Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Audit atas laporan keuangan sangat diperlukan, terutama bagi perusahaan


berbadan hukum berbentuk perseroan terbatas yang bersifat terbuka (PT terbuka).
Dalam bentuk badan usaha ini, perusahaan dikelola oleh manajemen yang
ditunjuk oleh para pemegang saham sebagai pemilik perusahaan dan akan diminta
pertanggungjawabannya atas dana yang dipercayakan kepada mereka. Para
pemegang saham akan meminta pertanggungjawaban manajemen dalam bentuk
laporan keuangan (Febrianty, 2012).
Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dan merupakan tanggung
jawabnya. Laporan keuangan perlu diaudit oleh pihak ketiga yang independen,
dalam hal ini auditor eksternal, karena: Pertama, adanya perbedaan kepentingan
antara manajemen perusahaan dengan pihak luar perusahaan menyebabkan
perlunya pihak ketiga yang dapat dipercaya. Kedua, karena laporan keuangan
kemungkinan mengandung kesalahan, baik yang disengaja maupun yang tidak
disengaja. Ketiga, laporan keuangan yang sudah diaudit dan mendapat opini
unqualified, diharapkan para pemakai laporan keuangan dapat yakin bahwa
laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji yang material dan disajikan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.
Di era globalisasi sekarang ini, dimana bisnis tidak lagi mengenal batas
negara, perusahaan membutuhkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.
Auditor eksternal yang independen menjadi salah satu profesi yang dicari. Profesi
auditor diharapkan oleh banyak orang untuk dapat menambah kepercayaan pada
pemeriksaan dan pendapat yang diberikan. Oleh karena itu, profesionalisme
menjadi tuntutan utama seseorang yang bekerja sebagai auditor eksternal.

BAB II
PEMBAHASAN TEORI

2.1 Audit Laporan Keuangan


2.1.1 Mendefinisikan Jasa Audit, Atestasi, dan Assurance
Literatur profesional mengacu pada tiga jenis jasa umum : audit, atestasi,
dan assurance. Sering kali ketiga istilah ini saling dipertukarkan penggunaannya
karena pada tingkat umum, mereka mencaku proses yang sama, yaitu evaluasi atas
bukti untuk menentukan kesesuaian antara beberapa informasi dengan
seperangkat kriteria dan penerbitan laporan untuk mengindikasikan tingkat
kesesuaian tersebut.
1. Audit
Menurut Messier (2006), Komite Konsep Audit Dasar (Committee on
Basic Auditing Concepts) telah merumuskan definisi umum dari audit, yaitu:
Audit adalah suatu proses sistematis mendapatkan dan mengevaluasi
bukti-bukti secara objektif sehubungan dengan asersi atas tindakan dan
peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara asersiasersi tersebut dan menetapkan kriteria serta mengomunikasikan hasilnya
kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Beberapa frase dari definisi tersebut memerlukan penjelasan tambahan. Frase
proses sistematis mengimplikasikan bahwa sebaiknya ada pendekatan yang
terencana dengan baik dalam melaksanakan audit. Rencana ini melibatkan
mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif. Dua aktivitas terlibat
disini , yaitu auditor harus mencari secara objektif dan mengevaluasi relevansi dan
validits dari bukti-bukti. Sementara jenis, kuantitas dan keandalan bukti bisa
beraneka ragam antara tiap audit, proses dari mendapatkan dan mengevaluasi
bukti ini memakan waktu yang paling banyak dalam aktivitas auditor dalam suatu
audit.
Frase terakhir yang penting, mengomunikasikan hasilnya kepada
pengguna yang tertarik, berkaitan dengan jenis laporan yang disediakan oleh
2

auditor kepada pengguna yang dimaksud. Jenis komunikasi akan beraneka ragam
tergantung kepada jenis dan tujuan audit.
2. Atestasi
Auditor memiliki reputasi dalam hal independensi dan objektivitas.
Dampaknya, berbagai pengguna meminta auditor untuk memberi atestasi atas
informasi diluar informasi keuangan historis tradisional. Standar audit tradisional
melarang auditor unuk menyediakn jasa seperti itu. Profesi tersebut kemudian
menanggapi permintaan tersebut dengan menerbitkan standar atestasi yang
terpisah pada awal 1980.
Standar atestasi menetapkan definisi jasa atestasi sebagai berikut:
Jasa atestasi terjadi ketika praktisi ditugaskan untuk menerbitkan atau
telah menerbitkan laporan atas suatu subjek masalah atau asersi atas
suatu subjek masalah yang merupakan tanggung jawab pihak lain.
Definisi ini lebih luas dari yang telah didiskusikan sebelumnya mengenai
audit karena definisi ini tidak terbatas pada peristiwa atau kegiatan ekonomi.
Subjek masalah dalam kasus atestasi dapat terdiri atas berbagai bentuk termasuk
informasi prospektif, analisis, proses dan sistem dan tingkah laku. Untuk
meraihnya, auditor mendapatkan dan mengevaluasi bukti dalam rangka memberi
dukungan yang beralasan terhadap laporan. Catat bahwa audit laporan keuangan
adalah bentuk khusus dari jasa atestasi.
Tabel 1-2
Jasa

