Anda di halaman 1dari 6

Shalat Jenazah

oleh: Al-Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husein Al Atsariyyah


Menshalati jenazah seorang muslim hukumnya fardhu/ wajib kifayah 4, karena
adanya perintah Rosulullah dalam beberapa hadits. Di antaranya hadits Abu
Qatadahz, ia menceritakan:
Didatangkan jenazah seorang lelaki dari kalangan Anshar di hadapan
Rasulullah n agar beliau menshalatinya, ternyata beliau, bersabda: Shalatilah
Sebagaimana
Rosulullah
pernah
menshalati jenazah
Arabi (Badui)
teman
kalian ini, (aku
tidak mau
menshalatinya)
karenaseorang
ia meninggal
dengan
yang gugur
di medanMendengar
jihad. Syaddad
Haad berkisah:
menanggung
hutang.
hal ibnul
itu berkatalah
Abu Qatadah: Hutang
itu menjadi tanggunganku. Rosulullah bersabda: Janji ini akan disertai
Seorang lelaki dari kalangan Arabi datang menemui Rosulullah . Ia pun
dengan
penunaian?. Janji ini akan disertai dengan penunaian, jawab Abu
beriman dan mengikuti beliau. Kemudian
ia berkata: Aku berhijrah
Qatadah. Maka Rosulullah pun menshalatinya.5
bersamamu. Rosulullah berpesan kepada beberapa shahabatnya untuk
memperhatikan Arabi ini. Ketika perang Khaibar, Rosulullah mendapatkan
ghanimah, beliau membaginya, dan memberikan bagian kepada Arabi
tersebut dengan menyerahkannya lewat sebagian shahabat beliau. Saat itu si
Arabi ini sedang menggembalakan tunggangan mereka. Ketika ia kembali,
mereka menyerahkan bagian ghanimah tersebut kepadanya.
Apa ini ? tanya Arabi tersebut.
Bagian yang diberikan Rosulullah untukmu, jawab mereka.

dua jenis jenazah


dishalati, yaitu:

yang

tidak

wajib

Arabi ini mengambil harta tersebut lalu membawanya ke hadapan Rosulullah,


seraya bertanya: Harta apa ini?

1. Anak kecil yang belum baligh, karena Rosulullah tidak menshalati


beliau untukmu,
Ibrahim sabda
ketikaRosulullah.
wafatnya sebagaimana diberitakan
Akuputra
membaginya
Aisyah:
Bukan untuk ini aku mengikutimu, akan tetapi aku mengikutimu agar aku
Ibrahim
Rosulullah
meninggal
dunia dalam
usia
bulan,
dipanah
di sini putra
ia memberi
isyarat
ke tenggorokannya
hingga
aku 18
mati,
lalu
6
masuk
surga,
kata
Arabi.
beliau
tidak
menshalatinya.
Rosulullah
bersabda:
jujur terhadap
Allah
(dengan
keinginanmu
2. Orang
yang Bila
gugurengkau
fi sabilillah
(syahid)
karena
Rosulullah
tidak
tersebut),
niscaya
Dia
akan
menepatimu.
menshalati syuhada perang Uhud dan selain mereka. Anas bin Malik

mengabarkan:

Mereka tinggal sejenak. Setelahnya mereka bangkit untuk memerangi musuh


(Arabi turut serta bersama mereka, akhirnya ia gugur di medan laga, pent.) Ia
Syuhada perang Uhud tidak dimandikan, dan mereka dimakamkan
dibopong ke hadapan Rosulullah, setelah sebelumnya ia terkena panah pada
dengan
mereka, juga tidak dishalati kecuali jenazah
bagian
tubuh darah-darah
yang telah diisyaratkannya.

Hamzah.7

Apakah ini Arabi itu? tanya Rosulullah.

