Anda di halaman 1dari 2

PENGGUNAAN NUKLIR DI RUMAH SAKIT DAN KLINIK

Menurut Sekretaris Utama Bapeten (Badan Pengawas Tenaga Nuklir) Arifin S dalam
konperensi pers di BPPT kemarin mengatakan aturan perizinan penggunaan tenaga nulkir banyak
dilanggar kelompok bidang kesehatan, terutama rumah sakit dan klinik.
Sekretaris Utama Bapeten ini menilai hal ini disebabkan kurangnya kesadaran untuk menaati
peraturan yang ada. Menurutnya sejumlah rumah sakit dan klinik kesehatan, hingga saat ini ada yang
belum mendaftarkan izin pemanfaatan radiasi tenaga nuklir, meski telah menggunakannya.
Data Bapeten saat ini mencatat untuk teleterapi baru sekitar 21 rumah sakit yang mendaftarkan izin.
Sedang penggunaan nukir untuk keperluan brachie teurapic ada sekitar 18 rumah sakit. Untuk
keperluan X-ray tercatat sekitar 1.800 rumah sakit.
Salah satu aturannya adalah UU No.10/1997 tentang ketenaganukliran, pasal 17
menyebutkan setiap pemanfaatan tenaga nuklir wajib memiliki izin kecuali dalam hal-hal tertentu yang
diatur dalam PP. Perizinan nuklir ini meliputi izin pemanfaatan tenaga nukir untuk keperluan medis,
industri dan penelitian. Juga izin untuk pembangunan dan pengoperasian instalasi radiasi atau nuklir.
Menurut Arifin aturan untuk sistem pengawasan yang ada saat ini cukup memadai. Ia juga
menjelaskan, tahun ini diperkirakan dua PP lagi akan terbit dan ditambah 60 peraturan lainnya, baik
berupa keputusan kepala Batan dan Bapeten. Jadi, tinggal pelaksanaan di lapangannya saja.
Ia juga menambahkan, menurut aturan, siapapun yang mengimpor radioaktif harus mendapat izin dari
Bapeten. Namun kenyataannya berbeda. Saat ini banyak pihak memanfaatkan nuklir tanpa melalui
sistem perizinan dari Bapeten.
Sementara, Bapeten mencatat jumlah industri yang memanfaatkan tenaga nuklir ada sekitar
400 perusahaan. Sebagian perusahaan baru mendaftarkan izin setelah memanfaatkan tenaga nuklir
tersebut.

Terkadang

ada

yang

mengimpor

tanpa

meminta

izin

dari

Bapeten.

Untuk kebocoran penggunaan tenaga nuklir yang terjadi di beberapa perusahaan, menurutnya hal ini
disebabkan kurangnya koordinasi antar instansi pemerintah, termasuk Bea Cukai dan dan
Departemen Kesehatan.
Sedang penanganan limbah radiasi bidang kesehatan, khususnya kedokteran nuklir berupa
urine, kapas, jarum suntik dan lain-lain, alternatifnya ada tiga. Disimpan gudang milik perusahaan, di
kirim ke Batan atau melaksanakan reekspor ke negara asal. Mengenai disimpan gudang milik

perusahaan, ini sifatnya sementara. Karena nantinya tetap harus dititipkan ke Batan atau di ekespor
ke negara asal.

Anda mungkin juga menyukai