PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit diare merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian
pada bayi dan balita di negara berkembang. (1,2,3,4) Diperkirakan 1000 juta kejadian
diare terjadi setiap tahun pada anak balita dan anak mengalami 2 sampai 8 kali
kejadian diare dalam setahun. Diare menyebabkan kematian sebanyak 5 juta anak
balita setiap tahunnya.(1,4) Di samping sebagai penyebab langsung kematian, diare
juga sebagai penyebab utama kurang gizi.(4,5)
Sebagian besar diare menyerang pada dua tahun pertama kehidupan anak.
Angka kejadian tertinggi pada kelompok umur 6-11 bulan, ketika makanan sapihan
mulai diberikan. Kebanyakan penyakit diare bersifat akut, biasanya berlangsung 3-5
hari.(1,4,6)
Diare sendiri adalah perubahan konsistensi berak menjadi lembek sampai cair
lebih dari 3-5 kali per hari. Pembagian diare menurut Depkes meliputi diare tanpa
tanda dehidrasi, dehidrasi ringan sedang, dan dehidrasi berat.(4,7) Penyebab diare bisa
karena psikis, faktor makanan, konstitusi, dan infeksi baik enternal maupun
parenteral. Faktor infeksi merupakan penyebab paling sering dari diare.(1,2,3,4)
Dalam menangani masalah diare, selain faktor penyebab juga perlu
diperhatikan masalah sanitasi, perilaku manusia yang memanfaatkan sarana sanitasi,
status gizi, sosial ekonomi, dan budaya sangat berpengaruh dan saling berkaitan.(1)
Anemia adalah suatu keadaan yang menggambarkan kadar hemoglobin,
hematokrit dan eritrosit kurang dari normal sesuai umur dan jenis kelamin (5). Anemia
mikrositik hipokrom yang paling banyak dijumpai adalah anemia defisiensi besi
yang erat hubungannya dengan kurang energi protein, karena pada kurang energi
protein intake makanan yang mengandung zat besi kurang, sehingga terjadi
ketidakseimbangan antara jumlah besi yang diabsorbsi dengan jumlah besi yang
hilang.(6)
Dalam penulisan ini akan dilaporkan seorang anak dengan diare akut
dehidrasi ringan sedang dan anemia mikrositik hipokromik dengan tujuan untuk
mengetahui cara menegakkan diagnosa dan mengelola penderita sehingga dapat
mencegah komplikasi lebih lanjut.
B. Tujuan
Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui cara mendiagnosis dan
mengelola pasien dengan Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang dan Anemia
hipokrom mikrositik sekaligus untuk mengevaluasi tindakan yang telah diberikan
dengan kepustakaan yang ada, sehingga dapat dijadikan media belajar yang baik bagi
mahasiswa.
C. Manfaat
Penulisan laporan ini diharapkan dapat membantu mahasiswa kedokteran
untuk belajar menegakkan diagnosis, melakukan pengelolaan dan mengetahui
komplikasi yang terjadi pada penderita Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang dan
Anemia hipokrom mikrositik.
BAB II
PENYAJIAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 10 bulan
Alamat
: Songgom 01/05
Masuk RSDS
: 09 Juli 2015
Keluar RSDS
No CM
: 415958
Nama Ayah
: Tn W
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Nama Ibu
tahun
: Ny E
Umur
tahun
Pendidikan
Pekerjaan
B. ANAMNESIS (Alloanamnesis)
Alloanamnesis dengan Ayah penderita pada tanggal 9 Juli 2015 pukul 17.00
WIB di bangsal Kemuning I.
