Anda di halaman 1dari 3

Eksplorasi adalah penyelidikan lapangan untuk mengumpulkan data/informasi

selengkap mungkin tentang keberadaan sumberdaya alam di suatu tempat.


Kegiatan eksplorasi sangat penting dilakukan sebelum pengusahaan bahan
tambang dilaksanakan mengingat keberadaan bahan galian yang
penyebarannya tidak merata dan sifatnya sementara yang suatu saat akan habis
tergali. Sehingga untuk menentukan lokasi sebaran, kualitas dan jumlah
cadangan serta cara pengambilannya diperlukan penyelidikan yang teliti agar
tidak membuang tenaga dan modal, disamping untuk mengurangi resiko
kegagalan, kerugian materi, kecelakaan kerja dan kerusakan lingkungan.

Eksploitasi adalah usaha penambangan dengan maksud untuk menghasilkan bahan galian
dan memanfaatkannya. Kegiatan ini dapat dibedakan berdasarkan sifat bahan galiannya yaitu,
galian padat dan bahan galian cair serta gas.
Sejauh yang diketahu eksplorasi sumberdaya alam masih tetap penjabaran dari paradigm
tersebut di atas. Eksploitasi sumberdaya alam yang hanaya diarahkan untuk mendukuung
pertumbuuhan ekonomi tanpa memperhatikan secara keseimbangannya.

Adanya suplai air dan saluran untuk turunnya air, dalam hal berupa kekar, maka Ni
yang terbawa oleh air turun ke bawah, lambat laun akan terkumpul di zona air sudah tidak
dapat turun lagi dan tidak dapat menembus bedrock (Harzburgit). Ikatan dari Ni yang
berasosiasi dengan Mg, SiO dan H akan membentuk mineral garnierit dengan rumus kimia
(Ni,Mg)Si4O5(OH)4. Apabila proses ini berlangsung terus menerus, maka yang akan terjadi
adalah proses pengkayaan supergen (supergen enrichment). Zona pengkayaan supergen ini
terbentuk di zona saprolit. Dalam satu penampang vertikal profil laterit dapat juga terbentuk
zona pengkayaan yang lebih dari satu, hal tersebut dapat terjadi karena muka air tanah yang
selalu berubah-ubah, terutama dari perubahan musim.

Dibawah zona pengkayaan supergen terdapat zona mineralisasi primer yang tidak
terpengaruh oleh proses oksidasi maupun pelindihan, yang sering disebut sebagai zona
Hipogen, terdapat sebagai batuan induk yaitu batuan Harzburgit.

Formasi ini mempunyai batuan penyusun berupa breksi andesit, lapili tuff, tuff,
breksi lapisi , Aglomerat, dan aliran lava serta batu pasir vulkanik yang
tersingkap di daerah kulon progo. Formasi ini diendapkan secara tidak selaras
dengan formasi nanggulan dengan ketebalan 660 m. Diperkirakan formasi ini
formasi ini berumur oligosen miosen.

Formasi Andesit Tua tersusun oleh breksi andesit, tuf, tuf lapili, anglomerat, dan
sisipan aliran lava andesit. Komposisi lava terutama terdiri dari andesit hiperten
dan andesit augit hornblende. Kepingan tuf napalan yang merupakan hasil
rombakan dari lapisan yang lebih tua dijumpai dikaki Gunung Mudjil . Di bagian
bawah formasi ini mengandung fosil plankton yang menunjukan umur oligosen
akhir. Oleh karena bagian bawah formasi Sentolo berumur Miosen Awal.
Mempunyai ketebalan kira-kira lebih dari 600 meter. Untuk Formasi Andesit Tua
ini dibagi lagi kedalam Formasi Kulon Progo yang mempunyai lingkungan darat
dan Formasi Giripurwo dengan lingkungan laut. Formasi Andesit Tua terbentuk
lebih dari 1 sumber gunung api yaitu gunung api Gajah, gunung api ijo dan
Gunung api menoreh (Van Bemmelen,1949).
Formasi Andesit Tua Batuan penyusun dari formasi ini terdiri atas Breksi andesit,
Tuf, Tuf Tapili, Aglomerat dan sisipan aliran lava andesit. Lava, terutama terdiri
dari Andesit hiperstein dan Andesit augit hornblende (Wartono Raharjo dkk,
1977). Formasi Andesit Tua ini dengan ketebalan mencapai 500 meter
mempunyai kedudukan yang tidak selaras di atas formasi Nanggulan. Batuan
penyusun formasi ini berasal dari kegiatan vulaknisme di daerah tersebut, yaitu
dari beberapa gunung api tua di daerah Pegunungan Kulon Progo yang oleh Van
Bemmelen (1949) disebut sebagai Gunung Api Andesit Tua. Gunung api yang
dimaksud adalah Gunung Gajah, di bagian tengah pegunungan, Gunung Ijo di
bagian selatan, serta Gunung Menoreh di bagian utara Pegunungan Kulon Progo.
Aktivitas dari Gunung Gajah di bagian tengah mengahsilkan aliran-aliran lava
dan breksi dari andesit piroksen basaltic. Aktivitas ini kemudian diikuti Gunung
Ijo di bagian selatan Pegunungan Kulon Progo, yang menghasilkan Andesit
piroksen basaltic, kemudian Andesit augit hornblende dan kegiatan paling akhir
adalah intrusi Dasit. Setelah denudasi yang kuat, sedikit anggota dari Gunung
Gajah telah tersingkap, di bagian utara, Gunung Menoreh ini menghasilkan
batuan breksi Andesit augithornblende, yang disusul oleh intrusi Dasit dan
Trakhiandesit. Purnamaningsih (1974, vide warttono rahardjo, dkk, 1977)
menyebutkan telah menemukan kepingan Tuff napalan yang merupakan fragmen
Breksi. Kepingan Tuff napalan ini merupakan hasil dari rombakan lapisan yang
lebih tua, dijumpai di kaki gunun Mujil. Dari hasil penelitian, kepingan Tuff itu
merupakan fosil Foraminifera plantonik yang dikenal sebagai Globigerina
ciperoensis bolli, Globigerina geguaensis weinzrel; dan applin serta Globigerina
praebulloides blow. Fosil-fosil ini menunjukkan umur Oligosen atas. Formasi
Andesit Tua secara stratrigrafis berada di bawah Formasi Sentolo. Harsono
Pringgoprawiro (1968, hal.8) dan Darwin Kadar (1975, hal.2) menyimpulkan
bahwa umur Formasi Sentolo berdasarkan penelitian terhadap Foraminifera
plantonik adalah berkisar antara Awal Meiosen sampai Pliosen. Formasi

Nanggulan, yang terletak di bawah Formasi Andesit Tua mempunyai kisaran


umur Eosen Tengah hingga Oligosen Atas (hartono, 1969, vide Wartono Rahardjo,
dkk, 1977). Jika kisaran umur itu dipakai, maka Formasi Andesit Tua diperkirakan
berumur Oligosen Atas sampai Meiosen Bawah. Menurut Purbaningsih (1974,
vide wartono Rahardjo, dkk, 1977) umur Formasi Tua ini adalah Oligosen.

Anda mungkin juga menyukai