Peraturan Perundangan Ketenaganukliran
Peraturan Perundangan Ketenaganukliran
KETENAGANUKLIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Undang Undang
pengganti undang undang Pokok Tenaga Atom No. 31 tahun 1964 yang
mengatur seluruh masalah pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia. Adapun
penggantian
undang
undang
ini dilakukan
mengingat perkembangan
Makalah
ini
berisi
Undang-undang
No.
10
tahun
1997
tentang
Rancangan
Peraturan
Pemerintah
tentang
Pembangunan
dan
BAB II
UNDANG UNDANG KETENAGANUKLIRAN
Pemanfaatan adalah
bagian yaitu untuk energi dan non energi. Pemanfaatan tenaga nuklir untuk
energi adalah dalam bentuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN),
dimana di dalam reaktor nuklir terjadi reaksi nuklir yang mengakibatkan
timbulnya panas dan panas ini diubah menjadi uap yang selanjutnya uap akan
dipergunakan memutar turbin yang pada akhirnya terjadi listrik.
Menurut Undang-Undang ini, reaktor nuklir adalah salah satu dari Instalasi
nuklir disamping fasilitas yang digunakan untuk pemurnian, konversi,
pengayaan bahan nuklir, fabrikasi bahan bakar nuklir dan/ atau olah ulang
bahan bakar bekas. Demikian juga halnya fasilitas yang digunakan untuk
menyimpan bahan bakar nuklir dan bahan bakar bekas disebut sebagai Instalasi
nuklir. Sedangkan pemanfaatan tenaga nuklir dalam bentuk non energi sangat
banyak didapati dan digunakan di Indonesia seperti penggunaan zat radioaktif
dan sinar-X untuk radiografi, Logging, Gauging, Analisa bahan, Kaos lampu,
Perunut/tracer, dan lain-lain.
Di dalam undang undang disebutkan bahwa bahan nuklir, yang terdiri atas
bahan galian nuklir, bahan bakar nuklir, dan bahan bakar bekas dapat
digunakan siapa saja namun harus tunduk pada peraturan yang ada serta
diawasi oleh pemerintah.
Disamping kedua badan ini juga dapat dibentuk Majelis Pertimbangan Tenaga
Nuklir yang berfungsi memberikan masukan kepada pemerintah tentang
pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia dan unsur yang ada di dalam Majelis
ini dapat yang berasal dari perguruan tinggi, para pakar, tokoh masyarakat, dan
lain lain. Demikian juga halnya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dapat
dibentuk untuk melakukan usaha di bidang ketenaganukliran jika diperlukan.
4
di
pengembangan itu Badan Pelaksana dapat bekerja sama dengan Instansi dan
badan lain yang dapat berupa swasta nasional maupun asing.
Salah satu hal yang penting yang diatur didalam undang undang ini adalah
bahwa pengusahaan tenaga nuklir dalam bentuk komersial, dapat dilakukan
oleh badan swasta, koperasi maupun BUMN. Sedangkan pengusahaan tenaga
nuklir yang non komersial dapat dilakukan oleh Badan Pelaksana dan tentunya
bila ada pihak swasta, koperasi maupun BUMN ingin melakukan pengusahaan
yang non komersial tersebut dapat bekerja sama dengan Badan Pelaksana.
Khusus dalam pembangunan dan pengoperasian reaktor nuklir yang berskala
besar dan komersial seperti PLTN hanya dapat dilakukan oleh swasta, koperasi
maupun BUMN, sedangkan badan pelaksana tidak boleh melakukannya.
Pembangunan dan pengoperasian reaktor nuklir ini harus terlebih dahulu
dikonsultasikan dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia.
tidak dapat
Bila terjadi kerugian yang mengakibatkan kematian, cacat, atau hal lain yang
merugikan yang disebabkan oleh kekritisan nuklir maka akibat tersebut harus
dibayar oleh pengusaha melalui asuransi. Dengan kata lain bahwa setiap
dibangunnya instalasi nuklir maka pengusaha instalasi harus mengasuransikan
instalasi tersebut yang dapat membayar kerugian paling banyak 900 milliar
rupiah.
