Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit diare merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian
pada bayi dan balita di negara berkembang. (1,2,3,4) Diperkirakan 1000 juta kejadian
diare terjadi setiap tahun pada anak balita dan anak mengalami 2 sampai 8 kali
kejadian diare dalam setahun. Diare menyebabkan kematian sebanyak 5 juta anak
balita setiap tahunnya.(1,4) Di samping sebagai penyebab langsung kematian, diare
juga sebagai penyebab utama kurang gizi.(4,5)
Sebagian besar diare menyerang pada dua tahun pertama kehidupan anak.
Angka kejadian tertinggi pada kelompok umur 6-11 bulan, ketika makanan sapihan
mulai diberikan. Kebanyakan penyakit diare bersifat akut, biasanya berlangsung 3-5
hari.(1,4,6)
Diare sendiri adalah perubahan konsistensi berak menjadi lembek sampai cair
lebih dari 3-5 kali per hari. Pembagian diare menurut Depkes meliputi diare tanpa
tanda dehidrasi, dehidrasi ringan sedang, dan dehidrasi berat.(4,7) Penyebab diare bisa
karena psikis, faktor makanan, konstitusi, dan infeksi baik enternal maupun
parenteral. Faktor infeksi merupakan penyebab paling sering dari diare.(1,2,3,4)
Dalam menangani masalah diare, selain faktor penyebab juga perlu
diperhatikan masalah sanitasi, perilaku manusia yang memanfaatkan sarana sanitasi,
status gizi, sosial ekonomi, dan budaya sangat berpengaruh dan saling berkaitan.(1)
Anemia adalah suatu keadaan yang menggambarkan kadar hemoglobin,
hematokrit dan eritrosit kurang dari normal sesuai umur dan jenis kelamin (5). Anemia
mikrositik hipokrom yang paling banyak dijumpai adalah anemia defisiensi besi
yang erat hubungannya dengan kurang energi protein, karena pada kurang energi
protein intake makanan yang mengandung zat besi kurang, sehingga terjadi
ketidakseimbangan antara jumlah besi yang diabsorbsi dengan jumlah besi yang
hilang.(6)

Dalam penulisan ini akan dilaporkan seorang anak dengan diare akut
dehidrasi ringan sedang dan anemia mikrositik hipokromik dengan tujuan untuk
mengetahui cara menegakkan diagnosa dan mengelola penderita sehingga dapat
mencegah komplikasi lebih lanjut.

B. Tujuan
Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui cara mendiagnosis dan
mengelola pasien dengan Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang dan Anemia
hipokrom mikrositik sekaligus untuk mengevaluasi tindakan yang telah diberikan
dengan kepustakaan yang ada, sehingga dapat dijadikan media belajar yang baik bagi
mahasiswa.

C. Manfaat
Penulisan laporan ini diharapkan dapat membantu mahasiswa kedokteran
untuk belajar menegakkan diagnosis, melakukan pengelolaan dan mengetahui
komplikasi yang terjadi pada penderita Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang dan
Anemia hipokrom mikrositik.

BAB II
PENYAJIAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama

: An. Surya anafi

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 10 bulan

Alamat

: Songgom 01/05

Masuk RSDS

: 09 Juli 2015

Keluar RSDS

No CM

: 415958

Nama Ayah

: Tn W

Umur

Pendidikan

Pekerjaan

Nama Ibu

tahun

: Ny E

Umur

tahun

Pendidikan

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

B. ANAMNESIS (Alloanamnesis)
Alloanamnesis dengan Ayah penderita pada tanggal 9 Juli 2015 pukul 17.00
WIB di bangsal Kemuning I.

Keluhan utama : Mumtah dan mencret

Riwayat Penyakit Sekarang :


-

Dua hari anak mencret >4x sehari @ 1/4 gelas belimbing, cair, warna
kuning, ampas sedikit, tidak ada lendir, tidak ada darah, tidak berbau
asam, nyemprot (+). Muntah 3 x sehari @ 2 sdm, isi seperti yang
dimakan dan diminum, tidak nyemprot. Batuk (-), pilek (-)

Satu hari anak mencret >5x sehari @ 1/4 gelas belimbing, cair, warna
kuning, ampas tidak ada, tidak ada lendir, tidak ada darah, tidak
berbau asam, nyemprot. Muntah 1x sehari @ 2 sdm, isi seperti yang
dimakan dan diminum, tidak nyemprot. Anak tampak kehausan. Anak
panas tidak tinggi kemudian dibawa ke dokter spesialis anak, diberi
puyer, Recomycetin (chloramphenicol), Infatrim (SulfametoxazoleTrimetoprim). Setelah diminum 3 kali tak ada perubahan, anak dibawa
ke poliklinik RSDK dan disarankan untuk mondok.

Kencing terakhir 5 jam yang lalu, jumlah sedikit, warna kuning.

Riwayat makan sebelumnya, anak diberi nasi yang diblender dengan


wortel sebelum mencret. Alat blender yang dipergunakan bekas
memblender cabai. Riwayat makanan basi disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu


Penderita tidak pernah mencret seperti ini sebelumnya. Penyakit yang
pernah diderita adalah batuk, pilek.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga maupun tetangga yang sakit seperti ini.
Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah penderita bekerja sebagai pedagang jamu di rumah. Ibu tidak
bekerja. Penghasilan Rp.900.000,00. Menanggung 1 orang anak. Biaya
pengobatan ditanggung ayah penderita.
Kesan Sosial Ekonomi : cukup.

Riwayat Pemeliharaan Prenatal


Pemeriksaan kehamilan di Puskesmas 10 kali, TT dua kali, penyakit
kehamilan disangkal. Obat-obatan yang diminum selama kehamilan
vitamin dan tablet tambah darah.

Riwayat Kelahiran dan Kehamilan Ibu Penderita


No
Kehamilan dan Persalinan
1. Abortus, usia kehamilan 4 bulan
2. Abortus, usia kehamilan 1,5 bulan
3. Laki-laki, aterm, section caesar, dokter

Umur

7 bulan

RSDK, BBL : 3500 gr, PB 48 cm


Riwayat Postnatal
Periksa di Puskesmas, anak dalam keadaan sehat.

Riwayat Keluarga Berencana


Saat ini ibu penderita mengikuti program KB suntik selama 6 bulan.

Riwayat Imunisasi
BCG

: 1x ( 1 bulan ), scar (+)

DPT

: 3x (1,5,7 bulan )

Polio

: 3x (1,2,3 bulan )

Campak

:-

Hepatitis B: 2x (2,3 bulan )


Kesan : Imunisasi dasar belum lengkap sesuai umur.

