Anda di halaman 1dari 10

EFEK PENDINGIN KARBON AKTIF SEBAGAI ADSORBEN DAN METANOL

SEBAGAI REFRIGRAN PADA KOTAK PENDINGIN TENAGA SURYA


Oleh :
SAKTRI OKTAREZA
03081005083
Dosen Pembimbing :
Ir. H. M. Zahri Kadir, MT
NIP: 19590823 198903 1 001
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Jl.Raya Prabumulih km 32, Inderalaya-OI (30662)
SUMMARY
Siklus adsorpsi adalah proses yang menghasilkan efek pendingin dari penggunaan dua media dan sejumlah energi yang
masuk berupa energi panas. Energi panas yang dibutuhkan bernilai lebih ekonomis daripada energi listrik yang
digunakan pada siklus pendingin kompresi uap yang lebih terkenal. Dalam sistem pendingin adsorpsi, Media sekunder
(adsorben) digunakan untuk mensirkulasi dan menyerap fluida pendingin (refrigran) yang menguap pada evaporator.
Sistem adsorpsi ini tidak menggunakan kompresor namun menggunakan panas sebagai sumber energi sehingga sangat
ekonomis dan efisien. Sumber panas dapat dihasilkan dari matahari, cahaya lampu dan gas buang kemudian untuk
adsorben yang dapat digunakan adalah karbon aktif, silika gel dan zeolit. Pada sistem adsorpsi ini sumber panasnya
berasal dari matahari dan karbon aktif sebagai adsorben serta metanol sebagai refrigran. Untuk pembuang panas keluar
ruangan sistem adsorpsi ini menggunakan kondensor. Untuk mengetahui efek pendinginan dari kombinasi methanol
karbon aktif dan pengaruh intensitas cahaya matahari. Maka dilakukan proses perakitan coolbox terlebih dahulu, lalu
dilanjutkan dengan pengujian coolbox selama tiga kali. Dari hasil pengujian dengan intensitas cahaya matahari 307,9
W/m2 didapat suhu maksimum adsorber 66,5oC, suhu evaporator yang paling rendah adalah 16,6 oC dan nilai cop yang
diapat sebesar 0,3459 Sedangkan dengan intensitas cahaya matahari 397,1 W/m 2 didapat suhu maksimum adsorber
68,6oC,suhu minimum evaporator 16,1 oC dan nilai cop yang di dapat sebesar 0,3661.

Kata kunci : Sistem Adsorpsi, Karbon Aktif, Methanol.

1.

PENDAHULUAN

Mesin pendingin berupa cold storage umumnya


menggunakan sistem pendingin kompresi uap. Sistem
pendingin kompresi uap ini terdiri dari: kompresor
sebagai penggerak refrigeran dan evaporator sebagai
cooling coil yang berfungsi untuk menyerap kalor dari
ruang yang didinginkan, kondensor sebagai pembuang
panas keluar ruangan, katup ekspansi sebagai penurun
tekanan, dan gas refrigran sebagai fluida pendingin.
Namun penggunaan kompressor dalam sistem tersebut
menggunakan energi listrik yang cukup besar sehingga
mengakibatkan adanya biaya tambahan yang harus
dikeluarkan secara terus menerus. Dalam rangka
penghematan energi, sistem adsorpsi beroperasi dengan
menggunakan sumber panas misalnya matahari jadi
tidak mengunakan energi listrik sebagai sumber energi
utama.
Berdasarkan akibat yang ditimbulkan dari sistem
pendingin kompresi uap tersebut maka peneliti mencoba
alternative cara untuk mengurangi penggunaan energi
listrik yang cukup besar dan biaya tambahan yang terus
menerus yaitu dengan merancang kotak pendingin
(coolbox) menggunakan sistem adsorpsi. Sistem