Hubungan antara Jasa Audit, Atestasi dan Assurance

Audit

Nilai Tambah Bagi


Informasi yang
Dilaporkan
Keandalan Kredibilitas

Atestasi

Keandalan Kredibilitas

Assurance

Keandalan
Kredibilitas
Relevan dan Ketepatan
Waktu

Definisi Jasa

Laporan atas pemeriksaan laporan keuangan


klien dan untuk perusahaan yang go public,
sistem pengendalian atas pelaporan keuangan
Laporan atas subjek masalah, atau suatu asersi
mengenai subjek masalah yang merupakan
tanggung jawab pihak lain
Jasa profesional yang meningkatkan kualitas
informasi atau konteksnya atau dalam pembuat
keputusan

3. Assurance
Profesi akuntan melalui usaha dari Komite Khusus Jasa Assurance
memperluas jasa audit dan atestasi dengan memasukkan jasa assurance.
Memperluas aktivitas auditor dengan jasa assurance memungkinkan auditor untuk
melaporkan tidak hanya atas keandalan dan kredibilitas informasi tetapi juga atas
relevansi dan ketepatan waktu dari informasi. jasa assurance didefinisikan sebagi
berikut:
Jasa assurance (Assurance Service) adalah jasa profesional independen
yang meningkatkan kualitas informasi, atau konteksnya bagi para pembuat
keputusan.
Definisi diatas mencakup beberapa konsep penting. Pertama, definisi
tersebut berfokus pada pembuatan keputusan. Membuat keputusan yang baik
memerlukan informasi yang berkualitas yang dapat berupa informasi keuangan
atau non keuangan. Kedua, berhubungan dengan meningkatkan kualitas informasi
atau konteksnya. Ketiga, definisi tersebut mencakup independensi. Dengan jasa
assurance, independensi berhubungan dengan kualitas atau konteks dari
informasi. Terakhir, definisi tersebut mencakup istilah jasa profesional, yang
mencerminkan penggunaan pertimbangan profesional.
2.1.2

Konsep-Konsep

Dasar

dalam

Melaksanakan

Audit

Laporan

Keuangan
Figur 1-3 menampilkan gambaran yang disederhanakan atas fungsi audit
untuk audit laporan keuangan. Auditor mengumpulkan bukti mengenai transaksi
bisnis yang telah terjadi (aktivitas dan peristiwa ekonomis) dan mengenai
manajemen

(pembuat

laporan). Auditor

menggunakan

bukti

ini

untuk

membandingkan asersi yang terdapat di laporan keuangan dengan kriteria yang


dipilih oleh pengguna. Laporan auditor mengomunikasikan kepada pengguna
seberapa tinggi korespondensi antara asersi dan kriteria.

Gambaran Umum Proses Audit Laporan Keuangan


Manajemen

Syarat Perikatan

Implementasi
Pengendalian Internal

Bukti

Mendapatkan bukti

Menguji asersi
manajemen terhadap
kriteria (GAAP)

Melakukan Transaksi

Mengakumulasi
Transaksi ke dalam
saldo akun

Asersi

Menyiapkan Laporan
Keuangan
Menerbitkan laporan
keuangan bagi
pengguna

Auditor

Komunikasi

Menentukan kewajaran
menyeluruh atas
laporan keuangan
Menerbitkan laporan
audit untuk
mendampingi laporan
keuangan

Detail konseptual dan prosedural dari audit laporan keuangan membangun


tiga konsep mendasar, yaitu resiko audit, materialitas dan bukti yang berkaitan
dengan asersi manajemen. Penentuan auditor mengenai resiko audit dan
materialitas memengaruhi jenis dan jumlah pekerjaan audit ang akan dilaksanakan
dan disebut sebagai lingkup audit. Di dalam menetapkan lingkup audit, auditor
harus membuat keputusan mengenai sifat, saat dan luas bukti yang akan
dikumpulkan dalam rangka mengevaluasi asersi manajemen.

1. Risiko Audit
Konsep penting pertama yang terlibat dalam audit adalah risiko audit.
Risiko audit (audit risk) adalah risiko bahwa auditor mungkin tanpa
sepengetahuannya gagal untuk memodifikasi secara benar pendapatnya atas
laporan keuangan dengan salah saji material.
Laporan auditor standar menyatakan bahwa audit menyediakan hanya
keyakinan memadai bahwa laporan keuangan tidak mengandung salah saji yang
material. Istilah keyakinan memadai (reasonable assurance) menyiratkan
beberapa risiko bahwa salah saji material bisa ada dalam laporan keuangan dan
auditor akan gagal dalam mendeteksinya. Auditor mengendalikan tingkat risiko
audit dengan efektivitas dan luas dari audit yang dikerjakan. Semakin efektif dan
luas audit yang dikerjakan, maka biaya audit lebih mahal. Semakin kurang risiko
salah saji akan tidak terdeteksi dan bahwa auditor akan menerbitkan laporan yang
tidak tepat. Tetapi, konsep keyakinan memadai berarti bahwa auditor dapat
melaksanakan audit sesuai dengan standar audit profesional dan menerbitkan
suatu pendapat bersih dan laporan keuangan masih mungkin mengandung salah
saji material. Bahkan, auditor yang berhati-hati dan kompeten hanya dapat
menawarkan keyakinan yang memadai dan bukan keyakinan mutlak.
2. Materialitas
Konsep penting kedua yang terlibat dalam audit adalah materialitas.
Pertimbangan