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


Senyum

: 1,5 bulan

Miring

: 2 bulan

Tengkurap

: 4 bulan

Duduk

: 7 bulan

Gigi keluar

: belum

Merangkak

: belum

Berdiri

: belum

Berjalan

: belum

Sekolah

: belum

Kesan : perkembangan dan pertumbuhan sesuai dengan umur

Riwayat makan dan minum :


ASI diberikan sejak lahir sampai sekarang.
Usia 2 bulan sampai sekarang diberi Lactogen I, 1 sendok takar dalam 30
cc, 2 kali sehari, tidak habis.
Usia 4 bulan sampai sekarang diberi bubur Nestle (kacang hijau/ beras
merah), 3 kali sehari, @ 2 sendok makan, habis.
Usia 6 bulan sampai sekarang diberi pisang yang dikerok buah, 2 kali
sehari, habis.

2 hari ini anak mulai diberi nasi dan wortel yang diblender, 2 kali sehari,
@ mangkok kecil, tidak habis.
Kesan : kualitas dan kuantitas cukup
C. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 8 April 2004 pukul 13.30 WIB
, 7 bulan , BB: 7250 gr, PB : 70 cm
BB koreksi

= 100% 7,5% = 92,5%


100

= 92,5 x 7250 = 7790 gr


Keadaan Umum : sadar, kurang aktif, tampak kehausan dan rewel, tanda
dehidrasi (+)
Tanda Vital

: N

: 120 x / menit, isi dan tegangan cukup

RR

: 36 x / menit, reguler

: 38,5C

Status Internus
Kepala

: mesosefal , LK = 45 cm

UUB

: cekung (+)

Rambut

: hitam, tidak mudah dicabut.

Kulit

: sianosis (-), ikterik (-), turgor kembali lambat (+)

Mata

: cekung (+), air mata (+), conjungtiva palpebra anemis (-),


sklera ikterik (-)

Hidung

: sekret (-), nafas cuping (-)

Telinga

: discharge (-)

Mulut

: bibir kering (+), selaput lendir kering (+), sianosis (-)

Gigi

: belum tumbuh

Tenggorok

: T1-1, faring hiperemis (-)

Leher

: simetris, pembesaran nnll (-/-)

Dada

Paru

: Inspeksi
Palpasi

: simetris statis dinamis, retraksi (-)


: stem fremitus kanan = kiri

Perkusi

: sonor seluruh lapangan paru

Auskultasi

: SD: Vesikuler
ST : Hantaran -/-, Wheezing -/-, Ronkhi -/-

Jantung : Inspeksi
Palpasi

: Ictus cordis tak tampak


: Ictus cordis teraba di SIC V 2 cm medial
Linea Medio Clavicular Sinistra

Perkusi

: tidak dilakukan

Auskultasi

: Bunyi jantung I-II normal, bising (-), gallop


(-).

Abdomen

: Inspeksi

: datar, supel, venektasi (-)

Auskultasi

: bising usus (+) meningkat

Perkusi

: timpani

Palpasi

: turgor kulit kembali lambat


Hepar - BH, tepi tajam, rata, kenyal.
S0

Genital

: , dalam batas normal

Kelenjar

: pembesaran kelenjar (-)

Ekstremitas

superior

inferior

Sianosis

Akral dingin

Anemis

Capillary refill

<2

< 2

Anus

: ekskoriasi (-)

D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah rutin : (pada tanggal 8 April 2004)
Hb

: 9,4 g %

MCV: 77,4 fl (92-121)

Ht

: 28,7 %

MCH: 25,2 g (31-37)

Leukosit

: 8.900 /mm3

MCHC: 32,6 g/dl (29-36)

Trombosit : 217.000 /mm3


Eritrosit

: 3,71 juta /mm3

Kesan : anemia mikrositik hipokromik

Preparat darah hapus:


Hitung jenis

: E0/B0/St7/Sg77/L15/M0

Stadium eritropetik

: poikilositosis(-), anisositosis (-), sel burr (-)


krenasi (-), central pallor > 1/3

Stadium granulopoetik: hipersegmentasi (-), hipergranulasi (-),sel


muda (-)
Stadium trombopoetik : bentuk normal, tersebar rata, clump cell (-)
Kesan

: anemia mikrositik normokromik

Urin
Makroskopis : warna kuning, jernih, tidak berbuih, jumlah cukup.
Feses
Makroskopis : cair, warna kuning, ampas (+), bau asam (-), darah (-),
lendir (-)
Mikroskopis

: telur cacing (-), amoeba (-), protein (+), lemak (+),


karbohidrat (+), sudan III (++), clinitest (-), protozoa
(-), eritrosit (-), bakteri (+)

Lain-lain
Glukosa

77 mg/dl

Na

138 mmol/l

Urea

9 mg/dl

4,7 mmol/l

Creatinin

0,39 mg/dl

Cl

110 mmol/l

Ca

2,25 mmol/l

Kesan : dalam batas normal


E. PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI
, umur 7 bulan, BB = 7250 kg, PB = 70 cm, t = 38,5C
Skor dehidrasi :
KU

: sadar, kurang aktif, rewel

Mata

: cekung

Air mata : ada


Bibir

: kering

Turgor

: kembali lambat

Rasa haus : ada


Kesan : Dehidrasi ringan sedang
NCHS

Z SCORE
7,25

BB/U

= 8,3

x 100% = 87,35%

PB/U

= 69,5 x 100% = 100,72%

BB/PB

= 8,5

Kesan

: Gizi baik

70

7,25

x 100% = 85,3%

WAZ = -1,17
HAZ = 0,18
WHZ = -1,56

F. KEBUTUHAN CAIRAN, KALORI, PROTEIN


, umur 7 bulan, BB = 7250 kg, PB = 70 cm, t = 38,5C, dehidrasi ringan sedang
BB koreksi = 100% 7,5% = 92,5%
100

= 92,5 x 7250 = 7790 gr

Kebutuhan
24 jam
Infus KAEN 3 B
ASI ad libitum
3x 100 cc
6x 80 cc LLM

Cairan
876,4 cc
960

Kalori
779 kkal
1063,7

Protein
15,58 gr
-

300

210

4,2

480

317, 42

8,45

Total

1740

1590,42

12,65

AKG (%)

198,5%

204%

81,19%

G. DIAGNOSIS BANDING
1. Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
Diferensial Diagnosa :
-

Faktor Psikik

Faktor Infeksi : Parenteral


Enteral

Faktor Konstitusi

Faktor Makanan

2. Anemia Mikrositik Hipokromik


Diferensial Diagnosa :
-

Anemia Sideroblastik

Infeksi cacing

Anemia Defisiensi Besi

3. Gizi Baik
H. DIAGNOSIS SEMENTARA
1. Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
2. Anemia Mikrositik Hipokromik
3. Gizi Baik
I. DAFTAR MASALAH
No.
Masalah Aktif
1. Diare Akut Dehidrasi
Ringan Sedang
2. Anemia Mikrositik
Hipokromik

Tanggal
8-4-2004

No
1.

