
dibandingkan dengan 1,5 juta pada tahun albicans dan Aspergillus niger secara in vitro
2000. Infeksi jamur merupakan salah satu dan dibandingkan dengan antibiotik
penyebab infeksi pada penyakit terutama di ketokonazol.
Negara-negara tropis. Infeksi jamur pada
manusia lebih sulit ditangani dibandingkan METODE PENELITIAN
dengan infeksi bakteri. Infeksi jamur bersifat Pengumpulan Bahan Tumbuhan
invasif dan menginduksi infeksi Pengumpulan bahan tumbuhan dilakukan
opportunistikpada pasien yang secara purposif yaitu tanpa membandingkan
imunokompromais (Ahsani, D. N., 2014). tumbuhan yang sama dengan daerah lain.
Otomikosis adalah suatu peradangan yang Bahan tumbuhan yang diambil adalah kulit
disebabkan oleh jamur yang superficial pada alpukat (Persea americana) diambil dari pasar
pinna dan meatus auditorius eksternus tradisional di Medan, Sumatera Utara.
(Marlinda L & Aprilia E, 2016). Otomikosis
biasanya disebabkan oleh Candida sp dan Pembuatan Ekstrak Etanol Tanaman
Aspergillus sp , meskipun jamur yang lain juga Serbuk simplisia diekstraksi dengan cara
dapat ditemukan (Kaur et al., 2000). Candida maserasi menggunakan pelarut etanol 96%,
sp adalah jamur penyebab paling umum dari cara kerja : Sebanyak 9,75 gr serbuk simplisia
mycosis oportunistik diseluruh dunia. Candida dimasukkan kedalam wadah maserasi. Lalu
merupakan anggota flora normal kulit, mulut, ditambahkan etanol 96% sampai seluruh
vagina dan tinja. Selain sebagai pathogen dan serbuk terendam, ditutup dan dibiarkan
parasite, Candida juga ditemukan di selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil
lingkungan, terutama pada daun, bunga, air, sering diaduk, lalu disaring. Ampas dicuci
dan tanah (Berkhout R., 2003). Sedangkan kemudian disimpan ditempat yang terlindung
Aspergillus sp adalah salah satu jenis jamur dari cahaya selama 2 hari, kemudian disaring.
yang terdapat di alam. Sekitar 200 spesies Kemudian hasil penyaringan didiamkan lalu
Aspergillus, diketahui kurang lebih 20 spesies diuapkan dengan menggunakan rotary
yang terlibat dalam patologi manusia. vacuum evaporator pada suhu 40ºC dan
Diantaranya Aspergillus carbonarius, dipekatkan dengan penangas air sampai
Aspergillus flavus, Aspergillus fumigatus, diperoleh ekstrak kental.
Aspergillus niger, dll (Lubis, R., 2008). Pada
saat ini penemuan obat antijamur telah Uji Aktivitas Antijamur
mengalami perkembangan yang pesat baik Sebanyak 0,1 ml dari inokulum dimasukkan
yang berbentuk topikal maupun sistemik. dalam cawan petri steril, Kemudian dituang
Banyak sediaan antijamur yang media PDA sebanyak 15 ml pada suhu 40ºC.
direkomendasikan untuk pengobatan Cawan petri digoyang diatas permukaan meja
otomikosis tetapi belum cukup untuk agar media dan suspensi jamur tercampur
rata dan dibiarkan memadat. Dilakukan Tabel 1 Hasil pengukuran zona hambat
pengujian aktivitas antjamur dengan metode ekstrak kulit buah alpukat
difusi agar menggunakan cakram kertas. terhadap jamur Candida albicans
Diletakkan cakram kertas yang telah
direndam pada setiap konsentrasi dan Konsentrasi Diameter Zona Hambat (mm)
dibiarkan 15 menit, kemudian inkubasi pada Ekstrak
inkubator suhu 25ºC. Candida albicans
I II III Rata-rata

HASIL DAN PEMBAHASAN 100% 17, 17, 17,9 17,66


Hasil Penelitian 5 6
75% 16, 16, 15,8 16,16
Serbuk simplisia kulit alpukat dilarutkan
6 1
dalam etanol 96% selama 7 hari dengan
50% 16, 15, 15,4 15,73
metode maserasi, sehingga didapatkan 0 8
ekstrak kental berwarna cokelat kehitaman 25% 14, 14, 14,7 14,73
sebanyak 9,75 gr. 6 9
Ketokonazol I II III Rata-rata
(+)