auditor

atas

materialitas

adalah

masalah

pertimbangan

professional (professional judgment) dan terpengaruh oleh apa yang dirasakan


auditor sebagai pandangan orang yang bergantung pada laporan keuangan. Dewan
Standar Akuntansi Keuangan mendefinisikan materialitas sebagai berikut:
Materialitas adalah tingkat penghapusa atau salah saji informasi akuntansi
yang dalam hubungannya dengan kondisi sekitarnya, memungkinkan bahwa
pertimbangan seseorang yang mengandalkan informasi tersebut akan berubah
atau terpengaruh dengan penghapusan atau salah saji tersebut. Auditor atas
materialitas adalah masalah pertimbangan profesional (professional judgment)

dan terpengaruh ole apa yang dirasakan auditor sebagai pandangan orang yang
bergantung pada laporan keuangan.
Fokus dari definisi tersebut adalah pada pengguna laporan keuangan.
Sebagaimana yang kita lihat lebih lanjut bahwa laporan audit standar mencakup
frase Laporan Keuangan Disajikan Secara Wajar dalam Semua Hal yang
Material. Ini adalah cara bagaimana auditor menyampaikan mengenai
materialitas kepada pengguna laporan audit. Auditor hanya dapat memberikan
keyakinan memadai bahwa seluruh salah saji material telah terdeteksi dan auditor
tidak memberikan assurance bahwa salah saji yang tidak material akan terdeteksi.
3. Bukti Sehubungan dengan Asersi Manajemen
Konsep penting ketiga dalam audit adalah bukti mengenai asersi
manajemen. Kebanyakan pekerjaan auditor dalam mencapai pendapat atas laporan
keuangan terdiri atas mendapatkan dan mengevaluasi bukti. Bukti yang membantu
auditor dalam mengevaluasi asersi laporan manajemen terdiri atas data akuntansi
yang mendasarinya dan informasi yang mendukung yang tersedia bagi auditor.
Di dalam mendapatkan dan mengevaluasi bukti, auditor berkepentingan
dengan relevansi dan keandalan bukti. Relevansi mengacu kepada apakah bukti
yang berhubungan dengan asersi manajemen yang spesifik telah diuji. Keandalan
mengacu kepada pendiagnosisan bukti. Oleh karena itu, dapatkan jenis khusus
dari bukti itu diandalkan untuk menandai keadaan sebenarnya dari asersi
manajemen yang sedang diperiksa ?.
Auditor jarang mendapatkan kemewahan dalam mendapatkan bukti yang
meyakinkan secara lengkap mengenai keadaan sebenarnya dari asersi tertentu.
Pada kebanyakan situasi, auditor memperoleh hanya bukti yang cukup untuk
dipengaruhi bahwa asersi disajikan secara wajar. Tambahannya, untuk banyak
bagian dari audit, auditor hanya memeriksa sampel dari transaksi yang diproses
dalam periode itu.

2.1.3

Pengambilan Sampel : Kesimpulan Berdasarkan Observasi Terbatas


Alasan auditor bergantung pada konsep seperti risiko audit dan

materialitas dalam merancang audit dan tidak menguji semua transaksi yang
terjadi selama periode tersebut sehingga risiko dapat dibuat menjadi nol, karena
biaya dan kelayakan bagi audit seperti itu. Auditor mungkin dapat memeriksa
semua transaksi yang terjadi di periode tersebut dan masih dapat menerbitkan
laporan audit dalam waktu yang wajar. Tetapi, kemungkinannya kecil bahwa
pemilik usaha dapat membayar biaya audit yang ekstensif.
Untuk

menghadapi

masalah

ini,

auditor

menggunakan

(1)

pengetahuannya mengenai transaksi dan atau (2) pendekatan sampel untuk


memeriksa transaksi. Auditor dapat menggunakan pengetahuan secara spesifik
memilih transaksi tersebut atau akun tertentu untuk pemeriksaan. Ketika auditor
tidak memiliki pengetahuan khusus mengenai transaksi khusus atau pos yang
dapat disajikan dengan salah, auditor dapat menggunakan metode pengambilan
sampel yang meningkatkan kemungkinan untuk mendapatkan sampel yang
representatif terhadap populasi transaksi atau akun tertentu (contoh: piutang
spesifik) untuk pemeriksaan.
Ukuran sampel adalah fungsi dari materialitas dan risiko audit yang dapat
diterima untuk akun atau asersi yang diperiksa. Terjadi perbandingan terbalik
antara ukuran sampel dan materialitas dan antara ukuran sampel dan risiko audit
yang dapat diterima. Contohnya, jika auditor menemukan materialitas bagi suatu
akun adalah kecil, jumlah sampel ynag lebih besar akan diperlukan dibandingkan
jika materialitas adalah besar.
2.1.4

