Setelah lama berpetualang dengan Hendra, aku perlu juga variasi bermain sex yang
lain, dengan ragu-ragu akhirnya kuusulkan ke Hendra untuk memanggil gigolo
supaya permainan bertambah menarik. Dengan berat hati Hendra menyetujui
dengan syarat aku yang mencari dan dia yang memutuskan atau memilih orangnya.
Setelah mencari informasi dari sana sini, akhirnya kudapatkan nomor telepon
jaringan gigolo, aku tidak mau lewat milist yang banyak menawarkan diri, karena
dari pengalaman mereka hanya besar nyali dan nafsu saja, tapi tidak dengan
stamina dan variasi permainan. Sesuai dengan kesepakatan dengan seorang GM,
akhirnya dia akan mengirim 3 orang untuk kami pilih di tempat kami menginap,
uang bukanlah masalah bagi kami.
Pada hari yang sudah ditetapkan, kami check in di Hotel Sahid. Tidak lama
kemudian datanglah sang GM dengan membawa 3 anak muda ganteng dan macho,
mungkin dibawah 25 tahun. Ketiganya memang kelihatan begitu atletis dan
tampan, tapi satu sudah out karena terlalu pendek, sedangkan dua lainnya
mampunyai tinggi paling tidak sama denganku, yang menjadi masalah bagiku
adalah memilih di antaranya.
Terus terang agak nervous juga aku, karena belum pernah aku membayar untuk
urusan sex. Setelah berpikir sejenak akhirnya aku menyuruh mereka bertiga untuk
telanjang di hadapan kami, sesaat mereka ragu, tapi akhirnya mau juga setelah
kupancing dengan membuka baju atasku hingga terlihat bra merahku. Dari
pandangan matanya aku tahu bahwa mereka tertarik denganku, bahkan tanpa
dibayar pun aku yakin mereka mau melakukannya. Kupikir hanya orang gila saja
yang tidak tertarik dengan postur tubuhku yang putih seperti Cina, tinggi
semampai, sexy, dan wajah cantik, paling tidak itulah yang sering dikatakan lakilaki.
"Oke, yang tidak terpilih, kalian boleh memegang buah dadaku ini sebelum pergi
asal mau telanjang di depanku sekarang." kataku menggoda, dengan demikian aku
dapat melihat kejantanan mereka saat tegang, itulah yang menjadi
pertimbanganku.
Serempak mereka melepas pakaiannya secara bersamaan, telanjang di depanku.
Hasilnya cukup mengejutkanku, ternyata disamping memiliki tubuh yang atletis,
ternyata mereka mempunyai alat kejantanan yang mengagumkan, aku dibuat
takjub karenanya.
Rata-rata panjang kejantanan mereka hampir sama, tapi besar diameter dan
bentuk kejantanan itu yang berbeda, kalau tidak 'malu' dengan Hendra mungkin
kupilih keduanya langsung.
Pandanganku tertuju pada yang di ujung, alat kejantanannya yang besar, aku
membayangkan mungkin mulutku tidak akan cukup untuk mengulumnya, hingga
akhirnya kuputuskan untuk memilih dia. Namanya Rio, mahasiswa semester akhir
Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, begitu dia telentang, kukangkangkan
kakiku di wajahnya hingga dia dapat merasakan cairan orgasme yang meleleh dari
vaginaku. Rasain, pikirku. Tapi aku salah, ternyata dia malah dengan senang hati
menghisap vaginaku hingga terasa kering dan kembali mempermainkan lidah
mautnya di vaginaku.
"Sialan, kalau begini aku bisa keluar lagi dan pasti KO." pikirku.
Maka aku langsung berganti posisi. Sekarang aku di atas dia, berarti kendali ada di
tanganku dan akan kubuat dia kelojotan mencapai orgasme segera, pikirku lagi.
Tanpa membuang waktu lebih lama, kumulai gerakan andalanku, yaitu ber-hula
hop di atasnya sehingga aku yakin kejantanannya seperti terpilin-pilin di vaginaku.
Agak kesulitan juga aku ber-hula hop karena terasa kejantanannya yang besar
mengganjal di dalam dan mengganggu gerakanku. Semakin kupaksakan semakin
nikmat rasanya dan semakin cepat gerakan bergoyangku kenikmatan itu semakin
bertambah, maka hula hop-ku semakin cepat dan tambah tidak beraturan.
Kuamati wajah Rio yang ganteng bersimbah peluh dan terlihat menegang dalam
kenikmatan, tangannya meremas-remas buah dadaku dengan liarnya sambil
mempermainkan putingku.
Hampir saja aku orgasme lagi kalau tidak segera kuhentikan gerakanku, tapi
ternyata Rio tidak mau berhenti. Ketika aku menghentikan gerakanku, ternyata
justru dia menggoyang tubuhku sambil menggerak-gerakkan pinggulnya sehingga
vaginaku tetap terkocok dari bawah, dan kembali orgasmeku tidak terbendung lagi
untuk kesekian kalinya.