Dua hari anak mencret >4x sehari @ 1/4 gelas belimbing, cair, warna
kuning, ampas sedikit, tidak ada lendir, tidak ada darah, tidak berbau
asam, nyemprot (+). Muntah 3 x sehari @ 2 sdm, isi seperti yang
dimakan dan diminum, tidak nyemprot. Batuk (-), pilek (-)
Satu hari anak mencret >5x sehari @ 1/4 gelas belimbing, cair, warna
kuning, ampas tidak ada, tidak ada lendir, tidak ada darah, tidak
berbau asam, nyemprot. Muntah 1x sehari @ 2 sdm, isi seperti yang
dimakan dan diminum, tidak nyemprot. Anak tampak kehausan. Anak
panas tidak tinggi kemudian dibawa ke dokter spesialis anak, diberi
puyer, Recomycetin (chloramphenicol), Infatrim (SulfametoxazoleTrimetoprim). Setelah diminum 3 kali tak ada perubahan, anak dibawa
ke poliklinik RSDK dan disarankan untuk mondok.
Umur
7 bulan
Riwayat Imunisasi
BCG
DPT
: 3x (1,5,7 bulan )
Polio
: 3x (1,2,3 bulan )
Campak
:-
: 1,5 bulan
Miring
: 2 bulan
Tengkurap
: 4 bulan
Duduk
: 7 bulan
Gigi keluar
: belum
Merangkak
: belum
Berdiri
: belum
Berjalan
: belum
Sekolah
: belum
2 hari ini anak mulai diberi nasi dan wortel yang diblender, 2 kali sehari,
@ mangkok kecil, tidak habis.
Kesan : kualitas dan kuantitas cukup
C. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 8 April 2004 pukul 13.30 WIB
, 7 bulan , BB: 7250 gr, PB : 70 cm
BB koreksi
: N
RR
: 36 x / menit, reguler
: 38,5C
Status Internus
Kepala
: mesosefal , LK = 45 cm
UUB
: cekung (+)
Rambut
Kulit
Mata
Hidung
Telinga
: discharge (-)
Mulut
Gigi
: belum tumbuh
Tenggorok
Leher
Dada
Paru
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: SD: Vesikuler
ST : Hantaran -/-, Wheezing -/-, Ronkhi -/-
Jantung : Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: tidak dilakukan
Auskultasi
Abdomen
: Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
: timpani
Palpasi
Genital
Kelenjar
Ekstremitas
superior
inferior
Sianosis
Akral dingin
Anemis
Capillary refill
<2
< 2
Anus
: ekskoriasi (-)
D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah rutin : (pada tanggal 8 April 2004)
Hb
: 9,4 g %
Ht
: 28,7 %
Leukosit
: 8.900 /mm3
: E0/B0/St7/Sg77/L15/M0
Stadium eritropetik
Urin
Makroskopis : warna kuning, jernih, tidak berbuih, jumlah cukup.
Feses
Makroskopis : cair, warna kuning, ampas (+), bau asam (-), darah (-),
lendir (-)
Mikroskopis
Lain-lain
Glukosa
77 mg/dl
Na
138 mmol/l
Urea
9 mg/dl
4,7 mmol/l
Creatinin
0,39 mg/dl
Cl
110 mmol/l
Ca
2,25 mmol/l
Mata
: cekung
: kering
Turgor
: kembali lambat
Z SCORE
7,25
BB/U
= 8,3
x 100% = 87,35%
PB/U
BB/PB
= 8,5
Kesan
: Gizi baik
70
7,25
x 100% = 85,3%
WAZ = -1,17
HAZ = 0,18
WHZ = -1,56
Kebutuhan
24 jam
Infus KAEN 3 B
ASI ad libitum
3x 100 cc
6x 80 cc LLM
Cairan
876,4 cc
960
Kalori
779 kkal
1063,7
Protein
15,58 gr
-
300
210
4,2
480
317, 42
8,45
Total
1740
1590,42
12,65
AKG (%)
198,5%
204%
81,19%
G. DIAGNOSIS BANDING
1. Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
Diferensial Diagnosa :
-
Faktor Psikik
Faktor Konstitusi
Faktor Makanan
Anemia Sideroblastik
Infeksi cacing
3. Gizi Baik
H. DIAGNOSIS SEMENTARA
1. Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
2. Anemia Mikrositik Hipokromik
3. Gizi Baik
I. DAFTAR MASALAH
No.
Masalah Aktif
1. Diare Akut Dehidrasi
Ringan Sedang
2. Anemia Mikrositik
Hipokromik
Tanggal
8-4-2004
No
1.