pendingin adsorpsi ini sama seperti sistem kompresi uap


yang membutuhkan evaporator, kondensor dan juga katup
ekspansi, tetapi dalam sistem adsorpsi ini tidak
menggunakan kompresor sebagai penggerak refrigran
melainkan menggunakan panas matahari dimana metanol
dan karbon aktif sebagai media penyerap sehingga sangat
ekonomis dan effisien. Pemilihan karbon aktif sebagai
adsorben dan metanol sebagai refrigran karena suhu
operasinya sekitar dari 100 C, dimana dapat
menggunakan kolektor pelat datar yang sederhana.
Sistem pendingin adsorpsi lebih dikenal dengan
siklus yang beroperasi karena panas (heat-operated cycle)
karena hampir seluruh biaya operasi sebanding dengan
panas yang didapat untuk melakukan penguapan dalam
proses desorpsi atau regenerasi. Walaupun sistem ini
membutuhkan kerja untuk menjalankan proses namun
jumlah yang dibutuhkan sangat kecil dibandingkan dengan
kerja yang dibutuhkan oleh siklus kompresi uap (Stoecker,
1983). Sumber energi yang digunakan mudah didapat
seperti matahari ataupun menggunakan energi yang tidak
terpakai lagi panas dari gas buang mesin. Jadi sumber
energi sistem ini ramah lingkungan dan sangat ekonomis.

Dalam beberapa dekade terakhir banyak penelitian


dilakukan terhadap kinerja dari sistem pendingin
adsorpsi dan mesin pompa kalor yang dilaksanakan
dengan berbagai kombinasi adsorben (padatan)
adsorbat (fluida kerja refrigeran). Penggunaan sistem
ini juga sudah mulai dipakai seperti pembuatan es,
pendinginan water chiller, dan juga dalam aplikasi
pengkondisian udara (R.G. Oliveira, 2006). Namun
dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan sistem
adsorpsi sebagai sistem pada kotak pendingin (coolbox)
berbahan dasar styrofoam untuk tempat penyimpanan
minuman bagi penjual minuman di lapangan terbuka
dengan sumber energi panas berupa panas matahari dan
menggunakan karbon aktif-metanol sebagai kombinasi
refrigeran dan adsorben.
suatu sistem pendingin disebut dengan COP
(Coefficient Of Performance) yang dapat dirumuskan
sebagai berikut:

COP=
(1.1)

Efek Pendingin Qe
=
Dayamasuk
Q

Sistem pendingin adsorpsi terus berkembang


karena kelebihannya, yaitu:
1. Sistem operasi yang tanpa suara.
2. Kehandalan yang tinggi.
3. Masa perawatan yang lama.
4. Efisien dan ekonomis karena menggunakan energi
panas yang tidak terpakai (contoh : energi matahari,
energi panas gas buang, energi panas bumi).
5. Mudahnya mengontrol kapasitas.
6. Tidak ada kerugian siklus selama operasi dalam
keadaan hidup ataupun mati.
7. Pengaplikasian yang mudah.
Sistem pendingin adsorpsi beroperasi dengan
proses sebagai berikut:
1. Proses 1-2, pemanasan isosterik dimana adsorber
yang menerima kalor Qih dari sumber energi diluar
sistem.
2. Proses 2-3, proses pemanasan adsorber yang
menerima Qide dan pada saat yang sama proses
desorpsi refrigeran terjadi pada fase uap. Uap akan
dikondensasikan pada kondensor membuang Qc ke
lingkungan.
3. Proses 3-4, pendinginan isosterik pada adsorber
yang menghasilkan Qic ke lingkungan.
4. Proses 4-1, pendinginan pada adsorber dan proses
adsorpsi refrigeran yang menghasilkan Qiad ke
lingkungan , penguapan refrigeran pada evaporator
Ev menyerap kalor Qev dari media yang didinginkan