Masalah Pasif
Imunisasi dasar belum
lengkap sesuai umur

8-4-2004

J. INITIAL PLANS
1. Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
Dx
Tx

: Subjektif

:-

Objektif

:-

: Infus KAEN 3B 960 / 40 / 10 tetes/menit


Per Oral : Oralit

50 cc tiap mencret

Diet : ASI ad libitum

3 x 100 cc

LLM

6x 80 cc

10

Tanggal
8-4-2004

Mx

: Keadaan umum, tanda vital, tanda-tanda dehidrasi, frekuensi, volume


dan konsistensi diare, acceptabilitas diet

Ex

: - Memberitahukan kepada orang tua mengenai keadaan anak dan


tindakan yang akan dilakukan
- Memberi oralit atau larutan garam gula setiap mencret bila anak
diare.
- Menjelaskan agar ibu memberikan oralit atau larutan gula garam
sedikit demi sedikit sampai habis, apabila anak muntah maka
dihentikan dahulu + 10 menit lalu dilanjutkan lagi.
- Menyarankan kepada ibu agar memberi minum anak dengan air
yang sudah direbus sampai mendidih terlebih dahulu.
- Menjelaskan pada ibu perlunya menjaga kebersihan diri dan alatalat makan/minum dengan cara cuci tangan sebelum menyuapi
anak menggunakan alat-alat makan/minum yang sudah dicuci
bersih atau direbus dahulu.
- Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda-tanda dehidrasi seperti
anak rewel, tidak mau minum, mata tampak cekung, bila
menangis tidak keluar air mata, bibir kering. Bila anak diare
disertai dengan muntah berulang, anak tampak kehausan,
sebaiknya segera dibawa ke poliklinik terdekat atau rumah sakit.
Hal ini penting bila sesudah pulang dari RSDK anak sakit lagi.
- Menganjurkan untuk memberikan makanan yang bersih dan
jangan sampai memberikan makanan yang basi pada anak.
- Menganjurkan untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan
dan kebersihan pribadi contohnya tidak membuang sampah
sembarangan, buang air besar di jamban, mencuci tangan sebelum
menyuapi anak atau setelah membuang kotoran.

2. Anemia Mikrositik Hipokromik


Dx

: Subjektif
Objektif

Tx

: : Serum Ferritin, SI, TIBC, feses konsentrasi

: Perbaikan gizi

11

Mx : Keadaan umum, tanda vital, tanda-tanda anemia, acceptabilitas


makanan, darah hapus, darah rutin, MCV, MCH, MCHC
Ex

: Menjelaskan pada orang tua penderita agar anak menghabiskan diet


yang diberikan RS.
Memberi penyuluhan pada orangtua penderita untuk memberi
makanan yang banyak mengandung zat besi seperti daging, hati
dan setelah pulang. Pemberian bahan makanan tersebut jangan
dibarengi dengan konsumsi teh maupun serat yang dapat
mengganggu absorbsi Fe.

12

K. TABEL PERJALANAN PENYAKIT


Tanggal (hari ke)
Keluhan
Keadaan umum
Tanda vital :
Nadi
Isi & tegangan
RR
Suhu
Pemeriksaan
Fisik

Laboratorium
darah

Assesment
Terapi

Program

8 April 2004 (I)


Mencret >5x, @ 2 sdm, cair, ampas (+), nyemprot (+), panas
nglemeng, lendir darah (-)
Sadar, rewel, kurang aktif, tampak kehausan, tanda
dehidrasi(+)
120X/menit
cukup
36X/menit
38,5oC
UUB : cekung (+)
Rambut : hitam tak mudah dicabut
Kulit : sianosis (-), ikterik(-)
Mata : cekung (+), air mata(+), conj.anemi(-), sklera ikterik(-)
Hidung: sekret(-), napas cuping (-)
Mulut: bibir kering(+), selaput lendir kering(+),sianosis (-)
Tenggorok: T1-1,faring hiperemi(-)
Dada : simetris statis dinamis, retraksi (-)
Cor/pulmo : dalam batas normal
Perut : datar, supel, bising usus (+) , turgor kembali lambat
Hepar/Lien : tak teraba
Ekst: akral dingin -/-, sianosis -/-, anemis -/-, cap. refill
<2/<2
Hb : 9,4 gr%
MCV: 77,4 fl
Ht : 28,7 %
MCH: 25,2 g
Leukosit:8.900/mm3
MCHC: 32,6 g/dl
Trombosit :
217.000/mm3
Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
Anemia Mikrositik Hipokromik
Infus KAEN 3B 960 / 40 / 10 tetes/menit
Per Oral : Paracetamol syrup 3 x cth ( bila panas )
Oralit
50 cc tiap mencret
Diet : ASI ad libitum
3x100 cc
LLM
6x 80 cc
Feses rutin, pengawasan KU,TV, tanda dehidrasi.

13

Tanggal (hari ke)


Keluhan
Keadaan umum
Tanda vital :
Nadi
Isi & tegangan
RR
Suhu
Pemeriksaan
Fisik

9 April 2004 (II)


Panas, mencret 3x, @ 2 sdm, ampas (+), nyemprot (+), lendir
darah (-)
Tidur
110x/menit
cukup
28 x/menit
38 oC
Mulut: bibir kering(-), selaput lendir kering (-)
Perut : datar, supel, turgor kembali cepat, bising usus (+) N
PF lain tetap

Laboratorium
darah
Assesment
Terapi
Program
Tanggal (hari ke)
Keluhan
Keadaan umum
Tanda vital :
Nadi
Isi & tegangan
RR
Suhu
Pemeriksaan
Fisik
Laboratorium
darah

Tetap
Infus KAEN 3B 1200/ 40 / 10 tetes/menit
Lain-lain tetap
Pengawasan KU,TV, tanda dehidrasi.
10-11 April 2004 (III-IV)
Panas (-), mencret 2x, @ 2 sdm, ampas (+), nyemprot (+), lendir
darah (-)
Sadar, kurang aktif, tanda dehidrasi (-)
116X/menit
cukup
26X/menit
37,6oC
UUB : cekung (-)
PF lain tetap

Assesment

Diare Akut Tanpa Tanda Dehidrasi

Terapi

Lacto B 3x pulv I
Exelane mf. pulv dtd no.X
Lain-lain tetap
Pengawasan KU,TV, tanda dehidrasi.

