Lembar Persetujuan
Tugas Akhir ini telah diterima dan disahkan untuk memenuhi sebagian dari syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
Fakultas Informatika
Universitas Telkom
Menyetujui
Pembimbing 1
Pembimbing 2
Endro Ariyanto,ST.MT
NIP: 04660316-1
ii
Lembar Pernyataan
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir dengan judul Implementasi
Full Duplex Switched Ethernet Pada Aircraft Data Netwok Berbasis Cots
Embedded Device beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan
saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini,
saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya
ini, atau ada claim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
iii
Abstrak
Aircraft Data Network (ADN) adalah sebuah konsep komunikasi data yang
dikembangkan khusus untuk diimplementasikan di environment pesawat terbang.
Karena ADN berada pada aircraft environment, maka otomatis diperlukan sebuah
sistem yang dapat bekerja secara real time serta memiliki tingkat kehandalan yang
tinggi. Avionics Full-Duplex Switched Ethernet (AFDX) adalah sebuah standar
komunikasi data untuk ADN yang diimplementasikan berdasarkan spesifikasi ARINC
664. AFDX dibangun berdasarkan teknologi IEEE 802.3 (Ethernet) menggunakan
komponen Commercial-Off-The-Shelf (COTS). Masalah yang biasa dihadapi dalam
pengembangan teknologi penerbangan adalah lamanya waktu pengembangan serta
besarnya biaya yang dibutuhkan untuk riset dan pembuatan alat-alat industri baru
untuk memproduksi teknologi yang dibuat secara khusus untuk suatu vendor tertentu,
namun dengan penggunaan teknologi Ethernet yang memiliki standar global, hal-hal
tersebut tentu akan dapat ditekan. Hal terpenting dalam pengembangan AFDX adalah
harus dilakukan perancangan dan implementasi sistem yang bersifat deterministik,
yaitu sistem yang dapat menangani fungsi traffic policing dan frame filtering dengan
performansi yang memenuhi standar spesifikasi. Selain itu, karena cost-effective
merupakan salah satu tujuan AFDX, penggunaan komponen COTS untuk menekan
biaya juga harus menjadi pertimbangan.
Pada tugas akhir ini, telah dilakukan implementasi Aircraft Data Network
yang ditujukan untuk memenuhi standar ARINC 664/AFDX menggunakan
komponen-komponen COTS. Telah dilakukan perancangan embedded device
berbasis PC / 1386 Processor dengan menggunakan Linux sebagai sistem operasinya.
Sistem yang dibangun sudah dapat menerima dan meneruskan paket sesuai dengan
rule traffic policing dan frame filtering yang didefinisikan. Selain itu, uji performansi
juga telah dilakukan dan didapatkan nilai latency yang memenuhi standar spesifikasi
ARINC 664 yaitu lebih kecil dari 150 miliseconds, namun nilai jitter yang didapat
masih belum bisa memenuhi standar yaitu lebih kecil dari 500 microseconds. sehingga
sistem yang dibangun belum dapat dikatakan deterministik sepenuhnya.
Kata kunci: Aircraft Data Network (ADN), Avionics Full-Duplex Switched Ethernet
(AFDX), commercial-cff-the-shelf (COTS), ARINC 664
iv
Abstract
Aircraft Data Network (ADN) is a data communication concept developed
specifically for implementation in the aircraft environment. ADN introduced by the
Airlines Electronic Engineering Commite (AEEC) on the specification ARINC 664.
Because of AND using in the aircraft environment, it automatically need a system that
can works in real time and has a high level of reliability. The system can be in real
time if the conditions of operation is limited by the span and have a clear limit-time
(deadline). In other words, a work must be completed within a certain time.
Avionics Full-Duplex Switched Ethernet (AFDX) is a data communications
standar for the AND that implemented by ARINC 664 specification.The reason of
made AFDX is special because it built on technology based IEEE 802.3 (Ethernet)
using components of Commercial-Off-The-Shelf (COTS). This condition will certainly
save time and development costs, because Ethernet itself is a powerful technology that
is constantly evolving and has a high degree of reliability.