Kedua golongan di atas, kalaupun hendak dishalati maka tidak


Ya,menjadi
jawab mereka
yang
ditanya.
masalah
bahkan
hal ini disyariatkan. Namun pensyariatannya
tidaklah wajib. Kenapa kita katakan hal ini disyariatkan? Karena
DiaRosulullah
jujur kepada
Allah
Allah pun
menepati
keinginannya,
kata
pernah
pulamaka
menshalati
jenazah
anak kecil
seperti tersebut
Rosulullah. Kemudian Rosulullah mengafaninya dengan jubah beliau.
Setelahnya, beliau meletakkannya di hadapan beliau untuk dishalati. Di antara
doa Rosulullah dalam shalat jenazah tersebut: Ya Allah, inilah hamba-Mu, dia
keluar dari negerinya untuk berhijrah di jalan-Mu, lalu ia terbunuh sebagai
syahid, aku menjadi saksi atas semua itu.9
Ibnul Qayyim berkata: Yang benar dalam masalah ini, seseorang diberi pilihan
antara menshalati mereka atau tidak, karena masing-masing ada atsarnya.
Demikian salah satu riwayat dari pendapat Al-Imam Ahmad t. Dan pendapat

Shalat Jenazah Dilakukan Secara Berjamaah


Disyariatkan shalat jenazah secara berjamaah sebagaimana shalat lima
waktu, dengan dalil:
1. Rosulullah senantiasa melaksanakannya secara berjamaah.
2. Rosulullah telah bersabda:
Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat. 11
Namun bila mereka mengerjakannya sendiri-sendiri maka telah
tertunaikan kewajiban, sebagaimana kata Al-Imam An-Nawawi t: Tidak
ada perbedaan pendapat bahwa shalat jenazah boleh dilakukan sendirisendiri. Namun yang sunnah, shalat jenazah itu dilakukan secara
berjamaah. Karena demikianlah yang ditunjukkan dalam hadits-hadits
masyhur yang ada dalam kitab Ash-Shahih, bersamaan dengan adanya
ijma kaum muslimin dalam masalah ini. (Al-Majmu, 5/172)
Semakin banyak jamaah yang menshalati jenazah tersebut, semakin
afdhal dan ber-manfaat bagi si mayat12, karena Rosulullah bersabda:
Tidak ada satu mayat pun yang dishalati oleh suatu umat dari kaum
muslimin yang mencapai jumlah 100 orang, di mana mereka memberikan
syafaat kepada si mayat, melainkan mayat tersebut disyafaati.13
Bahkan jumlah yang kurang dari 100 pun bermanfaat bagi si mayat,
dengan syarat mereka yang menshalatinya itu dari kalangan muwahhidin
(orang-orang yang bertauhid dengan tidak mencampurinya dengan
kesyirikan sedikit pun). Seperti tersebut dalam sabda Rosulullah:
Tidak ada seorang muslimpun yang meninggal, lalu 40 orang yang tidak
berbuat syirik terhadap Allah sedikit pun menshalati jenazahnya,
melainkan Allah memberikan syafaat mereka itu terhadapnya.14
Disunnahkan makmum yang ikut shalat jenazah tersebut membentuk tiga
shaf atau lebih di belakang imam15, sebagaimana ditunjukkan dalam
hadits dari Abu Umamah t, ia berkata:
Rasulullah pernah shalat jenazah bersama tujuh orang, maka beliau
menjadikan tiga orang berada dalam satu shaf, dua orang yang lain dalam
satu shaf dan dua orang yang tersisa dalam satu shaf.16
Yang afdhal pelaksanaan shalat jenazah itu di luar masjid, di tempat yang
memang khusus disiapkan untuk shalat jenazah, sebagaimana hal ini
dilakukan di masa Rosulullah (Ahkamul Jana`iz, hal. 135).

Masbuq dalam Shalat Jenazah


Ibnu Hazm berkata: Bila seseorang luput dari mendapatkan beberapa takbir
dalam shalat jenazah (bersama imamnya), maka ia langsung bertakbir ketika
tiba di tempat shalat tersebut tanpa menanti takbir imam yang berikutnya.
Apabila imam telah salam, ia menyempurnakan apa yang luput dari takbirnya,
dan berdoa di antara takbir yang satu dengan takbir yang lain sebagaimana
yang ia perbuat bersama imam. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah n
terhadap orang yang (terlambat) mendatangi shalat berjamaah (masbuq) agar
ia mengerjakan apa yang sempat ia dapatkan bersama imam dan ia
sempurnakan apa yang tertinggal. (Al-Muhalla, 3/410)

Posisi Berdiri Imam


Ketika jenazah diletakkan untuk dishalati, bila jenazahnya lelaki, imam berdiri di
belakangnya pada posisi kepala. Adapun jika jenazahnya wanita maka imam
berdiri pada posisi tengahnya. Hal ini ditunjukkan dalam hadits Samurah bin
Jundabzyang dikelu-arkan dalam Shahihain17. Samurah berkata:
Aku pernah menjadi makmum di belakang Nabi n ketika menshalati seorang
wanita bernama Ummu Kaab yang meninggal karena melahirkan. Nabi n
berdiri pada posisi tengah jenazah dan beliau bertakbir empat kali.18