Program

14

Tanggal (hari ke)


Keluhan
Keadaan umum
Tanda vital :
Nadi
Isi & tegangan
RR
Suhu
Pemeriksaan
Fisik
Laboratorium
darah
Assesment
Terapi
Program

11 April 2004 (24.00)


Mencret 6 x, @ 2 sdm, ampas (+), lendir darah (-)
Sadar, kurang aktif, tanda dehidrasi (+)
110 x/menit
cukup
20 x/menit
37,4 oC
Mata : cekung (+)
Mulut : bibir kering (+), selaput lendir kering (+)
Perut : datar, supel, turgor kembali lambat, bising usus (+) N
PF lain tetap
Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
Infus KAEN 3B 1440 / 60 / 15 tts/mnt vena seksi
Lainnya tetap
Pengawasan KU,TV, tanda dehidrasi.

Tanggal (hari ke)

12-13 April 2004 (V-VI)

Keluhan

Mencret 5x, @ 2 sdm, cair, ampas (+), lendir (-), darah (-)

Keadaan umum

Sadar, kurang aktif, tanda dehidrasi (+)

Tanda vital :
Nadi
Isi & tegangan
RR
Suhu

120 x/menit
cukup
28 x/menit
37,6 oC

Pemeriksaan
Fisik
Laboratorium
darah
Assesment
Terapi
Program

UUB : cekung (+)


PF lain tetap
Tetap
2 x bubur tempe(100cc)
Lainnya tetap
Pengawasan KU,TV, tanda dehidrasi

15

Tanggal (hari ke)


Keluhan

14-16 April 2004 (VII-IX)


Mencret 2x, @ 2 sdm, cair, ampas (+), lendir (+), darah (-)

Keadaan umum
Tanda vital :
Nadi
Isi & tegangan
RR
Suhu
Pemeriksaan
Fisik

Sadar, kurang aktif, tanda dehidrasi (-)

Laboratorium darah
Assesment
Terapi
Program

110x/menit
cukup
28 x/menit
37 oC
UUB : cekung (-)
Mata : cekung (-)
Mulut : bibir kering (+), selaput lendir kering (+)
Perut : datar, supel, turgor kembali cepat, bising usus (+) N
PF lain tetap
Diare Akut Tanpa Tanda Dehidrasi
Metronidazol 125 mg 3x1 mg
Lain tetap
Pengawasan KU,TV, tanda dehidrasi, vena seksi off (tgl 16)

Tanggal (hari ke)


Keluhan
Keadaan umum
Tanda vital :
Nadi
Isi & tegangan
RR
Suhu
Pemeriksaan
Fisik
Laboratorium darah
Assesment
Terapi
Program

17-19 April 2004 (X-XII)


Mencret (-)
Sadar, cukup aktif, tanda dehidrasi (-)
104 x/menit
cukup
26 x/menit
37 oC
Tetap

Diare Akut Tanpa Tanda Dehidrasi


Tetap
Pengawasan KU,TV, tanda dehidrasi

16

Tanggal (hari ke)


Keluhan
Keadaan umum
Tanda vital :
Nadi
Isi & tegangan
RR
Suhu
Pemeriksaan
Fisik
Laboratorium darah

20 April 2004 (XIII)


Mencret (-)
Sadar, cukup aktif, tanda dehidrasi (-)

Assesment
Terapi
Program

Tetap
Tetap
Pulang

110 x/menit
cukup
26 x/menit
37 oC
Tetap

17

L. LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH (25 APRIL 2004 PUKUL 16.00 WIB)


1.

Keadaan Rumah
Status rumah

: kontrak

Ukuran

: 5 x 11 m, tidak ada halaman

Teras rumah

: tidak ada

Dinding rumah

: papan kayu ( semi permanent )

Lantai rumah

: plester semen

Ruangan

: 1 ruang toko jamu, 1 ruang tamu merangkap kamar tidur,


1 dapur, 1 kamar mandi dan halaman belakang dengan
WC leher angsa dengan septi tank tertutup.

Ventilasi

: sumber

ventilasi

dari

pintu

yang

terbuka,

yang

menghubungkan dengan ruang-ruang lain.


Pencahayaan

: kurang

Kamar mandi

: ada, lantai plesteran semen, tidak ada bak kamar mandi,


menggunakan ember-ember untuk menampung air, dengan
atap, air diember habis tiap hari, tidak terdapat jentikjentik nyamuk. Dipakai juga sebagai tempat mencuci alat
makan dan mencuci pakaian. Selokan ada, air mengalir
kurang lancar. Lantai plester tampak tidak bersih dengan
genangan air sisa limbah rumah tangga.

Sumber air

: air sumur, agak kotor, untuk minum dan memasak


mencuci dan berdekatan dengan septi tank WC sendiri
dengan jarak sekitar 3 meter. Air minum kadang beli
galonan (bukan merk terkenal), kadang dimasak, kadang
langsung diminum.

Kebersihan

: kurang

Tempat sampah

: tidak ada tampat yang layak, hanya dibuang di tanah


pekarangan belakang, terbuka dan banyak lalat. Pemilik
rumah juga mengeluhkan adanya tikus dari sampah
tersebut. Bila hari panas, sampah tersebut dibakar 3 hari
sekali.

18

2.

Kebiasaan Sehari-hari
Penderita tinggal bersama ayah dan ibunya. Ayah penderita bekerja sebagai
pedagang jamu, punya toko sendiri di rumah, ibu tidak bekerja.. Makanan dan
minuman dimasak dulu sebelum dimakan serta biasa cuci tangan sebelum
makan. Alat makan dicuci bersih dengan sabun. Mandi di kamar mandi sendiri
2 x sehari dengan sabun. Pakaian kotor dicuci tiap hari. Rumah disapu 1 kali
sehari. Sampah dibuang di tanah belakang rumah. Bila ada anggota keluarga
yang sakit segera diperiksakan ke puskesmas.

2.

Lingkungan
Rumah penderita terletak di jalan raya. Jarak antar rumah berdempetan dan
berpenduduk cukup padat. Keadaan sekitar kotor dan tidak teratur.
Gambar 1. Denah Rumah

Toko

4m

R. tamu /
R. tidur

3m

Dapur

2m

Kamar mandi

2m

Sumur
3 m
WC
5m

19

3.

Pemeriksaan Fisik Saat Kunjungan Rumah


Tanggal 25 April 2004 pukul 16.00 WIB
, 7 bulan, BB: 7 kg, PB : 70 cm
Keluhan

: mencret (-)

Kesan Umum

: sadar, cukup aktif, tidak rewel, mata tidak cekung, tidak


pucat, tanda dehidrasi (-).

Tanda Vital

Nadi

: 100 x/menit, isi dan tegangan cukup

RR

: 24 x/menit

Suhu

: 37C

Keadaan Tubuh :
Kepala

: Mesosefal, lingkar kepala 42 cm, rambut hitam, tidak


mudah dicabut, ubun-ubun datar.

