Anda di halaman 1dari 3

Herpes simplex virus (HSV)

Pada manusia, infeksi herpesvirus biasa bermanifestasi sebagai fever blisters (yang biasanya
melibatkan mata), varicella (chickenpox), zoster (shingles), penyakit kongenital pada
kelahiran, encephalitis pada orang dewasa dan infeksi mononucleosis pada anak-anak.

Struktur
Herpesvirus mengandung DNA berantai ganda. Partikel icosahedral virus diselubungi
envelope sebagai virion buds dari inti sel host. Diameter virion 180-200 nm, capsid
yang terbuka 100 nm. Capsid herpervirus terdiri dari 162 capsomer.
Replikasi
Herpervirus dapat menempel pada sel host pada suhu 40 C. Penetrasi memerlukan
energi dan muncul sebagai hasil pinositosis kedalam vesikel atau fusi viral envelope
dengan membran sel untuk melepaskan capsid ke sitoplasma. Proses uncoating tidak
diketahui dengan jelas mekanismenya. Transkripsi dari viral DNA dan final assembly
dari nucleocapsid terjadi di inti sel host. Lamanya waktu replikasi virus tergantung
dari respon imun host. Tahap awal transkripsi dari viral DNA dikatalis oleh DNA
seluler-RNA polymerase yang mengtranskripsi mRNA. mRNA mengkode polipeptida
yang menunjuk ke alpha polipeptida. Tahap akhir replikasi DNA virus setelah
translasi mRNA yang meghasilkan gamma polipeptida yang mengandung protein
struktural. Protein struktural ini akan ditransportasikan ke nukleus dimana disana
terjadi perangkaian nucleocapsid. Setelah semua selesai virus akan dilepas dari sel
host.
Klasifikasi
- Alphaherpesvirus :
Herpes simplex type 1
Herpes simplex type 2
Varicella zoster
B virus
- Betaherpesvirus :
Cytomegalovirus
- Gammaherpesvirus :
Epstein barr
HSV Type 1
Biasanya menyerang bibir, hidung, orofaring, kulit dan mata.
Biasanya menyerang anak-anak dan sering kali asimptomatik, tetapi gejala awalnya
bisa dilihat dengan munculnya vesikel-vesikel yang kemudian menjadi ulcer pada
gusi dan mukosa oral, demam, stomatitis dan meningoencephalitis. Setelah infeksi
primer virus bertahan dalam periode laten di sel saraf lokal, cesara berkala dapat
muncul kembali apabila terstimuli oleh infeksi lainnya, sinar matahari atau periode
menstruasi.
Gingivostomatitis : infeksi primernya biasanya asimptomatik, manifestasinya berupa
gingivostomatitis dengan gusi merah dan bengkak, lesi ulcer multiple pada membran
mulut. Lesinya bisa melibatkan tonsil, faring dan hidung. Secara normal, lesi bisa
hilang dalam 2-3 minggu.

Eczema herpeticum : infeksi primer yang serius terjadi jika virus menginfeksi pada
banyak sisi. Eksim terjadi karena kehilangan lapisan epitel dan bisa menimbulkan
infeksi sekunder virus.
Meningoencephalitis : virusnya memproduksi lesi nekrotik yang terlokalisasi pada
otak, biasanya menimbulkan kematian ataupun kerusakan neurologik parsial atau
total, retardasimental.
Keratoconjunctivitis : infeksi pada mata akibat HSV type 1 menyebabkan ulcerasi
yang parah pada kornea. Lesi primer akan sembuh dalam 2-3 minggu.
Infeksi laten : recovery dari lesi primer dari herpes simplex bisa jadi dikuti ifeksi
laten asimptotmatik. Selama periode laten, virus bersembunyi pada sistem saraf tanpa
sel ganglion sensori. Virus akan terdeteksi apabila sel dikultur. Selama periode laten,
sejumlah kecil virion infektif adalah produksi sporodically karena virus dapat diisolasi
dari sekresi oral dan antibodi humoral. Trigger sekunder pada infeksi rekuren dapat
diikuti demam, menstruasi, stress emosional, paparan UV.
HSV Type 2
HSV tipe 2 terutama menyerang pada orang dewasa lewat kontak seksual. Virus ini
menyebabkan lesi pada organ reproduksi termasuk serviks, vulva, penis, kulit
perineum, dan anus. Lesi primernya biasanya asimptomatik tetapi kadang
diasosiasikan dengan demam, malaise, limfonode yang membengkak. Pada wanita
biasanya terjadi pada vagina, serviks, vulva, dengan gejala terbakar dan rasa nyeri
yang parah. Pada laki-laki biasanya terjadi pada prepuce ataupun penis. HSV type 2
dapat pula menginfeksi oral. Lesi rekuren terjadi ketika virus laten teraktivasi oleh
fluktuasi hormonal, perubahan sistem imun atau infeksi. Virus ini dapat menular
secara kongenital apabila si ibu terserang virus ini ketika hamil, kontak langsung
dengan lesi.
Kanker serviks atau uterus dapat melibatkan banyak organ reproduksi. Antibodi HSV
2 banyak ditemukan pada penderita kanker. Orang yang telah terinfeki HSV 12x lebih
beresiko daripada orang yang belum pernah terinfeksi virus.