Masalah Pasif
Imunisasi dasar belum
lengkap sesuai umur
8-4-2004
J. INITIAL PLANS
1. Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
Dx
Tx
: Subjektif
:-
Objektif
:-
50 cc tiap mencret
3 x 100 cc
LLM
6x 80 cc
10
Tanggal
8-4-2004
Mx
Ex
: Subjektif
Objektif
Tx
: Perbaikan gizi
11
12
Laboratorium
darah
Assesment
Terapi
Program
13
Laboratorium
darah
Assesment
Terapi
Program
Tanggal (hari ke)
Keluhan
Keadaan umum
Tanda vital :
Nadi
Isi & tegangan
RR
Suhu
Pemeriksaan
Fisik
Laboratorium
darah
Tetap
Infus KAEN 3B 1200/ 40 / 10 tetes/menit
Lain-lain tetap
Pengawasan KU,TV, tanda dehidrasi.
10-11 April 2004 (III-IV)
Panas (-), mencret 2x, @ 2 sdm, ampas (+), nyemprot (+), lendir
darah (-)
Sadar, kurang aktif, tanda dehidrasi (-)
116X/menit
cukup
26X/menit
37,6oC
UUB : cekung (-)
PF lain tetap
Assesment
Terapi
Lacto B 3x pulv I
Exelane mf. pulv dtd no.X
Lain-lain tetap
Pengawasan KU,TV, tanda dehidrasi.
Program
14
Keluhan
Mencret 5x, @ 2 sdm, cair, ampas (+), lendir (-), darah (-)
Keadaan umum
Tanda vital :
Nadi
Isi & tegangan
RR
Suhu
120 x/menit
cukup
28 x/menit
37,6 oC
Pemeriksaan
Fisik
Laboratorium
darah
Assesment
Terapi
Program
15
Keadaan umum
Tanda vital :
Nadi
Isi & tegangan
RR
Suhu
Pemeriksaan
Fisik
Laboratorium darah
Assesment
Terapi
Program
110x/menit
cukup
28 x/menit
37 oC
UUB : cekung (-)
Mata : cekung (-)
Mulut : bibir kering (+), selaput lendir kering (+)
Perut : datar, supel, turgor kembali cepat, bising usus (+) N
PF lain tetap
Diare Akut Tanpa Tanda Dehidrasi
Metronidazol 125 mg 3x1 mg
Lain tetap
Pengawasan KU,TV, tanda dehidrasi, vena seksi off (tgl 16)
16
Assesment
Terapi
Program
Tetap
Tetap
Pulang
110 x/menit
cukup
26 x/menit
37 oC
Tetap
17
Keadaan Rumah
Status rumah
: kontrak
Ukuran
Teras rumah
: tidak ada
Dinding rumah
Lantai rumah
: plester semen
Ruangan
Ventilasi
: sumber
ventilasi
dari
pintu
yang
terbuka,
yang
: kurang
Kamar mandi
Sumber air
Kebersihan
: kurang
Tempat sampah
18
2.
Kebiasaan Sehari-hari
Penderita tinggal bersama ayah dan ibunya. Ayah penderita bekerja sebagai
pedagang jamu, punya toko sendiri di rumah, ibu tidak bekerja.. Makanan dan
minuman dimasak dulu sebelum dimakan serta biasa cuci tangan sebelum
makan. Alat makan dicuci bersih dengan sabun. Mandi di kamar mandi sendiri
2 x sehari dengan sabun. Pakaian kotor dicuci tiap hari. Rumah disapu 1 kali
sehari. Sampah dibuang di tanah belakang rumah. Bila ada anggota keluarga
yang sakit segera diperiksakan ke puskesmas.
2.
Lingkungan
Rumah penderita terletak di jalan raya. Jarak antar rumah berdempetan dan
berpenduduk cukup padat. Keadaan sekitar kotor dan tidak teratur.
Gambar 1. Denah Rumah
Toko
4m
R. tamu /
R. tidur
3m
Dapur
2m
Kamar mandi
2m
Sumur
3 m
WC
5m
19
3.