Tata Cara Shalat Jenazah

Abu Ghalib Al-Khayyath t berkisah: Aku pernah menyaksikan Anas bin Malik z
menshalati
jenazah
seorang
berdiri
di bagian
bersisian
dengan
Shalat jenazah
memiliki
tatalelaki,
cara ia
yang
berbeda
denganyang
shalat
yang lain,
karena
kepala
jenazah.
Ketika jenazah
tersebut
didatangkan
jenazah
shalat
ini dilaksanakan
tanpa ruku,
tanpa telah
sujud, diangkat,
tanpa duduk,
dan tanpa tasyahhud
(Al-Muhalla,
Berikut perinciannya:
seorang
wanita3/345).
dari Anshar,
maka dikatakan kepada Anas: Wahai Abu Hamzah
(kunyah Anas), tolong shalatilah. Anas pun menshalatinya dan ia berdiri pada
1. tengah
Bertakbir
4 kali20, demikian pendapat mayoritas shahabat, jumhur tabiin, dan
posisi
jenazah.
madzhab fuqaha seluruhnya.

Di antara kami ketika itu ada Al-Ala` bin Ziyad Al-Adawi (seorang yang tsiqah
2. Takbir pertama dengan mengangkat tangan, lalu tangan kanan diletakkan di atas
dari kalangan tabiin, termasuk ahli ibadah dan qurra` penduduk Bashrah).
tangan kiri (sedekap) sebagaimana hal ini dilakukan pada shalat-shalat lain. Al-Imam
Ketika
melihat perbedaan berdirinya Anas tersebut, ia berkata: Wahai Abu
Al-Hafizh Ibnul Qaththan berkata: Ulama bersepakat bahwa orang yang menshalati
Hamzah,
demikian
Rasulullahkedua
n berdiri
sebagaimana
engkau
berdiri
jenazah,apakah
ia bertakbir
dan mengangkat
tangannya
pada takbir
yang awal.
(Alketika
menshalati
jenazah
laki-laki
dan
ketika
menshalati
jenazah
wanita?
Anas
Iqna fi Masa`ilil Ijma, 1/186)
Ibnu Hazm menyatakan: Adapun mengangkat tangan ketika takbir dalam shalat
Wanita
Menshalati Jenazah
jenazah, maka tidak ada keterangan yang menunjukkan bahwa Rosulullah
melakukannya, kecuali hanya pada awal takbir saja. (Al-Muhalla, 3/351)
Al-Imam An-Nawawi t berkata: Apabila tidak ada yang menghadiri jenazah kecuali
para wanita, maka tidak ada perbedaan pendapat
tentang wajibnya mereka
3. Bertaawwudz lalu membaca Al-Fatihah22 dan surah lain dari Al-Qur`an23.
menshalati jenazah tersebut. Dan tidak ada perbedaan pendapat bahwasanya ketika
itu gugurlah kewajiban (menshalati jenazah) dengan apa yang mereka lakukan. Dan
Al-Imam Asy-Syaukani berkata: Jumhur ulama berpendapat tidak disunnahkan
mereka menshalati jenazah tersebut secara sendiri-sendiri. Namun tidak apa-apa bila
menjahrkan bacaan dalam shalat jenazah. (Nailul Authar 4/81)
mereka mengerjakan secara berjamaah (dengan sesama mereka). (Al-Majmu, 5/169)
4.
Takbir kedua, lalu bershalawat untuk Rosulullah sebagaimana lafadz shalawat
dalam tasyahhud.
(Al-Mughni, fashl Al-Israr bil Qira`ah wad Dua` fi Shalatil Janazah, Asy-Syarhul
Mumti, 2/526)
5.
Takbir ketiga, lalu berdoa secara khusus untuk si mayat secara sirr menurut
pendapat jumhur ulama.
(Al-Minhaj 7/34) Rosulullah bersabda:
Apabila kalian menshalati mayat, khususkanlah doa untuknya. 27

Di antara sekian doa yang pernah diucapkan Rosulullah untuk


jenazah adalah:

