LAPORAN KASUS
Tanggal
: 18 Oktober 2016
Kesadaran
: Compos Mentis
Frekuensi nadi
: 100x/menit
Frekuensi nafas
: 20x/menit
B. STATUS THT
Pemeriksaan telinga
Pemeriksaan
Daun Telinga
Dinding Liang
Telinga
Komponen
Bentuk telinga
Dextra
Normal
Sinistra
Normal
luar
Daun telinga
Retroaurikuler
Radang
Nyeri Tarik
Nyeri Tekan
Normotia
Normal
-
Normotia
Normal
-
Tragus
Lapang
Warna
Hiperemis
Edema
Massa
Serumen
Lapang
Merah
-
Lapang
Merah muda
-
Sekret
Warna
Jumlah
Konsistensi
Kuning
Banyak
Kental
Kuning
Banyak
Kental
Membran
Timpani
Tidak utuh
Tes Garpu
Warna
Reflex Cahaya
Bulging
Retraksi
Perforasi
Rinne (256 Hz)
Rinne (512 Hz)
Rinne ( 1024
Tala
Hz)
Weber
Schwabach
Tes berbisik
Kesimpulan
Audiogram
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Pemeriksaan Hidung
Pemeriksaan
Hidung
Komponen
Bentuk Hidung
Deformitas
Nyeri Tekan
Dahi
Pipi
Krepitasi
Dextra
Sinistra
Normal
Sinus Paranasal
Inspeksi
Dextra
-
Sinistra
-
Rinoskopi Anterior
Pemeriksaan
Dextra
Vestibulum
Sinistra
Lapang
Lapang
Konka Inferior
Konka Media
Tidak terlihat
Tidak terlihat
Meatus Nasi
Kavum Nasi
Tidak Hiperemis
Tidak Hiperemis
Sekret
Septum
Konka Superior
Mukosa
Kelainan
Simetris/Tidak
Warna
Dextra
Simetris
Merah muda
Sinistra
Simetris
Merah muda
dan
Arkus faring
Edema
Permukaan
Faring
Tonsil
Peritonsil
Lidah
Bercak/eksudat
Warna
Permukaan
Ukuran
Merah muda
Licin
T1
Merah muda
Licin
T1
Warna
Permukaan
Muara kripta
Merah muda
Licin
Tidak
Merah muda
Licin
Tidak
Detritus
Eksudat
Perlengketan
Melebar
-
Melebar
-
dengan pilar
Warna
Edema
Abses
Warna
Bentuk
Massa
Merah muda
Merah muda
Normal
-
Merah muda
Merah muda
Normal
-
Keterangan
Tidak dinilai
Tidak dinilai
Tidak dinilai
Tidak dinilai
Tidak dinilai
Tidak dinilai
Tidak dinilai
bulan yang lalu. Pasien mengeluh pendengaran telinga kanan dan kiri berkurang sejak
1 bulan yang lalu, semakin lama semakin parah. Kedua telinga sekarang terasa sangat
gatal tapi tidak sakit sejak 1 bulan yang lalu. Pasien sering menderita batuk pilek
berulang sebelumnya. Pada pemeriksaan otoskop ditemukan, dinding liang telinga
kanan dan kiri hiperemis dengan sekret dan serumen di kedua telinga. Membran
timpani tidak dapat dinilai karena tertutup oleh sekret yang sangat aktif. Pada
pemeriksaan rinoskopi anterior tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan rinoskopi
posterior dan laringoskopi indirek tidak dilakukan karena pasien tidak kooperatif.
IV. DIAGNOSIS KERJA
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) tipe benigna AD AS
V. DIAGNOSIS BANDING
Otitis Media Supuratif Kronis Maligna :
Ad vitam
: Bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Otitis media supuratif kronis (OMSK) dahulu disebut otitis media perforata (OMP)
atau dalam sehari-hari sering disebut congek. Yang disebut otitis media supuratif
kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar
dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul, sekret mungkin encer atau
kental(1)
Perforasi membrana timpani dapat disebabkan perubahan tekanan mendadak
barotrauma, trauma ledakan, atau karena adanya benda asing dalam liang telinga
( aplikator berujung kapas, ujung pena, klip kertas, dll.) Gejala nya antara lain nyeri,
sekret berdarah dan gangguan pendengaran (suara-suara terdengar seperti saya
sedang berada dalam tong)
Kejadian OMSK dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain suku bangsa,
jenis kelamin, tingkat sosioekonomi, keadaan gizi, dan kekerapan mengalami infeksi
saluran pernapasan atas (ISPA/ batuk pilek). ISPA yang tidak tertanggulangi dengan
baik dapat menyebabkan peradangan di telinga tengah (otitis media). Pada keadaan
peradangan tidak teratasi sacara tuntas, daya tahan yang lemah, atau keganasan
kuman yang tinggi (virulensi kuman), peradangan telinga tengah dapat berlanjut
manjadi_OMSK.