: mencret (-)
Kesan Umum
Tanda Vital
Nadi
RR
: 24 x/menit
Suhu
: 37C
Keadaan Tubuh :
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Thorak
Paru
Inspeksi : Simetris statis dinamis, tidak ada retraksi dinding dada.
Palpasi
20
Palpasi
Perkusi:
: Datar
Palpasi
Perkusi
Superior
Inferior
Akral dingin
-/-
-/-
Pucat
-/-
-/-
Sianosis
-/-
-/-
Capilary refill
< 2"
< 2"
21
M. BAGAN PERMASALAHAN
Lingkungan
perumahan: perumahan
padat, pinggir jalan raya
higiene sanitasi : tempat
sampah (-), kebersihan <
Perilaku
Pendidikan
Agent
Diare ec makanan
daya tahan
Dehidrasi
Intervensi :
Asuh
- Promotif
- Preventif
Asih
Asah
22
Diagnosis
Kuratif
BAB III
PEMBAHASAN
A. DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG
I. DIAGNOSIS
Definisi diare yang dianut pada umumnya adalah menurut Smith, 1975 yaitu
perubahan konsistensi dan frekuensi berak, untuk penggunaan yang lebih praktis
menurut Seminar Rehidrasi Nasional III, 1982 diare didefinisikan sebagai berak lembek
cair sampai cair lebih dari 3-5 kali sehari.(1,2)
Adanya keterbatasan sarana penunjang dalam menegakkan diagnosis, maka gejala
klinis merupakan petunjuk yang sangat diperlukan. Pada dasarnya gejala klinis diare
dapat dibagi menjadi 4 aspek yaitu(1,2) :
1. Muntah dan berak
2. Aspek etiologi
3. Aspek dehidrasi
4. Aspek komplikasi
1. Muntah dan berak
Muntah pada diare harus dibedakan dengan muntah karena faktor cerebral,
saluran nafas bagian atas, ataupun gangguan pasase saluran makanan. Muntah dan berak
merupakan gejala utama yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Muntah akan menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan tubuh dan
bahkan mengurangi pemasukan cairan per oral. Hal ini akan mempercepat terjadinya
dehidrasi dan timbulnya asidosis.(1)
Penting sekali untuk diketahui baik secara anamnesis maupun pemeriksaan
tentang kualitas dan kuantitas tinja di antaranya :(1,2,9)
-
Warna
23
Bau tinja
: asam
(peragian
karbohidrat/intoleransi
laktosa),
busuk
Berbuih
Jumlah
2. Aspek etiologik
Czernic mengajukan faktor etiologi diare sebagai berikut :(1,2,9,10)
a. Faktor makanan
Makanan
merupakan
penyebab
non
infeksi
yang
paling
sering
terjadi
melalui
jalur
susunan
saraf
vegetatif
yang
Infeksi enternal :
Infeksi virus
Infeksi bakteri
cacing
strongiloides)
c. Faktor konstitusi :
Intoleransi laktosa, malabsorbsi lemak
24
(ascaris,
trichuris
trichiura,
d. Faktor psikis
Keadaan depresif melalui susunan saraf vegetatif dapat mengganggu saluran
cerna sehingga terjadi diare.
Penularan agen infeksius biasanya melalui jaluran fecal oral, terutama karena :
- Menelan makanan yang terkontaminasi
- Kontak dengan tangan yang terkontaminasi
- Tidak memadainya penyediaan air bersih
- Pencemaran air oleh tinja
- Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya
Beberapa faktor yang berhubungan dengan tingginya insiden diare :
- Umur penderita
- Status gizi penderita
- Faktor susunan makanan
Faktor penyebab diare tidak berdiri sendiri tapi saling berkaitan satu dengan
yang lain.
3. Aspek dehidrasi
Dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh terjadi bila cairan yang dikeluarkan melebihi
cairan yang masuk. Hal ini disebabkan oleh berak yang berlebihan, muntah, dan
penguapan karena demam. Pengeluaran cairan sangat dipengaruhi oleh jumlah,
frekuensi, dan komposisi elektrolit tinja penderita.