Rio tetap saja mengocok, meski dia tahu aku sedang di puncak kenikmatan birahi.
Kali ini aku benar-benar lemes mes mes, tapi Rio tidak juga mengentikan
gerakannya. Kutelungkupkan tubuhku di atas tubuhnya, sehingga kami saling
berpelukan. Dinginnya AC tidak mampu mengusir panasnya permainan kami,
peluh kami sudah menyatu dalam kenikmatan nafsu birahi. Rio memelukku dan
mencium mulutku sambil kembali mempermainkan lidahnya, kejantanannya masih
keras bercokol di vaginaku, terasa panas sudah, atau mungkin lecet.
Tidak lama kemudian nafsuku bangkit lagi, kuatur posisi kakiku hingga aku dapat
menaik-turunkan tubuhku supaya kejantanan Rio bisa sliding lagi.
Meskipun kakiku terasa lemas, kupaksakan untuk men-sliding kejantanan Rio
yang sepertinya makin lama makin mengeras. Melihatku sudah kecapean, Rio
memintaku untuk masuk ke bathtub dan kuturuti keinginannya supaya aku
kembali ke posisi doggie. Sebelum memasukkan kejantanannya, Rio membuka kran
air hingga keluarlah air dingin dari shower di atas, kemudian dengan mudahnya
dia melesakkan kejantanannya ke vaginaku untuk kesekian kalinya.
Bercinta di bawah guyuran air shower membuat tubuhku segar kembali, sepertinya
dia dapat membaca kemauan lawan mainnya, kali ini kocokannya bervariasi antara
cepat keras dan pelan. Tidak mau kalah, setelah terasa staminaku agak pulih,
Kedua lubang tubuhku kini terisi dan kurasakan sensasi yang luar biasa. Dengan
terus mengocok, Andre mengelus-elus punggungku, kemudian tangannya
menjelajah ke dadaku, dielus dan diremasnya dengan keras keduanya sesekali
mempermainkan putingku, kegelian dan kenikmatan bercampur menjadi satu.
Tidak ketinggalan Rio memegang rambutku, didorongnya supaya kejantanannya
dapat masuk lebih dalam di mulutku.
"Emmhh.., mhh..!" desahku sudah tidak keluar lagi, terlalu sibuk dengan
kejantanan Rio di mulutku.
Kugoyang-goyangkan badanku, pantatku bergerak berlawanan gerakan Andre dan
kepalaku turun naik dengan cepat mengocok Rio.
Tidak lama kemudian, "Shit.., aku mau keluar..!" teriak Rio sambil menarik
kepalaku ke atas, tapi aku tidak perduli, malah kupercepat kocokan mulutku
hingga menyemprotlah sperma Rio dengan deras ke mulutku, semprotannya cukup
kencang hingga langsung masuk ke tenggorokanku.
Tanpa ragu lagi kutelan sperma yang ada di mulutku, Rio mengusap sisa sperma di
bibir yang tidak tertampung di mulutku.
Kulihat senyum puas di wajah Rio, lalu dia bergeser ke samping, ternyata Hendra
sudah berada di samping ranjang, dia kemudian mengganti posisi Rio berselonjor
di hadapanku. Tanpa menunggu lebih lama lagi langsung kukulum kejantanan dia
yang basah, kurasakan aroma sperma, sepertinya dia habis berejakulasi melihat
permainan kami bertiga. Karena ukuran kejantanan Hendra tidak sebesar punya
Rio, maka dengan mudah aku melahap semua hingga habis sampai ke pangkal
batangnya, dan segera mengocok keluar masuk.
Andre mendorong tubuhku hingga telungkup di ranjang, entah bagaimana posisi
dia dengan tubuhku telungkup, dia tetap mengocok vaginaku dengan ganasnya.
Hendra hanya dapat mengelus rambutku dan mempermainkan buah dadaku dari
bawah. Tidak lama kemudian Andre mencabut kejantanannya, dan langsung
berbaring di sebelahku. Aku mengerti maksudnya, sebenarnya harusnya aku yang
mengatur dia bukan sebaliknya, tapi toh kuturuti juga.
Kutinggalkan Hendra dan aku menaiki tubuh Andre, kejantanannya masih
menegang ke atas, kuatur tubuhku hingga vaginaku pas dengan kejantanannya
yang sudah menunggu, lalu kuturunkan pantatku dan bles. Langsung saja aku
bergoyang salsa di atasnya. Kini aku pegang kendali, pantatku kuputar-putar
sehingga vaginaku terasa diaduk-aduk olehnya. Andre memegangi kedua buah
dadaku dan meremasnya. Hendra berdiri di atas ranjang dan menghampiriku, dia
menyodorkan kembali kejantanannya, kubalas dengan jilatan dan kuluman.