Allahummaghfir lahu warhamhu, wa aafihi wafu anhu, wa akrim nuzulahu, wa


wassi mudkhalahu. Waghsilhu bil maa-i wats tsalji wal barad. Wa naqqihi
minadz dzunuubi wal khathaayaa kamaa yunaqqats tsaubul abyadhu minad
danas. Wa abdilhu daaran khairan min daarihi, wa zaujan khairan min zaujihi.
Wa adkhilhul jannata wa aidz-hu min adzaabil qabri wa min adzaabin naari.
Ya Allah, ampuni dan rahmatilah dia. Lindungilah dia dari perkara yang
tidak baik dan maafkanlah dia, muliakanlah tempat tinggalnya,
6. Pada takbir terakhir, disyariatkan berdoa sebelum mengucapkan salam
luaskan/ lapangkanlah tempat masuknya. Basuhlah ia (dari bekasdengan dalil hadits Abu Yafur dari Abdullah bin Abi Aufa ia berkata: Aku
bekas dosa) dengan air,
salju dan es. Sucikanlah dia dari kesalahanmenyaksikan Nabi (ketika shalat jenazah) beliau bertakbir empat kali,
kesalahannya sebagaimana engkau mensucikan pakaian putih dari
kemudian (setelah takbir keempat) beliau berdiri sesaat untuk berdoa.36
noda. Gantikanlah untuknya negeri yang lebih baik daripada negerinya,
keluarga
lebih baik
daripada berdoa
keluarganya
dan
pasangan
Al-Imam
Ahmadyang
berpendapat
disunnahkan
setelah
takbir
terakhiryang
ini,
lebih baik
daripada oleh
pasangan
hidupnya.
ia ke
dalam
sebagaimana
diriwayatkan
Abu Dawud
dalamMasukkanlah
Masa`il Al-Imam
Ahmad
29
lindungilah
dia daridalam
adzabmadzhab
kubur danAsy-Syafiiyyah.
adzab neraka.(Ahkamul
(153). surga,
Demikian
pula pendapat
Jana`iz, hal. 161)
Allahummaghfir lihayyinaa wa mayyitinaa, wa syaahidinaa wa ghaa-ibinaa, wa
7.
Kemudianwa
salam
seperti salam
dalam shalat
waktu, dan
yang sunnah
shaghiirinaa
kabiirinaa,
wadzakarinaa
wa lima
utsaanaa.
Allahumma
man
diucapkan secara sirr (pelan), baik ia imam ataupun makmum. (Al-Hawil Kabir
ahyaitahu minna fa ahyihi alal Islaam, wa man tawaffaitahu minnaa fa
3/55-57, Nailul Authar 4/82)
tawaffahu alal imaan. Allahumma laa tahrimnaa ajrahu wa laa tudhilnaa

badahu.
Ya Allah, ampunilah orang yang masih hidup di antara kami dan orang
yang sudah meninggal, orang yang sekarang ada (hadir) dan orang
yang tidak hadir, anak kecil di antara kami dan orang besar, laki-laki
dan wanita kami. Ya Allah siapa yang engkau hidupkan di antara kami

Bila mayat itu anak kecil, maka disenangi untuk mendoakan kedua orang tuanya31 agar
mendapatkan ampunan dan rahmah seperti tersebut dalam hadits Al-Mughirah bin Syubah
z.32
Ulama menganggap baik untuk mengucapkan doa berikut ini:
Allahummajalhu dzukh-ran liwaalidaihi wa farathan wa ajran wa syafiian
mujaaban. Allahumm tsaqqil bihi mawaaziinahuma wa adhim bihi ujuurahuma wa
alhiq-hu bi shaalihi salafil mukminin. Wajalhu fii kifaalati Ibraahiima wa qihi
birahmatika adzaabal Jahiim..dst
Ya Allah jadikanlah anak ini (si mayat) sebagai pendahulu bagi kedua orang tuanya,
tabungan/ simpanan dan pahala bagi keduanya. Ya Allah beratkanlah timbangan
keduanya dengan kematian si anak, besarkanlah pahala keduanya. Ya Allah,
jadikanlah anak ini dalam tanggungan Nabi Ibrahim33 dan gabungkanlah dia dengan
pendahulu yang shalih dari kalangan (anak-anak kecil) kaum mukminin. Lepaskanlah
dia dari adzab neraka Jahim dengan rahmat-Mu34. Gantikanlah untuknya rumah/
negeri yang lebih baik daripada rumah/ negerinya, keluarga yang lebih baik daripada
keluarganya. Ya Allah, ampunilah salaf kami, orang-orang yang mendahului kami dan

Anda mungkin juga menyukai