In this final project, there will be the implementation of a real time system
based Aircraft Data Network which can fullfil the standar ARINC 664 / AFDX. The
system built using COTS components. This final project will handle the design and
implementation specialy based of embedded linux that can handle switching functions
required by the system. Problems that can be faced here is to design a frame function
filtering and traffic policing perfectly to be able ensure that all communication
between End System which has a deterministic nature so that it can reliably apply to
the Aircraft Data Network.
Key Words: Aircraft Data Network (ADN), Avionics Full-Duplex Switched Ethernet
(AFDX), commercial-cff-the-shelf (COTS),ARINC 664
KATA PENGANTAR
vi
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR
SAMPUL
...................................................................................................Error!
Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN ..................................... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ...... Error! Bookmark not defined.i
ABSTRAK ................................................................................................................. iv
ABSTRACT .............................................................. Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR .............................................................................................. vii
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................. viii
DAFTAR ISI............................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xi
DAFTAR ISTILAH ................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ......................................... Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang................................................. Error! Bookmark not defined.
1.2 Tujuan .............................................................. Error! Bookmark not defined.
1.3 Rumusan Masalah ........................................... Error! Bookmark not defined.
1.4 Batasan Masalah .............................................. Error! Bookmark not defined.
1.5 Metodologi ...................................................... Error! Bookmark not defined.
1.6 Sistematika Penulisan ...................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II LANDASAN TEORI .................................. Error! Bookmark not defined.
2.1 ARINC 664 Specification, Part 7 .................... Error! Bookmark not defined.
2.1.1 ARINC 664 ................................................................................................. 5
2.1.2 AFDX ..................................................... Error! Bookmark not defined.6
2.2 Full Duplex Switched Ethernet ......................................................................... 8
2.3 Virtual Links .................................................................................................... 10
BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Error! Bookmark
not defined.
3.1 Deskripsi dan Analisis Sistem ......................... Error! Bookmark not defined.
3.1.1 Perangkat Keras ...................................................................................... 15
3.1.2 Perangkat Lunak ...................................................................................... 16
3.1.3 Platform.................................................................................................... 16
viii
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Jaringan AFDX..6
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Ethernet timing.....9
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 2.8
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 3.3
Gambar 3.4
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
xi
DAFTAR ISTILAH
AFDX
.
Commercial Of The Self
Delay
Frame Filtering
Jitter
Latency
Traffic Policing
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Merancang dan mengimplementasikan Aircraft Full Duplex Switched
Ethernet (AFDX ) berbasis embedded device menggunakan Linux yang
dapat menangani frame filtering serta traffic policing untuk sistem.
2. Menganalisis karakteristik jaringan AFDX berdasarkan frame filtering
serta traffic policing yang telah diimplementasikan.
3. Menganalisis performansi kernel Linux standar dengan kernel Linux
kustom sebagai komponen COTS yang lebih handal berdasarkan nilai
jitter dan latency-nya serta membuktikan bahwa performansi sistem yang
dibuat sudah memenuhi standar spesifikasi ARINC 664.
PENDAHULUAN
Pada bab ini jelaskan mengenai latar belakang, tujuan penelitian,
rumusan masalah, batasan masalah, metode penelitian dan sistematika
penulisan tugas akhir.
BAB II
DASAR TEORI
Pada bab ini dimuat teori pendukung mengenai Aircraft Data Network,
socket programming, Aircraft Full Duplex Switched Ethernet dan Qos
pada jaringan untuk mendukung penyelesaian penelitian ini.
BAB III
PERANCANGAN SISTEM
Pada bab ini dijelaskan mekanisme sistem perangkat keras dan
perangkat lunak, pengujian yang akan dilakukan dan spesifikasi dari
sistem yang mendukung untuk tugas akhir.
BAB IV
BAB V
BAB 2
Landasan Teori
ARINC 664 merupakan standar baru yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan
industri pesawat terbang modern yang membutuhkan bandwidth yang tinggi untuk
koneksi data antar subsystem nya serta menggunakan pengkabelan seminimal
mungkin untuk mengurangi beban pesawat. Hal ini, sayangnya belum dapat terpenuhi
oleh pendahulunya, ARINC 429.[4]
Bagian ke 7 dari ARINC 664 membahas tentang penerapan dari standar
spesifikasi ARINC 664 yang menggunakan jaringan switch berbasis Ethernet pada
Aircraft Data Network, sehingga sistem yang dibangun dapat dikatakan layak apabila
mampu memenuhi standar dari dokumen ini.
