Anda di halaman 1dari 16

1.

PENDAHULUAN
Ada empat metode komputasi dasar yang dilakukan oleh ALU komputer. Salah
satunya adalah perkalian. Sebenarnya perkalian didalam komputer dilakukan dalam
bentuk penjumlahan dan pergeseran yang dikerjakan secara berulang-ulang. Hal ini
membuat proses perkalian menjadi sangat lama, terutama apabila perkalian yang
dilakukan melibatkan banyak operand (multioperand).
Sudah banyak algoritma yang dikembangkan untuk mengatasi hal tersebut.
Diantaranya adalah LUT (Look up table) multiplier, Logarithmic Multiplier, ripple
carry array multiplier, MSB first algorithm multiplier dan masih banyak lagi yang
lainnya. Kebanyakan algoritma tersebut diterapkan untuk melakukan proses
perkalian secara paralel. Paper ini mengemukakan suatu algoritma perkalian paralel
yang menggabungkan kedua teknik algoritma yang telah dikembangkan
sebelumnya, yaitu Logarithmic Multiplier dan Multi-operand MSB first adder.
Perkalian dengan logaritmik diperkenalkan pertama kali oleh J.N Mitchell. Pada
dasarnya sistem perkalian dengan menggunakan logaritmik ini dimaksudkan untuk
mempercepat waktu proses komputasi perkalian yang dilakukan oleh CPU, karena
dalam perkalian dengan menggunakan logaritmik dilakukan dengan menjumlahkan
operand satu dengan lainnya. Konsep logaritmik ini juga bisa digunakan untuk
pembagian karena pembagian logaritmik sama dengan pengurangan nilai
logaritmik dari masing-masing
operand tersebut. Konsep perkalian dengan
menggunakan logaritmik ini biasanya digunakan dalam pemrosesan sinyal, karena
pada aplikasi tersebut error yang terjadi masih dapat ditolerir.
Konsep penjumlahan untuk multioperand dengan menggunakan metode MSB fisrt
adder adalah suatu konsep metode untuk menjumlahkan sejumlah bilangan dimulai
dari bit MBS-nya terlebih dahulu. Dengan metode ini maka hasil yang diinginkan
dapat lebih cepat tersedia sesuai dengan tenggat waktu yang diberikan. Dengan
demikian maka metode ini dapat digunakan atau diaplikasikan dalam sistem yang
berbasis real time (waktu-nyata).
Dalam paper ini kedua konsep tersebut
digabungkan dengan harapan dapat menurunkan waktu yang dibutuhkan untuk
memproses suatu perkalian dengan banyak operand, atau dengan kata lain
meningkatkan performansi komputer dalam melakukan perkalian dengan banyak
operand.
2. ALGORITMA DAN MODEL ARSITEKTUR
Algoritma dan Arsitektur Perkalian Shift and Add Konvensional
Unit perkalian shift-and-add konvensional, melakukan proses perkalian dimulai dari
bit LSB dilanjutkan
sampai MSB dan memproses semua bit multiplier, disebut LSB-P01. Arsitektur
rangkaian terlihat pada

Gambar 1 Keluaran bit dari multiplexer (MUX) akan di AND dengan bit-bit
multiplicand, hasilnya disimpan diregister dan digeser (shift) sebanyak iterasi
proses. Hasil operasi ini dijumlahkan dengan isi akumulator dan di simpan kembali
di akumulator. Proses ini di INTELLIGENT SYSTEMS AND CONTROL SYSTEMS Seminar
Nasional Soft Computing, Intelligent Systems and Information Technology (SIIT
2005) 3-20
ulangi untuk setiap bit
multiplier
sampai bit MSB. Hasil akhir terdapat di
akumulator.
Untuk perkalian multioperand, maka perkalian operand ke-3 akan dilakukan
terhadap hasil dari operasi perkalian antara operand 1 dan 2. Komputasi ini terus
berlangsung sampai semua operand selesai dikomputasi.

