Anda di halaman 1dari 51

Ina Mulyani

Subbid Pembinaan Lingkungan dan


Penegakan Hukum
Badan Lingkungan Hidup Prov Riau

Manusia dan Lingkungan


Isu Lingkungan Global

Manusia dan Lingkungan


Isu Lingkungan Global
Apa yang akan terjadi kemudian ?

Pemanasan global

GLOBALWARMING
PEMANASAN GLOBAL
Apa penyebabnya? Apa yang akan terjadi?
Pemanasan Global adalah meningkatnya suhu rata-rata permukaan
bumi akibat peningkatan jumlah emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di
atmosfer.
Rumah Kaca merupakan analogi atas bumi yang dikelilingi gelas kaca berupa selimut gas
di lapisan atmosfer.
Panas matahari masuk ke bumi menembus lapisan gas, sebagian diserap berupa
gelombang pendek dan sisanya dipantulkan kembali sebagai gelombang panjang.
Tetapi panas yang seharusnya dipantulkan ke angkasa terperangkap di bumi akibat
peningkatan konsentrasi selimut gas di atmosfer (gas rumah kaca).
Efek Rumah kaca tersebut berdampak pada pemanasan global dan perubahan iklim

EFEK RUMAH KACA


GRK membentuk lapisan yang menghalangi pemantulan
panas sinar matahari dari bumi, sehingga panas
terperangkap sebagaimana terjadi di rumah kaca
(green house)

Gas-gas Rumah Kaca

HFCs

CH4

PFCs

CO2
N2O
Tingkat abnormal dipengaruhi
oleh kegiatan manusia

SF6

Perubahan Iklim ???


Pemanasan Global
akan menyebabkan
terjadinya
Perubahan Iklim,
seperti
meningkatnya curah
hujan di beberapa
belahan dunia
sehingga
menimbulkan banjir
dan erosi.
Sedangkan di
belahan bumi lain
akan mengalami
musim kering yang
berkepanjangan
disebabkan

Dampak Positif:

Dampak Negatif:

Meningkatnya potensi hasil

Menurunnya produksi
potensial pertanian di daerah
tropik dan subtropik akibat
naiknya suhu

tanaman pada beberapa


daerah lintang tengah akibat
naiknya suhu

Menurunnya ketersediaan air


khususnya pada daerah subtropik

Meningkatnya suplai kayu


global dari hutan produksi
Meningkatnya ketersediaan air
untuk manusia pada beberapa
daerah kurang air ~ misalnya
sebagian wilayah di Asia
Tenggara
Menurunnya tingkat kematian
pada musim dingin di daerah
lintang tinggi
Menurunnya konsumsi energi
untuk pemanasan karena
naiknya suhu pada musim
dingin

Dampak
Perubah
an Iklim

Meningkatnya jumlah
manusia yang terekpose
terhadap penyakit menular
(seperti malaria, kholera)
dan kematian karena deraan
panas
Meluasnya wilayah berisiko
banjir di daerah pemukiman
akibat meningkatnya curah
hujan dan naiknya muka air
laut
Meningkatnya konsumsi
energi untuk AC atau
terganggunya suplai energi
dari pembangkit listrik
tenaga air

Sumber-sumber gas
karbondioksida

Pembangkit listrik, pabrik dan perumahan

Kendaraan bermotor

Kebakaran hutan

Sumber-sumber gas metan


Produksi bahan bakar fosil

Persawahan

Peternakan (sapi, kambing, unta, dll)

Sumber-sumber gas N2O

Tanah alami

Laut

Penggunaan pupuk
kimia

Penggunaan bahan bakar fosil

Sumber-sumber gas
hidroflurokarbon

Aerosol
Pemadam kebakaran
Pendingin

Pelarut

Foam/busa

Dunia pada tahun 2050

(jika tidak ada tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gas rumah kaca)
Resor ski di pengunungan Alpin
ditutup karena kekurangan salju.
Pantai-pantai
Mediterania akan hilang
dengan meningkatnya
permukaan air laut.
Gurun Sahara bergerak
dari Mediterania ke
arah Selatan Spanyol
dan Sicilia.
Kekurangan air di Timur
Tengah. Hilangnya delta
sungai Nil.
Sepertiga bagian
Bangladesh terancam.
Hilangnya kepulauan
Maldives.