Pada sebuah sistem yang memiliki banyak end points seperti pesawat Airbus,
tentu penggunaan unidirectional data bus yang bekerja secara point-to-point menjadi
sangat tidak efektif. Hal ini menjadi kelemahan ARINC 429, yang menggunakan
standar tersebut karena konsep tersebut akan membutuhkan banyak pengkabelan yang
akan menambah beban pesawat. Di sisi lain, ARINC 664 yang dapat
mengimplementasikan pemakaian Ethernet, dapat menggunakan teknik switching
untuk dapat memenuhi kebutuhan infrastruktur yang sama, dengan pengkabelan yang
lebih minimum.
2.1.2. AFDX
AFDX merupakan implementasi dari standar ARINC 664 yang dibangun
dengan menggunakan komponenkomponen COTS berbasis IEEE 802.3
(Ethernet).Pada layer fisik, AFDX menggunakan topologi star dengan full-duplexed
switched Ethernet. Jaringan pada AFDX bersifat profiled, artinya, seluruh koneksi,
addressing, serta bandwidth pada jaringan sudah ditentukan dari awal. Jalur yang ada
dari setiap bagian jaringan telah ditentukan secara spesifik.
AFDX menggunakan konsep virtual link untuk menggantikan konsep
unidirectional bus connection yang digunakan oleh standar sebelum nya, yaitu
ARINC 429. Dengan menggunakan virtual link, dapat dibuat banyak koneksi pointto-point dalam jaringan tanpa membutuhkan kabel fisik untuk setiap link yang ada.
Sehingga, pengkabelan pada pesawat terbang dapat dilakukan seminimum
mungkin.[9] Karena jaringan pada AFDX bersifat profiled, maka addressing dan
bandwidth requirement pada setiap VL juga harus didefinisikan di awal. Dan harus di
update secara manual ketika ada upgrade atau perubahan yang dilakukan pada
subsystem pesawat.
Pada topologi fisiknya, AFDX terdiri dari 3 komponen, yaitu Avionics
Subsystem, End systems dan AFDX Interconnect (Switch).[9]
Salah satu masalah lain yang menjadi ancaman pada arsitektur switching
seperti ini adalah jitter yang dapat terjadi karena random delay saat suatu paket
menunggu paket lain untuk dikirimkan. Pada contoh sederhana pada gambar 2.4,
misalkan ES a dan ES b mentransmisikan data ke ES c. Frame-frame data dikirimkan
melalui switch SWa. Switch SWa akan menangani frame yang datang serentak dari ES
a dan ES b dengan melakukan sequencing pada dua frame tersebut kemudian
ditransmikan ulang ke ES c. Maksimum jitter bergantung pada panjang pesan :
9
Tj
= (8 x M) / Nbw + Tmin_gap
Latency untuk frame pertama:
La
= Ts + Tm1 + Tsw + ( 8 x M )/Nbw + Tm2 + Tr
Latency untuk delayed frame:
Lb
= La + Tj
dengan:
Tsw
Tmi
M
Nbw
Tmin_gap
Tj
(2.1)
(2.2)
10
11
Aci
Lmax
Frame pada Virtual Link dapat ditransmisikan lebih lambat dari BAG nya
tanpa memberi dampak pada switching. Namun, mentransmisikan frame pada Virtual
Link lebih cepat dari BAG nya akan memberi dampak pada switching. Nilai dari BAG
adalah 2n Dimana n < 8, sehingga nilai yang diterima untuk BAG adalah :
1,2,4,8,16,32,64,128. Adapun jumlah maksimal frame yang dapat ditransmisikan
sebuah Virtual Link dapat dihitung dengan rumus :
Max frame per second =
1000
(2.3)
1000
1000
= 400 * 8 *
64
(2.4)
2.3.2 Jitter
Jitter adalah selisih antara waktu minimum dan maksimum dari ketika sebuah
End-System mengirim sebuah frame hingga End-System lain nya menerima frame
tersebut melalui Virtual Link[3]. Jitter dapat juga dikatakan variasi dari delay.