100% 26, 27, 28,2 27,20


0 4
75% 24, 26, 24,9 25,26
7 2
50% 22, 24, 23,3 23,53
9 4
25% 20, 20, 20,3 20,40
9 0

Gambar 1. Ekstrak Kulit Buah Alpukat DMSO (-) - - - -

Pada tabel 1 didapatkan hasil diameter zona


Hasil Pengujian Aktivitas Antijamur hambat esktrak kulit buah alpukat terhadap
Ekstrak Kulit Buah Alpukat (Persea jamur Candida albicans diperoleh data
americana) Terhadap Pertumbuhan Jamur konsentrasi 100% sebesar 17,66mm, 75%
Aspergillus niger dan Candida Albicans sebesar 16,16mm, 50% sebesar 15,73mm,
Hasil uji aktivitas antijamur ekstrak kulit dan 25% sebesar 14,73mm. Sedangkan pada
buah alpukat terhadap Candida albicans dan Ketokonazol terhadap Candida albicans
Aspergillus niger dengan konsentrasi 25%, diperoleh data konsentrasi 100% sebesar
50%, 75%, dan 100% yang diulang sebanyak 27,20mm, 75% sebesar 25,26mm, 50%
3 kali dan didapatkan zona hambat atau zona sebesar 23,53mm, dan 25% sebesar
bening. Hasil pengukuran zona hambat atau 20,40mm.
zona bening ketokonazol terhadap Candida
albicans dan Aspergillus niger dengan
konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100% yang
diulang sebanyak 3 kali dan didapatkan rata-
rata zona hambat atau zona bening. Hasil uji
aktivitas antijamur dan pengukuran zona
hambat atau atau zona bening yang (a) (b) (c)
tercantum dalam tabel berikut:
(d) (e) (f)
Gambar 2. (a)Ekstrak CA 1, (b)Ekstrak CA 2,
(c)Ekstrak CA 3, (d)Kontrol CA 1,
(e)Kontrol CA 2, (f)Kontrol CA 3

Tabel 2 Hasil pengukuran zona hambat (a) (b) (c)


ekstrak kulit buah alpukat
terhadap jamur Aspergillus niger

Konsentrasi Diameter zona hambat (mm)