Hutan-hutan (Kanada, Rusia,


Amazon)
rusak akibat panas & kekeringan.

Pencairan es di Arctic,
punahnya beruang
kutub.

Pelelehan es disertai
tanah longsor. Rusaknya
fondasi pipa saluran
minyak, rumah dan
jalan.
Ancaman topan/badai di
Florida dan bagian
Selatan US. Perusahaan
asuransi mengalami
kebangkrutan.

Mt. Hood, Oregon, 2002

Upsala, Glacier, Argentina, 2004

Tuvalu, sebelum

Tuvalu, sekarang

Pelelehan es di Greenland

1992

2002

2005

Bencana Terkait Perubahan Iklim


Banjir akibat meningkatnya frekuensi dan
volume curah hujan
Kekeringan akibat meningkatnya frekuensi
kejadian El-Nino
Longsor akibat kekeringan yang lama
menyebabkan terjadi rekahan-rekahan pada
tanah sehingga ketika hujan rekahan tersebut
menjadi jalan masuknya air ke dalam tanah
sehingga masa tanah cepat menjadi jenuh untuk
memicu terjadinya longsor

Dampak Perubahan Iklim pada

kesehatan Manusia
Faktor-faktor iklim berpengaruh terhadap risiko penularan
penyakit tular vektor seperti Demam berdarah dengue (DBD)
& malaria
Curah hujan dan jumlah hari hujan mempunyai hubungan
positif dengan kasus DBD, semakin tinggi dan banyak jumlah
hari hujan maka kasus DBD meningkat
Suhu mempunyai hubungan negatif sedang dengan kasus
DBD, peningkatan suhu udara per minggu akan terjadi
penurunan kasus
Sumber: Dr. Supratman Sukowati
Junghan Sitorus, M.Kes
PUSLITBANG EKOLOGI KESEHATAN,
2004

Dampak Perubahan Iklim pada

kesehatan Manusia
peningkatan jumlah penderita alergi dan asma
secara signifikan (chge.med.harvard.edu, 2004)
Gelombang panas yang melanda Eropa pada
tahun 2005 menyebabkan kenaikan angka heat
stroke (serangan panas kuat) yang mematikan,
infeksi Salmonela dan hay fever (demam akibat
alergi rumput kering)
Penyakit tropis (seperti malaria dan demam
berdarah) juga mengalami peningkatan

Bagaimana dengan Indonesia??

Banjir di Jakarta awal Februari 2007

Longsor

PuncakJaya

200
3

Sumber: ITB, 2007

200
5

Sumber: ITB, 2007

201
0

Sumber: ITB, 2007

201
5

Sumber: ITB, 2007

202
0

Sumber: ITB, 2007

202
5

Sumber: ITB, 2007

203
0

Sumber: ITB, 2007

203
5

Sumber: ITB, 2007

204
0

Sumber: ITB, 2007

204
5

Sumber: ITB, 2007

205
0

Sumber: ITB, 2007

Dunia saat ini

Peningkatan Wabah Malaria

Sumber:Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Kesehatan Lingkungan


Departemen Kesehatan, Kompas 17 Januari 2002.
Peningkatan wabah Malaria selama 10 tahun terakhir di Jawa Bali

LUBANG OZON DI ANTARTIKA

PENIPISAN
LAPISAN OZON
Ozon adalah gas yang
terdiri dari molekul-molekul
ozon (O3) yang terdiri dari
tiga atom oksigen.
Ozon berguna sebagai
penapis radiasi sinar
ultraviolet B yang
berbahaya bagi manusia,
hewan dan tanaman
Ketebalan lapisan ozon
rata-rata sekitar 260 DU.
Jika ketebalan lapisan
ozon kurang dari 220 DU,
maka
dikatakan
telah
terjadi
lubang
ozon
(penipisan lapisan ozon) di
tempat tersebut.

40

BAHAN PERUSAK OZON (BPO)


Chlorofluorokarbon (CFC), Metil Bromida, Halon
No

Sektor

Contoh Kegiatan

1.

Pendingin
(refrigeration)

AC,Kulkas

2.

Busa(foam)

Pengembangpadakasurbusa

3.

Aerosol

Pendorongpadakosmetik,pembasminyamukdan
pewangi

4.

Pelarutkimia
(solvent)

Bahanpencuci,umumnyapadaindustrielektronik

5.

