A.
b) Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena kelainan kongenital
(malrotasi), inflamasi (Chrons disease, diverticulitis), neoplasma, traumatik, dan intususepsi.
c) Obstruksi menutup (intaluminal) yaitu penyebabnya dapat berada di dalam usus, misalnya
benda asing, batu empedu.
B.
Perubahan patofisiologi utama pada ileus obstruktif dapat di lihat pada bagan 1. Lumen usus
yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas (70% dari gas yang
ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium
dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna
setiap hari, tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat.
Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan
utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang cairan
ekstrasel yang mengakibatkan syokhipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan
perfusi jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan
penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek lokal
peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat
nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi
sistemik untuk menyebabkan bakteriemia.
Segera setelah timbulnya ileus obstruktif pada ileus obstruktif sederhana, distensi timbul tepat
di proksimal dan menyebabkan muntah refleks. Setelah mereda, peristaltik melawan
obstruksi dalam usaha mendorong isi usus melewatinya yang menyebabkan nyeri episodik
kram dengan masa relatif tanpa nyeri di antara episode. Gelombang peristaltik lebih sering
timbul setiap 3 sampai 5 menit di dalam jejunum dan setiap 10 menit di didalam ileum.
Aktivitas peristaltik mendorong udara dan cairan melalui gelung usus, yang menyebabkan
gambaran auskultasi khas terdengar dalam ileus obstruktif. Dengan berlanjutnya obstruksi,
maka aktivitas peristaltik menjadi lebih jarang dan akhirnya tidak ada.
Jika ileus obstruktif kontinu dan tidak diterapi, maka kemudian timbul muntah dan mulainya
tergantung atas tingkat obstruksi. Ileus obstruktif usus halus menyebabkan muntahnya lebih
dini dengan distensi usus relatif sedikit, disertai kehilangan air, natrium, klorida dan kalium,
kehilangan asam lambung dengan konsentrasi ion hidrogennya yang tinggi menyebabkan
alkalosis metabolik. Berbeda pada ileus obstruktif usus besar, muntah bisa muncul lebih
lambat (jika ada). Bila timbul, biasanya kehilangan isotonik dengan plasma. Kehilangan
berhubungan langsung dengan diameter tabung itu. Sehingga karena diameter kolon melebar
di dalam sekum, maka area ini yang biasanya pecah pertama.
Peritonitis septikemia
C.
Obstruksi usus yang sering ditemukan, tergantung pada umur pasien (Tabel 1). Pada
bayi/neonatus obstruksi usus disebabkan atresia ani, atresia pada usus halus , dan penyakit
Hirschsprung. Obstruksi pada anak-anak sering disebabkan oleh intususepsi, penyakit
Hirschsprung dan hernia strangulasi inguinalis kongenital. Pada orang dewasa, obstruksi usus
sering disebabkan tumor di dalam usus, perlengketan dinding usus, hernia strangulasi pada
kanalis inguinalis, femoralis ataupun umbilikalis dan penyakit Crohn. Obstruksi pada pasien
umur lanjut sering disebabkan karsinoma usus besar, divertikel, hernia strangulasi, tinja
membatu, perlengketan dinding usus dan volvulus.
Tabel 1. Penyebab Obstruksi Menurut Kelompok Umur
Kelompok umur
Bayi/neonates
Penyakit
Atresia,
Volvulus,
penyakit
Anak-anak
Hirschsprung
Intususepsi,
inguinalis,
Dewasa
hernia
strangulasi
kelainan
kongenital,
penyakit Hirschsprung
Neoplasma usus besar, adhesi, hernia
strangulasi inguinalis, femoralis dan
Orang tua
a. Perlengketan/Adhesi
Ileus karena adhesi umumnya tidak disertai strangulasi. Adhesi adalah pita-pita jaringan
fibrosa yang sering menyebabkan obstruksi usus halus pasca bedah setelah operasi abdomen.
