Anda di halaman 1dari 4

Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada

Volume 14 Nomor 1 Agustus 2015

EFEKTIVITAS EKSTRAK CABAI RAWIT (Capsicum frustecens L)


TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes albopictus

Rudy Hidana, Dea Anisa

ABSTRAK
Tanaman buah cabai rawit (capsicum frustecens L ) merupakan tanaman obat yang memiliki
berbagai kegunaan. Salah satu kegunaannya sebagai larvasida. Daya larvasida cabai rawit berasal dari
kandungan aktifnya yaitu flavonoid, saponin, tannin, dan capsaicin. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui efektifitas ekstrak cabai rawit dalam membunuh larva nyamuk Aedes albopictus.
Penelitian ini bersifat eksperimen yaitu untuk melihat pengaruh beberapa konsentrasi dari
ekstrak cabai rawit terhadap kematian larva nyamuk Aedes albopictus. Pada penelitian ini
menggunakan 5 perlakuan konsentrasi ekstrak cabai rawit ( 0,5%, 1%, 2%, 3%,4%) dan 0% sebagai
kontrol dengan 4 kali pengulangan. Digunakan 480 ekor larva nyamuk Aedes albopictus masing
masing 20 ekor setiap wadah uji dalam 100 ml larutan ekstrak cabai rawit.
Hasil penelitian menunjukkan pada konsentrasi dari berbagai ekstrak cabai rawit yang
diaplikasikan selama 24 jam ditemukan bahwa larva nyamuk Aedes albopictus ditemukan mati
seluruhnya pada konsentrasi efektiv yaitu 4%.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah semakin tinggi konsentrasi ekstrak
cabai rawit (capsicum frustecens L ) yang digunakan, maka jumlah larva nyamuk Aedes albopictus
yang mati semakin banyak dan mampu menghambat pertumbuhan larva nyamuk Aedes
albopictus ini dibuktikan dengan tidak terjadinya metamorfosis selanjutnya.

PENDAHULUAN merupakan daerah yang endemik DBD,


DBD telah ditemukan di seluruh propinsi
Nyamuk termasuk dalam di Indonesia. Dua ratus kota melaporkan
subfamili Culicinae, family Culicidae adanya Kejadian Luar Biasa (KLB).
(Nematocera: Diptera) merupakan vektor Angka kejadian meningkat dari 0,005 per
atau penular utama dari penyakit arbovirus 100.000 penduduk pada tahun 1968 dan
atau arthropod-borne viruses. Di seluruh secara drastis melonjak menjadi 627 per
dunia terdapat lebih dari 2500 spesies 100.000 penduduk. Biasanya, jumlah
nyamuk meskipun sebagian besar dari penderita semakin meningkat saat
spesies - spesies nyamuk ini tidak memasuki bulan April. Dari tahun ke
berasosiasi dengan penyakit virus tahun, terjadi peningkatan kasus DBD di
(arbovirus) dan penyakit - penyakit semua negara Asia. Salah satu
lainnya. Jenis - jenis nyamuk yang penyebabnya, yaitu pengaruh globalisasi
menjadi vektor utama, biasanya adalah dan mobilisasi yang semakin tinggi
Aedes sp, Culex sp, Anopheles sp, dan (Satari, 2004).
Mansonia sp. (Sembel, 2009). Sehubungan dengan hal di atas
Serangga yang diketahui menjadi maka perlu dilakukan suatu usaha
vektor utama DBD adalah nyamuk Aedes mendapatkan insektisida alternatif yaitu
aegypti dan nyamuk kebun Aedes menggunakan insektisida alami, yakni
albopictus. Kedua spesies nyamuk itu insektisida yang dihasilkan oleh tanaman
ditemukan di seluruh wilayah Indonesia beracun terhadap serangga tetapi tidak
kecuali pada ketinggian lebih dari 1000 mempunyai efek samping terhadap
meter di atas permukaan laut (Kristina, lingkungan dan tidak berbahaya bagi
2004). manusia. Senyawa yang terkandung dalam
Di musim hujan, hampir tidak ada tumbuhan dan diduga berfungsi sebagai
daerah di Indonesia yang terbebas dari insektisida di antaranya adalah golongan
serangan penyakit DBD. Indonesia sianida, saponin, tanin, flavonoid,
119
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 14 Nomor 1 Agustus 2015

alkaloid, steroid dan minyak atsiri batang, ataupun akar dari tanaman. Salah
(Kardinan, 2000). satu tanaman yang mengandung
Senyawa yang terkandung dalam insektisida nabati adalah cabai rawit
tumbuhan dan diduga berfungsi sebagai (German Commission E, 1990).
insektisida di antaranya adalah golongan Senyawa terpenoid pada cabai
sianida, saponin, tanin, flavonoid, rawit, capsaicin, bersifat bakterisida
alkaloid, steroid dan minyak atsiri terhadap Helicobacter pylori. Cara kerja
(Kardinan, 2000). capsaicin adalah ikut terlibat dalam
Insektisida nabati terdapat pada perusakan membran sel oleh senyawa
bahan-bahan nabati seperti buah, daun, lipofilik (Naim, 2004).