Proses Audit
Bagian ini memberikan gambaran umum mengenai bagaimana auditor

menjalankan proses audit laporan keuangan dan kemudian menyajikan fase besar
yang dilakukan oleh auditor selama audit laporan keuangan.
1. Gambaran Umum Proses Audit Laporan Keuangan
Pertimbangan auditor pekerjaan dari perspektif logis. Hasil akhir dari
pekerjaan auditr laporan keuangan adalah pandapat audit yang mengindikasikan

apakah laporan keuangan klien bebas dari salah saji material atau tidak. Apa yang
bisa auditor kerjakan, dari perspektif konseptual untuk mendapatkan informasi
yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan mendukung pendapatnya ? Auditor
pertama-tama harus mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai klien,
jenis usahanya, dan industrinya. Auditor harus memahami risiko yang dihadapi
klien, bagaimana mereka menghadapi dengan risikonya dan sisa risiko apa yang
kemungkinan menghasilkan salah saji material dalam laporan keuangan. Untuk
memahami proses ini secara intuitif, pertimbangkan terbuat dari apa laporan
keuangan itu.
Ada tiga identifikasi tiga tahap dalam proses akuntansi yang berarti
berlangsung dalam pembuatan laporan keuangan, yaitu pengendalian internal
ditempatkan untuk memastikan pengumpulan dan pencatatan transaksi-transaksi
individual yang tepat, kemudian dikumpulkan ke dalam saldo akun akhir.
Secara ringkas, auditor dapat mengumpulkan bukti di tiap tiga tahap yang
berbeda pada sistem akuntansi klien untuk membantu menentukan apakah laporan
keuangan disajikan dengan wajar : (1) pengendalian internal digunakan oleh klien
untuk memastikan penanganan yang tepat dari transaksi, (2) transaksi yang
memengaruhi tiap saldo akun, dan (3) saldo akun akhir itu sendiri. Bukti yang
berhubungan secara langsung dengan saldo akhir akun biasanya berkualitas paling
tinggi, tetapi juga paling mahal. Oleh karena itu, auditor biasanya akan
bergantung pada kombinasi bukti dari seluruh tiga tahap dalam membentuk
pendapat audit mengenai kewajaran dari laporan keuangan.
2. Fase-Fase Besar dalam Audit
Menurut Messier (2006), proses audit dapat dibagi menjadi sejumlah fase
audit. Fase dapat memasukkan prosedur audit yang dirancang untuk satu tujuan
yang bisa memberi bukti untuk tujuan lain, dan kadang-kadang prosedur audit
mencapai tujuan diberbagai fase. Adapun fase-fase dalam audit tersebut, yaitu :
Menerima atau Melanjutkan Klien dan Menetapkan Syarat Perikatan
Standar

profesional

mensyaratkan

kantor

akuntan

publik

untuk

menetapkan kebijakan dan prosedur untuk menentukan apakah akan

menerima klien baru dan mempertahankan klien yang telah ada. Tujuan
kebijakan ini adalah untuk meminimalkan kemungkinan auditor akan
dihubungkan dengan klien yang tidak memilik intergritas, meningkatkan
risiko bahwa terdapat salah saji yang material dan tidak terdeteksi oleh
auditor.
Praperencanaan
Secara umum terdapat tiga aktivitas praperencanaan, yaitu : (1)
memutakhirkan pemahaman mengenai klien yang telah dimiliki atau
mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai klien baru dan
lingkungannya lebih dari yang didapat selama proses menerima atau
melanjutkan, (2) menentukan kebutuhan tim audit, dan (3) memastikan
independensi tim audit dan kantor akuntan.
Auditor mulai dengan memutakhirkan atau mendalami pemahamannya
mengenai entitas dan lingkungannya. Pemahaman auditor mengenai
entitas dan lingkungannya sebaiknya memasukkan informasi dari tiap
kategori berikut, yaitu :
a. Industri, peraturan dan faktor eksternal lainnya
b. Latar belakang entitas, termasuk penggunaan kebijakan akuntansi oleh
entitas tersebut
c. Tujuan dan strategi serta risiko bisnis terkait termasuk proses
penentuan risiko entitas
d. Pengukuran dan review mengenai kinerja keuangan entitas
e. Pengendalian internal
Karena pemahaman mengenai entitas dan lingkungannya digunakan untuk
menentukan resiko kesalahan salah saji material dan untuk menetapkan
lingkungan audit, auditor harus melakukan prosedur penentuan risiko
untuk mendukung pemahaman tersebut (contoh: wawancara dengan
karyawan, membaca strategi, dan rencana bisnis).
Menetapkan Materialitas dan Menentukan Risiko
Di dalam rangka merencanakan audit secara tepat, tim audit harus
membuat penentuan awal mengenai risiko bisnis klien dan menentukan
materialitas. Tim audit tergantung pada pertimbangan ini untuk kemudian