Berdasarkan jumlah cairan yang hilang, dehidrasi dibagi menjadi ringan, sedang,
berat. Sedangkan menurut kandungan elektrolit plasma dehidrasi dibagi menjadi
isotonik, hipotonik, dan hipertonik. Untuk menilai derajat dehidrasi dapat
menggunakan skor Maurice King, kriteria WHO, maupun Depkes. Pada
pembahasan ini derajat dehidrasi dinilai berdasarkan kriteria WHO 1992 (9,11,12)
25
GEJALA
TANPA TANDA
DEHIDRASI
DEHIDRASI RINGANSEDANG
KEADAAN UMUM
BAIK, SADAR
* GELISAH, REWEL
MATA
NORMAL
CEKUNG
AIR MATA
ADA
BERKURANG / TIDAK
ADA
TIDAK ADA
BASAH
KERING
SANGAT KERING
RASA HAUS
* MALAS MINUM,
TIDAK BISA MINUM
KEMBALI CEPAT
TURGOR
DEHIDRASI BERAT
* LESU, LUNGLAI,
ATAU TIDAK SADAR
SANGAT CEKUNG
DAN KERING
* KEMBALI SANGAT
LAMBAT
Penilaian untuk dehidrasi ringan-sedang atau berat adalah bila ditemukan satu tanda * ditambah satu atau
lebih tanda lainnya.
4. Aspek komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit dapat terjadi komplikasi : dehidrasi,
syok hipovolemik, hipokalemi, kejang, malnutrisi.(1,2,9)
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan sebagai pendekatan terhadap
penyebab diare meliputi :
-
Tinja : Makroskopis
Mikroskopis : lekosit, eritrosit, sisa makanan parasit, Sudan III
pemeriksaan
intoleransi
laktosa
biakan,
uji
sensitivitas
Kultur tinja pada kasus diare akut tidak banyak membantu.(8)
Penderita ini sesuai dengan definisi diare akut dan berdasarkan derajat dehidrasi
WHO 1992, sesuai dengan dehidrasi ringan sedang. Sehingga dapat didiagnosa diare
akut dehidrasi ringan sedang.
Etiologi diare dapat disebabkan karena psikis, konstitusi, makanan dan infeksi.
Faktor psikis dapat disingkirkan karena anak masih berumur 7 bulan. Dari anamnesis
didapatkan penderita sebelum diare memakan nasi yang diblender dengan wortel
menggunakan alat blender bekas cabai sehingga ada kemungkinan faktor makanan dapat
26
menjadi penyebab diare. Dari pemeriksaan fisik tidak didapatkan adanya infeksi
ditempat lain, sehingga infeksi parenteral dapat disingkirkan. Pada pemeriksaan darah
rutin tidak didapatkan lekositosis sehingga adanya infeksi bakteri dapat disingkirkan.
Dalam perjalanan penyakitnya (hari ke 6 perawatan, keluhan mencret masih ada),
pemeriksaan feses mikroskopis didapatkan konsistensi lunak, warna kuning, telur cacing
(-), amoeba (-), protein (+), lemak (+), karbohidrat (+), sudan III (++), clinitest (-),
protozoa (-), eritrosit (-), bakteri (+). Dalam perjalanan penyakitnya penderita ini
kemungkinan diare disebabkan oleh bakteri karena terdapat bakteri pada pemeriksaan
feses. Pada pemeriksaan Sudan III (++) menunjukkan ada malabsorbsi lemak namun
gejala klinis yang menunjukkan malabsorbsi lemak pada anak ini tidak ditemukan.
Untuk itu diperlukan pemeriksaan feses ulang untuk dapat menegakkan diagnosis dan
memberikan terapi sesuai dengan kondisi malabsorbsi lemak. Pada pasien ini
malabsorbsi lemak mungkin terjadi akut akibat gangguan motilitas usus serta kerusakan
mukosa usus.