Gambar 1. Arsitektur unit perkalian shift-and-add konvensional


Algoritma dan Model Arsitektur Perkalian Logaritmik 2 Operand
Ide dasar dari perkalian dengan metode logaritmik adalah karena perkalian dalam
logaritmik dilakukan
dalam bentuk penjumlahan, sesuai dengan yang tertulis pada persamaan (1) dan
(2). Dengan demikian CPU hanya bertugas untuk melakukan proses komputasi
penjumlahan bukan perkalian.
Log (A x B) = Log A + Log B (1)
Log2 (A x B) = Log2A + Log2B. (2)
AxB= antilog2 (log2A + log2B) (3)
Yang perlu diperhitungkan dalam konsep perkalian logaritmik ini adalah masalah
konversi ke nilai logaritmik dan error yang terjadi pada saat kita mengkonvert
bilangan ke dalam bentuk logaritmiknya dan juga mengembalikannya ke bentuk
semula. Jadi kesalahan yang terjadi dilakukan sebanyak 2 kali dan mungkin dengan
tingkat atau nilai kesalahan yang berbeda.
Algoritma perkalian logaritmik antara dua bilangan yang didasarkan pada
persamaan (3) adalah sebagai berikut:
1. Ambil dua buah bilangan biner, masukkan kedua bilangan tersebut masingmasing ke dalam register A dan B.
2. Konvert kedua bilangan dalam register tersebut ke dalam nilai logaritma basis 2
dan masukkan ke dalam register C dan D

3. Lakukan penjumlahan isi dari register C dan D dan simpan hasilnya pada
Accumulator.
4. Konvert hasil penjumlahan tersebut menjadi bilangan biner kembali dengan
menggunakan antilogaritmik basis 2 dan masukkan hasilnya pada suatu register
hasil.
Secara umum hardware dari algoritma tersebut dapat dilihat pada blok diagram
perkalian logaritmik seperti yang terlihat pada gambar 2.
Ada beberapa pendekatan atau konsep yang digunakan untuk melakukan proses
konversi ke dalam nilai logaritma dan sebaliknya seperti, pure look up table (LUT
murni), LUT dengan interpolator, nonlinear LUT dan interpolator, algoritma rekursif
atau segmentasi dari kurva logaritmik. Masing-masing pendekatan tersebut dapat
diwujudkan dalam bentuk hardware yang berbeda sehingga otomatis proses
komputasi perkalian secara keseluruhan juga berbeda.
Antilog2X
Bilangan A Bilangan B
Log2 A Log2 B
Adder
Log2A + Log2B=X
Y
Register A Register B
Register C Register D
Gambar 2. Blok diagram perkalian logaritmik 2 operand
Algoritma dan Model Arsitektur Penjumlahan
Multioperand dengan MSB First bit Process Algoritma ini diaplikasikan untuk sistem
waktu nyata (real-time system). Perbedaan algoritma penjumlahan ini dengan
algoritma penjumlahan yang konvensional terletak pada urutan penjumlahan yang
dilakukan. Pada algoritma penjumlahan konvensional bit yang dijumlahkan terlebih
dahulu adalah bit LSB (Least Significant Bit) yang terletak paling akhir dan bernilai
paling kecil, kemudian hasilnya diakumulasikan dengan penjumlahan bit yang
terletak setelahnya. Demikian proses tersebut dilakukan sampai terakhir bit MSB
(Most Significant Bit) selesai dijumlahkan. INTELLIGENT SYSTEMS AND CONTROL
SYSTEMS
Seminar Nasional Soft Computing, Intelligent Systems and Information Technology
(SIIT 2005) 3-21 Sedangkan pada algoritma berikut ini yang pertama kali
dijumlahkan adalah bit MSB, lalu dilanjutkan dengan bit MSB-1 dan seterusnya
sampai bit terakhir (LSB) selesai dijumlahkan.
Algoritma penjumlahan
multioperand MSB first adalah sebagai berikut :
1. Masukkan semua operand n bit ke dalam N register.
2. Untuk N operand dengan n bit data, lakukan langkah-langkah berikut:

a. Jumlahkan semua bit MSB dari tiap operand dan letakkan hasilnya pada
Accumulator. Karena penjumlahannya dilakukan dengan counter, maka hasilnya
harus diatur dengan bit placer, setelah itu dapat disimpan di Accumulator.
b. Jumlahkan semua bit MSB-1 dari tiap operand dan jumlahkan hasilnya dengan
yang tersimpan di Accumulator dan simpan hasilnya di Accumulator kembali.
c. Lakukan langkah-langkah di atas sampai bit LSB dari tiap operand tersebut
selesai dijumlahkan.
Dengan menggunakan algoritma penjumlahan di atas, maka sebelum penjumlahan
sampai bit LSB selesai dilakukan kita telah dapat menggunakan hasil yang
tersimpan di Accumulator, tentu saja dengan sedikit faktor error. Hal ini sangat
berguna untuk memenuhi tenggat waktu yang telah ditetapkan, sehingga data yang
disimpan di Accumulator tetap dapat diambil dan digunakan walaupun proses
komputasi penjumlahan belum selesai dilaksanakan. Gambar 3 memperlihatkan
arsitektur penjumlahan MSB first bit untuk 12 operand dengan 16 bit data.
Register
.Adder
Accumulator
AB
C
counter
Counter pulsa (4
bit synch.binary
counter) Bit placer
16 bit
d0
d1
d2
d9
d10
d11
.
.
.
e0 e1 e2 e3
20 bit
20 bit
R1
R12
0 19
MSB LSB
clock
Gambar 3. Arsitektur penjumlahan multioperand MSB

first bit [1]


Algoritma Perkalian Logaritmik Multioperand
Seperti telah disebutkan sebelumnya, metode ini adalah penggabungan dari kedua
metode yang telah dijelaskan pada subbab 2.1 dan 2.2. Jadi konsepnya adalah
melakukan perkalian untuk banyak operand dengan menggunakan menjumlahkan
nilai logaritmik dari tiap operand tersebut. Konsepnya didasarkan pada persamaan
(4) berikut ini:
Log2 (AxBx...xN) = Log2A+Log2B+...+Log2N (4) Jadi secara umum CPU hanya
akan melakukan proses penjumlahan untuk sejumlah operand. Namun untuk
mempercepat hasil penjumlahan maka proses penjumlahan yang digunakan bukan
penjumlahan yang konvensional, melainkan dengan menggunakan algoritma
penjumlahan mulai dari bit MSB sampai ke bit LSB.
Untuk mendapatkan hasil logaritmik basis 2 dari tiap operand dan
mengembalikannya ke bentuk asal akan digunakan sebuah look up table yang
didalamnya digabungkan dengan konsep segmentasi, sehingga komputer tidak
perlu melakukan proses komputasi untuk mencari nilai logaritmik dari suatu
operand tetapi hanya melihat ke dalam tabel lookup yang ada. Dengan demikian
waktu proses yang dilakukan tidak akan bertambah lama dengan proses untuk
mendapatkan nilai logaritmik dari tiap operand.
Arsitektur dari sistem ini dibatasi untuk operand 8 bit dan dapat melakukan
perkalian untuk 8 operand juga. Dengan kata lain operasi maksimum dari perkalian
yang dapat dilakukan adalah 2558
yang akan menghasilkan nilai
1.787810335x1019 atau antilog2 1. Untuk setiap isi register 1 sampai dengan 8
cocokkan dengan LUT nilai logaritmik basis 2 yang telah disediakan. Kemudian
ambil data dari LUT dan masukkan ke dalam register 9 sampai 16 untuk masingmasing operand. dari 63.9548275. Hal ini berarti maksimum bit data yang
dihasilkan dari perkalian 8 operand 8 bit dengan look up table adalah 13 bit,
dimana 6 bit awal untuk merepresentasikan bit MSB-nya terletak pada bit ke-n dan
7 bit sisanya langsung diletakkan dibelakang bit tersebut, namun untuk hasil yang
sebenarnya setelah dilakukan konversi ke LUT antilog adalah 64 bit data. Model
arsitektur untuk perkalian multioperand dengan fungsi logaritmik dan MSB first bit
dapat dilihat pada gambar 4.
Algoritma untuk perkalian 8 buah operand 8 bit adalah sebagai berikut :
2. Lakukan algoritma penjumlahan untuk multioperand dengan memulai dari bit
MSB seperti yang telah dijelaskan pada bagian 2.2. INTELLIGENT SYSTEMS AND
CONTROL SYSTEMS Seminar Nasional Soft Computing, Intelligent Systems and
Information Technology (SIIT 2005) 3-22
3. Hasil penjumlahan yang ada pada Accumulator dicocokkan dengan LUT
antilogaritmik basis 2 untuk mendapatkan nilai yang sebenarnya.
4. Data pada Accumulator dicocokkan pada LUT antilog2

untuk mendapatkan hasil yang sebenarnya.