Mata

: Konjungtiva palpebra tidak anemis, sklera tidak


ikterik, mata tidak cekung, air mata ada.

Telinga

: Tidak keluar sekret

Hidung

: Tidak ada nafas cuping, tidak ada sekret

Mulut

: Bibir tidak kering, selaput lendir tidak kering

Leher

: Tidak ada pembesaran kelenjar limfe

Thorak

Paru
Inspeksi : Simetris statis dinamis, tidak ada retraksi dinding dada.
Palpasi

: Tidak ada bagian yang tertinggal saat bernafas

Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru


Auskultasi : Suara dasar : Vesikuler
Suara tambahan : ronkhi, wheezing, suara hantaran
tidak ada.
Jantung
Inspeksi

: Ictus cordis tak tampak.

20

Palpasi

: Ictus cordis teraba di spatium Inter Costalis IV, di linea


mid clavicularis sinistra, tidak kuat angkat, tidak
melebar

Perkusi:

: Batas jantung sulit dinilai

Auskultasi : Suara jantung I-II normal, bising (-), gallop (-)


Perut
Inspeksi

: Datar

Palpasi

: Lemas, tidak nyeri tekan, turgor kembali cepat, hepar tak


teraba dan lien (S0).

Perkusi

: Timpani, pekak sisi (-) normal, pekak alih (-)

Auskultasi : Bising usus (+) normal.


Alat kelamin: laki-laki, dalam batas normal. Anus tidak ekskoriasi
Anggota gerak

Superior

Inferior

Akral dingin

-/-

-/-

Pucat

-/-

-/-

Sianosis

-/-

-/-

Capilary refill

< 2"

< 2"

21

M. BAGAN PERMASALAHAN

Lingkungan
perumahan: perumahan
padat, pinggir jalan raya
higiene sanitasi : tempat
sampah (-), kebersihan <

Perilaku
Pendidikan

Agent

Diare ec makanan

daya tahan

Dehidrasi

Intervensi :
Asuh

- Promotif
- Preventif

Asih
Asah

Tumbuh Kembang Optimal

22

Diagnosis
Kuratif

BAB III
PEMBAHASAN
A. DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG
I. DIAGNOSIS
Definisi diare yang dianut pada umumnya adalah menurut Smith, 1975 yaitu
perubahan konsistensi dan frekuensi berak, untuk penggunaan yang lebih praktis
menurut Seminar Rehidrasi Nasional III, 1982 diare didefinisikan sebagai berak lembek
cair sampai cair lebih dari 3-5 kali sehari.(1,2)
Adanya keterbatasan sarana penunjang dalam menegakkan diagnosis, maka gejala
klinis merupakan petunjuk yang sangat diperlukan. Pada dasarnya gejala klinis diare
dapat dibagi menjadi 4 aspek yaitu(1,2) :
1. Muntah dan berak
2. Aspek etiologi
3. Aspek dehidrasi
4. Aspek komplikasi
1. Muntah dan berak
Muntah pada diare harus dibedakan dengan muntah karena faktor cerebral,
saluran nafas bagian atas, ataupun gangguan pasase saluran makanan. Muntah dan berak
merupakan gejala utama yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Muntah akan menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan tubuh dan
bahkan mengurangi pemasukan cairan per oral. Hal ini akan mempercepat terjadinya
dehidrasi dan timbulnya asidosis.(1)
Penting sekali untuk diketahui baik secara anamnesis maupun pemeriksaan
tentang kualitas dan kuantitas tinja di antaranya :(1,2,9)
-

Konsistensi : lembek sampai cair

Warna

Di sertai darah dan atau lendir

: kuning, hijau, coklat, atau merah dengan darah

23

Bau tinja

: asam

(peragian

karbohidrat/intoleransi

laktosa),

busuk

(pembusukan protein atau lemak), khusus (kolera, amubiasis)


-

Berbuih

Jumlah

Frekuensi setiap hari

: voluminus, banyak, disertai nyemprot

2. Aspek etiologik
Czernic mengajukan faktor etiologi diare sebagai berikut :(1,2,9,10)
a. Faktor makanan
Makanan

merupakan

penyebab

non

infeksi

yang

paling

sering

diantaranya : makanan busuk atau mengandung racun, perubahan susunan


makanan yang mendadak, atau susunan makanan yang tidak sesuai umur bayi
b. Faktor infeksi
Merupakan penyebab diare yang paling sering, dibagi menjadi dua golongan:
- Infeksi parenteral :
Merupakan infeksi di luar usus seperti infeksi saluran nafas, infeksi saluran
kencing, campak, dan lainnya.
Diperkirakan

terjadi

melalui

jalur

susunan

saraf

vegetatif

yang

mempengaruhi sisteim saluran cerna sehingga terjadi diare.


-

Infeksi enternal :
Infeksi virus

: sebagian besar oleh virus Rota

Infeksi bakteri

: E. coli, shigella, salmonella vibrio cholerae, dan lainlain

Investasi parasit : jamur (candida albicans), protozoa (amuba, giardia


lamblia),

cacing

strongiloides)
c. Faktor konstitusi :
Intoleransi laktosa, malabsorbsi lemak

24

(ascaris,

trichuris

trichiura,

d. Faktor psikis
Keadaan depresif melalui susunan saraf vegetatif dapat mengganggu saluran
cerna sehingga terjadi diare.
Penularan agen infeksius biasanya melalui jaluran fecal oral, terutama karena :
- Menelan makanan yang terkontaminasi
- Kontak dengan tangan yang terkontaminasi
- Tidak memadainya penyediaan air bersih
- Pencemaran air oleh tinja
- Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya
Beberapa faktor yang berhubungan dengan tingginya insiden diare :
- Umur penderita
- Status gizi penderita
- Faktor susunan makanan
Faktor penyebab diare tidak berdiri sendiri tapi saling berkaitan satu dengan
yang lain.
3. Aspek dehidrasi
Dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh terjadi bila cairan yang dikeluarkan melebihi
cairan yang masuk. Hal ini disebabkan oleh berak yang berlebihan, muntah, dan
penguapan karena demam. Pengeluaran cairan sangat dipengaruhi oleh jumlah,
frekuensi, dan komposisi elektrolit tinja penderita.
Berdasarkan jumlah cairan yang hilang, dehidrasi dibagi menjadi ringan, sedang,
berat. Sedangkan menurut kandungan elektrolit plasma dehidrasi dibagi menjadi
isotonik, hipotonik, dan hipertonik. Untuk menilai derajat dehidrasi dapat
menggunakan skor Maurice King, kriteria WHO, maupun Depkes. Pada
pembahasan ini derajat dehidrasi dinilai berdasarkan kriteria WHO 1992 (9,11,12)