Tembakau
(tobacco)

Bahanpengembangtembakaupadaindustrirokok

6.

Pemadamapi

Bahanuntukalatpemadamkebakaran

7.

Fumigasi

Pembasmihamapadatanah,karantinapertanian,
pergudangandanpra-pengapalan

Dengan menghapuskan CFC, HCFC dan BPO lain (yang termasuk GRK),
41
akan mengurangi emisi GRK > 5 giga ton equivalen CO2

KATARAK MATA &


KKANKER KULIT
Kanker kulit,
katarak mata
dan kematian
tanaman
akibat UV B
yang
berlebihan

DAMPAK
KERUSAKAN
LAPISAN OZON

MEMPENGARUHI IKAN DAN BIOTA LAUT


Sinar ultra ungu intensitas tinggi akan membunuh fitoplankton
yang merupakan makanan ikan kecil dan biota laut lainnya. Hal
ini akan menyebabkan matinya ikan lain yang lebih besar
karena kehilangan makanannya
PENURUNAN IMMUNITAS TUBUH
Adanya sinar ultra ungu intensitas tinggi akan
menyebabkan penurunan immunitas (daya tahan) tubuh
manusia sehingga mudah terserang penyakit

42

BAGAIMANADENGANRIAU?

Menurut Departemen pekerjaan Umum, 2005, berdasarkan laporan


EPA-2000, hingga akhir abad 21 diperkirakan 2000-4000 pulau dari
17.508 pulau di Indonesia hilang atau mengalami penyusutan
wilayah pesisir akibat kenaikan muka air laut setinggi 60 100 cm
atau kenaikan antara 6 10 mm/th.
Pulau-pulau dan pantai timur Sumatera, termasuk Provinsi Riau
yang terdapat banyak wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil,
memiliki potensi bencana yang diakibatkan oleh Global warming
(pemanasan global) sebagai dampak kenaikan muka air laut.

PETA WILAYAH RAWAN TSUNAMI


DAN GLOBAL WARMING

DAERAH DAMPAK
KENAIKAN MUKA
AIR LAUT

BEBERAPA CATATAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA


TERMASUK RIAU
Pola musim mulai tidak beraturan sejak 1991 yang
mengganggu swasembada pangan nasional.
Musim kemarau cenderung kering dengan trend hujan
semakin turun, berdampak pada kebakaran hutan dan
lahan sering terjadi dan berlanjut dengan pencemaran
asap.
Muka air danau dan waduk banyak yang semakin susut.
Munculnya kondisi cuaca ekstrim yang sering
menimbulkan bencana banjir bandang dan tanah
longsor dalam beberapa tahun terakhir. Di Provinsi Riau
terjadi hampir merata di setiap kabupaten/ kota dapat mencapai 3-4
kali dalam setahun.

BEBERAPA CATATAN ..
Munculnya kondisi cuaca ekstrim yang sering
menimbulkan bencana banjir bandang dan tanah
longsor dalam beberapa tahun terakhir. Di Provinsi Riau
terjadi hampir merata di setiap kabupaten/ kota dapat mencapai 3-4
kali dalam setahun.
Suhu perkotaan kian naik (Urban Heat Island), yang
menjadi indikator lanjutan dampak pemanasan dan
perubahan lingkungan. Menurut catatan Rona Lingkungan
Unri berdasarkan data yang diperoleh dari BMG Kota Pekanbaru,
ternyata dalam kurun dua dasawarsa terakhir telah terjadi kenaikan
suhu udara rata-rata di Kota Pekanbaru dan kawasan lain di
Provinsi Riau sebesar 2 C.
Maraknya badai lokal atau puting beliung yang meluas
di beberapa Provinsi di Indonesia termasuk di beberapa
kabupaten/kota Provinsi Riau yang sebelumnya belum
pernah atau jarang terjadi.

UPAYA YANG DILAKUKAN PEMERINTAH PROVINSI RIAU


1.

Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan.