Registers B .
.
.
Adder
Accumulator
AB
C
counter
Counter pulsa
(4 bit
synch.binary
counter)
Bit placer
10 bit
d0
d1
d2
d5
d6
d7
.
.
.
e0 e1 e2
13
bit
13 bit
R9
R16
0 12
MSB LSB
clock
Registers
A.
.
.
R1
R8
LUT A
(Log2)
LUT B
(Antilog2)

Register Hasil
64 bit
64 bit 10 bit
e3
Gambar 4. Model arsitektur perkalian multioperand
dengan fungsi logaritmik
Format untuk LUT-nya sendiri dapat dilihat pada gambar 5 dan gambar 6. Dan untuk
mendapatkan nilai-nilai seperti yang terdapat pada LUT digunakan metode
segmentasi. Dengan metode ini operand 8 bit dikonvert menjadi 10 bit, dimana 3
bit pertama merepresentasikan bit MSB sebagai nilai bilangan bulat dari hasil
logaritmik basis 2, dan 7 bit sisanya merepresentasikan nilai mantissanya.
00000000
00000001
00000010
00000011
00000100
11111101
11111110
11111111
11111100
11111011
000 0000000
000 1000000
001 0000000
001 1000000
010 0000000
111 1111011
111 1111100
111 1111101
111 1111110
111 1111111
10 bit
LUT A
(Log2)
Gambar 5. Look up table logaritmik basis 2
0000000000000 000000000000000016
64 bit = 16 digit hexa
0000000000001
0000000000010
0000000000011

1111111111101
1111111111110
1111111111111
1111111111100
000000000000000116
000000000000000216
000000000000000316
100000000000007C16
100000000000007D16
100000000000007E16
100000000000007F16
LUT B
(Antilog2)

Gambar 6. Look up table antilogaritmik basis 2

3. CONTOH DAN ANALISA KASUS


Berikut akan diberikan 2 contoh kasus perkalian berikut analisa perbandingan dari
kedua algoritma tersebut (konvensional dan logaritmik)
3.1 Kasus 1
Register R1R8: 1,2,3,4,5,2,1,1 (representasikan dalam biner)
R1 : 00000001 : Operand 1
R2 : 00000010 : Operand 2
R3 : 00000011 : Operand 3
R4 : 00000100 : Operand 4
R5 : 00000101 : Operand 5
R6 : 00000010 : Operand 6
R7 : 00000001 : Operand 7
R8 : 00000001 : Operand 8
Acc := R1 x R2 x R3 x R4 x R5 x R6 x R7 x R8
Register Hasil := Accumulator (Konvensional)
Look up table B (Logaritmik )
3.1.1 Perkalian konvensional
Tabel 1. Proses perkalian konvensional kasus 1
Langkah:Iterasi Operand
A Operand B Hasil Accumulator
1:8 00000001 00000010 00000010
2:8 00000010 00000011 00000110

3:8 00000110 00000100 00011000


4:8 00011000 00000101 01111000
5:8 01111000 00000010 11110000
6:8 11110000 00000001 11110000
7:8 11110000 00000001 11110000
INTELLIGENT SYSTEMS AND CONTROL SYSTEMS
Seminar Nasional Soft Computing, Intelligent Systems and Information Technology
(SIIT 2005)
3-23
3.1.2 Perkalian Multioperand Dengan Fungsi Logaritmik dan MSB First bit Adderr.
Tabel 2. Proses perkalian dengan fungsi logaritmik dan MSB fist bit adder kasus 1
Clock Operand
(A dan B)
Accumulator (B)
1
A:
B:
1000000000000
0000000000000
1000000000000
2
A:
B:
0100000000000
1000000000000
1100000000000
3
A:
B:
0010000000000
1100000000000
1110000000000
4
A:
B:
0001000000000
1110000000000
1111000000000
5
A:
B:
0000100000000
1111000000000

1111100000000
6
A:
B:
0000010000000
1111100000000
1111110000000
7
A:
B:
0000001000000
1111110000000
1111111000000
8
A:
B:
0000000100000
1111111000000
1111111100000
9
A:
B:
0000000010000
1111111100000
1111111110000
10
A:
B:
0000000001000
1111111110000
1111111111000
Hasil dari Accumulator belum dapat dipergunakan langsung tetapi harus dikonvert
terlebih dahulu ke
bentuk antilog-nya. Pada Accumulator terdapat 13 bit data : 0001111100000, dari
data ini dapat diketahui bahwa 6 bit pertama merepresentasikan bit MSB-nya, yaitu
bit ke-7, dan 6 bit sisanya diletakkan dibelakang bit MSB tersebut sehingga hasilnya
menjadi 11100000 = 22410
Langkah:
Iterasi
. Hasil perkalian yang sebenarnya adalah 240,
jadi ada selisih data yang disebut juga sebagai faktor
error.