Maximum allowed jitter adalah standar parameter untuk mempertahankan Quality of
Service dari Account pada setiap Virtual Link. Maximum allowed jitter dapat
dihitung dengan rumus :
MaxJitter 40 s +
{ }((20+ i).8)
MaxJitter 500 s
12
(2.5)
Dimana :
Nbw adalah Bandwidth pada Ethernet link dalam bits per detik
40 s adalah standar minimum dari fixed technological jitter
Lmax adalah Maximum size dari frames dalam byte
500 s adalah batasan mutlak dari maximum jitter
SetofVLs adalah jumlah virtual link yang didefinisikan sistem
End-System bertugas untuk melakukan traffic shaping untuk dapat menjaga traffic
flow agar kondisi Jitter Max. allowed jitter dapat terpenuhi.
2.3.3 Latency
Latency pada transmisi didefinisikan sebagai durasi antara beberapa point
pengukuran yang diilustrasikan dalam gambar 2.8 di bawah.
Awal: Bit terakhir dari sebuah hosted partion data tersedia untuk
communication service pada End-System.
13
(2.6)
14
2.4.1 Ubuntu
Ubuntu merupakan salah satu distribusi Linux yang paling popular karena
sangat user-friendly serta karena kehandalan nya. Sebagai salah satu distribusi Linux,
pada pemrograman C di Ubuntu, kita dapat mengandalkan system call seperti fork,
serta dapat menggunakan native library untuk pembentukan paket yang diperlukan
dalam sistem.
Ubuntu sering dijadikan pilihan oleh para developer untuk mengembangkan
embedded system karena selain lisensi Ubuntu yang gratis, sehingga dapat menghemat
biaya pengembangan, Environment Ubuntu yang sangat familiar bagi kebanyakan
orang, mempunyai kernel yang stabil, mudah di cross compile untuk dapat
diaplikasikan di platform lain, Ubuntu juga disukai karena mudahnya konfigurasi
jaringan serta banyak disediakan services untuk melakukan analisa jaringan.
Walaupun Ubuntu sebenarnya tidak dikembangkan khusus untuk digunakan
pada Embedded PC, namun karena kemampuan Ubuntu untuk dapat dikustomasi
dengan bebas menjadikan user dapat dapat membuang modul-modul yang tidak
diperlukan serta hanya menyisakan modul-modul yang diperlukan untuk keperluan
sistem secara spesifik. Hal ini menjadikan Ubuntu dapat dijadikan Embedded System,
karena secara definisi Embedded System adalah Kombinasi dari hardware dan
software, dan bisa juga komponen-komponen tambahan lain, didesain untuk
melakukan sebuah fungsi khusus. Pada banyak kasus, Embedded System adalah
sebuah bagian dari sistem yang lebih besar[15].
2.4.2 ChronOS
Sama seperti Ubuntu, sebagai distribusi Linux, ChronOS mewarisi
kemampuan untuk melakukan system call serta memiliki native library yang
dibutuhkan untuk pembuatan sistem. ChronOS dikembangkan untuk menjawab
interseksi dari tiga kebutuhan berikut:
a) Dukungan sistem operasi untuk memperoleh best-effort timing assurances.
b) Kernel realtime Linux yang ditanamkan menggunakan PREEMPT_RT patch,
yaitu sebuah realtime patch yang mengizinkan preemption secara penuh pada
Linux, serta meningkatkan interrupt latencies.
c) Dukungan sistem operasi untuk melakukan realtime scheduling pada chip
multiprocessor
ChronOS juga menyediakan berbagai macam APIs serta infrastruktur
scheduler plugin yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan serta
mengevaluasi berbagai macam algoritma scheduling untuk single processor maupun
multi processor. Karena ChronOS menggunakan custom kernel yang menjadikannya
realtime linux dengan kemampuan realtime-scheduling dan resource management,
sehingga diharapkan dapat memiliki performansi lebih tinggi dibanding linux dengan
kernel standar seperti Ubuntu[16].