Varicella-zoster virus
Biasanya menyerang anak-anak, karakteristik dari virus ini adalah adanya pocktype
lesi (ada di permukaan kulit berisi pus) yang terdapay pada seluruh tubuh. Zoster
(shingles) adalah penyakit yang menyerang pada orang dewasa ditandai dengan
adanya pocktype lesi yang hampir sama. Kedua penyakit ini disebabkan oleh virus
yang sama dan zoster merupakan reaktivasi dari infeksi laten chickenpox.
Varicella-zoster virus memiliki morfologi seperti HSV virus. Diperbanyak di
dalam sel fibroblast yang diploid dalam tubuh manusia. Sedang pada tahap assembly
terjadi di dalam nukleus sel host, yang dibuktikan dengan terbentuknya badan
intranuclear. Virus ini mungkin masuk lewat jalur pernafasan, dan selama masa
inkubasi 14-16 hari, virus diperbanyak di saluran pernafasan dan di dalam limfonodi
setempat. Kemudia dilepaskan kedalam sirkulasi darah dan di distribusikan ke seluruh
tubuh. Demam, sakit kepala dan malaise merupakan gejala normal yang didahului
munculnya ruam maculopapular, ruam yang mengandung macula dan papula. Makula
dan papula ini nantnya akan berkembang menjadi vesikel dan akan sembuh tanpa

meningglkan bekas luka. Pada chickenpox, lesi yang baru akan muncul dan
berkembang pada daerah yang sama dengan lesi sebelumnya. Antbodi dapat dideteksi
pada minggu pertama setelah ruam muncul dan proses penyembuha akan selesai pada
minggu kedua setelah gejala awal.
Meskipun varicella biasanya menyerang anak-anak, virus ini juga dapat
menyerang orang dewasa dengan dengan imunitas lemah. Meningoencephalitis
merupakan komlikasi yang jarang terjadi, dengan tingkat kematian tinggi. Varicella
pneumonia sering terjadi pada komplikasi orang dewasa. Zoster merupakan hasil
reaktivasi dari infeksi laten varicella, dapat menyerang ke orang-orang yang telah
sembuh dari chickenpox yang meneruskan membawa virus varicella laten didalam sel
saraf ganglion mereka.

Cytomegalovirus
CMV merupakan tipe herpesvirus yang memilik struktur dan replikasi yang
sama dengan HSV. CMV menginfeksi sel menjadi lebih besar dan memlik badan
intranuclear dan badan sitoplasmik. Faktor etiologi dari infeksi ni adalah imunitas dari
penderita. Jika infeksi primer terjadi selama masa kehamilan maka virus dapat
menembus plasenta dan menginfeksi janin. Hal inilah yang dapat mengakibtakan
penyakit kongenital atau bahkan kematian janin.

Epstein-Barr virus
Epstein-baar (EB) virus dinamai sesuai dengan nama penemu virus ini,Epstein
dan Barr. Virus ini merupakan faktor etiologi dari penyakit Burkitt lymphoma,
keganasan berasal dari sel limfonodi. Pada penyakit ini biasanya rahang bawah
merupakan daerah yang sering terkena tumor, meskipun tumor bisa menyerang pada
daerah ginjal, hati, ovarium, tiroid, dan rahang atas.
EB virus hapir sama dengan virus herpes lainnya secara morfologi dan
struktural. Virus ini menginfeksi limfoid sel B manusia. Setelah menginfeksi, virus
akan bereplikasi dan efek sitopatik menunjukan adanya degenerasi limfosit dan sel
akan mati. Pada beberapa kesempatan, EB virus bisa secara permanen menempel pada
sel limfosit, dimana sel ini akan terus berproliferasi.

Sumber :
Wilson, Jane. 2000. Clinicl Microbiology : An Introduction for Healthcare Professionals
Eighth edition. London : Baillere Tindall.
Volk, dkk. 1986. Essentials of Medical Microiology Third edition. Philadelphia : J.B
Lippincott company.

Anda mungkin juga menyukai