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen.
Hasil Penelitian
Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh data sebagai berikut:

Presentase Rata-rata Kematian Larva Nyamuk Aedes albopictus Pada Berbagai


Konsentrasi Ekstrak Cabai Rawit Selama 24 jam Pengamatan
Ulangan Rata-rata Persentasi
Jumlah
Konsentrasi Kematian Kematian Larva
Larva Uji 1 2 3 4
Larva (%)
Kontrol 20 0 0 0 0 0 0

0,5 20 8 8 8 8 8 40
1 20 12 11 12 12 11,75 59
2 20 15 15 15 15 15 75
3 20 18 18 18 17 17,75 89
4 20 20 20 20 20 20 100

Pengolahan Data d) Konsentrasi 2 % = x 100 %


Rumus Perhitungan Konsentrasi = 75 %
e) Konsentrasi 3 % = x
= 100% = 89 %
f) Konsentrasi 4 % = x 100 %
= 100 %
Keterangan : = Besarnya persentase
Dari hasil data diatas diperoleh
X = Jumlah sampel positif
hasil bahwa pada konsentrasi 0,5 % - 4 %
n = Jumlah Sampel
( Sudjana, 1996:204 )
senyawa terpenoid berupa capsaicin tidak
hanya bisa membunuh larva nyamuk
1. Persentase larva yang mati Aedes albopictus tetapi juga dapat
a) Konsentrasi 0 % = x 100% menghambat perkembangan larva nyamuk
Aedes albopictus, hal ini dibuktikan
= 0% dengan tidak terjadinya perubahan larva
b) Konsentrasi 0,5 % = x 100 ke bentuk metamorfosis selanjutnya.
% = 40 % Dengan konsentrasi efektiv sebesar 4%
c) Konsentrasi 1 % = x 100 yang mampu membunuh semua larva.
% = 59 %

120
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 14 Nomor 1 Agustus 2015

PEMBAHASAN senyawa terpenoid berupa capsaicin tidak


Penelitian ini diawali dengan hanya bisa membunuh larva nyamuk
asumsi bahwa capsaicin pada cabai rawit Aedes albopictus tetapi juga dapat
dapat membunuh serangga atau sebagai menghambat perkembangan larva nyamuk
larvasida nabati, karena capsaicin Aedes albopictus, hal ini dibuktikan
merupakan golongan terpenoid. Beberapa dengan tidak terjadinya perubahan larva
jenis tanaman yang diketahui mengandung ke bentuk metamorfosis selanjutnya.
senyawa bioaktif seperti terpenoid maka Dengan konsentrasi efektiv sebesar 4%
bersifat sebagai insektisida. yang mampu membunuh semua larva.
Penelitian dilakukan di Senyawa terpenoid (capsaicin)
Labolatorium Entomologi Loka Litbang yang terdapat dalam cabai rawit ini
P2B2 Ciamis dengan menggunakan bersifat insektisida yaitu mempunyai
metode eksperimen dan dilakukan empat kemampuan membunuh serangga. Ekstrak
kali pengulangan. cabai rawit dapat menghambat
Sampel larva Aedes albopictus pertumbuhan yang menyebabkan infeksi
yang digunakan yaitu larva Aedes pada membrane mukosa mulut dan infeksi
albopictus instar III dengan ciri-ciri bulu- saluran pernapasan (Bronkokandidiasis)
bulu jentik mulai banyak bercabang sehingga jentik akan mengalami kesulitan
kepalanya dan collar pada bagian dalam pengambilan pernafasan dengan
belakang kepalanya, umurnya kurang demikian jentik akan mati (Setiadi, 2000).
lebih 2 hari, sedangkan larva instar IV Semakin besar konsentrasi ekstrak
yaitu sudah terlihat lengkap bulu-bulunya, cabai rawit (Capsicum frustecens L) yang
kepalanya, dada, dan perut, umumnya digunakan sebagai insektisida atau
kurang dari 2-3 hari. Larva Aedes larvasida, maka akan semakin besar pula
albopictus yang digunakan dalam jumlah kematian larva nyamuk Aedes
penelitian ini sebanyak 20 ekor dengan albopictus. Hal ini disebabkan karena
ulangan sebanyak empat kali ulangan dan cabai rawit mengandung senyawa
lima variasi konsentrasi, jadi jumlah larva terpenoid berupa capsaicin, sehingga
yang digunakan adalah 480 larva. semakin besar konsentrasi ekstrak cabai
Proses ekstraksi cabai rawit rawit (Capsicum frustecens L) maka akan
diawali dengan pengeringan alami cabai semakin besar pula kandungan
rawit dengan cara diangin anginkan terpenoidnya (capsaicin).
diruangan terbuka selama 3 x 24 jam, ini
bertujuan untuk mengurangi kadar air. Simpulan
Kemudian cabai rawit yang sudah kering Dari analisis data yang telah
dihaluskan dengan blender dan ditimbang. dilakukan dalam penelitian ini, maka
Dilarutkan dengan aquadest dengan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut
perbandingan 1:5 :
(100 gr cabai rawit, 500 ml aquadest) dan 1. Terdapat perbedaan tingkat kematian
dimaserasi selama 24 jam,proses maserasi akibat pengaruh berbagai konsentrasi
bertujuan untuk mengikat zat yang ada ekstrak cabai rawit (capsicum
pada cabai rawit. Setelah dimaserasi frustecens L) yang diaplikasikan
larutan cabai rawit tersebut disaring dan terhadap larva nyamuk Aedes
ditampung airnya, larutan tersebut albopictus. Semakin besar konsentrasi
dipanaskan sampai larutan menjadi ekstrak cabai rawit yang digunakan
setengahnya, proses ini bertujuan untuk sebagai insektisida, maka semakin
memekatkan ekstrak. Pada uji besar pula jumlah kematian larva
pendahuluan diperoleh hasil bahwa pada nyamuk Aedes albopictus.
konsentrasi ekstrak cabai rawit 5% dapat 2. Ekstrak cabai rawit (capsicum
membunuh semua larva nyamuk Aedes frustecens L) dapat membunuh semua
albopictus sehingga pada penelitian ini larva nyamuk Aedes albopictus pada
digunakan ekstrak cabai rawit dengan konsentrasi 4%.
konsentrasi sebesar 0,5%, 1%, 2%, 3%
dan 4 % dan 0% sebagai kontrol. Saran
Hasil yang diperoleh dari 1. Perlu dilakukan penelitian lebih
konsentrasi 0,5 % - 4 % yaitu bahwa lanjut tentang bagian lain cabai
121
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 14 Nomor 1 Agustus 2015