1.
2.
3.
4.
Bila penghasil limbah radioaktif tingkat rendah dan tingkat sedang tidak
mengikuti cara pengelolaan seperti yang disebut dalam undang undang
ini akan didenda paling banyak Rp. 100 juta. Sedangkan bagi penghasil
limbah radioaktif tingkat tinggi, pengelolaannya tidak mengikuti
peraturan perundangan yang berlaku akan didenda paling banyak sebesar
Rp. 300 juta dan pidana penjara paling lama 5 tahun. Dan bila terpidana
tidak mampu membayar denda akan dipidana penjara paling lama 1
tahun penjara (pasal 44).
BAB III
KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN
RADIASI PENGION
Adapun isi dari Peraturan Pemerintah No. 63 tahun 2000 antara lain adalah
: Penjelasan beberapa istilah yang digunakan dalam peraturan pemerintah ini
Ruang lingkup dan tujuan; Sistim Pembatasan Dosis; Sistim Manajemen
Keselamatan Radiasi; Kalibrasi; Penanggulangan Kecelakaan Radiasi; dan
Sanksi Administratif.
2.
3.
Nilai Batas Dosis adalah dosis terbesar yang diizinkan oleh BAPETEN
yang dapat diterima oleh pekerja radiasi dan anggota masyarakat dalam
jangka waktu tertentu tanpa menimbulkan efek genetik dan somatik yang
berarti akibat pemanfaatan tenaga nuklir.
4.
Pekerja Radiasi adalah setiap orang yang bekerja di instalasi nuklir atau
instalasi radiasi pengion yang diperkirakan menerima dosis radiasi
tahunan melebihi dosis untuk masyarakat umum.
6.
7.
Nilai Batas Dosis yang dimaksudkan di dalam peraturan ini adalah berlaku
untuk pekerja radiasi maupun untuk masyarakat umum yang masing-masing
besarnya ditentukan di dalam Keputusan Kepala BAPETEN No. 01/KaBAPETEN/V-99. Nilai Batas Dosis ini adalah suatu nilai apabila diterima tidak
mempunyai efek baik somatik maupun genetik. Tentang penerimaan dosis ini
sebaiknya berprinsip pada ALARA (as low as reasonably achievable). Nilai
Batas Dosis ini tidak termasuk radiasi yang didapatkan dari alam dan dari
pemeriksaan kesehatan. Dosis radiasi yang didapat oleh masyarakat umum juga
dapat diakibatkan pelepasan zat radioaktif dari suatu instalasi atom ke
lingkungan. Oleh karena itu telah dikeluarkan Keputusan Kepala BAPETEN
No. 02/Ka-BAPETEN/V-99 tentang Baku Tingkat Radioaktivitas Di
Lingkungan, dimana setiap pelepasan zat radioaktif ke lingkungan baik gas,
cair, maupun padat telah ditentukan batas aktivitasnya.
Pengusaha instalasi adalah pimpinan instalasi atau orang lain yang ditunjuk
untuk mewakilinya. Dengan demikian segala tanggung-jawab atas segala
sesuatu yang berhubungan dengan pemanfaatan tenaga nuklir tersebut adalah
berada ditangannya.
Untuk menangani hal-hal yang berhubungan dengan proteksi radisi maka pada
satu instalasi paling tidak harus memiliki satu orang Petugas Proteksi Radiasi
(PPR).
Pengusaha Instalasi dapat menunjuk dirinya sendiri atau orang lain sebagai
PPR setelah mendapat persetujuan dari Instansi Yang Berwenang. Persetujuan
dimaksud dapat berupa pengesahan setelah menempuh suatu ujian yang
dilaksanakan oleh Instansi Yang Berwenang dan selanjutnya dikeluarkan Surat
Izin Bekerja (SIB), atau dengan kebijakan lain yang diberikan oleh Instansi
Yang Berwenang. Khusus untuk persyaratan menjadi Petugas Proteksi Radiasi
telah ditetapkan
Para pekerja radiasi yang dipekerjakan dalam suatu instalasi di samping harus
dibekali dengan pendidikan dan pelatihan tentang keselamatan dan kesehatan
kerja terhadap radiasi, juga harus sehat jasmani dan rohani. Hal ini harus
dibuktikan dengan pemeriksaan kesehatan oleh dokter yang ditunjuk oleh
Instalasi
Dalam hal terjadi penerimaan dosis besar yang melampaui nilai batas dosis
yang
ditentukan
maka
instansi
pengolah
harus
sesegera
mungkin
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa setiap pekerja harus sehat jasmani dan
rohani
Hasil pemeriksaan kesehatan dan kartu dosis harus disimpan secara baik
selama 30 tahun setelah pekerja tersebut berhenti bekerja. Dokumen ini adalah
salah satu dokumen proteksi radiasi.