Risiko terjadinya adhesi menimbulkan gejala obstruksi pada anak belum diteliti dengan baik,
tetapi sering terjadi pada 2-3% penderita setelah operasi abdomen. Sebagian besar obstruksi
disertai oleh adhesi dan dapat terjadi setiap waktu setelah minggu kedua pasca bedah. Adhesi
dapat berupa perlengketan yang bentuk tunggal maupun multiple (perlengketan yang lebih
dari satu) yang setempat maupun luas. Pada operasi, perlengketan dilepaskan dalam bentuk
pita. Pada operasi, perlengketan dilepaskan dan pita dipotong agar pasase usus pulih kembali.
Adhesi yang kambuhan akan menjadi masalah besar. Setelah berulang tiga kali, risiko
kambuh akan menjadi 50%. Pada kasus seperti ini, diadakan pendekatan konservatif sebab
walaupun pembedahan akan menberikan pasase, kemungkinan besar obstruksi usus akibat
adhesi akan kambuh dalam waktu singkat.
b. Hernia Inkarserata
Bila terdapat suatu defek pada dinding rongga perut, maka akibat tekanan intraabdominal
yang meninggi, suatu alat tubuh dapat terdorong keluar melalui defek itu. Misalnya :
sebagian lambung dapat terdesak keluar ke rongga perut melalui suatu defek pada diafragma
masuk ke dalam rongga dada. Hernia yang tidak tampak dari luar disebut internal hernia.
Ditemukan lebih banyak ekterna hernia, yaitu yang tampak dari luar seperti hernia
umbilical, hernia inguinal, dan hernia femoral.
Jika liang hernia cukup besar maka isi usus dapat didorong masuk lagi dan disebut reponibel,
jika tidak dapat masuk lagi disebut incarcerata. Pada keadaan ini terjadi bendungan
pembuluh-pembuluh darah yang disebut dengan strangulasi. Akibat gangguan sirkulasi darah
akan terjadi kematian jaringan setempat yang disebut infark. Hernia yang menunjukkan
strangulasi pembuluh darah dan tanda-tanda incarcerata akan menimbulkan gejala-gejala
ileus.
c. Pankreas anulare
Pankreas anulare menyebabkan obstruksi usus halus di duodenum bagian duodenum bagian
kedua. Gejala dan tanda sama seperti pada atresia atau malrotasi usus. Pankreas anulare
merupakan kelainan kongenital yang jarang ditemukan. Penyakit ini disebabkan oleh
kelainan pada perkembangan bakal pankreas sehingga tonjolan dorsal dan ventral melingkari
duodenum bagian kedua akibat tidak lengkapnya pergeseran bagian ventral. Keadaan ini
menyebabkan obstruksi duodenum dan kadang disertai atresia juga. Penyakit ini pada
awalnya sering tidak ditemukan gejala dan baru ditemukan pada saat dewasa.
d. Invaginasi
Disebut juga intussusceptio. Biasanya pada anak, bagian oral (proksimal) usus menerobos
masuk ke dalam rongga bagian anal (distal) seperti suatu teleskop. Ada beberapa jenis
bergantung pada lokasinya :
d.1. enterika : usus halus masuk ke dalam usus halus
d.2. entero-colics : ileum masuk ke dalam coecum atau colon, jenis ini paling sering
ditemukan
d.3. colica : usus besar masuk ke dalam usus besar
d.4. prolapsus ani : rektum keluar melalui anus
Bagian
dalam
disebut
intussusceptium,
sedang
bagian
luar
yang
melingkarinya
e. Volvulus
Volvulus di usus halus agak jarang ditemukan. Disebut pula dengan torsi dan merupakan
pemutaran usus dengan mesenterium sebagai poros. Usus melilit/memutar sampai 180-360
derajat. Volvulus dapat disebabkan oleh mesentrium yang terlalu panjang, yang merupakan
kelainan kongenital pada usus halus, pada obstisipasi yang menahun, terutama pada sigmoid,
pada hernia inkarcerata, usus dalam kantong hernia menunjukkan tanda-tanda torsi; pada
tumor dalam dinding usus atau tumor dalam mesentrium. Akibat volvulus terjadi gejalagejala strangulasi pembuluh darah dengan infark dan gejala-gejala ileus.