Gambar 1.1. Diagram lnP (-1/T) - x dari sistem


pendingin adsorpsi (Sumber: A. Mahesh , 2012)
Matahari adalah sumber energi utama yang
memancarkan energi yang luar biasa besarnya ke
permukaan bumi. Pada keadaan cuaca cerah, permukaan
bumi menerima sekitar 1000 watt energi matahari permeter persegi. Kurang dari 30% energi tersebut
dipantulkan kembali ke angkasa, 47% dikonversikan
menjadi panas, 23% digunakan untuk seluruh sirkulasi
kerja yang terdapat diatas permukaan bumi (Syaiful
Manan, 2010).
Adsorpsi adalah proses dimana satu atau lebih unsurunsur pokok dari suatu larutan fluida akan lebih
terkonsentrasi pada permukaan suatu padatan tertentu
(adsorben). Dengan cara ini, komponen-komponen dari
suatu larutan, baik itu dari larutan gas ataupun cairan, bisa
dipisahkan satu sama lain (Treybal, 1980).
Zat penyerap disebut dengan adsorben. Adsorben
yang telah jenuh dapat diregenerasi agar dapat digunakan
kembali untuk proses adsorpsi. Bahan yang banyak
digunakan sebagai adsorben pada sistem pendingin
adsorpsi adalah karbon aktif. Berikut adalah siklus dasar
adsorpsi.

Gambar 1.2. Siklus dasar adsorpsi


(Sumber: A. Mahesh , 2012)
Hal-hal yang harus dimiliki adsorben adalah sebagai
berikut:
1. Adsorben harus memiliki luas area internal yang besar.
2. Area harus bisa dilalui melalui pori yang cukup besar
oleh molekul yang akan diserap.
3. Adsorben harus bisa diregenerasi dengan mudah.
4. Adsorben tidak boleh mancapai titik jenuh dengan
mudah karena akan mengurangi kapasitas daur ulang
yang terus menerus.
5.
Adsorben harus cukup kuat secara mekanik menahan
adsorbat dalam jumlah besar dan getaran yang selalu
ada pada mesin industri.

Karbon aktif merupakan suatu padatan berpori


yang mengandung 85-95% karbon, dihasilkan dari
bahan-bahan yang mengandung karbon dengan
pemanasan pada suhu tinggi. Karbon aktif selain
digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan
sebagai adsorben (penyerap). Luas permukaan karbon
aktif berkisar antara 300-3500 m2/g dan ini berhubungan
dengan struktur pori internal yang menyebabkan karbon
aktif mempunyai sifat sebagai adsorben. Karbon aktif
dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia
tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada
besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Daya
serap karbon aktif sangat besar, yaitu 25-100% terhadap
berat karbon aktif.
Untuk menghitung beban pendinginan dari coolbox
ini peneliti menggunakan analisa kalor sensibel dari
beban yang akan didinginkan berupa air.

Qsb=mb C pb t

massa refrigeran yang dibutuhkan dapat ditentukan


sesuai dengan persamaan kalor laten refrigeran berikut :
(1.3)

Kalor sensibel beban pendingin dan kalor laten


refrigeran memeiliki hubungan sebagai berikut :

Qsb=Qlr

(1.4)

Sehingga persamaan 2.2 disubtitusikan ke persamaan


2.3 sebagai berikut :

Qsb=mr Lr

(1.5)

Q sb
Lr

Maka,

Qsa=IA

(1.10)

Sehingga didapat persamaan untuk menghitung luas area


penerima kalor matahari sebagai berikut :

A=

Q sa
I

(1.11)

Setelah perancangan selesai maka performansi dari sistem


dapat dihitung dengan perhitungan COP sebagai berikut:

Q evaporator
Q Kolektor

(1.12)

2. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dengan bersumber dari
literatur berupa data dan informasi, kemudian alat
dirancang secara teoritis dan alat dibuat untuk
mendapatkan data dari hasil pengujian alat uji. Dengan
data tersebut peneliti menghitung performansi dan
membandingkan kemampuan aktual dan kemampuan
teoritis dari alat tersebut. Lokasi penelitian dilaksanakan di
Laboratorium Teknik Pendingin Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. Alat ukur yang
digunakan adalah termokopel, manometer.
Alat ini menggunakan karbon aktif yang terbuat dari
cangkang kelapa yang umum dijual di toko kimia
setempat.