25

GEJALA

TANPA TANDA
DEHIDRASI

DEHIDRASI RINGANSEDANG

KEADAAN UMUM

BAIK, SADAR

* GELISAH, REWEL

MATA

NORMAL

CEKUNG

AIR MATA

ADA

BERKURANG / TIDAK
ADA

TIDAK ADA

MULUT & LIDAH

BASAH

KERING

SANGAT KERING

RASA HAUS

MINUM BAIK, TIDAK


HAUS

* HAUS, INGIN MINUM


BANYAK
* KEMBALI LAMBAT

* MALAS MINUM,
TIDAK BISA MINUM

KEMBALI CEPAT

TURGOR

DEHIDRASI BERAT
* LESU, LUNGLAI,
ATAU TIDAK SADAR
SANGAT CEKUNG
DAN KERING

* KEMBALI SANGAT
LAMBAT

Penilaian untuk dehidrasi ringan-sedang atau berat adalah bila ditemukan satu tanda * ditambah satu atau
lebih tanda lainnya.

4. Aspek komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit dapat terjadi komplikasi : dehidrasi,
syok hipovolemik, hipokalemi, kejang, malnutrisi.(1,2,9)
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan sebagai pendekatan terhadap
penyebab diare meliputi :
-

Darah, urin rutin

Tinja : Makroskopis
Mikroskopis : lekosit, eritrosit, sisa makanan parasit, Sudan III
pemeriksaan

intoleransi

laktosa

biakan,

uji

sensitivitas
Kultur tinja pada kasus diare akut tidak banyak membantu.(8)
Penderita ini sesuai dengan definisi diare akut dan berdasarkan derajat dehidrasi
WHO 1992, sesuai dengan dehidrasi ringan sedang. Sehingga dapat didiagnosa diare
akut dehidrasi ringan sedang.
Etiologi diare dapat disebabkan karena psikis, konstitusi, makanan dan infeksi.
Faktor psikis dapat disingkirkan karena anak masih berumur 7 bulan. Dari anamnesis
didapatkan penderita sebelum diare memakan nasi yang diblender dengan wortel
menggunakan alat blender bekas cabai sehingga ada kemungkinan faktor makanan dapat

26

menjadi penyebab diare. Dari pemeriksaan fisik tidak didapatkan adanya infeksi
ditempat lain, sehingga infeksi parenteral dapat disingkirkan. Pada pemeriksaan darah
rutin tidak didapatkan lekositosis sehingga adanya infeksi bakteri dapat disingkirkan.
Dalam perjalanan penyakitnya (hari ke 6 perawatan, keluhan mencret masih ada),
pemeriksaan feses mikroskopis didapatkan konsistensi lunak, warna kuning, telur cacing
(-), amoeba (-), protein (+), lemak (+), karbohidrat (+), sudan III (++), clinitest (-),
protozoa (-), eritrosit (-), bakteri (+). Dalam perjalanan penyakitnya penderita ini
kemungkinan diare disebabkan oleh bakteri karena terdapat bakteri pada pemeriksaan
feses. Pada pemeriksaan Sudan III (++) menunjukkan ada malabsorbsi lemak namun
gejala klinis yang menunjukkan malabsorbsi lemak pada anak ini tidak ditemukan.
Untuk itu diperlukan pemeriksaan feses ulang untuk dapat menegakkan diagnosis dan
memberikan terapi sesuai dengan kondisi malabsorbsi lemak. Pada pasien ini
malabsorbsi lemak mungkin terjadi akut akibat gangguan motilitas usus serta kerusakan
mukosa usus.
II. Pengelolaan
II.1. Aspek Keperawatan
Prinsip perawatan pada penderita ini adalah :
- Pengawasan keadaan umum, tanda vital, tanda dehidrasi.
- Memberikan cairan rehidrasi baik oral maupun parenteral
- Memberikan pengobatan terhadap infeksi yang ada
II.2. Aspek Medikamentosa
Pada umumnya rumusan 5 D yaitu Dehidrasi, Diagnostik, Dietetik, Drug dan
Defisiensi disakaridase masih relevan sebagai dasar penatalaksanaan diare. Sebagai
prioritas utama adalah dehidrasi untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit.(12)
Pada penderita ini terjadi dehidrasi ringan sedang, sehingga jumlah cairan yang
hilang sebanyak 200 ml/kgBB/hari. Infus yang diberikan adalah infus KAEN 3B 960 /
40 / 10 tetes/menit.
Untuk memenuhi kebutuhan cairan, selain dari infus juga diberikan susu LLM 6
x 80 cc dan pemberian oralit. Infus KAEN 3B tiap 1000 ml mengandung dextrose 27

27

gram, natrium 60 mEq, kalium 10 mEq, klorida 50 mEq, laktat 20 mEq, kalori 108 kkal.
Dengan pemberian infus KAEN 3B diharapkan dapat mengganti kehilangan cairan dan
elektrolit.
Obat pada umumnya tidak diperlukan untuk pengobatan rutin diare.

(4,13)

Pengobatan kausal dengan antibiotik harus dengan indikasi yang jelas, karena
penggunaan secara bebas dapat menyebabkan terjadinya resistensi. Antimikroba dapat
diberikan pada kasus kolera, disentri, infeksi entamoeba histolytica, giardia lamblia, dan
jamur. Beberapa jenis obat seperti antimotilitas, anti sekretorik, adsorben sering dipakai
tapi tidak bermanfaat dalam pengelolaan diare.
II.3. Aspek Dietetik
Makanan merupakan bagian penting dalam pengelolaan diare karena
mempercepat penyembuhan dan regenerasi mukosa usus, dan merangsang produksi
enzim usus. Pemberian ASI hendaknya diteruskan karena akan memperpendek masa
diare dan menurunkan keluar tinja. (4)
Pemberian makanan tambahan sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
kalori, protein, dan zat lainnya yang diperlukan tubuh. Prinsip dietetik pada penderita
diare harus menghindari intoleransi laktosa, malabsorbsi, mudah dicerna dan diserap,
mudah dihidangkan, mudah didapat, dan murah. (1)
Pada penderita ini diberikan diet lunak berupa bubur tempe. Dalam 1 porsi bubur
tempe terkandung 179.2 kkal dan 6.54 gram protein. Pemberian bubur tempe bertujuan
agar mudah dicerna. Selain itu pemberian bubur tempe mempunyai kelebihan antara
lain:
- mengandung lisin, metiosin, sistein, riboflavin, asam nikotinat, asam pantotenat, dan
piridoksin.
- tidak merangsang pembentukan gas dalam saluran cerna karena menurunkan

rafinosa

dan stakhinosa yang sering menyebabkan perut kembung


- menghasilkan lipase yang dapat menghidrolisis sebagian besar lemak
- adanya aktivitas bakterial yang menghambat perkembangan kuman antara lain;
Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Salmonella typhi, dan Shigella flexneri .