Ekstrak
Aspergillus niger
(d) (e) (f)
I II III Rata-rata
100% 23, 24, 22, Gambar 3. (a)Ekstrak AN 1, (b)Ekstrak AN 2,
23,60
6 4 8 (c)Ekstrak AN 3, (d)Kontrol AN 1,
75% 22, 22, 20, (e)Kontrol AN 2, (f)Kontrol AN 3
21,80
1 4 9
50% 20, 21, 19, PEMBAHASAN
20,60
9 4 5 Grafik 1 Grafik Hasil Pengukuran Zona
25% 20, 20, 18, Hambat Ekstrak Kulit Buah Alpukat
19,76
1 5 7 dan Ketokonazol Terhadap Jamur
Ketokonazol I II III Rata-rata Candida albicans dengan
(+) Perbandingan 4 Konsentrasi (%)
100% 20, 20, 21,
20,80 Rata - Rata Zona hambat Ekstrak
3 9 2 dan Ketokonazol Terhadap
75% 16, 17, 16, Candida albicans
16,90
8 4 5
50% 30 27.20
- - - - 25.26
25 23.53
25% 20.40 Ekstrak
- - - - 20 17.66
14.73 15.73 16.16 Ketokonazol
DMSO (-) - - - - 15
10
Pada tabel 2 didapatkan hasil diameter zona
hambat esktrak kulit buah alpukat terhadap 5
jamur Aspergillus niger diperoleh data 0
25% 50% 75% 100
konsentrasi 100% sebesar 23,60mm, 75% %
sebesar 21,80mm, 50% sebesar 20,60mm,
dan 25% sebesar 19,76mm. Sedangkan pada Dalam penelitian yang dilakukan didapatkan
Ketokonazol terhadap Aspergillus niger hasil rata-rata ekstrak kulit alpukat dan
diperoleh data konsentrasi 100% sebesar ketokonazol 2% terhadap jamur Candida
20,80mm, 75% sebesar 16,90mm, 50% albicans diperoleh data adalah pada kulit
sebesar 0 mm, dan 25% sebesar 0 mm. alpukat konsentrasi 25% sebesar 14,73 mm,
50% sebesar 15,73 mm, 75% sebesar 16,16
mm, dan 100% sebesar 17,66 mm. Sedangkan
pada ketokonazol 2% konsentrasi 25%
sebesar 20,40 mm, 50% sebesar 23,53 mm, menghambat pembelahan atau poliferasi sel
75% sebesar 25,26 mm, dan 100% sebesar jamur.
27,20 mm. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin besar konsentrasi yang digunakan, Grafik 2 Grafik Hasil Pengukuran Zona
maka semakin efektif daya hambat suatu Hambat Ekstrak Kulit Buah Alpukat
ekstrak tersebut sebagai antijamur. Begitu dan Ketokonazol Terhadap Jamur
juga pada antibiotik yang digunakan dimana Candida albicans dengan
semakin besar konsentrasi yang diberikan, Perbandingan 4 Konsentrasi (%)
maka semakin efektif daya hambat
ketokonazol sebagai antijamur. Diameter Rata - rata Zona Hambat Ekstrak
zona hambat yang terbentuk pada masing- Terhadap Aspergillus niger
masing perlakuan berbeda-beda. Dalam hal 25 23.60
21.80 20.80
ini sesuai dengan hasil penelitian yang 19.76 20.60
didapatkan maka ketokonazol lebih efektif 20
16.90
sebagai antijamur dibandingkan dengan Ekstrak
15
ekstrak kulit alpukat terhadap jamur Candida Ketokonazol
albicans. Kontrol (-) yang digunakan adalah 10
DMSO dengan zona hambat 0 mm. DMSO
tidak aktif sebagai antijamur yang telah 5
dilakukan dan dibuktikan dalam penelitian 0 0
Harliana, 2006. 0
25% 50% 75% 100
Dari hasil penelitian Qomariyah (2014) %
didapatkan hasil uji kulit buah alpukat
terhadap Candida albicans bahwa konsentrasi Dalam penelitian yang dilakukan didapatkan
hambat minimum pada kulit alpukat yaitu hasil rata-rata ekstrak kulit alpukat dan
16%. Lebar daya hambat yang didapatkan ketokonazol 2% terhadap jamur Aspergillus
pada penelitian ini menunjukkan bahwa niger diperoleh data adalah pada kulit alpukat
semakin besar konsentrasi ekstrak maka konsentrasi 25% sebesar 19,76 mm, 50%
semakin besar lebar daerah hambat yang sebesar 20,60 mm, 75% sebesar 21,80 mm,
diberikan. Dari hasil penelitian Vini dan dan 100% sebesar 23,60 mm. Sedangkan
Masfufatun (2017) didapatkan juga hasil uji pada ketokonazol 2% konsentrasi 25%
biji alpukat terhadap Candida albicans. sebesar 0 mm, 50% sebesar 0 mm, 75%
Berdasarkan hasil yang didapatkan pada sebesar 16,90 mm, dan 100% sebesar 20,80