II. Pengelolaan
II.1. Aspek Keperawatan
Prinsip perawatan pada penderita ini adalah :
- Pengawasan keadaan umum, tanda vital, tanda dehidrasi.
- Memberikan cairan rehidrasi baik oral maupun parenteral
- Memberikan pengobatan terhadap infeksi yang ada
II.2. Aspek Medikamentosa
Pada umumnya rumusan 5 D yaitu Dehidrasi, Diagnostik, Dietetik, Drug dan
Defisiensi disakaridase masih relevan sebagai dasar penatalaksanaan diare. Sebagai
prioritas utama adalah dehidrasi untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit.(12)
Pada penderita ini terjadi dehidrasi ringan sedang, sehingga jumlah cairan yang
hilang sebanyak 200 ml/kgBB/hari. Infus yang diberikan adalah infus KAEN 3B 960 /
40 / 10 tetes/menit.
Untuk memenuhi kebutuhan cairan, selain dari infus juga diberikan susu LLM 6
x 80 cc dan pemberian oralit. Infus KAEN 3B tiap 1000 ml mengandung dextrose 27
27
gram, natrium 60 mEq, kalium 10 mEq, klorida 50 mEq, laktat 20 mEq, kalori 108 kkal.
Dengan pemberian infus KAEN 3B diharapkan dapat mengganti kehilangan cairan dan
elektrolit.
Obat pada umumnya tidak diperlukan untuk pengobatan rutin diare.
(4,13)
Pengobatan kausal dengan antibiotik harus dengan indikasi yang jelas, karena
penggunaan secara bebas dapat menyebabkan terjadinya resistensi. Antimikroba dapat
diberikan pada kasus kolera, disentri, infeksi entamoeba histolytica, giardia lamblia, dan
jamur. Beberapa jenis obat seperti antimotilitas, anti sekretorik, adsorben sering dipakai
tapi tidak bermanfaat dalam pengelolaan diare.
II.3. Aspek Dietetik
Makanan merupakan bagian penting dalam pengelolaan diare karena
mempercepat penyembuhan dan regenerasi mukosa usus, dan merangsang produksi
enzim usus. Pemberian ASI hendaknya diteruskan karena akan memperpendek masa
diare dan menurunkan keluar tinja. (4)
Pemberian makanan tambahan sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
kalori, protein, dan zat lainnya yang diperlukan tubuh. Prinsip dietetik pada penderita
diare harus menghindari intoleransi laktosa, malabsorbsi, mudah dicerna dan diserap,
mudah dihidangkan, mudah didapat, dan murah. (1)
Pada penderita ini diberikan diet lunak berupa bubur tempe. Dalam 1 porsi bubur
tempe terkandung 179.2 kkal dan 6.54 gram protein. Pemberian bubur tempe bertujuan
agar mudah dicerna. Selain itu pemberian bubur tempe mempunyai kelebihan antara
lain:
- mengandung lisin, metiosin, sistein, riboflavin, asam nikotinat, asam pantotenat, dan
piridoksin.
- tidak merangsang pembentukan gas dalam saluran cerna karena menurunkan
rafinosa
28
Formula bubur tempe berisi tepung tempe dengan kandungan protein yang tinggi
dan sebagian asam amino (hipoalergenik) serta sumber karbohidrat sebagai glukosa
polimer dan mengandumg MCT yang dapat langsung diserap oleh usus secara langsung
tanpa memerlukan bantuan lipase dan empedu.
(1)
yang mengandung kalori 66,13 kkal, protein 1,76 gram, lemak 3,3 kkal.
II.4 Aspek Edukasi
Menjelaskan mengenai tanda tanda dehidrasi dan kegawatan pada diare berikut
upaya upaya yang perlu dilakukan untuk mencegah penyakit bertambah berat.
Upaya tersebut antara lain pembuatan dan pemberian cairan rehidrasi oral dan bubur
tempe, bila tidak ada perubahan atau memburuk diharapkan segera dibawa ke sarana
pengobatan terdekat.