Ternyata Rio yang sudah recovery tidak mau ketinggalan, dia berdiri di sisi lainnya
dan menyodorkan kejantanannya ke arahku. Kini tanganku memegang dua penis
yang berbeda, baik dari ukuran, bentuk dan kekerasannya, belum lagi yang
tertanam di vaginaku, aku sedang menikmati tiga macam penis sekarang.
Kupermainkan Rio dan Hendra secara bergantian di mulutku antara kuluman dan
kocokan tangan. Pantatku tidak pernah berhenti bergoyang di atas Andre, sungguh
suatu sensasi dan kenikmatan yang sangat berlebihan dan rasanya tidak semua
orang dapat menikmatinya.
Beruntungkah aku..? Entahlah, yang jelas sekarang aku sedang melambung dalam
lautan kenikmatan birahi tertinggi. Entah sudah berapa banyak cairan vaginaku
terkuras keluar. Andre belum juga memperlihatkan tanda-tanda akan orgasme.
Aku mengganti gerakanku, kini turun naik sliding di atasnya, kulepas tangan
kiriku dari penis Rio dan kuelus kantong pelir Andre untuk menambah rangsangan
padanya. Ternyata Andre melawan gerakanku dengan menaik-turunkan pantatnya
berlawanan denganku sehingga kejantanannya makin menancap dalam, tangannya
tidak pernah melepas remasannya dari buah dadaku.
Rio bergerak ke belakangku, dielusnya punggungku dan elusannya berhenti di
lubang anusku. Dengan ludahnya dia mengolesi lubang itu dan mencoba
memasukkan jarinya ke dalam, sesaat terlintas di benakku bahwa dia mau anal,
berarti double penetration. Aku belum siap untuk itu, tidak seorang pun kecuali
suamiku yang mendapatkan anal dariku. Kuangkat tangannya dari anusku,
pertanda penolakan dan dia mengerti. Rio berlutut di belakangku, didekapnya
tubuhku dari belakang dan tangannya ikut meremas-remas buah dadaku. Sambil
menciumi tengkuk dan telingaku, kejantanannya menempel hangat di pantatku,
kini dua pasang tangan di kedua buah dadaku.
Karena didekap dari belakang aku tidak dapat bergerak dengan leluasa, akibatnya
Andre lebih bebas mengocok vaginaku dari bawah. Aku sudah tidak dapat
mengontrol tubuhku lagi, entah sudah berapa kali aku mengalami orgasme,
padahal masih dengan Andre. Ada dua lagi penis menunggu giliran menikmati
vaginaku, Rio dan Hendra, suamiku.
Tidak lama setelah mengocokku dari bawah, kurasakan badan Andre yang
menegang kemudian disusul denyutan keras di vaginaku. Begitu keras dan deras
semprotan spermanya hingga aku tersentak kaget menerima sensasi itu hingga aku
menyusul orgasme sesaat setelahnya. Begitu nikmat dan nikmat, untung aku
sempat mengeluarkan kejantanan Hendra dari mulutku sesaat setelah kurasakan
semburan Andre, kalau tidak hampir pasti dia akan tergigit saat aku mengikuti
orgasme. Tubuhku langsung melemas, aku langsung terkulai di atas tubuh Andre.
Rio sudah melepas dekapannya dan Hendra duduk di samping Andre, sepertinya
mereka menunggu giliran.
Napasku sudah ngos-ngosan, aku dapat merasakan degup jantung Andre yang
masih kencang, keringat kami sudah bercampur menjadi satu. Kejantanan Andre
masih tertanam di vaginaku meskipun sudah melemas hingga akhirnya keluar
dengan sendirinya. Rio menawariku lippovitan, penambah energi. Setelah aku
berbaring di samping Andre, berarti dia sudah bersiap untuk bertempur denganku,
segera kuhabiskan minuman itu, kesegaran memasuki di tubuhku tidak lama
kemudian.
mereka tidak memberiku kesempatan bernapas. Melayani satu Andre atau Rio saja
aku sudah kewalahan, apalagi menghadapi mereka berdua secara bersamaan, dan
mereka begitu kompak melayani birahiku. Berulang kali mereka mencoba
memasukkan kejantanannya ke lubang anus, tapi selalu kutolak dan kutuntun
kejantanannya kembali ke vaginaku.
Kunikmati sodokan demi sodokan dari belakang entah dari Rio atau Andre hingga
tiba-tiba kurasakan perbedaan yang drastis, begitu kecil dan rasanya seperti hanya
masuk separoh saja kocokannya. Aku menoleh kebelakang, ternyata Hendra ikut
bergiliran dengan mereka. Ternyata mereka melakukan permainan. Ketika Hendra
sedang mengocokku, Rio dan Andre mengundi siapa berikutnya, begitu juga ketika
Rio menyodokku, Hendra dan Andre mengundi berikutnya, begitu seterusnya. Aku
berharap supaya Hendra tidak pernah menang.