f. Kelainan kongenital
Setiap cacat bawaan pada usus berupa stenosis atau atresia dari sebagian saluran cerna akan
menyebabkan obstruksi setelah bayi mulai menyusui. Kelainan-kelainan ini disebabkan oleh
tidak sempurnanya kanalisasi saluran pencernaan dalam perkembangan embrional dan
keadaan ini dapat terjadi pada usus dimana saja. Atresi ialah buntu sama sekali dengan tandatanda obstruksi total sedangkan stenosis hanya merupakan penyempitan dengan gejala-gejala
obstruksi yang tidak total.
g. Atresia usus
Gangguan pasase usus yang kongenital dapat berbentuk stenosis dan atresia, yang dapat
disebabkan oleh kegagalan rekanalisasi pada waktu janin berusia 6-7 minggu. Kelainan
bawaan ini dapat juga disebabkan oleh gangguan aliran darah lokal pada sebahagian dinding
usus akibat desakan, invaginasi, volvulus, jepitan, atau perforasi usus masa janin. Daerah
usus yang tersering mengalaminya adalah usus halus. Stenosis dapat juga terjadi karena
penekanan, misalnya oleh pankreas anulare dan dapat berupa atresia.
h. Radang kronik
Setiap radang kronik, terutama morbus Crohn, dapat menyebabkan obstruksi karena udem,
hipertrofi, dan fibrosis yang biasanya terjadi pada penyakit kronik.
i. Askariasis
Kebanyakan cacing askariasis hidup di usus halus bagian jejunum. Obstruksi usus oleh
cacing askariasis paling sering ditemukan pada anak karena hygiene kurang sehingga
infestasi cacing terjadi berulang-ulang dan usus halus pada anak-anak lebih sempit daripada
usus halus orang dewasa sedangkan ukuran cacing sama besar. Obstruksi umumnya
disebabkan oleh suatu gumpalan padat yang terdiri dari sisa makanan dan puluhan ekor
cacing yang mati akibat pemberian obat cacing.
j. Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus, kecuali jika ia menimbulkan
invaginasi. Kebanyakan tumor jinak di usus halus tidak menimbulkan gangguan yang berarti
selama hidup. Kadang-kadang gejalanya tidak jelas atau tidak khas, sehingga kelainan tidak
terdeteksi kecuali apabila ada penyulit. Tumor usus halus dapat menimbulkan komplikasi,
pendarahan, dan obstruksi. Obstruksi dapat disebabkan oleh tumornya sendiri ataupun secara
tidak langsung oleh invaginasi.
dinding usus atau terjadinya kelainan inervasi usus, yang dimulai dari anus dan meluas ke
proksimal. Gejala-gejala klinis penyakit Hirschsprung biasanya mulai pada saat lahir dengan
terlambatnya pengeluaran tinja (mekonium). Kegagalan mengeluarkan tinja menyebabkan
dilatasi bagian proksimal usus besar dan perut menjadi kembung. Karena usus besar melebar,
tekanan di dalam lumen meningkat, mengakibatkan aliran darah menurun dan perintang
mukosa terganggu Statis memungkinkan proliferasi bakteri, sehingga dapat menyebabkan
enterokolitis (Clostridium difficile dan Staphlococcos aureus) dengan disertai sepsis dan
tanda-tanda obstruksi usus besar.
n. Bezoar
Istilah bezoar merupakan suatu akumulasi benda-benda asing eksogen di dalam lambung atau
usus yang merupakan penyebab ileus obstruktif pada usus halus. Bezoar dibedakan menurut
komposisinya. Laktobezoar mengandung kasein atau kalsium yang tinggi. Laktobezoar
ditemukan pada bayi-bayi prematur yang mengkonsumsi susu formula bayi yang kaya
kasein/kalsium. Phytobezoar adalah jenis yang paling umum dari bezoar yang merupakan
akumulasi serat sayur-sayuran dan buah-buahan yang tidak dapat dicerna. Phytobezoar terdiri
dari selulosa, tanin, dan lignin yang di cerna pada saat mengkonsumsi makanan.