darurat,
prosedur
penanggulangan
keadaan
darurat,
peralat
13
Pelanggaran atas peraturan ini dikenakan sanksi administratif yang kalau tidak
diindahkan akan dapat dikenakan sanksi pidana seperti yang tertera di dalam
UU No. 10 tahun 1997 tentang Ketenaganukliran.
14
BAB IV
PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR
Istilah pemanfaatan di dalam peraturan ini diartikan secara luas, tidak hanya
berarti penggunaan tetapi meliputi perbuatan lain yang berhubungan dengan
tenaga nuklir, misalnya : penguasaan, pengedaran, penjualan, penyimpanan,
penyerahan, pengangkutan, eksport, import dan lain-lain. Jadi setiap perbuatan
itu memerlukan izin dari Instansi Yang Berwenang yaitu Bapeten. Namun
dalam hal perizinan ini pengecualian, yang telah ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Bapeten No. 19/Ka-BAPETEN/X-99, bahwa pemanfaatan tenaga
nuklir aktivitas yang tidak melebihi batas yang tertera dalam Keputusan tidak
memerlukan izin pemanfaatan.
Memiliki izin usaha atau izin lain dari instansi yang bersangkutan.
2.
3.
Memiliki tenaga yang cakap dan terlatih baik untuk bekerja dengan
tenaga nuklir;
4.
5.
Fasilitas instalasi
Persyaratan kedua di atas adalah fasilitas atau bangunan atau ruangan yang
tersedia atau peralatan dan pendukungnya (untuk instalasi terbuka) harus
sedemikian rupa sehingga tidak ada radiasi yang membahayakan pekerja
maupun anggota masyarakat lain. Dengan demikian persyaratan ini bergantung
pada jenis pemakaian radiasi. Persyaratan untuk permohonan izin penggunaan
irradiator, radiografi industri, pemasangan pesawat sinar-X untuk kesehatan
tidak sama.
Adanya tenaga yang cakap dan terlatih baik harus dibuktikan dengan ujian
yang dilakukan oleh Bapeten dan telah mendapatkan SIB. Persyaratan untuk
mendapatkan SIB ini telah dijelaskan sebelumnya yaitu berdasarkan SK
Kepala Bapeten No. 17/Ka-BAPETEN/IX-99.
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa radiasi tidak dapat dilihat dengan panca
indera dan hanya dapat diketahui dengan peralatan. Peralatan minimum untuk
16
Sesuai dengan peraturan bahwa izin dapat diberikan kepada perseorangan atau
Badan asalkan memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Di dalam Peraturan
Pemerintah ini tegas disebutkan bahwa apabila pemohon telah memenuhi
semua persyaratan maka dalam 14 (empat belas hari) izin sudah harus terbit.
Apabila suatu ketika persyaratan tidak dipenuhi lagi seperti tenaga kerja yang
cakap dan terlatih pindah kerja maka dia harus diganti dengan orang
mempunyai kualifikasi yang sama dengan orang terdahulu dan harus
diberitahukan ke Bapeten. Kalau hal tersebut tidak dapat dipenuhi maka Orang
atau Badan yang diberi izin tersebut tidak memenuhi syarat lagi untuk bekerja
dengan tenaga nuklir. Di dalam Peraturan Pemerintah ini tegas disebutkan
bahwa apabila terjadi perubahan data perizinan sebelum izin berakhir,
pemegang izin harus segera mengajukan permohonan perubahan terhadap izin
yang sudah diterbitkan.