penelitian ini bahwa konsentrasi daya hambat mm. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
yang digunakan adalah 10% sebesar 4,00 mm. besar konsentrasi yang digunakan, maka
Kemampuan ekstrak biji alpukat dalam semakin efektif daya hambat suatu ekstrak
menghambat Candida albicans disebabkan tersebut sebagai antijamur. Begitu juga pada
adanya kandungan senyawa polifenol, antibiotik yang digunakan dimana semakin
flavonoid, triterpenoid, kuinon, tanin, dan besar konsentrasi yang diberikan, maka
monoterpenoid dan seskuiterpenoid (Dewi semakin efektif daya hambat ketokonazol
dan Sulistyowati, 2013). Pada penelitian ini sebagai antijamur sebaliknya jika antibiotik
senyawa flavonoid dan tanin juga terkandung yang digunakan konsentrasinya kecil maka
dalam kulit alpukat dimana menunjukkan tidak ada daya hambat. Diameter zona
adanya kemampuan senyawa sebagai hambat yang terbentuk pada masing-masing
antijamur dalam menghambat Candida perlakuan berbeda-beda. Sesuai dengan hasil
albicans. Flavonoid diketahui berperan penelitian yang didapatkan ekstrak kulit
sebagai antivirus, antibakteri, antifungi, alpukat lebih efektif sebagai antijamur
antiradang, dan antialergi. Flavonoid dibandingkan dengan ketokonazol terhadap
mempunyai senyawa genestein berfungsi Aspergillus niger. Hal ini disebabkan karena
pertumbuhan isolat jamur di dalam media
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya sebesar 17,66 mm dan Aspergillus niger
yaitu konsentrasi zat antimikroba, jumlah dengan daya hambat sebesar 23,60 mm.
mikroorganisme, adanya bahan organik, suhu, 2. Pada kulit buah alpukat (Persea
derajat keasaman (pH) dan spesies dari Americana) didapatkan hasil bahwa
organisme (Pelczar and Chan 2009). Kontrol aktivitas antijamur terkecil ditunjukkan
(-) yang digunakan adalah DMSO dengan zona pada konsentrasi 25% terhadap jamur
hambat 0 mm. DMSO tidak aktif sebagai Candida albicans dengan daya hambat
antijamur yang telah dilakukan dan sebesar 14,73 mm dan Aspergillus niger
dibuktikan dalam penelitian Harliana, 2006. dengan daya hambat sebesar 19,76 mm.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yenni 3. Pada perbandingan ekstrak kulit buah
Karlina (2016) potensi antijamur ekstrak air alpukat dan kontrol (+) yaitu
kayu secang terhadap Aspergillus niger ketokonazol terhadap Candida albicans
didapatkan hasil bahwa konsentrasi hambat didapatkan hasil bahwa efektivitas
minimum (KHM) hasil uji ekstrak air kayu antijamur terkuat ditunjukkan pada
secang menunjukkan pada pH 7,0 KHM 20% konsentrasi 100% ketokonazol dengan
sebesar 9,05mm dan pada pH 3,0 KHM 20% daya hambat sebesar 27,20 mm.
sebesar 9,69mm terhadap jamur Aspergillus 4. Pada perbandingan ekstrak kulit buah
niger. Pengujian antijamur air kayu secang alpukat dan kontrol (+) yaitu
menunjukkan adanya hambatan berupa zona ketokonazol terhadap Aspergillus niger
bening disekitar lubang perforasi pada bahan didapatkan hasil bahwa efektivitas
uji. Sesuai dengan penelitian ini kandungan antijamur terkuat ditunjukkan pada
senyawa alkaloid, tanin, flavonoid, dan konsentrasi 100% ekstrak kulit alpukat
saponin terdapat juga pada kulit buah dengan daya hambat sebesar 23,60 mm.
alpukat. terdapat juga pada kulit buah 5. Ekstrak kulit buah alpukat (Persea
alpukat. Dari hasil penelitian Nur Indah Sari americana) memiliki aktivitas antijamur
(2018) didapatkan hasil bahwa ekstrak daun yang paling baik terhadap jamur
talas terhadap jamur Aspergillus niger Aspergillus niger pada konsentrasi 100%
diperoleh hasil zona hambatan sebesar dengan daya hambat sebesar 23,60 mm