(1.6)

Properties
Massa
Jenis

Untuk mengetahui jumlah kalor yang dibutuhkan


untuk mencapai suhu desorpsi maka peneliti
menggunakan analisa kalor sensibel pada adsorben
sebagai berikut:

Qsa=ma C pa t

(1.9)

Tabel 1. Sifat-sifat Karbon aktif


(Sumber: Scribd.com/MSDS)

Maka didapat jumlah refrigeran yang dibutuhkan:

m r=

Q =Q sa

COP=

(1.2)

Qlr =mr Lr

Kalor intensitas matahari dan kalor sensibel beban


pendingin memiliki hubungan

(1.7)

Titik Didih

1,5063
kJ/kg.K
3727C

Titik Lebur

3500C

Kalor Jenis

Gambar 2.1. Karbon


aktif

831 kg/m3

Methanol yang digunakan dalam pengujian ini


adalah methanol dengan konsentrasi 100%.

..........
(2.7)
Besarnya area penerima kalor intensitas matahari adalah
sebagai berikut :

Q =IA

(1.8)

Storage berfungsi sebagai pemisah agar metanaol


tidak ikut ter vakum saat sistem di vakum.

Gambar 2.2. Methanol


Tabel 2. Sifat-sifat methanol
Molecular
formula
Massa Molar
Wujud
Massa Jenis
Titik Cair
Titik Didih
Tekanan Uap

Properties
CH4OH
32,04 g/mol
Cairan tak berwarna
0,7918 g/cm3
-97,6oC
64,7oC
13,02 kPa (pada 20oC)

Adsorber adalah ruang penyimpanan karbon


aktif dimana terjadinya proses adsorpsi dan desorpsi.
Pemanasan yang dilakukan untuk proses desorpsi ialah
panas dari sinar matahari. Dibuat dengan bahan
aluminium dan di cat hitam untuk mempermudah
penyerapan kalor dari cahaya matahari.

Gambar 2.6. storage


Styrofoam box berfungsi sebagai ruang yang
didinginkan.

Gambar 2.7. Styrofoam box


Berikut adalah rancangan yang sudah dirakit :

Gambar 2.3. Adsorber


Evaporator, ialah ruang methanol sebagai
refrigeran menguap dengan menyerap kalor dari dalam
Coolbox.

Gambar 2.4. Evaporator


Kondensor, ialah ruang dimana methanol
terkondensasi dan kembali ke evaporator untuk
digunakan. Kondensor yang dipilih adalah kondensor
dengan pendingin udara dengan aliran udara alami.

Gambar 2.8. Skema Rancangan Coolbox

Gambar 2.5. Kondensor

(b)
Gambar 2.9. Kotak Pendingin (Coolbox)
Sistem ini adalah sistem yang diskontinyu maka
terdapat 2 proses pada pengujian ini. Pengujian tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Proses Adsorpsi
1. Pastikan adsorber tidak terkena cahaya matahari.
2. Ukur suhu dan tekanan diseluruh titik
3. Pastikan seluruh valve dalam keadaan tertutup
4. Buka valve pada titik (e) dan buka valve pada
titik (a), namun valve pada titik (b), (c) dan valve
ke pompa vakum tertutup
5. Perlahan-lahan suhu pada evaporator akan turun
hingga suhu terendah yang mampu dicapai oleh
sistem.
6. Ukur suhu dan tekanan diseluruh titik termasuk
suhu evaporator dan lingkungan dimulai dari
valve pada titik (a) dibuka hingga valve ditutup
dengan rentang waktu 30 menit.
7. Tutup valve pada titik (e) jika suhu pada
evaporator tidak turun lagi

b.