28

Formula bubur tempe berisi tepung tempe dengan kandungan protein yang tinggi
dan sebagian asam amino (hipoalergenik) serta sumber karbohidrat sebagai glukosa
polimer dan mengandumg MCT yang dapat langsung diserap oleh usus secara langsung
tanpa memerlukan bantuan lipase dan empedu.

(1)

Selain itu juga diberikan susu LLM

yang mengandung kalori 66,13 kkal, protein 1,76 gram, lemak 3,3 kkal.
II.4 Aspek Edukasi
Menjelaskan mengenai tanda tanda dehidrasi dan kegawatan pada diare berikut
upaya upaya yang perlu dilakukan untuk mencegah penyakit bertambah berat.
Upaya tersebut antara lain pembuatan dan pemberian cairan rehidrasi oral dan bubur
tempe, bila tidak ada perubahan atau memburuk diharapkan segera dibawa ke sarana
pengobatan terdekat.
Menyarankan untuk selalu menjaga kebersihan pada anak maupun orang tua dan
lingkungan sekitar antara lain kebersihan kuku dan tangan, rumah, cuci tangan setelah
buang air besar atau kecil dan sebelum makan, air minum dimasak dengan tepat,
persiapan alat makan dan minum yang bersih, pengelolaan makanan yang bersih.
B. ANEMIA HIPOKROM MIKROSITIK
I. Diagnosis
Anemia adalah suatu keadaan yang menggambarkan kadar hemoglobin, hematokrit,
dan jumlah eritrosit dibawah nilai standar normal sesuai umur dan jenis kelamin. (5)
Keluhan anemia pada umumnya yaitu pucat, pusing, palpitasi, mudah lelah, mudah
tersinggung dan kreativitas kurang. Pemeriksaan fisik didapatkan dari keadaan umum,
konjungtiva palpebra, bibir, lidah, mulut, jantung, paru, hati, limfa, dan ekstremitas.
Menurut etiologi dan fisiologi anemi dibagi menjadi empat golongan yaitu anemia
aplastik, anemia hemolitik, anemia perdarahan dan anemia defisiensi.
Anemia mikrositik hipokrom yang paling banyak dijumpai adalah anemia defisiensi
besi yaitu anemia yang secara primer disebabkan oleh kekurangan zat besi dengan ciriciri berupa gambaran darah beralih secara progresif dari normositik normokromik

29

menjadi mikrositik hipokromik dan memberikan respon terhadap pengobatan dengan


senyawa besi(8).
Anamnesis tidak mendukung diagnosis, pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan
conjungtiva palpebra anemis. Pada pemeriksaan laboratorium darah Hb 9,4 g %, MCV
77,4 fl (N : 92-121), Ht 28,7 %, MCH 25,2 g (N : 31-37), MCHC: 28,7 g/dl (N : 2936). Berdasarkan gambaran darah tepi didapatkan central pallor > 1/3. Dengan demikian
diagnosis anemia hipokromik mikrositik dapat ditegakkan.
Etiologi yang paling mungkin dari kasus ini adalah anemia defisiensi, sebab dari
anamnesis didapatkan kualitas makan dan minum yang kurang, sehingga pemenuhan
kebutuhan besi bagi tubuh berkurang. Tetapi pada pasien ini belum dilakukan
pemeriksaan SI dan TIBC untuk menentukan anemia defisiensi besi.
II. Pengelolaan
Tidak ada indikasi rawat bagi penderita dengan anemia, kecuali jika kadar Hb
kurang dari 7 gr% atau kadar Hb kurang dari normal disertai tanda keganasan, tanda
gagal jantung atau disertai penyakit penyerta. Paada penderita ini tidak didapatkan
adanya tanda-tanda tersebut diatas, sehingga tidak ada indikasi rawat inap atas anemia
yang diderita(5). Pada penderita ini belum perlu diberikan pengobatan kausatif, namun
sangat penting edukasi tentang pemberian makanan yang banyak mengandung zat besi
dan protein hewani ( daging, hati, ikan ) dan protein nabati ( kacang-kacangan ) kepada
ibu penderita namun pemberian bahan makanan tersebut jangan dibarengi dengan zat
makanan penghambat absorbsi Fe misalnya teh dan serat. Diharapkan ibu penderita
dapat memberikan makanan yang disesuaikan dengan tingkat sosial ekonomi keluarga,
dan motivasi ibu untuk mencegah anemia guna pertumbuhan dan perkembangan
anaknya.

C. SANITASI LINGKUNGAN KURANG

30

Penderita tinggal bersama

ayah dan ibunya. Dimana jarak antar rumah

berdempetan dan berpenduduk padat. Keadaan sekitar kurang bersih. Ada satu selokan
dengan aliran kurang lancar. Tempat sampah tidak ada sampah dibuang di pekarangan
belakang.
Ventilasi rumah ini kurang. Rumah tidak mempunyai jendela, hanya pintu-pintu
yang menghubungkan satu ruangan dengan ruang lain. Rumah terasa sempit dengan
perabot rumah yang diletakkan tidak teratur menyebabkan rumah agak pengap, lembab,
kotor dan kurang sehat.
Orang tua penderita dapat dimotivasi agar dapat menata rumah dengan baik
sehingga dapat mengurangi kepengapan ruangan dan rajin membersihkantempat mandi
yang sekaligus digunakan untuk tempat mencuci piring dan baju. Terlihat genangan air
di ruang tersebut. Orang tua perlu sekali diberikan pengertian akan menjaga kebersihan
dan mewujudkan rumah sehat mengingat keluarga penderita tinggal di daerah
perumahan yang padat.
D. SARAN
Saran yang diberikan pada orang tua penderita sewaktu di Rumah Sakit :
1. Mencuci tangan sebelum menyuapi anak, sebelum menyusui, sebelum makan dan
setelah membuang tinja,.
2. Meneruskan pemberian ASI
3. Mengusahakan agar anak menghabiskan makanan yang diberikan.
Saran yang diberikan sewaktu anak akan pulang :
1. Memberikan edukasi tentang penggunaan air bersih meliputi sumber, cara
penyimpanan, pengambilan dan penggunaan.
2. Edukasi mengenai cara mempersiapkan makanan anak yang bersih dan bebas dari
bahan makanan yang mengiritasi saluran cerna anak.
3. Mengingatkan kembali tentang pentingnya kebiasaan cuci tangan bagi semua
anggota keluarga.
4. Menjaga agar jamban tetap bersih dengan membersihkannya secara teratur.