Menyarankan untuk selalu menjaga kebersihan pada anak maupun orang tua dan
lingkungan sekitar antara lain kebersihan kuku dan tangan, rumah, cuci tangan setelah
buang air besar atau kecil dan sebelum makan, air minum dimasak dengan tepat,
persiapan alat makan dan minum yang bersih, pengelolaan makanan yang bersih.
B. ANEMIA HIPOKROM MIKROSITIK
I. Diagnosis
Anemia adalah suatu keadaan yang menggambarkan kadar hemoglobin, hematokrit,
dan jumlah eritrosit dibawah nilai standar normal sesuai umur dan jenis kelamin. (5)
Keluhan anemia pada umumnya yaitu pucat, pusing, palpitasi, mudah lelah, mudah
tersinggung dan kreativitas kurang. Pemeriksaan fisik didapatkan dari keadaan umum,
konjungtiva palpebra, bibir, lidah, mulut, jantung, paru, hati, limfa, dan ekstremitas.
Menurut etiologi dan fisiologi anemi dibagi menjadi empat golongan yaitu anemia
aplastik, anemia hemolitik, anemia perdarahan dan anemia defisiensi.
Anemia mikrositik hipokrom yang paling banyak dijumpai adalah anemia defisiensi
besi yaitu anemia yang secara primer disebabkan oleh kekurangan zat besi dengan ciriciri berupa gambaran darah beralih secara progresif dari normositik normokromik
29
30
berdempetan dan berpenduduk padat. Keadaan sekitar kurang bersih. Ada satu selokan
dengan aliran kurang lancar. Tempat sampah tidak ada sampah dibuang di pekarangan
belakang.
Ventilasi rumah ini kurang. Rumah tidak mempunyai jendela, hanya pintu-pintu
yang menghubungkan satu ruangan dengan ruang lain. Rumah terasa sempit dengan
perabot rumah yang diletakkan tidak teratur menyebabkan rumah agak pengap, lembab,
kotor dan kurang sehat.
Orang tua penderita dapat dimotivasi agar dapat menata rumah dengan baik
sehingga dapat mengurangi kepengapan ruangan dan rajin membersihkantempat mandi
yang sekaligus digunakan untuk tempat mencuci piring dan baju. Terlihat genangan air
di ruang tersebut. Orang tua perlu sekali diberikan pengertian akan menjaga kebersihan
dan mewujudkan rumah sehat mengingat keluarga penderita tinggal di daerah
perumahan yang padat.
D. SARAN
Saran yang diberikan pada orang tua penderita sewaktu di Rumah Sakit :
1. Mencuci tangan sebelum menyuapi anak, sebelum menyusui, sebelum makan dan
setelah membuang tinja,.
2. Meneruskan pemberian ASI
3. Mengusahakan agar anak menghabiskan makanan yang diberikan.
Saran yang diberikan sewaktu anak akan pulang :
1. Memberikan edukasi tentang penggunaan air bersih meliputi sumber, cara
penyimpanan, pengambilan dan penggunaan.
2. Edukasi mengenai cara mempersiapkan makanan anak yang bersih dan bebas dari
bahan makanan yang mengiritasi saluran cerna anak.
3. Mengingatkan kembali tentang pentingnya kebiasaan cuci tangan bagi semua
anggota keluarga.
4. Menjaga agar jamban tetap bersih dengan membersihkannya secara teratur.
31
32
BAB IV
RINGKASAN
Seorang anak laki-laki, umur 7 bulan , berat badan 7250 gr, panjang badan
70 cm dengan keluhan utama mencret. Alloanamnesis dengan ibu penderita pada
tanggal 8 April 2004 pukul 13.00 WIB. Dari anamnesis diketahui Dua hari anak
mencret >4x sehari @ 1/4 gelas belimbing, cair, warna kuning, ampas sedikit, tidak
ada lendir, tidak ada darah, tidak berbau asam, nyemprot (+). Muntah 3 x sehari @ 2
sdm, isi seperti yang dimakan dan diminum, tidak nyemprot. Batuk (-), pilek (-)
Satu hari anak mencret >5x sehari @ 1/4 gelas belimbing, cair, warna kuning,
ampas tidak ada, tidak ada lendir, tidak ada darah, tidak berbau asam, nyemprot.