10

menentukan risiko yang berhubungan dengan kemungkinan adanya


kesalahan saji material dalam laporan keuangan.
Merencanakan Audit
Di dalam mengembangkan rencana audit, auditor harus dibimbing oleh :
(1) prosedur yang dilaksanakan untuk mendapat dan mendokumentasikan
pemahaman mengenai entitas dan (2) hasil dari proses penentuan risiko.
Sebagai bagian dari proses perencanaan, auditor dapat melaksanakan
prosedur analitis awal (seperti analisis rasio) untuk mengidentifikasi
transaksi khusus atau saldo akun yang seharusnya mendapat perhatian
khusus karena risiko yang meningkat mengenai salah saji material.
Mempertimbangkan dan Mengaudit Pengendalian Internal
Pengendalian internal dirancang dan dipengaruhi oleh dewan komisaris
entitas, manajemen, dan karyawan lain untuk memberikan keyakinan
memadai mengenai pencapaian tujuan dalam kategori berikut : (1)
keandalan pelaporan keuangan, (2) efektivitas dan efisiensi operasi, dan
(3) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Audit Proses Bisnis dan Akun Terkait
Auditor biasanya menentukan risiko salah saji material dengan memeriksa
proses bisnis entitas atau siklus akuntansi. Auditor kemudian menentukan
prosedur audit yang diperlukan untuk mengurangi risiko salah saji material
ke tingkat yang lebih rendah bagi akun-akun laporan keuangan yang
terpengaruh oleh proses bisnis tertentu. Proses audit individual diarahkan
kepada asersi spesifik dalam saldo akun yang kemungkinan akan
mengalami salah saji.
Menyelesaikan Audit
Setelah auditor selesai menguji saldo akun, kecukupan dari bukti yang
dikumpulkan perlu dievaluasi. Auditor harus mendapatkan bukti kompeten
yang cukup untuk mencapai dan membenarkan kesimpulan mengenai
kewajaran laporan keuangan. Di dalam fase ini, auditor juga menentukan
kemungkinan kewajiban kontijensi, seperti tuntutan hukum dan mencari
peristiwa setelah tanggal neraca yang akan mempengaruhi laporan
keuangan.
Mengevaluasi Hasil dan Menerbitkan Laporan
11

Fase akhir dari proses audit adalah memilih laporan audit yang tepat untuk
diterbitkan. Tujuan auditor pada saat menyelesaikan audit adalah
memastikan bahwa risiko salah saji material dikurangi sampai tingkat
yang dapat diterima sehingga laporan keuangan secara keseluruhan
kemungkinan besar telah disajikan secara wajar. Pada saat menyelesaikan
pekerjaan audit, auditor menetapkan jika penentuan awal risiko telah tepat
dalam hubungannya dengan bukti yang dikumpulkan dan apakah bukti
yang cukup telah didapat. Auditor kemudian menjumlahkan total jumlah
salah saji yang belum dikoreksi yang terdeteksi dan menentukan apakah
kesalahan tersebut menyebabkan laporan keuangan telah disajikan secara
salah dalam jumlah yang material. Jika jumlah kesalahan yang belum
dikoreksi tidak menyebabkan laporan keuangan disalah sajikan secara
material, maka auditor menerbitkan laporan tanpa pengecualian (tanpa
syarat).

2.2 Kajian Jurnal Penelitian:


Judul :
Pengaruh Independensi, Corporate Governance, dan Kualitas Audit Terhadap
Integritas Laporan Keuangan
Peneliti :
Pancawati Hardiningsih
Sumber :
Kajian Akuntansi, Pebruari 2010, Hal:61-76, Vo. 2 No.1, ISSN: 1979-4886.

Analisis:

12

Penelitian yang dilakukan oleh Hardiningsih (2010) dengan judul


Pengaruh Independensi, Corporate Governance, dan Kualitas Audit Terhadap
Integritas Laporan Keuangan. Dimana penelitian ini menggunakan 3 variabel
independen dan 1 variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini
terdiri dari Independensi, Corporate Governance, dan Kualitas Audit, sedangkan
variabel dependennya yaitu Integritas Laporan keuangan.
Secara umum, akuntan publik harus meningkatkan kualitas hasil audit
untuk bisa menjaga kepercayaan dari pengguna laporan keuangan. Akuntan publik
dalam setiap penugasan audit sering terjadi benturanbenturan yang dapat
mempengaruhi independensi dimana klien sebagai pemberi kerja berusaha untuk
mengkondisikan agar laporan keuangan yang dibuat mempunyai opini yang baik,
sedangkan disisi lain akuntan publik harus dapat menjalankan tugasnya secara
professional yaitu auditor harus dapat mempertahankan sikap independen dan
obyektif. Dimana Keterlibatan CEO, komisaris, komite audit, internal auditor,
sampai kepada eksternal auditor salah satunya dialami oleh Enron, yang cukup
membuktikan bahwa kecurangan banyak dilakukan oleh orangorang dalam.
Terungkapnya skandalskandal sejenis ini menyebabkan merosotnya kepercayaan
masyarakat khususnya masyarakat keuangan, yang ditandai dengan turunnya
harga saham secara drastis dari perusahaan yang terkena kasus. Oleh karena itu,
masalah corporate governance, ternyata mengakibatkan terungkapnya kenyataan
bahwa mekanisme good corporate governance yang baik belum diterapkan.
Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, para auditor
memerlukan kepercayaan terhadap kualitas jasa yang diberikan pada pengguna.
Dimana Standar profesi akuntan publik yang terus bertambah juga membuat
profesi auditor menjadi sangat mudah untuk dituntut bilamana terjadi pelanggaran
dalam penyajian laporan keuangan yang tidak mengandung unsur integritas. Atas
dasar ini lah penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh independensi
akuntan publik, mekanisme corporate governance, dan kualitas audit terhadap
integritas laporan keuangan.