Masa berlaku setiap izin tentu ada namun untuk masing-masing tujuan
pemanfaatan adalah berbeda. Namun dalam hal pemanfaatan irradiator izin
yang diberikan adalah bertahap yaitu izin konstruksi dan izin operasi yang
berlaku selama 5 (lima) tahun. Bila masa berlakunya izin sudah atau akan
berakhir maka permohonan perpanjangan dapat diajukan kembali, tentunya
izin perpanjangan ini akan diberikan jika syarat izin terpenuhi. Namun harus
diingat bahwa dalam keadaan tertentu izin dapat dicabut atau dibekukan untuk
sementara. Sebagai contoh dapat disebut tidak adanya lagi personil yang cakap
dan
terlatih
untuk
bekerja
dengan
radiasi,
tidak
menyelenggarakan
dokumentasi yang berkaitan dengan pekerjaan dengan zat radioaktif dan atau
sumber radiasi lainnya, melakukan tindakan yang justru memperbesar bahaya
yang timbul akibat zat radioaktif dan atau sumber radiasi lainnya, dan lain-lain.
Untuk pelanggaran ini sudah barang tentu diberikan peringatan kepada
17
Badan/Instansi/Perorangan tersebut. Namun kalau peringatan ini tidak diindahkan maka selanjutnya dapat dilakukan pembekuan izin untuk sementara
hingga tegoran atau peringatan tersebut dilaksanakan. Jika hal ini juga tidak
diindahkan maka akan dilakukan pencabutan izin, artinya tidak memenuhi
syarat lagi untuk menggunakan tenaga nuklir. Apabila hal ini terjadi dan
pengguna tetap bekerja maka dapat dikenakan sanksi pidana seperti tertera di
dalam UU No. 10 tahun 1997
Yang paling sering dilupakan oleh Pengusaha Instalasi Nuklir atau Pemegang
izin adalah kewajiban mereka sebagai pemegang izin. Di dalam Peraturan
Pemerintah ini ada beberapa kewajiban Pemegang izin yaitu :
1.
2.
3.
Menyelenggarakan
dokumentasi
mengenai
segala
sesuatu
yang
5.
6.
7.
Melaporkan kepada BAPETEN dan atau instansi lain yang terkait apabila
terjadi kecelakaan radiasi.
8.
9.
Salah satu yang perlu diingat bahwa dalam Peraturan Pemerintah ini
disebutkan bahwa Pemegang izin bertanggung-jawab atas kerugian yang
timbul akibat pemanfaatan tenaga nuklir.
19
BAB V
PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF
2.
3.
4.
5.
radioaktif ini berlaku juga ketentuan lain yang berlaku umum untuk
pengangkutan barang melalui udara, laut maupun darat. Karena dalam
peraturan
pengangkutan
ini
juga
dibicarakan
mengenai
Pengangkut,
Pembungkus
adalah
perangkat
komponen
yang
diperlukan
untuk
mengungkung zat radioaktif sepenuhnya, dapat terdiri dari satu wadah atau
lebih, bahan penyerap, kerangka, penahan radiasi, peralatan untuk mengisi dan
mengosongkan, pengatur ventilasi dan tekanan, dan peralatan untuk
pendinginan, peredam goncangan, untuk pengangkutan dan pengokohan, untuk
penahan panas, dan peralatan.
Penerima adalah orang atau badan yang menerima zat radioaktif dari Pengirim
dan dinyatakan dalam dokumen pengangkutan.
tersebut.
Bungkusan zat radioaktif tidak boleh diangkut dalam satu ruangan dengan
barang-barang berbahaya lainnya demikian juga halnya dengan film yang
belum diproses tidak boleh diletakkan dekat dengan bungkusan.
22
2.
memberikan tanda, label, dan atau plakat pada kendaraan angkutan jalan
dan jalan rel;
3.
Apabila informasi yang diberikan oleh Pengirim tidak benar, dan timbul
kerugian oleh Pengangkut atau pihak lain, maka Pengirim tersebut bertanggung
jawab atas semua kerugian yang ditimbulkan.