Muntah 1x sehari @ 2 sdm, isi seperti yang dimakan dan diminum, tidak nyemprot.
Anak tampak kehausan. Anak panas tidak tinggi kemudian dibawa ke dokter spesialis
anak, diberi puyer, Recomycetin (chloramphenicol), Infatrim (sulfametoxazoleTrimetoprim). Setelah diminum 3 kali tak ada perubahan, anak dibawa ke poliklinik
RSDK dan disarankan untuk mondok. Kencing terakhir 5 jam yang lalu, jumlah
sedikit, warna kuning. Riwayat makan sebelumnya, anak diberi nasi yang diblender
dengan wortel sebelum mencret. Alat blender yang dipergunakan bekas memblender
cabai.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesan umum sadar, kurang aktif, tampak
kehausan dan rewel, tanda dehidrasi (+). Nadi 120 x/menit isi dan tegangan cukup,
RR 36x/menit, suhu 38,5oC. UUB cekung, mata cekung, bibir kering, selaput lendir
mulut kering, abdomen datar, supel, bising usus meningkat, turgor kulit kembali
lambat. Pemeriksaan tinja makroskopis cair, ada ampas, kuning kecoklatan, tidak ada
lendir dan darah, mikroskopis terdapat sisa pencernaan (protein, lemak dan
karbohidrat), bakteri (+), amoeba (-), tidak didapatkan telur cacing, Sudan III (++).
Darah rutin didapatkan kesan anemia mikrositik hipokromik, leukosit dalam batas
normal.
33
C1L2 selama
13 hari.
Selama
dirawat
mendapatkan
pengelolaan
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudigbia I. Pengantar diare akut anak. Semarang : Badan penerbit FK UNDIP, 1991.
2. Sudigbia I, Budi Santoso, Hartantyo. Diare akut. Dalam : Pedoman pelayanan medik
anak RSDK/FK UNDIP. Semarang : Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak FK
UNDIP, 1989.
3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Gastroenterologi. Dalam buku kuliah
Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI, 1985.
4. Suroto ed. Buku ajar diare. Jakarta : Departemen Kesehatan RI Ditjen PPN dan PLP,
1990.
5. Sumantri, Tamam M, Anemia. Dalam Hartantyo I, Susanto R, dkk, editor. Pedoman
Pelayanan Medik Anak. Bagian IKA FK UNDIP Semarang; 1997:
149-57
6. Hoffbrand AU, Pettit JE. Anemia defisiensi besi dan anemia hipokrom lain. Dalam:
Kapita selekta hematologi. Edisi 2. Jakarta: EGC, 1987: 29-45
7. Waterlow JC. Effects of PEM on structure and function of organ. In: Protein energy
malnutrition. London: Edward Arnold, 1992: 54-74
8. Pudjiadi Solihin, Penyakit KEP ( Kurang energi Dan Protein ). Dalam Pudjiadi
Solihin, Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Edisi 4. Jakarta 2000: 95 140
9. Buku Ajar Diare. Depkes RI Ditjen PPM dan PLP. Jakarta : Depkes RI, 1999 ; 3, 25
72.
10. Riedel BD, Ghisan FK. Acute diarrhea. In : Walker WA, Durie PR, Hamilton JR,
Smith JA, ed; Pediatric gastrointestinal disease, Vol. 1, 2nd ed. Missouri : Mosby,
1991 ; 251 60.
11. Depkes RI, Dirjen Pemberantasan penyakit menular dan Peyehatan Lingkungan
Pemukiman ( Ditjen, PPM, dan PLP ). Buku Ajar Diare. Depkes RI, 1999 : 1 1
35
12. Partawihardja IS. Pengantar diare akut anak diare kronik, suatu pengenalan awal.
Penatalaksana diatetik penderita diare anak, Semarang 26 September 1991, Badan
penerbit Universitas Diponegoro, 1991 : 1- 28
13. Depkes RI. Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan RI,
1998.
36