Proses desorpsi
1. Buka adsorber agar kalor dari cahaya matahari
mengenai adsorber.
2. Ukur suhu dan tekanan diseluruh titik
3. Pastikan seluruh valve dalam keadaan tertutup
4. Buka valve pada titik (b),(c) dan (d), namun
valve pada titik (a),(e) dan valve ke pompa
vakum tertutup
5. Perlahan-lahan suhu pada titik (2), dan (3) akan
meningkat hingga suhu tertinggi yang mampu
dicapai oleh sistem.
6. Tutup valve pada titik (b), dan (c)
jika
pemanasan oleh matahari sudah dilakukan
selama 3 jam
7.
Ukur suhu dan tekanan diseluruh titik termasuk
suhu evaporator dan lingkungan dimulai dari
valve pada titik (b), dan (c) dibuka hingga valve
ditutup dengan rentang waktu 30 menit.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Perhitungan Teoritis Evaporator :


Qs air
mmethanol
Vmethanol
P
L
T

:
:
:
:
:
:

301,032 kJ
0,274 kg
3,48 x 10-4 m3
340 mm
120 mm
8,529 mm

Hasil Perhitungan Teoritis Adsorber :


Mkarbon aktif
Vkarbon aktif
Qs karbon aktif
A
P
L
T

:
:
:
:
:
:
:

1,0946 kg
1,317 x 106 mm3
27,4804 Watt
8,3274 x 104 mm2
340 mm
245 mm
16 mm

3.2. Hasil Pengujian


Data pengukuran yang diambil meliputi temperatur
(t1) dan tekanan (p1) aliran keluar evaporator, temperatur
(t2) dan tekanan (p2)aliran keluar adsorber, temperatur
coolbox (tevap) dan temperatur lingkungan (tenv). Pengujian
dilaksanakan selama tiga hari dengan waktu adsorpsi 6 jam
dan waktu desorpsi 6 jam. Berikut data yang diperoleh dari
pengujian :
Tabel 3.1. Data Adsorpsi Pengujian Pertama

Tabel 3.2. Data desorpsi Pengujian Pertama

3.1 Analisa Rancangan


3.1.1 Spesifikasi Rancangan
Coolbox dirancang dengan spesifikasi sebagai
berikut :
Beban pendingin
:
10 cup air
Suhu pendinginan
:
0 oC
Waktu pendinginan
:
3 Jam
Kapasitas coolbox
:
8,16 Liter
Sumber Kalor Desorpsi
:
Matahari
Refrigeran
:
Methanol
Adsorben
:
Karbon Aktif
3.1.2 Perancangan Secara Teoritis

COP =

0,0905396 kJ / s
0,261751kJ / s

= 0,3459

Rasio=

refrigan m. ( gram )
=
adsorber
gram

metanol =787 kg/m3


1 ml=1 gram
Massametanol yang diserap ole h karbon
aktif 250 ml

Rasio=

250 ml 787. 103

196,75.103

Gambar 3.1. Grafik Suhu Adsorber dan Suhu


Evaporator

250 ml 787

kg
m3

1 kg
gram
cm3

1000 gram
gram
3
cm

0,19675

gram
3
cm

Tabel 3.3. Data Adsorpsi Pengujian Kedua

Data yang didapat dari hasil pengujian :


Suhu lingkungan minimum
Suhu lingkungan maksimum
Suhu Minimum evaporator
Suhu Maksimum evaporator
Suhu Minimum Adsorber
Suhu Maksimum Adsorber
Intensitas rata-rata matahari

:
:
:
:
:
:
:

o
28
C
o
31,4 C
16,6 oC
31,9 oC
27,1 oC
66,5 oC
0,3079 kJ/sm2

Dengan data diatas kita bisa menghitung kalor yang


mampu diserap dari air sebagai beban pendinginan oleh
evaporator sebagai berikut:
Qair
= mair. Cp air. T
= 2,4 kg . 4,181 kJ/kg oC .(28,5 16,6) oC
= 124,42656 kJ

Q/t

Tabel 3.4. Data desorpsi pengujian kedua

1 24,42656 kJ
10800 s

= 0,0905396 kJ/s
Qmatahari= I . . A
= 0,3079 kJ/sm2 1 0,085 m2
= 0,261751 kJ/s

COP =

0,012357 kJ / s
0,33753 kJ / s

= 0,3661

Massametanol yang diserap ole h


karbon aktif 280 ml

280 ml 787
Rasio=

220,36.103

1 kg

250 ml 787. 103

kg
m3

gram
cm3

1000 gram
gram
cm 3

0,22306

gram
cm3

Tabel 3.5. Data Adsorpsi Pengujian Ketiga

Gambar 3.2. Grafik Suhu Adsorber dan Suhu


Evaporator
Data yang didapat dari hasil pengujian :
Suhu lingkungan minimum
Suhu lingkungan maksimum
Suhu Minimum evaporator
Suhu Maksimum evaporator
Suhu Minimum Adsorber
Suhu Maksimum Adsorber
Intensitas rata-rata matahari