13

Teori dasar pembentuk variabel dalam penelitian ini tidak dijalaskan.


Tetapi ada beberapa penelitian yang mengemukakan teori yang dipakai untuk
penelitian ini yaitu teori sinyaling (signaling theory). Signaling Theory
mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan
sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai
apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan
pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa
perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain.
Integritas

informasi laporan keuangan yang mencerminkan nilai

perusahaan merupakan sinyal positif yang dapat mempengaruhi opini investor dan
kreditor atau pihak-pihak lain yang berkepentingan. Laporan keuangan seharusnya
memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor untuk membuat
keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis. Dalam signaling theory,
pengeluaran investasi memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan
di masa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator
nilai perusahaan.
a. Independensi
Independensi berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Akuntan publik
tidak

dibenarkan

memihak

kepentingan

siapapun.

Akuntan

publik

berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik


perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan
kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik. Independensi akuntan merupakan
persoalan sentral dalam pemenuhan kriteria objektivitas dan keterbukaan.
b. Corporate governance
Corporate Governance merupakan salah satu elemen kunci dalam
meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara
manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham, dan
stakeholders lainnya yang juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi
penentuan sasaransasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk
menentukan teknik monitoring kinerja.
c. Kualitas audit

14

Kualitas audit sebagai suatu kemungkinan (joint probability) dimana seorang


auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem
akuntansi kliennya. Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji
tergantung pada kemampuan teknikal auditor sementara tindakan melaporkan
salah saji tergantung pada independensi auditor tersebut. Kualitas audit ini
sangat penting karena kualitas audit yang tinggi akan menghasilkan laporan
keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan
d. Integritas Laporan Keuangan
Integritas laporan keuangan adalah laporan keuangan yang menampilkan
kondisi suatu perusahaan yang sebenarnya, tanpa ada yang ditutuptutupi atau
disembunyikan. Jadi, apabila seorang auditor mengaudit laporan keuangan
yang tidak berintegritas (tidak mencerminkan kondisi perusahaan yang
sebenarnya) maka, peluang seorang auditor untuk dituntut akan semakin besar.
Karena apabila laporan keuangan yang tidak berintegritas itu ternyata laporan
keuangan yang overstate akan sangat merugikan bagi pengguna laporan
keuangan tersebut.
Penelitian ini juga dilandaskan oleh beberapa riset yaitu : (1) Turley dan
Zaman (2004) meneliti pengaruh corporate governance dan komite audit,
menemukan bahwa bukti menunjukkan adanya hubungan positif antara eksistensi
komite audit dengan kualitas laporan keuangan dan kinerja perusahaan. (2)
Mayangsari 2003 melakukan penelitian pengaruh spesialisasi industri auditor
sebagai proksi lain dari kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa spesialisasi auditor berpengaruh positif
terhadap integritas laporan keuangan.
Kemudian variabel yang diidentifikasi dalam penelitian ini menggunakan
3 variabel independen dan 1 variabel dependen. Variabel independen terdiri dari
Independensi, Corporate Governance, dan Kualitas Audit. Sedangkan variabel
dependen yaitu Integritas Laporan Keuangan. Dimana masing-masing variabel
independen mempengaruhi variabel dependen.