20,83±1,32 mm. Skrining fitokimia terhadap dan pada perbandingan kontrol (+)
ekstrak daun talas didapatkan kandungan ketokonazol aktivitas antijamur yang
senyawa golongan steroid, terpenoid, paling baik terhadap jamur Candida
alkaloid, flavonoid, dan peptide. Pada albicans pada konsentrasi 100% dengan
penelitian ini senyawa golongan flavonoid daya hambat sebesar 27,20 mm.
dan alkaloid terdapat pada kulit buah alpukat.
Alkaloid dan flavonoid menyebabkan
kerusakan pada membran sel kemudian akan DAFTAR PUSTAKA
berikatan kuat dengan ergosterol membentuk Adams, George L. 1997. Boeis : Buku Ajar
lubang yang menyebabkan kebocoran Penyakit THT (Translation and
membran sel. Hal ini mengakibatkan Adaption of Boeis). Jakarta : EGC
kerusakan yang tetap pada sel dan kematian Anggraini, V., Masfufatun, M.2017.
sel pada fungi (Freisleben and Anna, 2014; EFEKTIVITAS KOMBINASI EKSTRAK
Abrahao et al, 2016). DAUN SIRIH MERAH (Piper Crocatum)
DAN EKSTRAK BIJI ALPUKAT (Persea
KESIMPULAN americana) DALAM MENGHAMBAT
1. Pada kulit buah alpukat (Persea PERTUMBUHAN Candida albicans.
Americana) didapatkan hasil bahwa Jurnal Kimia Riset 2(2), 86-92.
aktivitas antijamur terkuat ditunjukkan Dewi, S. R. dan Sulistyowati. 2013.
pada konsentrasi 100% terhadap jamur Penggunaan Ekstrak Biji Buah Alpukat
Candida albicans dengan daya hambat (Persea americana Mill.) Sebagai
Antibakteri Proteus mirabilis dan
Aerobacter aerogenes. Jurnal Kimia americana Mill) TERHADAP Candida
Riset 6(2), 31-34. albicans. 1-15.
Dorland, W. (2012). Kamus Kedokteran Rusmarjono, K., Soepardi, E., Iskandar, N.
Dorland. Jakarta: Buku Kedokteran (2001). Buku Ajar Ilmu Kesehatan
EGC. Telinga-Hidung-Tenggorok Kepala
Dumasari, Ramona Lubis. (2008). Aspergillus. Leher. Jakarta : FK UI. 2001. h. 9-15
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Sari, N. 2018. ISOLASI FUNGI ENDOFIT DAUN
Kelamin Fakultas kedokteran TALAS (Xanthosoma sagittifolium [L]
Universitas Sumatera Utara. Schott.) SEBAGAI PENGHASIL
Freisleben SH, Anna KJ. 2014. Correlation SENYAWA ANTIFUNGI. Fakultas
between Plant Secondary Metabolites Farmasi Universitas Hasanuddin
and Their Antifungal Mechanisms–A Makassar.
Review. Med Aromat Plants. 3(2), 1-6. World Health Organization (WHO). 2017.
Hare, R., 1993, Mikrobiologi dan Imunologi, 1- “Top 10 Causes of Death”.
2, 197, diterjemahkan oleh Praseno,
Penerbit Yayasan Essentia Medica, http://www.who.int/mediacentre/fac
Yogyakarta. tsheets/fs310/en/
Harliana, Dilla., 2006, Aktivitas Antijamur
Ekstrak Rimpang Temu Glenyeh.
Fakultas MIPA UNS, Surakarta, 16.
Karlina, Y, et al., (2016). PENGUJIAN POTENSI
ANTIJAMUR EKSTRAK AIR KAYU
SECANG TERHADAP Aspergillus niger
DAN Candida albicans. Chimico et
Natura Acto 4(2), 84-87.
Kaur et al., (2000). Otomycosis: A
Clinicomycologic Study. ENT-Ear, Nose
& Throat Journal. 79(8), 606-9.
Kurniawan, Y. (2010). Otomikosis, Jamur yang
Tumbuh di Telinga. Diakses 28 Januari
Marlinda, L., Aprilia, E. (2016). Otomikosis
Auris Dekstra Pada Perenang. J
Medula Unila 6(1), 67-71.
DN, Ahsani. (2014). Respon Imun Pada Infeksi
Jamur. Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan Indonesia 6(2), 55-66.
Pelczar, M. .. and E. C. S. Chan. 2009. Dasar-
Dasar Mikrobiologi 2. Jakarta: UI Press.
Pradhan B, Tuladhar NR, Amatya RM. 2003.
Prevalence of Otomycosis In
Outpatient Department of
Otolaryngology in Tribhuvan
University Teaching Hospital,
Kathmandu, Nepal. Annals Of Otology,
Rhinology & Laryngology. 112(4). 384-
387.
Qomariyah et al., (2014). UJI EFEKTIVITAS
ANTIJAMUR KRIM EKSTRAK KULIT
DAN BIJI BUAH ALPUKAT (Persea

Anda mungkin juga menyukai