Pengirim harus melakukan pembungkusan sesuai dengan tipe dan dan kategori
bungkusan.
Setiap bungkusan yang akan diangkut harus disertai dokumen penangkutan dan
diberi tanda, label, dan atau plakat yang jelas.
Tangki yang telah digunakan untuk mengangkut zat radioaktif tidak boleh
digunakan untuk menyimpan atau mengangkut barang lainnya, sebelum
dinyatakan aman atau bebas kontaminasi.
radioaktif
harus dipantau
menentukan
tingkat
kontaminasi.
Pekerja yang secara rutin terlibat langsung dalam pengangkutan zat radioaktif
harus mendapatkan pelatihan mengenai pengangkutan zat radioaktif, dan
pelatihan ini menjadi tanggung jawab Pengangkut.
Pengirim dalam pangangkutan zat radioaktif dan bahan nuklir harus menyusun
Program Jaminan Kualitas, dan disampaikan kepada BAPETEN untuk
disetujui.
Jenis dan aktivitas zat radioaktif dalam suatu bungkusan tidak boleh melebihi
batas yang ditentukan untuk tipe bungkusan. Sedangkan untuk pengangkutan
zat radioaktif yang mempunyai sifat bahaya lain harus juga memenuhi
ketentuan pengangkutan bahan berbahaya dan beracun.
27
BAB VI
PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF
Saat ini telah diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2002 tentang
Pengelolaan Limbah Radioaktif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2002 No. 52 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4202),
dan telah ada peraturan pelaksanaannya yaitu Keputusan Kepala BAPETEN
No. 03/Ka-BAPETEN/V-99 tentang Ketentuan Keselamatan Pengelolaan
Limbah Radioaktif, dan telah pula dipersiapkan juga Keputusan Kepala
BAPETEN tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Limbah Radioaktif oleh
Pemakai.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2002 tersebut digunakan istilahistilah antara lain limbah radioaktif, limbah radioaktif tingkat rendah, limbah
radioaktif tingkat sedang, limbah radioaktif tingkat tinggi, tingkat aman,
penghasil limbah radioaktif, pengelola limbah radioaktif, pengelolaan limbah
radioaktif, pengolahan limbah radioaktif, pengelolaan lingkungan hidup,
penyimpanan
sementara,
penyimpanan,
penyimpanan
lestari,
dan
dekomisioning instalasi.
Yang disebut dengan limbah radioaktif adalah zat radioaktif dan atau bahan
serta peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena
pengoperasian instalasi nuklir atau instalasi yang memanfaatkan radiasi
pengion yang tidak dapat digunakan lagi.
Limbah
Tingkat aman adalah nilai yang ditetapkan oleh BAPETEN dan dinyatakan
dalam konsentrasi aktivitas atau tingkat kontaminasi, dan atau aktivitas total
pada atau di bawah nilai tersebut, sumber radiasi dibebaskan dari pengawasan.
Pengelola limbah radioaktif adalah Badan Pelaksana atau Badan Usaha Milik
Negara, koperasi, dan atau badan swasta yang bekerja sama dengan atau
ditunjuk oleh Badan Pelaksana, yang melaksanakan pengelolaan limbah
radioaktif.
Pengelolaan
limbah
radioaktif
adalah
pengumpulan,
pengelompokan,
antara lain
dilakukan
zat
Dalam pengelolaan limbah ini harus menerapkan Asas Proteksi Radiasi yang
meliputi asas justifikasi, limitasi, dan optimasi.
Tujuan pengelolaan limbah radioaktif yaitu untuk melindungi keselamatan dan
kesehatan pekerja, anggota masyarakat, dan lingkungan hidup dari bahaya
radiasi dan atau kontaminasi.
BATAN atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN), koperasi, dan atau badan
swasta yang akan melakukan pengelolaan limbah radioaktif wajib memperoleh
izin dari BAPETEN. Izin untuk BUMN, koperasi, dan atau badan swasta
diberikan setelah ada bukti kerjasama dengan atau penunjukkan dari BATAN.