Kebakaran hutan dan lahan memiliki dampak yang sangat besar
terhadap lingkungan, sosial dan ekonomi.
- Page et. al. (2002) dalam Noor dan Heyde (2007), bahwa suatu studi
menunjukkan bahwa kebakaran hutan dan lahan pada tahun 1997/1998 telah
menghanguskan lebih dari 1,45 juta ha hutan dan lahan yang sebagian besar
berada dilahan gambut di seluruh Indonesia.
- Kebakaran tersebut tidak saja telah melepaskan sekitar 0,81 2,57 GtC,
tetapi juga diidentifikasi sebagai sumber utama penyebaran asap di lingkup
regional Asia Tenggara, sehingga mengakibatkan kerugian lebih dari US$ 9
milyar dan mempengaruhi kehidupan lebih dari 75 juta orang (Bappenas, 1999,
dalam Noor dan Heyde, 2007).
Kegiatan yang dilakukan pemerintah Provinsi Riau dalam
pengendalian kebakaran hutan dan lahan antara lain : pemantauan
terhadap kondisi cuaca bekerja sama dengan BMG; penyebarluasan
data hotspot; pembentukan Tim Reaksi Cepat (TRC); Program SUPER;
mengadakan Posko-posko KARHUTLA; pembentukan kelompok
Masyarakat Peduli Api (MPA); penyuluhan, peningkatan koordinasi dan
sebagainya.

UPAYA YANG DILAKUKAN PEMERINTAH PROVINSI RIAU


2.

Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan (PLGB).


Dalam kondisi alami, tanpa adanya gangguan yang signifikan, CO2 akan
disimpan sebagai cadangan karbon organik dalam biomassa yang tersimpan
dalam gambut, sehingga akan sangat bermanfaat dalam menahan emisi gas
rumah kaca ke atmosfer.
Tetapi dalam kondisi yang sebaliknya, dimana pembukaan lahan gambut
dan drainase berlebihan maka justru lahan gambut akan memberikan
sumbangan emisi gas rumah kaca yang signifikan. Untuk itu gambut harus
dikelola secara berkelanjutan.
Kegiatan yang dilakukan antara lain :
- Pembinaan dan sosialisasi kepada masyarakat dalam Pengelolaan
lahan gambut berkelanjutan melibatkan generasi muda, pemuka
masyarakat, alim ulama dan perangkat desa dan kecamatan;
- Meningkatkan koordinasi dan Kerjasama antara KLH, Pemerintah
Provinsi Riau dan Kabupaten / Kota tentang Pengelolaan Lahan Gambut
Berkelanjutan.
- Penyusunan Master Plan Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan
oleh KLH bekerjasama dengan Badan Lingkungan Hidup Prov. Riau.

UPAYA YANG DILAKUKAN PEMERINTAH PROVINSI RIAU


3.

Pembentukan Pusat Informasi Perubahan Iklim.


Merupakan komitmen Pemerintah Provinsi Riau dalam
rangka adaptasi dan mitigasi pemanasan global dan
perubahan iklim di Provinsi Riau.

4.

Pengawasan Penggunaan Bahan Perusak Ozon.


- Bekerjasama dengan KLH dan UNDP melakukan
Pelatihan Pengawasan Penggunaan Bahan Perusak Ozon
- Bekerjasama dengan KLH menyerahkan bantuan alat
2R untuk reparasi AC kepada beberapa bengkel di
kabupaten/kota.

5.

Bekerjasama dengan Pemerintah dan Kabupaten/Kota


melaksanakan
berbagai program seperti Gerhan/GNRHL, Menuju Indonesia Hijau
(MIH), Program Kalpataru, Adiwiyata dan Setia Lestari Bumi.

6.

Pengelolaan wilayah pesisir pantai dengan penanaman

KESIMPULAN
Apa yang bisa kita lakukan?
Think globally act locally
1.
2.

Efisiensi penggunaan energi fosil, dan peningkatan


penggunaan energi non fosil untuk menurunkan emisi Gas
Rumah kaca.
Penggunaan sumber daya dan teknologi yang lebih bersih,
ramah lingkungan dan efisien.

3.

Mempertahankan luas kawasan hutan dan perluasan


tutupan hutan untuk meningkatkan penyerapan dan
menurunkan konsentrasi CO2 di atmosfir.

4.

Penggunaan teknologi pertanian yang ramah lingkungan


seperti ; pemanfaatan limbah ternak atau penggunaan
pupuk organik.

5.

Melakukan inventarisasi data tentang pemanasan global


dan perubahan iklim dan kerjasama serta pertukaran
informasi dengan berbagai pihak.

Anda mungkin juga menyukai