15
2.4 LibPcap
Libpcap merupakan library C/C++ yang dapat diandalkan untuk menangkap
serta mengirim paket data pada datalink layer. Sehingga memungkinkan aplikasi
untuk membangun sendiri protocol stack untuk paket AFDX. Risso dan
Degioanni[10] mengklaim bahwa Arsitektur WinPcap (Libpcap versi windows)
adalah open system pertama untuk keperluan packet capture yang dapat mengisi gap
penting antara Unix dan Windows. Selain itu Libpcap juga mengutamakan
performansi sehingga sanggup untuk memenuhi kebutuhan hampir seluruh aplikasi.
Hal ini juga diperkuat dengan fakta sebagian besar tools jaringan terkenal dibangun
menggunakan Libpcap seperti Wireshark, TCPDump, Nmap, Snort, dan lain-lain.
Adapun alur proses kerja Libpcap secara umum terdiri dari proses-proses
sebagai berikut :
1. Awalnya pcap akan menentukan interface mana yang akan di sniff. Biasanya
interface-interface pada Linux akan memiliki nama seperti eth0, eth1, wlan0,
dan lain-lain. Kita bisa mendefinisikan sendiri interface yang ingin digunakan
menggunakan string, atau menggunakan modul dari pcap untuk membuat list
dari interface yang bisa digunakan.
2. Inisialisasi pcap. Pada tahap ini interface yang didefinisikan akan akan mulai
membuka sesi sniffing. Pcap bahkan bisa melakukan sniffing pada banyak
interface sekaligus menggunakan file handles untuk bisa membedakan satu sesi
sni ff ing dengan sesi l ainnya .
3. Ketika dibutuhkan sniffing untuk traffic tertentu saja, misalnya hanya paket
UDP, hanya paket yang menuju port 21, pcap dapat membuat rule set yang
disimpan dalam string atau file yang dapat dibaca, meng-compile rule tersebut,
kemudian mengaplikasikannya pada traffic yang di-sniffing.
4. Pada tahap ini pcap akan melakukan proses loop eksekusi utamanya. Pcap akan
menunggu dan menerima setiap paket-paket yang menuju atau melewati
interface yang ditentukan serta sesuai dengan rule set yang telah di-compile
sebelumnya. Setiap sebuah paket diterima, Pcap memanggil fungsi lain yang
dapat didefinisikan user untuk menentukan aksi apa yang akan dilakukan untuk
paket-paket tersebut, seperti menampilkan isi paket tersebut, menyimpannya ke
dalam file, atau meneruskan paket tersebut ke interface lain.
5. Setelah proses sniffing telah selesai atau cukup dilakukan, pcap akan menutup
sesi dan seluruh proses selesai dilakukan[10].
16
BAB 3
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM
17
3.1.3 Platform
Umumnya, pada safely-critical system seperti Aircraft Data Network, para
pengembang sistem akan lebih memilih menggunakan RTOS (Real Time Operation
System) handal seperti RTLinux, VMworks, Integrity, dan lain-lain[11]. Namun,
karena RTOS-RTOS tersebut merupakan sistem dengan lisensi cukup mahal serta
salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengoptimalkan pendekatan cost
efficiency, maka sistem operasi Linux akan dipilih sebagai platform yang open source
dan handal. Distribusi Linux yang digunakan serta dibandingkan performansi pada
sistem adalah Ubuntu 14.04 dan ChronOS.
18
19
No
20
Parameter
Lmax
Max Jitter
Max Latency
Lmin
Bandwidth
Jumlah frame dikirim
Validitas frame
21
Pengujian akan dilakukan sebanyak 5 kali per skenario pada masing masing
platform dengan cara mengirimkan 10 sample frame paket pada tiap pengujiannya,
sehingga akan didapatkan pula perbandingan performansi antara sistem yang
diimplementasikan pada Ubuntu yang menggunakan kernel Linux biasa, dengan
sistem yang diimplementasikan pada ChronOS yang menggunakan kernel Linux
kustom yang dirancang untuk mencapai standar real time system.
Berikut skenario pengujian yang dirancang :
1. Pengujian Traffic Policing Validity
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah sistem berhasil mengirimkan
paket sesuai tujuannya berdasarkan rule Traffic Policing yang didefinisikan
pada tabel di bawah.