3.2 Kasus 2
Reg R1R8: 255,255,255,255,255,255,255,255
R1 : 11111111 : Operand 1
R2 : 11111111 : Operand 2
R3 : 11111111 : Operand 3
R4 : 11111111 : Operand 4
R5 : 11111111 : Operand 5
R6 : 11111111 : Operand 6
R7 : 11111111 : Operand 7
R8 : 11111111 : Operand 8
Acc := R1 x R2 x R3 x R4 x R5 x R6 x R7 x R8
Register Hasil := Accumulator (Konvensional)
Look up table B (Logaritmik)

3.2.1 Perkalian Konvensional


Tabel 3. Proses perkalian konvensional kasus 2
Operand A Operand
B
Hasil Accumulator
1:8 11111111 11111111 1111111000000001
2:8 1111111000000001 11111111
11111101000000101
1111111
3:8
1111110100000010
11111111
11111111
11111100000001011
111110000000001
4:8
1111110000000101
1111110000000001
11111111
11111011000010011
11101100000010011
111111
5:8
1111101100001001
1111011000000100
11111111
11111111

11111010000011101
11011000000111011
11101000000001
6:8
1111101000001110
1110110000001110
1111101000000001
11111111
11111001000101001
10111010010001011
10101100000110111
11111
7:8
1111100100010100
1101110100100010
1110101100000110
11111111
11111111
11111000000110111
10010000100010111
00100000011011111
1100000000001
3.2.2 Perkalian Multioperand dengan Fungsi Logaritmik dan MSB First bit.
Tabel 4. Proses perkalian dengan fungsi logaritmik dan
MSB fist bit adder kasus 2
Clock Operand
(A dan B)
Accumulator (B)
1
A:
B:
0000000000000
0000000000000
0000000000000
2
A:
B:
0001000000000
0000000000000
0001000000000
3

A:
B:
0000110000000
0001000000000
0001110000000
4
A:
B:
0000001000000
0001110000000
0001111000000
5
A:
B:
0000000100000
0001111000000
0001111100000
6
A:
B:
0000000000000
0001111100000
0001111100000
7
A:
B:
0000000000000
0001111100000
0001111100000
8
A:
B:
0000000000000
0001111100000
0001111100000
9
A:
B:
0000000000000
0001111100000
0001111100000
10
A:
B:

0000000000000
0001111100000
0001111100000
Berdasarkan look up table, maka didapatkan hasilnya
adalah :
11111000000000000000000000000000000000000
00000000000000000000000=F80000000000000016
F80000000000000016 = 1787028332140612812810
Hasil yang sebenarnya adalah :
2558
= 17878103347812890625
INTELLIGENT SYSTEMS AND CONTROL SYSTEMS
Seminar Nasional Soft Computing, Intelligent Systems and Information Technology
(SIIT 2005)
3-24
3.3 Analisa Kasus
Berdasarkan kedua kasus yang diujikan, ternyata pada algoritma yang baru
didapatkan error (kesalahan) yang merupakan selisih dari nilai hasil komputasi
konvensional dengan algoritma yang baru. Semakin banyak operand dan semakin
besar data, maka kesalahan yang terjadi juga semakin besar. Untuk lama proses
yang dibutuhkan oleh komputasi perkalian yang dilakukan secara konvensional dan
logaritmik harus dihitung dengan melakukan semacam simulasi dengan suatu
program tertentu agar didapatkan hasil yang akurat.
Namun pada paper ini hanya diberikan suatu asumsi atau anggapan, yang
kemudian akan dipakai untuk
melakukan perhitungan lama proses perkalian yang dilakukan oleh kedua algoritma
tersebut.
Asumsi-asumsi yang digunakan sebagai dasar perhitungan adalah
sebagai berikut :
1. Waktu akses untuk mencari data pada LUT A dan B masing-masing adalah 1
clock cycle.
2. Waktu yang dibutuhkan untuk menghitung (melalui counter) tiap bit dari
operand adalah 1 clock cycle.
3. Waktu yang dibutuhkan untuk menjumlahkan 2 buah operand adalah 1 clock
cycle (algoritma baru).
4. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perkalian antara dua buah operand
pada algoritma perkalian konvensional adalah 8 clock cycle.
Berdasarkan asumsi-asumsi yang dikemukakan di atas, maka waktu yang
dibutuhkan dari setiap proses yang dilakukan oleh kedua algoritma tersebut dalam
melakukan perkalian 8 operan 8 bit adalah sebagai
berikut :
1. Algoritma perkalian konvensional: 8 x 8 = 64 clock cycle