rawit seperti biji, buah, dan pemberantasannya. Erlangga.


batang yang bisa lebih cepat Jakarta. 2011
mematikan jentik/larva nyamuk
Aedes albopictus. Naim, Rochman. 2004.
2. Perlu dilakukan penelitian http://www.kompas.com/kompas-
lanjutan dengan memperhatikan cetak /0409 /15 /sorotan
faktor lingkungan di habitat /1265264.htm. Diakses 20 April
aslinya. 2014.
Notoatmojo, sekidjo. Metodologi
DAFTAR PUSTAKA Penelitian Kesehatan. Rineka
Borror, D. Triplehon, C. Jhonson N.F. Cipta; jakarta, 2010.
Pengenalan Pelajaran Serangga. Pusarwati,S. dkk. Atlas Parasiologi
Universitas gajah ada, Kedokteran. Buku Kedokteran
yogyakarta.1992 Halm 670-673 EGC. Jakarta.2009
Dalimartha Setiawan. Atlas Tumbuhan Rukmana, R, H. Usaha Tani Cabai Rawit.
Obat Indonesia. Trubus Kanisius. Yogyakarta.2002
Agriwidya. Jakarta. 2000 Satari, H, I., dkk. 2004. Demam Berdarah
German Commision E. 1990. http: Perawatan di Rumah dan Rumah
//www.wrc. Net/ Sakit + Menu. Puspa Swara.
wrenet_content/herbalresources/ Jakarta
Kardinan, Agus. 2000. Pestisida Nabati, Sembel, Dantje T. 2009. Entomologi
Ramuan dan Aplikasinya. Penebar Kedokteran. Edisi 1. ANDI.
Swadaya. Jakarta. Yogyakarta.
Kristina, dkk. 2004. Demam Berdarah http://repository.usu.ac.id/handle/
Dengue. Badan Penelitian dan 123456789/25424
Pengembangan Kesehatan. Setiadi. 2000. Jenis dan Budi Daya Cabai
Departemen Kesehatan Rawit. Cetakan 8. Penebar
Latief abdul, Obat Tradisional , EGC ; Swadaya. Jakarta.
Jakarta, 2009 WHO. 1999. Demam Berdarah Dengue:
MPH, Widoyono. Penyakit Tropis Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan
Epidemiologi, Penularan, dan Pengendalian. EGC. Jakarta.
Pencegahan dan

122

Anda mungkin juga menyukai