15

1. Independensi Auditor dan Integritas Laporan Keuangan


Masalah audit tenure atau masa kerja auditor dengan klien sudah diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor:17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan
publik. Peraturan menteri tersebut membatasi masa kerja auditor paling lama 3
tahun untuk klien yang sama, sementara untuk Kantor Akuntan Publik (KAP)
sampai 6 tahun. Pembatasan ini dimaksudkan agar auditor tidak terlalu dekat
dengan klien sehingga dapat mencegah terjadinya skandal akuntansi.
Penelitian yang dilakukan oleh Supriyono (1988 : 6) menghasilkan temuan
yang beragam diantaranya bahwa penugasan audit yang terlalu lama kemungkinan
dapat mendorong akuntan publik kehilangan independensinya, karena akuntan
publik tersebut merasa puas, kurang inovasi, dan kurang ketat dalam
melaksanakan prosedur audit. Sebaliknya, penugasan audit yang lama
kemungkinan dapat pula meningkatkan independensi karena akuntan publik sudah
familiar, pekerjaan dapat dilaksanakan dengan efisien dan lebih tahan terhadap
tekanan klien, sehingga semakin tinggi independensi auditor semakin tinggi pula
integritas pelaporan keuangan yang dihasilkan. Sehingga independensi auditor
berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.
2. Corporate governance dan Integritas Laporan Keuangan
Keputusan Menteri BUMN Nomor 117/Tahun 2000, dan Undang-undang
BUMN Nomor 19/2003, pembentukan komite audit merupakan suatu keharusan.
Komite audit merupakan salah satu komite yang memiliki peranan penting dalam
corporate governance. Komite audit harus terdiri dari individu-individu yang
mandiri dan tidak terlibat dengan tugas sehari-hari dari manajemen yang
mengelola perusahaan, dan yang memiliki pengalaman untuk melaksanakan
fungsi pengawasan secara efektif. Salah satu dari beberapa alasan utama
kemandirian ini adalah untuk memelihara integritas serta pandangan yang objektif
dalam laporan serta penyusunan rekomendasi yang diajukan oleh komite audit,
karena individu yang mandiri cenderung lebih adil dan tidak memihak serta
objektif dalam menangani suatu permasalahan.

16

Salah satu cara auditor mempertahankan independensinya adalah dengan


membentuk komite audit (Supriyono, 1998). Sesuai dengan fungsi dan tujuan
dibentuknya komite audit, yang salah satunya yaitu memastikan laporan keuangan
yang dihasilkan tidak menyesatkan dan sesuai dengan praktik akuntansi yang
berlaku umum, maka sedikit banyak keberadaan dan efektivitas komite audit
dalam perusahaan berpengaruh terhadap kualitas dan integritas laporan keuangan
yang dihasilkan. Sehingga komite audit berpengaruh positif terhadap integritas
laporan keuangan.
3. Kualitas Audit dan Integritas Laporan Keuangan
Dalam teori agensi yang mengasumsikan bahwa manusia itu selalu self
interest, maka kehadiran pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada
hubungan antara prinsipal dan agen sangat diperlukan, dalam hal ini adalah
auditor independen. Investor akan lebih cenderung pada data akuntansi yang
dihasilkan dari kualitas audit yang tinggi.
Li Dang et al, 2004, OKeefe 1994 berpendapat bahwa auditor industry
specialization berhubungan positif dengan kualitas audit diukur dengan penilaian
kepatuhan auditor terhadap GAAS. Auditor yang memiliki banyak klien dalam
industri yang sama akan memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang risiko
audit khusus yang mewakili industri tersebut, tetap akan membutuhkan
pengembangan keahlian lebih daripada auditor pada umumnya. Tambahan
keahlian ini akan menghasilkan return positif dalam fee audit, sehingga para
peneliti memiliki hipotesis bahwa auditor dengan konsentrasi tinggi dalam
industri tertentu akan memberikan kualitas yang lebih tinggi. Sehingga kualitas
audit berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
laporan keuangan tahunan 2005-2008 yang diterbitkan perusahaan publik yang
diperoleh dari pojok BEI Undip dan sumber informasi publik lainnya. Data
akuntansi diambil dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory). Kemudian
Sampel terpilih sektor manufaktur dengan purposive sampling method yang tidak
teregulasi sebanyak 73 perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2005-2008.
Dimana Kriteria sampel yang diteliti adalah perusahaan manufaktur yang tidak

17

teregulasi maka industri barang-barang konsumen tidak diikutsertakan, karena sub


industrinya yaitu industri makanan tergolong dalam industri yang teregulasi
sehingga secara tidak langsung mengurangi jumlah perusahaan sampel. Dengan
demikian sampel yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan yang berada
dalam aneka industri dan industri dasar.
Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk menguji hasil
penelitian berupa laporan keuangan pada tahun 2005-2008 yang diterbitkan di
BEI. Dimana uji yang digunakan dalam analisis regresi berganda ini berupa:
1.

Uji normalitas
Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov
Smirnovmenunjukkan bahwa data yang dapat diolah sebanyak 81. Nilai
signifikansi sebesar 0,955 lebih dari 0,05 dapat diartikan bahwa data

terdistribusi normal dan model regresi ini memenuhi asumsi kelayakan.


2. Uji multikolinieritas
Multikolinieritas dapat diketahui dengan melihat nilai tolerance dan
variance inflation factor (VIF). Berdasarkan tabel penelitian diketahui
bahwa semua nilai VIF variabel bebas memiliki nilai lebih kecil dari 10
sehingga dinyatakan bahwa dalam model regresi ini tidak terjadi
multikolinieritas di atas nilai toleransi antar variabel bebas.
3. Uji heteroskedastisitas
Dimana hasil yang di dapat bernilai signifikansi uji untuk variabel masa
kerja komite audit, komisaris independen, ukuran dewan komisaris,
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan kualitas audit
memiliki nilai signifikan > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
dengan model regresi ini bebas dari gejala heteroskedastisitas.
4. Uji autokorelasi
Hasil pengujian autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin-Watson.
Dengan melihat hasil uji F Koefisien determinasi diperoleh nilai Adjusted
R2 sebesar 0,114 yang menunjukkan bahwa hanya 11,4 % variasi
konservatisme

yang

dapat

dijelaskan

oleh

independensi

auditor,

mekanisme corporate governance, dan kualitas audit. Sedangkan sisanya


sebesar 88,6 % dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

18

5. Uji hipotesis
Dari hasil pengujian H1 didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,169
menunjukkan

bahwa

independensi

auditor

(lamanya

hubungan

auditeeauditor) tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.