D.
Manifestasi Klinis
1. Obstruksi sederhana
Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak, yang jarang
menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri abdomen bervariasi dan
sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas. Obstruksi bagian tengah
atau distal menyebabkan kejang di daerah periumbilikal atau nyeri yang sulit dijelaskan
lokasinya. Kejang hilang timbul dengan adanya fase bebas keluhan. Muntah akan timbul
kemudian, waktunya bervariasi tergantung sumbatan. Semakin distal sumbatan, maka muntah
yang dihasilkan semakin fekulen. Obstipasi selalu terjadi terutama pada obstruksi komplit.
Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi akibat
kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam. Distensi abdomen
dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal dan semakin jelas pada sumbatan di
daerah distal. Peristaltik usus yang mengalami dilatasi dapat dilihat pada pasien yang kurus.
Bising usus yang meningkat dan metabolic sound dapat didengar sesuai dengan timbulnya
nyeri pada obstruksi di daerah distal.
2. Obstruksi disertai proses strangulasi
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan nyeri hebat. Hal
yang perlu diperhatikan adalah adanya bekas operasi atau hernia. Bila dijumpai tanda-tanda
strangulasi berupa nyeri iskemik dimana nyeri yang sangat hebat, menetap dan tidak
menyurut, maka dilakukan tindakan operasi segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.
3. Obstruksi pada kolon
Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat sumbatan biasanya
terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus menunjukkan adanya iskemia atau
peritonitis. Borborygmus dapat keras dan timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau
obstipasi adalah gambaran umum obstruksi komplit. Muntah lebih sering terjadi pada
penyumbatan usus besar. Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal
mampu mencegah refluks. Bila akibat refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus, akan
tampak gangguan pada usus halus. Muntah fekal akan terjadi kemudian. Pada keadaan
valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan sering mengakibatkan perforasi sekum
karena tekanannya paling tinggi dan dindingnya yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis akan
menunjukkan distensi abdomen dan timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien yang
kurus, dan akan terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan terabanya
massa menunjukkan adanya strangulasi.
Tabel 2. Karakteristik Ileus Paralitik, Pseudo-Obstruksi, dan Ileus Obstruksi
Ileus Paralitik
sakit perut,
Pseudo-obstruksi
nyeri kram perut,
Ileus Obstruksi
nyeri kram perut,
kembung, mual,
konstipasi,
konstipasi, obstipasi,
muntah,
obstipasi, mual,
Temuan
konstipasi
Silent abdomen,
muntah, anoreksia
Borborygmi,
Borborygmi, timpani,
Pemeriksaan
kembung,
timpani,
gelombang peristaltik,
Fisik
timpani
gelombang
peristaltik, bising
nyeri terlokalisasi
Gejala
hipoaktif, distensi,
Gambaran
dilatasi usus
nyeri terlokalisasi
dilatasi usus besar
Bow-shaped loops in
Radiografi
yang terlokalisir,
ladder pattern,
diafragma
diafragma
meninggi
meninggi
E.
Komplikasi
Strangulasi menjadi penyebab dari kebanyakan kasus kematian akibat ileus obstruktif. Isi
lumen usus merupakan campuran bakteri yang mematikan, hasil-hasil produksi bakteri,
jaringan nekrotik dan darah. Usus yang mengalami perforasi mungkin mengalami perforasi
dan menggeluarkan materi tersebut ke dalam rongga peritoneum yang menyebabkan
peritonis. Tetapi meskipun usus tidak mengalami perforasi, bakteri dapat melintasi usus yang
permeable tersebut dan masuk ke dalam sirkulasi tubuh melalui cairan getah bening dan
mengakibatkan syok septic. Komplikasi lain yang dapat timbul antara lain syok hipovolemia,
abses, pneumonia aspirasi dari proses muntah dan dapat menyebabkan kematian.