Waktu giliran ternyata ditentukan tidak lebih dari 3 menit untuk orang berikutnya,
yang orgasme duluan harus merelakan diri jadi penonton. Entah sudah berapa
lama berlangsung, lututku sudah lemas, tapi serangan dari belakang tidak menurun
juga, aku heran juga ternyata Hendra dapat sedikit mengimbangi permainan Rio
dan Andre. Dan benar dugaanku, tidak lama kemudian ketika si penis kecil sedang
mengocokku, kurasakan denyutan-denyutan di dinding vaginaku dan kudengar
teriakan Hendra pertanda dia orgasme. Kemudian kembali vaginaku berganti
penghuni secara bergantian.
Mereka melakukannya dengan kompak, banyak lagi variasi yang dilakukan mereka
kepadaku, baik di ranjang, di meja makan, sambil berdiri menghadap dinding,
mereka lebih suka melakukan secara simultan. Ketika aku hampir menghentikan
permainan, mereka memberi tanda supaya aku berjongkok di antara mereka dan
dengan sedikit bantuan kuluman dan kocokan pada kejantanan mereka secara
bergantian, akhirnya menyemprotlah sperma mereka secara hampir bersamaan.
Semua memuncrat ke wajah, sebagaian masuk mulut hingga ke tubuhku. Aku
sangat menikmati ketika semprotan demi semprotan menerpa wajah dan tubuhku,
terasa begitu erotic.
Kami semua rebah di ranjang, jarum jam menunjukkan 01,30 dini hari, berarti
sekitar dua jam bercinta dengan tiga orang sekaligus, sungguh permainan yang
indah dan jauh memuaskan. Satu persatu tertidur kelelahan masih dalam keadaan
telanjang.
Tidak lama mataku terpejam ketika kurasakan ciuman di mulutku, Andre yang
sudah menindihku berbisik, "Boleh nggak aku minta lagi." bisiknya pelan di
telingaku.
Tanpa menjawab, kubuka kakiku dan dengan mudahnya dia memasukkan
kejantanannya ke dalam. Dengan goyangan perlahan seperti menikmati, ternyata
tidak lama dia sudah orgasme, ternyata bisa juga dia orgasme dengan cepat,
mungkin 15 menit. Kemudian kami kembali tertidur.
Tidak lama kemudian kejadian tadi terulang lagi, kali ini dengan Rio. Dengan cepat
pula dia menuntaskan hasratnya. Ketika kami semua terbangun pukul 10 pagi,
rasanya aku belum lama tidur, Kulihat Hendra sudah memakai pakaian, sementara
Rio dan Andre masih telanjang berbincang dengan Hendra.
"Pagi Sayang, bagaimana mimpi indahmu..?" tanyanya.
"Terlalu indah untuk sebuah mimpi." jawabku yang langsung ke kamar mandi
untuk berendam menghilangkan lelah.
Tidak lama kemudian ketika sedang asyik berendam, muncullah Rio dan Andre di
pintu kamar mandi yang memang tidak kukunci.
"Mau ditemenin mandi Mbak..?" tanya Andre.
"Pasti asyik kalau mandi bertiga." sambung Rio.
Dan akhirnya sudah dapat diduga, kembali kami melakukan permainan sex
bertiga, tapi kali ini dilakukan di kamar mandi, ternyata sensasinya berbeda dari
tadi malam. Banyak juga aku belajar variasi baru. Bertiga di kamar mandi, baik itu
di bathtub, shower ataupun di meja westafel kamar mandi, sungguh pengalaman
yang luar biasa. Cukup lama juga kami bercinta di kamar mandi hingga akhirnya
Hendra mengingatkan kami waktu check out.
Pukul 12 siang kami sudah bersiap untuk check out. Ketika Rio dan Andre sedang
berpakaian, ternyata Hendra memintaku sekali lagi untuk 'quicky'. Dengan
membuka pakaian seperlunya, kami kembali bercinta disaksikan kedua gigolo itu.
Namanya saja quicky, maka tidak sampai sepuluh menit dia sudah menyemprotkan
spermanya di vaginaku, dan segera memasukkan kembali kejantanannya di balik
celananya dan tanpa membersihkan lebih lanjut. Aku menngenakan kembali
celanaku yang melorot tadi, dan kami check out hotel secara bersama-sama, tidak
lupa setelah menukar nomer HP masing-masing dengan kenangan yang indah.
Sejak saat itu aku sering meminta Rio ataupun Andre atau mereka berdua untuk
menemaniku kalau aku lagi perlu penyegaran.