Tabel 3.2 Rule Traffic Policing
Tujuan
Virtual
Link ID
Multicast
ES A
ES B & ES C
01
Unicast
ES B
ES A
02
Unicast
ES C
ES B
03
Pengujian Traffic Policing Validity akan dilakukan dengan dua kondisi pada
setiap End System. Paket yang dikirimkan adalah paket AFDX yang telah
didefinisikan sebelumnya dengan Payload sebesar 1470 bytes. Pada kondisi
pertama, paket akan dikirimkan ke tujuan sesuai dengan rule set yang diberikan
pada tabel di atas. Karena paket dikirim ke tujuan dan Virtual Link yang sesuai,
maka pengujian dikatakan berhasil apabila paket dapat diterima oleh tujuannya
masing-masing. Pada kondisi kedua, paket akan dikirimkan ke tujuan yang
bertolak belakang atau melanggar rule traffic yang telah dibuat, misalnya paket
dikirimkan dari End System (ES) A menuju ES B secara Unicast, atau paket
dikirimkan dari ES C menuju ES B melalui Virtual Link ID 01. Karena pengujian
dilakukan menggunakan rule yang tidak sesuai, maka pengujian dikatakan
berhasil apabila paket gagal untuk sampai ke tujuan.
22
dan lebih besar atau sama dengan 64 bytes, setiap frame yang berukuran selain
dari itu harus di drop.
Pengujian akan dilakukan dengan tiga kondisi dari masing-masing End System
ke tujuannya masing-masing sesuai dengan rule set dari tabel 3.2. Paket yang
dikirimkan adalah paket AFDX yang telah didefinisikan sebelumnya dengan
payload bervariasi pada tiap pengujian. Pada kondisi pertama, paket akan
dikirimkan dengan besar paket di antara Lmax dan Lmin, sehingga pengujian akan
dikatakan berhasil apabila paket sampai ke tujuan. Pada kondisi kedua, paket akan
dikirim dengan ukuran di atas Lmax dan pada kondisi ketiga, paket akan
dikirimkan dengan ukuran lebih kecil daripada Lmin, sehingga pada kondisi kedua
dan ketiga pengujian dikatakan berhasil apabila paket berhasil di-drop atau tidak
sampai pada tujuannya karena tidak sesuai dengan rule traffic yang telah
didefinisikan.
3. Pengujian Jitter dan Latency pada sistem
Pengujian ini akan dilakukan untuk mengukur performansi sistem, sehingga
dapat disimpulkan apakah sistem yang dibangun sudah cukup handal dan sesuai
dengan standar ARINC 664.
Pengukuran akan dilakukan dengan melakukan pengiriman 10 paket AFDX
dengan payload sebesar 1470 bytes dari masing-masing End System ke tujuannya
masing-masing sesuai dengan rule set dari tabel 3.2. Pengukuran dilakukan dengan
bantuan tools Wireshark dengan memanfaatkan data waktu pengiriman serta
penerimaan paket.
BAB 4
PENGUJIAN DAN ANALISIS
23
Pada bab ini akan dibahas tentang pengujian dan analisis sistem yang telah
dirancang. Pengujian dan analisis dilakukan dengan bantuan tools Wireshark yang
akan digunakan untuk mengukur performansi sistem. Sistem diuji pada dua platform
yaitu Ubuntu 14.04 dan ChronOS. Hasil uji kedua platform kemudian dibandingkan
sehingga bisa ditarik kesimpulan platform mana yang lebih handal untuk
implementasi sistem.
4.1.
4.1.1 Frame Filtering & Traffic Policing Validity pada Ubuntu 14.04
Tabel 4.1 Hasil uji Frame Filtering & Traffic Policing Validity pada Ubuntu
24
4.2.