:
:
:
:
:
:
:

o
28
C
o
32,1 C
16,1 oC
32,7 oC
27,5 oC
68,6 oC
0,3971 kJ/sm2

Dengan data diatas kita bisa menghitung kalor yang


mampu diserap dari air sebagai beban pendinginan oleh
evaporator sebagai berikut:
Qair
= mair. Cp air. T

Tabel 3.6. Data desorpsi pengujian ketiga

= 2,4 kg . 4,181 kJ/kg oC .(29,4 16,1)


o

C
= 133,45752 kJ

Q/t

133,45752 kJ
10800 s

= 0,012357 kJ/s
Qmatahari= I . . A
= 0,3971 kJ/sm2 1 0,085 m2
= 0,33753 kJ/s

18,88.103

gram
3
cm

0,18888

gram
3
cm

3.3. Analisa dan Pembahasan


3.3.1 Pengaruh Suhu Lingkungan (Tling) Dan Intensitas
Rata-Rata Matahari (I) Terhadap Suhu Desorpsi (T2)

Gambar 3.3. Grafik Suhu Adsorber dan Suhu


Evaporator
Data yang didapat dari hasil pengujian :
Suhu lingkungan minimum
Suhu lingkungan maksimum
Suhu Minimum evaporator
Suhu Maksimum evaporator
Suhu Minimum Adsorber
Suhu Maksimum Adsorber
Intensitas rata-rata matahari

:
:
:
:
:
:
:

27,5 oC
30,9 oC
16,9 oC
32,6 oC
28,3 oC
64,6 oC
0,2851 kJ/sm2

Dengan data diatas kita bisa menghitung kalor yang


mampu diserap dari air sebagai beban pendinginan oleh
evaporator sebagai berikut:
Qair
= mair. Cp air. T
= 2,4 kg . 4,181 kJ/kg oC .(28,5 16,9) oC

Kenaikan suhu adsorber dipengaruhi oleh suhu


lingkungan dan intensitas rata-rata matahari semakin tinggi
intensitas matahari semakin tinggi suhu lingkungan dan suhu
adsorber namun data intensitas rata-rata matahari tidak
sepenuhnya berpengaruh terhadap suhu maksimum adsorber
karena intensitas matahari tidak stabil ada kemungkinan naik
ataupun turun selama rentang waktu saat perhitungan rata-rata
intensitas matahari.
3.3.2 Pengaruh Suhu Lingkungan (Tling) Terhadap Suhu
Evaporator
(Tevap)
Saat
Proses
Adsorpsi

= 116,39904 kJ

Q/t

Gambar 3.4. Grafik Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Suhu


Desorpsi

116,39904 kJ
14400 s

= 0,0080832 kJ/s
Qmatahari= I . . A
= 0,2851 kJ/sm2 1 0,085 m2
= 0,02423 kJ/s
COP =

0,0080832kJ /s
0,02423 kJ / s
Gambar 3.5. Grafik Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Suhu
Adsorpsi

= 0,3314

Massametanol yang diserap ole h karbon


kg
240 ml 787 3
m
Rasio=
1 kg

aktif 240 ml

240 ml 787. 103

gram
cm3

Suhu lingkungan mampu mempengaruhi


penurunan suhu pada saat proses adsorpsi.

besarnya

3.3.3 Pengaruh Kenaikan Suhu Desorpsi Terhadap


Penurunan Suhu Evaporator Saat Proses
Adsorpsi.