2.
pengelolaan limbah radioaktif yang berasal dari aplikasi teknik nuklir dan
Penghasil limbah radioaktif lainnya, untuk diolah, disimpan sementara
atau disimpan lestari;
3.
4.
31
serendah
mungkin
melalui
perancangan,
pembangunan,
Untuk itu
Limbah radioaktif yang berasal dari luar negeri tidak diizinkan untuk disimpan
di dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, keculai limbah radioaktif
yang berasal dari zat radioaktif yang di produksi di dalam negeri., dengan
disertai bukti bahwa zat radioaktif tersebut dibuktikan dengan dokumen yang
menyatakan bahwa zat radioaktif tersebut berasal dan diproduksi dari
Indonesia.
Untuk bahan bakar nuklir bekas dilarang untuk diolah oleh Penghasil limbah
radioaktif, dan wajib disimpan sementara sekurang-kurangnya selama masa
operasi reaktor nuklir.
Limbah radioaktif tingkat rendah dan sedang dapat diolah sendiri oleh
penghasil limbah radioaktif, dan selanjutnya wajib diserahkan kepada BATAN.
Apabila tidak mengolah sendiri dapat menyerahkan kepada pengolah limbah
radioaktif yaitu BATAN, atau BUMN, koperasi dan atau badan swasta yang
bekerjasama dengan atau ditunjuk oleh BATAN. Penyerahan ini dibuat berita
acara serah terima yang memuat kuantitas dan karakteristik limbah radioaktif,
dan waktu penyerahan limbah radioaktif. Salinan berita acara tersebut harus
diserahkan kepada BAPETEN.
Limbah radioaktif tingkat tinggi yang bukan bahan bakar bekas dilarang diolah
oleh Penghasil limbah radioaktif dan wajib disimpan sementara sebelum
diserahkan ke BATAN atau dikirim kembali ke negara asal.
Penyerahan
tersebut harus dengan berita acara serah terima yang memuat kuantitas dan
karakteristik limbah radioaktif, dan waktu penyerahan limbah radioaktif.
Salinan berita acara dan bukti pengiriman tersebut harus diserahkan kepada
BAPETEN, selambat-lambatnya 14 hari sejak penyerahan atau pengiriman
kembali limbah radioaktif.
2.
3.
4.
5.
2.
3.
4.
5.
2.
lokasi tahan terhadap gempa dan memenuhi karakteristik materi bumi dan
sifat kimia air;
3.
4.
5.
6.
7.
8.
34
2.
lokasi tahan terhadap gempa dan memenuhi karakteristik materi bumi dan
sifat kimia air;
3.
4.
5.
6.
7.
8.
35
BAB VII
PERATURAN PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN INSTALASI
NUKLIR
Seperti diamanatkan oleh pasal 17 ayat (2) undang undang No. 10 tahun 1997
bahwa Pembangunan dan Pengoprasian Reaktor Nuklir dan juga Pembangunan
dan Pengoperasian Instalasi Nuklir non Reaktor diatur melalui Peraturan
Pemerintah (PP). Namun hingga kini PP tersebut belum berhasil diterbitkan.
Adapun draft tersebut telah dimulai 2 tahun yang lalu dengan penyusunan
draft konsepsi baik internal BAPETEN maupun antar departemen.
dasarnya
Pada
Izin Tapak
2.
Izin Konstruksi
3.
4.
5.
Izin Dekomissioning.
6.
Setiap tahapan perizinan ini tentunya harus disertai dengan dokumen yang
telah ditentukan oleh Badan Pengawas yang selalu berpedoman pada
standar dan peraturan internasional. Dengan demikian dapat diharapkan
dengan persyaratan dan tahapan perizinan ini maka pembangunan dan
pengoperasian reaktor nuklir atau pembangunan dan pengoperasian
instalasi nuklir non reaktor tidak akan memberikan dampak negatif
terhadap pekerja, masyarakat, maupun lingkungan hidup tetapi dapat
memberikan kesejahteraan bagi negara dan bangsa.
36
BAB VIII
PENUTUP
37
BENTUK PERATURAN
Tentang
1.
2.
3.
Ketenaganukliran
4.