31

5. Tetap meneruskan pemberian makanan dan minuman bila anak sakit.


Penjelasan kepada orang tua untuk mendapatkan paduan menu sehari hari yang
baik dan sesuai dengan kebutuhan anak, maupun sosial ekonomi. Kebutuhan kalori dan
protein anak ini adalah untuk kalori 876,4 kkal dan 15,58 gr protein setiap harinya.
Sehingga setiap hari anak diberi makan yang banyak mengandung kalori dan protein,
misalnya nasi dengan lauk daging, ayam, ikan, telur, tempe, atau tahu, serta sayursayuran, kacangkacangan dan buahbuahan.
E. PROGNOSIS
Prognosis penderita diare akut dehidrasi ringan sedang pada umumnya baik, bila
rehidrasi berhasil serta ditunjang dengan diet dan penanganan faktor penyebab, sehingga
diare akut tidak menjadi diare yang berkelanjutan.
Pada kasus ini pasien dengan diagnosis awal diare akut dehidrasi ringan sedang,
dan gizi baik, telah dilakukan rehidrasi dan dehidrasi dapat di atasi pada hari ketiga. Diet
yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan penyebab diare yang paling mungkin yaitu
faktor makanan. Pada hari ketujuh anak diare dengan terdapat lendir pada feses.
Tindakan yang kemudian dilakukan adalah pemberian Metronidazol berdasar kecurigaan
adanya penyakit disentri pada anak. Hari kedelapan perawatan anak tidak berak lendir
lagi, keadaan membaik dan pulang pada hari keduabelas. Prognosis untuk penderita ini
adalah baik.

32

BAB IV
RINGKASAN
Seorang anak laki-laki, umur 7 bulan , berat badan 7250 gr, panjang badan
70 cm dengan keluhan utama mencret. Alloanamnesis dengan ibu penderita pada
tanggal 8 April 2004 pukul 13.00 WIB. Dari anamnesis diketahui Dua hari anak
mencret >4x sehari @ 1/4 gelas belimbing, cair, warna kuning, ampas sedikit, tidak
ada lendir, tidak ada darah, tidak berbau asam, nyemprot (+). Muntah 3 x sehari @ 2
sdm, isi seperti yang dimakan dan diminum, tidak nyemprot. Batuk (-), pilek (-)
Satu hari anak mencret >5x sehari @ 1/4 gelas belimbing, cair, warna kuning,
ampas tidak ada, tidak ada lendir, tidak ada darah, tidak berbau asam, nyemprot.
Muntah 1x sehari @ 2 sdm, isi seperti yang dimakan dan diminum, tidak nyemprot.
Anak tampak kehausan. Anak panas tidak tinggi kemudian dibawa ke dokter spesialis
anak, diberi puyer, Recomycetin (chloramphenicol), Infatrim (sulfametoxazoleTrimetoprim). Setelah diminum 3 kali tak ada perubahan, anak dibawa ke poliklinik
RSDK dan disarankan untuk mondok. Kencing terakhir 5 jam yang lalu, jumlah
sedikit, warna kuning. Riwayat makan sebelumnya, anak diberi nasi yang diblender
dengan wortel sebelum mencret. Alat blender yang dipergunakan bekas memblender
cabai.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesan umum sadar, kurang aktif, tampak
kehausan dan rewel, tanda dehidrasi (+). Nadi 120 x/menit isi dan tegangan cukup,
RR 36x/menit, suhu 38,5oC. UUB cekung, mata cekung, bibir kering, selaput lendir
mulut kering, abdomen datar, supel, bising usus meningkat, turgor kulit kembali
lambat. Pemeriksaan tinja makroskopis cair, ada ampas, kuning kecoklatan, tidak ada
lendir dan darah, mikroskopis terdapat sisa pencernaan (protein, lemak dan
karbohidrat), bakteri (+), amoeba (-), tidak didapatkan telur cacing, Sudan III (++).
Darah rutin didapatkan kesan anemia mikrositik hipokromik, leukosit dalam batas
normal.

33

Penderita didiagnosis diare akut dehidrasi ringan sedang dan dirawat di


bangsal

C1L2 selama

13 hari.

Selama

dirawat

mendapatkan

pengelolaan

medikamentosa, dietetik, maupun keperawatan. Prognosis pada penderita ini baik


karena selama dirawat keadaan penderita membaik dan tidak didapatkan komplikasi
lebih lanjut.

34

DAFTAR PUSTAKA
1. Sudigbia I. Pengantar diare akut anak. Semarang : Badan penerbit FK UNDIP, 1991.
2. Sudigbia I, Budi Santoso, Hartantyo. Diare akut. Dalam : Pedoman pelayanan medik
anak RSDK/FK UNDIP. Semarang : Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak FK
UNDIP, 1989.
3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Gastroenterologi. Dalam buku kuliah
Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI, 1985.
4. Suroto ed. Buku ajar diare. Jakarta : Departemen Kesehatan RI Ditjen PPN dan PLP,
1990.
5. Sumantri, Tamam M, Anemia. Dalam Hartantyo I, Susanto R, dkk, editor. Pedoman
Pelayanan Medik Anak. Bagian IKA FK UNDIP Semarang; 1997:

149-57

6. Hoffbrand AU, Pettit JE. Anemia defisiensi besi dan anemia hipokrom lain. Dalam:
Kapita selekta hematologi. Edisi 2. Jakarta: EGC, 1987: 29-45
7. Waterlow JC. Effects of PEM on structure and function of organ. In: Protein energy
malnutrition. London: Edward Arnold, 1992: 54-74
8. Pudjiadi Solihin, Penyakit KEP ( Kurang energi Dan Protein ). Dalam Pudjiadi
Solihin, Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Edisi 4. Jakarta 2000: 95 140
9. Buku Ajar Diare. Depkes RI Ditjen PPM dan PLP. Jakarta : Depkes RI, 1999 ; 3, 25
72.
10. Riedel BD, Ghisan FK. Acute diarrhea. In : Walker WA, Durie PR, Hamilton JR,
Smith JA, ed; Pediatric gastrointestinal disease, Vol. 1, 2nd ed. Missouri : Mosby,
1991 ; 251 60.
11. Depkes RI, Dirjen Pemberantasan penyakit menular dan Peyehatan Lingkungan
Pemukiman ( Ditjen, PPM, dan PLP ). Buku Ajar Diare. Depkes RI, 1999 : 1 1

35

12. Partawihardja IS. Pengantar diare akut anak diare kronik, suatu pengenalan awal.
Penatalaksana diatetik penderita diare anak, Semarang 26 September 1991, Badan
penerbit Universitas Diponegoro, 1991 : 1- 28
13. Depkes RI. Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan RI,
1998.

36

Anda mungkin juga menyukai