1000 gram
8

Gambar 3.6. Grafik Pengaruh Kenaikan Suhu Desorpsi


terhadap Penurunan Suhu Adsorpsi
Penurunan suhu evaporator saat proses
dipengaruhi oleh kenaikan suhu adsorber saat proses
desorpsi. Hal ini karena makin tinggi suhu desorpsi
makin banyak methanol yang dilepas oleh karbon aktif
yang berasal dari proses adsorpsi sebelumnya. Makin
banyak methanol yang dilepas maka makin besar
jumlah kalor yang mampu diserap oleh evaporator.
3.3.4. Pengaruh suhu adsorber dan suhu evaporator
terhadap nilai COP

Pengaruh intensitas cahaya matahari dapat kita


ketahui pada pengujian pertama dengan intensitas cahaya
matahari sebesar 307,9 W/m2 didapat suhu absorber
maksimum sebesar 66,5 oC, suhu minimum evaporator
sebesar 16,6 oC dengan nilai COP 0,3459 dan nilai rasio
sebesar 0,196. Pada pengujian kedua dengan intensitas
cahaya matahari sebesar 397,1 W/m2 didapat suhu
adsorber maksimum sebesar 68,6 oC, dan suhu minimum
evaporator sebesar 16,1 oC dengan nilai COP 0,366 dan
nilai rasio sebesar 0,220. Pada pengujian ketiga dengan
intensitas cahaya sebesar 285,1 W/m 2 didapat suhu
adsorber maksimum sebesar 64,6 oC, dan suhu evaporator
minimum sebesar 16,9 0C dengan nilai COP 0,3314 dan
nilai rasio sebesar 0,188. Intensitas cahaya matahari dan
suhu lingkungan berpengaruh terhadap kenaikan suhu
adsorber saat desorpsi, penurunan suhu evaporator saat
adsorpsi, bersarnya nilai COP yang di dapat dan besarnya
nilai rasio yang dihasilkan.
4.2. Saran
Di sarankan pada penelitian selanjutya dilakukan
pada saat kondisi cuaca yang panas dengan menggunakan
adsorber yang lebih besar dan jumlah karbon aktif methanol yang lebih besar serta menutup evaporator
dengan maksimal agar kotak insulasi terisolasi dengan
baik dari udara luar sehingga menghasilkan efek
pendinginan yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA

Gambar 3.7. Grafik suhu adsorber dan suhu evaporator


terhadap nilai COP
3.3.5. Efek Pendingin Rasio Adsorber

Dan

Refrigran Terhadap Kotak Pendingin

Gambar 3.8. Grafik rasio adsorben dan refrigran


terhadap kotak pendingin
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan

Mahesh, A. 2012. Solar Adsorption Cooling System : An


Overview. Indian Institute of Technology Delhi,
India.
Manan, S. 2010. Energi Matahari, Sumber Energi
Alternatif Yang Effisien, Handal Dan Ramah
Lingkungan Di Indonesia. Universitas
Diponogoro, Semarang.
Manurung, J. 2012. Modifikasi dan Pengujian
Evaporator Mesin Pendingin Siklus Adsorpsi yang
digerakkan Energi Surya. Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Nasution, M.I.B. 2010. Pengembangan Perangkat Lunak
Untuk Simulasi Satu Unit Mesin PendinginSiklus
Adsorpsi Yang Digerakkan Energi Surya Dengan
Luas Kolektor 1,5 M2. Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Samosir, D.O. 2011. Kajian Eksperimental Kondensor
Untuk Mesin Pendingin Siklus Adsorpsi Tenaga
Surya.Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sasmaz, Turgut. 2011. Thermodynamic Analysis Of a
Solar Assisted Adsorption Cooling System. Near
East University, Nicosia.
Stoecker, W.F. dan Jones, J.W. 1983. Refrigeration & Air
Conditioning. McGraw-Hill, United Kingdom.
Wang, R.Z. dan Oliveira, R.G. 2006. Adsorption
Refrigeration - An Efficient Way to Make Good Use
of Waste Heat and Solar Energy. Shanghai Jiao
Tong University, China.

10

Anda mungkin juga menyukai