F.
Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya mempertahankan orang yang agar tetap
sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Pencegahan primer berarti mencegah
terjadinya ileus obstruktif. Upaya pencegahan ini dimaksudkan untuk mengadakan
pencegahan pada masyarakat. Pencegahan primer yang dilakukan antara lain :
a. Bergaya hidup sehat dengan cara menjaga diri dan lingkungannya
b. Dengan meningkatkan asupan makanan bergizi yang meningkatkan daya tahan tubuh
c. Diet Serat
Berbagai penelitian telah melaporkan hubungan antara konsumsi serat dan insidens timbulnya
berbagai macam penyakit. Hasil penelitian membuktikan bahwa diet tinggi serat mempunyai
efek proteksi untuk kejadian penyakit saluran pencernaan.
d. Untuk membantu mencegah kanker kolorektal, makan diet seimbang rendah lemak dengan
banyak sayur dan buah, tidak merokok, dan segera untuk skrining kanker kolorektal setahun
sekali setelah usia 50 tahun.
e. Untuk mencegah hernia, hindari angkat berat, yang meningkatkan tekanan di dalam perut
dan mungkin memaksa satu bagian dari usus untuk menonjol melalui daerah rentan dinding
perut Anda.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder yang dapat dilakukan terhadap ileus obstruktif adalah dengan cara
mendeteksi secara dini, dan mengadakan penatalaksanaan medik untuk mengatasi akibat fatal
ileus obstruktif. Cara mendeteksi secara dini ileus obstruktif adalah dengan melakukan
pemeriksaan. Pemeriksaan yang dilakukan adalah:
a. Pemeriksaan Fisik
Gambaran fisik pasien yang menderita ileus obstruktif bervariasi dan tergantung kapan
dilakukan pemeriksaan. Jika pemeriksaan dilakukan beberapa jam atau sehari setelah
mulainya obstruksi mekanik sederhana, maka akan terbukti beberapa gejala-gejala ileus.
Tetapi jika dibiarkan lewat beberapa hari, maka tanda tambahan akan bermanifestasi. Alasan
ini didasarkan atas respon patofisiologi terhadap ileus obstruktif. Gambaran pertama dalam
pemeriksaan pasien yang dicurigai menderita ileus obstruktif merupakan adanya tanda
generalisasi dehidrasi, yang mencakup kehilangan turgor kulit maupun mulut dan lidah
kering. Karena lebih banyak cairan disekuestrasi ke dalam lumen usus, maka bisa timbul
demam, takikardia dan penurunan tekanan dalam darah. Dalam pemeriksaan abdomen
diperhatikan kemunculan distensi, parut abdomen (yang menggambarkan perlekatan pasca
bedah), hernia dan massa abdomen. Pada pasien yang kurus bukti gelombang peristaltik
terlihat pada dinding abdomen dan dapat berkorelasi dengan nyeri kolik. Tanda demikian
menunjukkan obstruksi strangulata. Gambaran klasik dalam mekanik sederhana adalah
adanya episodik gemerincing logam bernada tinggi dan bergelora (rush) pada waktu
penderita dalam kondisi tenang. Gelora tersebut bersamaan dengan nyeri kolik. Pada
obstruksi strangulata tidak ditemukan tanda ini.
Bagian akhir yang diharuskan dari pemeriksaan adalah pemeriksaan rektum dan pelvis.