5.
6.
7.
Terhadap
dicabut dengan
PP No. 26 Tahun 2002
diubah dengan
PP No. 48 Tahun 2001
Tanggal
Ket.
disahkan
18-12-1978 LN Th 1978
No. 53
TLN
No.3129
2 04- 1997 LN Th 1997
No. 21
TLN
No.
3675
10-04-1997 LN Th 1997
No. 23
TLN
No.3676
16-04-1975 LN Th 1975
No. 15
TLN
21-08-2000 No.3051
LN Th 2000
No. 136
TLN
No.3992
16-04-1975 LN Th 1975
No.16
TLN
21-08-2000 No.3052
LN Th 2000
No.137
TLN
No.3993
16-04-1975 LN Th 1975
No.17
TLN
13- 05- 2002 No.3053
LN Th 2002
No.51
TLN
No.4202
18-12-2000 LN Th 2000
No.239
TLN
No.4041
08 06- 2001
38
No
BENTUK PERATURAN
Tentang
Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak Yang Berlaku Pada Badan Pengawas
Tenaga Nuklir
8.
9.
10.
11.
12.
13.
KepPres RI No 76 Th 1998
dicabut dengan
KepPres No. 166 Th 2000
diubah beberapa kali terakhir
dengan KepPres No. 62 Th
2001
dicabut dengan
KepPres No. 103 Th 2001,
diubah dengan
KepPres No. 3 Th 2002
diubah dengan
KepPres No. 46 Th 2002
diubah dengan
KepPres No. 9 Th 2004
14.
15.
Kep.Ka.BAPETEN
01/Ka-BAPETEN/V-99
Kep.Ka.BAPETEN
02/Ka-BAPETEN/V-99
Kep.Ka.BAPETEN
03/Ka-BAPETEN/V-99
Kep.Ka.BAPETEN
04/Ka-BAPETEN/V-99
16.
17.
18.
Tanggal
disahkan
Ket.
LN Th 2001
No.72
TLN
No.4103
13- 05- 2002 LN Th 2002
No. 52
TLN
No.
4203
24-09-1986 LN Th 1986
No. 64
01-09-1993 LN Th 1993
No. 75
01-09-1993 LN Th 1993
No. 76
01-09-1993 LN Th 1993
No. 77
08-05-1998
23-11-2000
17-05-2001
13-09-2001
13-02-2002
01-07-2002
04-10-2001
05-05-1999
05-05-1999
LN
No.
124
05-05-1999
05-05-1999
39
No
18.
19.
BENTUK PERATURAN
Kep.Ka.BAPETEN
No. Ketentuan Keselamatan Disain Reaktor
05/Ka-BAPETEN/V-99
Penelitian
Kep.Ka.BAPETEN
No. Pembangunan dan Pengoperasian Reaktor
06/Ka-BAPETEN/V-99
Nuklir
No
BENTUK PERATURAN
20.
Kep.Ka.BAPETEN
No.
07/Ka-BAPETEN/V-99
Kep.Ka.BAPETEN
No.
08/Ka-BAPETEN/V-99
Kep.Ka.BAPETEN
No.
09/Ka-BAPETEN/V-99
Kep.Ka.BAPETEN
No.
10/Ka-BAPETEN/VI-99
Kep.Ka.BAPETEN
No.
11/Ka-BAPETEN/VI-99
Kep.Ka.BAPETEN
No.
12/Ka-BAPETEN/VI-99
Kep.Ka.BAPETEN
No.
13/Ka-BAPETEN/VI-99
dicabut dengan
Peraturan Ka. BAPETEN
No. 2 Tahun 2005
Kep.Ka.BAPETEN
No.
14/Ka-BAPETEN/VI-99
Kep.Ka.BAPETEN No. 01P/Ka-BAPETEN/VI-99
Kep.Ka.BAPETEN No. 02P/Ka-BAPETEN/VI-99
Kep.Ka.BAPETEN No. 03P/Ka-BAPETEN/VI-99
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
Tentang
Tentang
Jaminan Kualitas Instalasi Nuklir
Tanggal
disahkan
05-05-1999
05-05-1999
Tanggal
disahkan
05-05-1999
05-05-1999
05-05-1999
15-06-1999
15 Juli 2005
15-06-1999
15-06-1999
Ket.