Maka h1 ditolak. Kemudian hasil pengujian H2 didapatkan nilai
signifikansi sebesar 0,686 menunjukkan bahwa ukuran masing-masing
indikator dari corporate governance tidak berpengaruh terhadap
konservatisme (integritas laporan keuangan), maka H2 ditolak. Dan Nilai
signifikansi sebesar 0,348 menunjukkan bahwa kualitas audit ( auditor
spesialisasi industri) tidak berpengaruh terhadap konservatisme (integritas
laporan keuangan), maka h3 ditolak.
Maka implikasi dari penelitian ini adalah kontribusi kebijakan pada IAI,
diharapkan lebih mendorong diadakan pelatihan, seminar maupun diskusi dengan
berbagai pihak untuk mempertinggi pemahaman auditor terhadap suatu industri
tertentu. Sehingga diharapkan auditor lebih memahami karakteristik dan
operasional industry tertentu, dan akhirnya akan berdampak positif pada kualitas
audit. BAPEPAM juga diharapkan lebih berat dalam memberikan sanksi bagi
perusahaanperusahaan yang hingga saat ini belum memperhatikan pelaksanaan
good corporate governance.
Perlu mengembangkan proksi lain dari mekanisme corporate governance
dengan mengukur jumlah sesungguhnya komite audit dan komisaris independen
serta efektivitas komite audit seperti tingkat aktivitas pertemuan komite audit,
mengetahui perbandingan antara jumlah anggota komite audit yang memiliki
pengetahuan dan latar belakang pendidikan akuntansi dan keuangan dengan total
jumlah komite audit, serta mengukur perbandingan antara jumlah anggota komite
audit yang mempunyai kedudukan kurang dari tiga dewan/jabatan dengan total
jumlah anggota komite audit.
BAB III
PENUTUP

19

Audit laporan keuangan merupakan bagian terpenting dari berbagai


asssurance services. Audit jenis ini berkaitan dengan kegiatan mempeeroleh dan
mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan entitas dengan maksud agar dapat
memberikan pendapat apakah laporan-laporan tersebut dapat memberikan
pendapat apakah laporan-laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum (GAAP).
Metode akuntansi mencakup kegiatan mengidentifikasi bukti dan transaksi
yang dapat mempengaruhi entitas. Setelah diidentifikasi, maka bukti dan transaksi
ini diukur, dicatat, dikelompokkan, serta dibuat ikhtisar dalam catatan-catatan
akuntansi. Hasil proses ini adalah penyusunan dan distribusi laporan keuangan
yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (generally
accepted accounting principles/GAAP).
Audit dilakukan berdasarkan asumsi bahwa data laporan keuangan dapat
diteliti untuk pembuktian. Data dikatakan dapat diteliti untuk pembuktian
(verifiable) apabila ada dua atau lebih orang yang memiliki kualifikas; dapat
memberikan kesimpulan yang serupa dari data yang diperiksa Kemampuan dapat
diteliti untuk pembuktian (verifiability) terutama berkaitan dengan tersedianya
atestasi bukti pada validitas informasi yanc sedang dipertimbangkan.
Estimasi adalah bagian yang melekat dengan proses akuntansi, dan tidak
seorang pun termasuk auditor dapat meramalkan bagaimana hasil suatu
ketidakpastian itu. Suatu audit tidak dapat menambahkan ketepatan dan kepastian
pada laporan keuangan apabila faktor-faktor tersebut tidak ada.

DAFTAR PUSTAKA

20

Febrianty, F, 2012, Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Pertimbangan


Tingkat Materialitas Audit Atas Laporan Keuangan, Jurnal Ekonomi dan
Informasi Akuntansi, Vol. 2, No. 2 Mei 2012, hlm. 156-200.
Hardiningsih, Pancawati, 2010, Pengaruh Independensi, Corporate Governance,
dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan, Kajian
Akuntansi, Vol. 2, No. 1 Pebruari 2010, ISSN : 1979-4886, hlm. 61-76.
Mayangsari, S. 2003. Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, serta
Mekanisme Corporate Governance terhadap Integritas Laporan
Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi VI Surabaya, 16 17
Oktober 2003, pp. 12551273.
Messier, W.F., S.M. Glover., and D.F. Prawitt, 2006. Auditing & Assurance
Service, (4th edition). Salemba Empat, Jakarta, Indonesia.

21

Anda mungkin juga menyukai