Apabila dalam pemeriksaan ini ditemukan tumor serta adanya feses di dalam kubah rektum
menggambarkan terjadinya obstruksi di proksimal. Jika darah makroskopik ditemukan di
dalam rektum, maka sangat mungkin bahwa obstruksi didasarkan atas lesi intrinsik di dalam
usus.
b. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan sinar-X dan foto abdomen yang tegak dan berbaring sangat bermanfaat dalam
mendiagnosa ileus obstruktif. Jika penderita tidak dapat duduk selama 15 menit, maka posisi
dekubitus lateral kiri dapat dilakukan untuk foto abdomen.
Adanya gelung usus yang terdistensi dengan batas udara-cairan dalam pola anak tangga pada
foto tegak menggambarkan bahwa penderita menderita ileus obstruktif. Hal ini karena fakta
bahwa udara biasanya tidak terlihat pada usus halus dan hanya terbukti pada usus yang
terdistensi. Informasi dari foto juga dikumpulkan sebagai bahan diagnosa. Pada foto
abdomen, gelung usus berbeda pada usus halus dan kolon. Usus halus ditandai dengan
posisinya yang berada di dalam abdomen sentral dan adanya valvulae conniventes yang
muncul sebagai garis yang melintasi keseluruhan lebar lumen. Kolon teridentifikasi dengan
posisinya di sekeliling abdomen dan dibatasi oleh adanya tanda haustra yang hanya sebagian
melintasi diameter lumen.
Pada obstruksi mekanik sederhana lanjut pada usus halus, tak ada gas yang terlihat di dalam
kolon. Obstruksi kolon dengan valva ileocaecalis kompeten, maka distensi gas dalam kolon
merupakan satu-satunya gambaran penting. Jika valva ileocaecalis inkompeten, maka distensi
usus halus dan kolon ada. Pada obstruksi strangulasi, perjalanan klinik lebih cepat dan harus
segera dilakukan pemeriksaan. Distensi usus (jika ada) pada obstruksi strangulasi lebih
sedikit dibandingkan pada obstruksi mekanis sederhana.
c. Pemeriksaan Penunjang
c.1. HB (hemoglobin), PCV (volume sel yang ditempati sel darah merah) : meningkat akibat
dehidrasi
c.2. Leukosit : normal atau sedikit meningkat ureum + elektrolit, ureum meningkat, Na+ dan
Cl- rendah.
c.3. Rontgen toraks : diafragma meninggi akibat distensi abdomen
a. Usus halus (lengkung sentral, distribusi nonanatomis, bayangan valvula connives melintasi
seluruh lebar usus) atau obstruksi besar (distribusi perifer/bayangan haustra tidak terlihat di
seluruh lebar usus)
b. mencari penyebab (pola khas dari volvulus, hernia, dll)
c.4. Enema kontras tunggal (pemeriksaan radiografi menggunakan suspensi barium sulfat
sebagai media kontras pada usus besar) : untuk melihat tempat dan penyebab.
c.5. CT Scan pada usus halus : mencari tempat dan penyebab, sigmoidoskopi untuk
menunjukkan tempat obstruksi.30
ii. Operasi
a. Usus halus
Operasi dapat dimulai setelah pasien telah diredidrasi kembali dan organ-organ vital telah
dapat berfungsi dengan normal. Kalau obstruksi disebabkan karena hernia skrotalis, maka
daerah tersebut harus disayat. Perincian operatif tergantung pada penyebab obstruksi.
Perlengketan/ adhesi dilepaskan atau bagian yang mengalami obstruksi dibuang, usus yang
mengalami strangulasi harus dipotong.
b. Usus besar
Pada usus besar, operasi terdiri dari proses sesostomi dekompresi atau hanya kolostomi
tranversal pada pasien yang sudah lanjut usia, pasien dengan obstruksi terjadi di daerah
sekum, maka bagian tersebut akan dipotong, biasanya disertai anastomosis primer. Kanker
pada kolon sebelah kiri dan anastomosis yang mengakibatkan obstruksi pada pasien juga
akan dipotong dan disertai anastomosis juga.
3. Pencegahan Tersier