Pengujian Latency
25
Packet
Number
Packet Sent
Epoch Time
1436111914.478907000
0.00005
1436111914.478956000
0.00003
1436111914.478980000
0.00002
1436111914.479002000
0.00002
1436111914.479024000
0.00002
1436111914.479046000
0.00002
1436111914.479068000
0.00002
1436111914.479089000
0.00003
1436111914.479112000
0.00002
10
1436111914.479133000
0.00005
200 microseconds
26
Packet Number
Packet Sent
Epoch Time
1436111921.432960
0.0000100
1436111921.432970
0.0000100
1436111921.432980
0.0000099
1436111921.433060
0.0000100
1436111921.433060
0.0000100
1436111921.433060
0.0000200
1436111921.433060
0.0000301
1436111921.433140
0.0000100
1436111921.433150
0.0000100
10
1436111921.433160
0.0000100
130 microseconds
4.3.
Pengujian Jitter
27
Packet
Number
Packet Sent
Epoch Time
Delay (seconds)
1436111914.478907000 1436111921.432962000
6.954060078
1436111914.478956000 1436111921.432975000
6.954020023
1436111914.478980000 1436111921.432976000
6.953989983
1436111914.479002000 1436111921.433064000
6.954059839
1436111914.479024000 1436111921.433068000
6.954039812
1436111914.479046000 1436111921.433068000
6.954020023
1436111914.479068000 1436111921.433069000
6.953999996
1436111914.479089000 1436111921.433150000
6.954070091
1436111914.479112000 1436111921.433153000
6.954040051
10
1436111914.479133000 1436111921.433153000
6.954020023
Jitter
0.0023333528689
seconds
28
Packet
Number
Packet Sent
Epoch Time
Delay
(seconds)
1436112914.48890
1436112921.42290
6.93400
1436112914.48895
1436112921.44294
6.95399
1436112914.48898
1436112921.44296
6.95398
1436112914.48900
1436112921.44304
6.95404
1436112914.48902
1436112921.44304
6.95402
1436112914.48904
1436112921.44306
6.95402
1436112914.48906
1436112921.44306
6.95400
1436112914.48908
1436112921.44318
6.95410
1436112914.48911
1436112921.44318
6.95407
10
1436112914.48913
1436112921.44418
6.95505
Jitter
0.00140001233
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
29
Pada bab sebelumnya telah ditampilkan dan dijelaskan mengenai hasil dari
simulasi yang dilakukan oleh penulis, sehingga dari hasil analisis didapat beberapa
kesimpulan dan saran untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut:
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dalam tugas akhir ini, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Komponen COTS dapat melalukan fungsi pembentukan paket AFDX
menggunakan raw Ethernet packet, melakukan pemeriksaan validitas
paket AFDX, serta mendefinisikan jalur virtual link untuk paket-paket
tersebut dengan baik.
2. Nilai latency untuk pengiriman paket yang dilakukan oleh sistem sudah
cukup baik, namun sayangnya hal ini masih terbatasi oleh nilai
transmission delay yang masih jelek.
3. Nilai jitter yang dicapai sistem masih kurang baik, sehingga sistem
yang dibangun masih belum bisa dikatakan mencapai sistem yang
bersifat deterministic
4. Kernel sistem operasi sangat berpengaruh terhadap kinerja pemrosesan
paket. Sistem yang memiliki kernel yang dirancang untuk mencapai
sifat realtime cenderung memiliki performa lebih baik.
5.2 Saran
1. Perlu ditambahkan Frame Check Sequence untuk dapat melakukan
pengecekan frame dengan lebih akurat.
2. Fungsi Scheduling pada sistem merupakan faktor yang penting pada
pengujian, agar BAG rate dari sistem dapat diatur dan diukur.
3. Gunakan Realtime Operating Sistem yang memang dirancang untuk
Flight-Critical System seperti RTLinux dan VMWorks agar
performansi dapat mencapai nilai yang deterministik.
DAFTAR PUSTAKA
[1] AFDX/ARINC664 Switch Testing,Jerman,AIM GmbH
30
networks.Computer
and
Real-Time
Readiness
Through
[14] Xiao Y., Li, L., Wen, J. Network Program Architecture Based Winpcap and
Sock, Ordnance Industry Automation, Vol.24 Issue 5, Pages: 49-50, 2005
[15] Zhao X., Li X. Methods of Capturing Network Packets, Application of
Computers, Vol.21Issue 8, Pages: 242-243, 2004
31