2. Algoritma perkalian logaritmik dan MSB first bit


a. Waktu yang dibutuhkan untuk mengakses LUT A untuk mendapatkan nilai
logaritmik dari 8 operand adalah 8 x 1 = 8 clock cycle.
b. Waktu yang dibutuhkan untuk mengakses LUT B dan mendapatkan nilai antilog
dari 8 operand juga sebanyak 8 clock cycle.
c. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perhitungan dengan counter sebanyak
10 bit adalah 10 clock cycle.
d. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penjumlahan adalah 10 clock cycle.
Jadi total waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perkalian 8 operand dengan
algoritma ini adalah 36 clock cycle.
Berdasarkan hasil waktu yang didapatkan dari perbandingan kedua algoritma di
atas, ternyata algoritma yang baru membutuhkan waktu akses yang lebih singkat
bila dibandingkan dengan algoritma perkalian konvensional. Selain itu pada iterasi
ke-6 hasil dari Accumulator sudah dapat diambil dan dicocokkan ke LUT B untuk
mendapatkan hasilnya bila data tersebut sudah harus tersedia pada waktu itu.
Namun tentu saja, ada faktor error yang harus dipertimbangkan.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pemaparan ini adalah sebagai berikut:
1. Perkalian dengan menggunakan algoritma perkalian dengan logaritmik lebih
cepat dan efisien, karena
hanya membutuhkan proses penjumlahan.
2. Ada penambahan waktu untuk mendapatkan nilai logaritmik dan antilog dengan
mengakses ke LUT
yang telah tersedia.
3. Penggunaan LUT masih dapat dimungkinkan untuk operand dengan jumlah bit
data yang tidak terlalu
besar.
4. Pemakaian LUT dapat menghemat waktu akses untuk mendapatkan hasil
logaritmik dan antilog dibandingkan bila harus didapatkan dengan proses
komputasi.
5. Ada faktor error yang harus dipertimbangkan dalam algoritma perkaliam
multioperand dengan fungsi logaritmik dan MBS first bit ini.
4.2 Saran
Saran-saran yang dapat diberikan untuk pengembangan sistem ini adalah:
1. Model arsitektur yang diberikan dapat dikembangkan untuk N operand dengan n
bit data.
2. Bila tidak ingin memakan memori yang besar dapat digunakan proses komputasi
untuk mencari nilai

logaritmik dan antilogaritmik. Hal ini terutama dilakukan untuk operand dengan
jumlah data yang besar, karena untuk itu dibutuhkan look up table dengan
kapasitas yang besar pula.
3. Perbandingan dan analisis sebaiknya dilakukan dengan menggunakan software
tertentu untuk melakukan simulasi terhadap kedua algoritma tersebut dengan
berbagai kasus.
4. Algoritma ini akan lebih baik bila dikembangkan untuk melakukan error koreksi
dengan tujuan mengurangi error yang terjadi sehingga hasil yang didapat lebih
akurat.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Kuspriyanto, Kerlooza, Y.Y., Toward New Real Time Processor : The Multioperand
MSB-First Real-Time Adder, Proceedings of DSD2004 Euromicro Symposium on
Digital System Design, Rennes-France, IEEE Computer Society, 2004.
[2] S. Ramaswamy., R. Siferd, CMOS VLSI Implementation of A Digital Logarithmic
Multiplier, Proceedings of the
IEEE National Aerospace and Electronic
Conference, vol 1, pp 291-294, May 1996
[3] Kuspriyanto, Andrizal, Algoritma Perkalian Waktu Nyata Dengan Metoda MSB
Fist Bit-1 Process (MSB-P1).
[4] McLaren Duncan,Improved Mitchell-Based Logarithmic Multiplier for Low-power
DSP Applications, Sponsored by Cadence Design Systems Inc. And the
Engineering & Physycal Sciences Research Council (ESPRC)

Anda mungkin juga menyukai