Ket.
15-06-1999
15-06-1999
15-06-1999
15-06-1999
15-06-1999
15-06-1999
30-08-1999
27-12-2001
40
33.
No
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
Kep.Ka.BAPETEN
No.
16/Ka-BAPETEN/IX-99
dicabut dengan
Kep.Ka.BAPETEN No. 16
rev.1/Ka-BAPETEN/XII-01
BENTUK PERATURAN
Tentang
Kep.Ka.BAPETEN
No. Persyaratan Untuk Memperoleh Izin Bagi
17/Ka-BAPETEN/IX-99
Petugas Pada Instalasi Nuklir Dan Instalasi
Yang Memanfaatkan Radiasi Pengion
diubah dengan
Perubahan Atas Keputusan Kepala Badan
Kep.Ka.BAPETEN No. 17 Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 17/KaBAPETEN/IX-99 Tentang Persyaratan Untuk
rev.1/Ka-BAPETEN/IV-01
Memperoleh Izin Bagi Petugas Pada Instalasi
Nuklir dan Instalasi Yang Memanfaatkan
Radiasi Pengion
Kep.Ka.BAPETEN
No. Sertifikasi dan Akreditasi Lembaga Sertifikasi,
18/Ka-BAPETEN/II-00
Kursus dan atau Laboratorium dalam
Pemanfaatan Tenaga Nuklir
Kep.Ka.BAPETEN
No. Pengecualian dari Kewajiban Memiliki Izin
19/Ka-BAPETEN/IV-00
Pemanfaatan Tenaga Nuklir
Kep.Ka.BAPETEN No. 05- Pedoman Persyaratan Untuk Keselamat-an
P/Ka-BAPETEN/VII-00
Pengangkutan Zat Radioaktif
Kep.Ka.BAPETEN No. 06- Pedoman Pembuatan Laporan Analisis
P/Ka-BAPETEN/XI-00
Keselamatan Reaktor Penelitian
Kep.Ka.BAPETEN
No. Surat Izin Bekerja (SIB) Sementara Bagi
Petugas Proteksi Radiasi Yang Bekerja Dengan
20/Ka-BAPETEN/IV-01
Pesawat Sinar-X Diagnostik
dicabut dengan
Kep.Ka-BAPETEN No. 20 Persyaratan Dan Tata Cara Untuk Memperoleh
Dan Menerbitkan Surat Izin Bekerja (SIB)
rev1/Ka-BAPETEN/V-03
Sementara Bagi Petugas Proteksi Radiasi Yang
Bekerja Dengan Pesawat Sinar-X Diagnostik
Kep.Ka.BAPETEN No. 07- Pedoman Dekomisioning Fasilitas Medis,
P/Ka-BAPETEN/II-02
Industri Dan Penelitian Serta Instalasi Nuklir
Non-Reaktor
Kep.Ka.BAPETEN
No. Program Jaminan Kualitas Radioterapi
21/Ka-BAPETEN/XII-02
Kep.Ka.BAPETEN No. 01- Pedoman Dosis Pasien Radiodiagnostik
31-12-2004
06-09-1999
27-12-2001
Tanggal
disahkan
14-09-1999
Ket.
16-04-2001
02-02-2000
03-04-2000
21-07-2000
22-11-2000
16-04-2001
19-05-2003
14-01-2002
24-12-2002
14-01-2003
41
43.
44.
45.
46.
47.
P/Ka-BAPETEN/I-03
Kep.Ka.BAPETEN No.
P/Ka-BAPETEN/I-03
Kep.Ka.BAPETEN No.
P/Ka-BAPETEN/I-03
Kep.Ka.BAPETEN No.
P/Ka-BAPETEN/I-03
Kep.Ka.BAPETEN No.
P/Ka-BAPETEN/I-03
Kep.Ka.BAPETEN
070/Ka-BAPETEN/I-03
14-01-2003
14-01-2003
20-01-2003
20-01-2003
21-12-2004
42