OMSK terdiri atas OMSK tipe aman dan tipe bahaya. Kedua tipe ini dapat
bersifat aktif(keluar cairan) atau tidak aktif (kering). Penatalaksanaan OMSK dapat
berupa pengobatan atau operasi. Tujuan operasi pada OMSK tipe bahaya terutama
untuk mencegah komplikasi. Gejala OMSK adalah keluar cairan dari telinga yang
berulang, lebih dari 2 bulan, cairan kental, dan berbau. Komplikasi yang dapat
disebabkan oleh OMSK adalah komplikasi ketulian, kelumpuhan saraf wajah, serta
penyebaran infeksi ke otak (7,5%) hingga kematian yang disebabkan oleh OMSK tipe
bahaya (33%). Gejala-gejala komplikasi infeksi otak yang disebabkan oleh OMSK
antara lain sakit kepala hebat, demam, mual, muntah, dan penurunan kesadaran.(8)
Definisi(7)
Otitis media supuratif kronik (OMSK) ialah infeksi kronis di telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah
terus-menerus atau hilang timbul, sekret dapat encer atau kental, bening atau
berupa nanah. Otitis media supuratif kronis merusak jaringan lunak pada telinga
tengah dapat juga merusak tulang dikarenakan terbentuknya jaringan patologik
sehingga sedikit sekali / tidak pernah terjadi resolusi spontan.Otitis media
supuratif kronis terbagi antara benigna dan maligna, maligna karena terbentuknya
kolesteatom yaitu epitel skuamosa yang bersifat osteolitik. Penyakit OMSK ini
biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita datang dengan gejala-gejala
penyakit yang sudah lengkap dan morbiditas penyakit telinga tengah kronis ini
dapat berganda, gangguan pertama berhubungan dengan infeksi telinga tengah
yang terus menerus (hilang timbul) dan gangguan kedua adalah kehilangan fungsi
pendengaran yang disebabkan kerusakan mekanisme hantaran suara dan
kerusakan konka karena toksisitas atau perluasan infeksi langsung.
1.2 Epidemiologi(7)
Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan penyakit infeksi telinga yang
memiliki prevalensi tinggi dan menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Di
negara berkembang dan negara maju prevalensi OMSK berkisar antara 1-46%,
dengan prevalensi tertinggi terjadi pada populasi di Eskimo (12-46%), sedangkan
prevalensi terendah terdapat pada populasi di Amerika dan Inggris kurang dari
Proteus
mirabilis
Sedangkan
OMSK
tanpa
(58,5%),
kolesteatoma
sedangkan Pseudomonas
kuman
aerob
yang
(31,5%).
tersering
OMSK
adalah Escherichia
coli, Aspergillus,
Streptococcus
influenzae,
serta
beberapa
Micrococcus
jenis
virus.
Diantara
1.4
Klasifikasi(8)
OMSK dibagi menjadi 2 tipe, yaitu benigna dan maligna.
1. Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman = tipe rhinogen
Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan
gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa faktor
lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi
saluran nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien
dengan daya tahan tubuh yang rendah, disamping itu campuran bakteri aerob dan
anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel
skuamous. Sekret mukoid kronis berhubungan dengan hiperplasia goblet sel,
metaplasia dari mukosa telinga tengah pada tipe respirasi dan mukosiliar yang
jelek. Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas:
1.1.
Penyakit aktif
Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh
perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah berenang
dimana kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid
sampai mukopurulen. Ukuran perforasi bervariasi dari sebesar jarum sampai
10
perforasi subtotal pada pars tensa. Jarang ditemukan polip yang besar pada liang
telinga luas. Perluasan infeksi ke sel-sel mastoid mengakibatkan penyebaran yang
luas dan penyakit mukosa yang menetap harus dicurigai bila tindakankonservatif
gagal untuk mengontrol infeksi, atau jika granulasi pada mesotimpanum dengan
atau tanpa migrasi sekunder dari kulit, dimana kadang-kadang adanya sekret yang
berpulsasi diatas kuadran posterosuperior.
1.2.
Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa
telinga tengahyang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan.
Gejala lain yang dijumpai sepertivertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam
telinga. Faktor predisposisi pada penyakit tubotimpani :
1.Infeksi saluran nafas yang berulang, alergi hidung, rhinosinusitis kronis.
2.Pembesaran adenoid pada anak, tonsilitis kronis.
3.Mandi dan berenang, mengkorek telinga dengan alat yang terkontaminasi.
4.Malnutrisi dan hipogammaglobulinemia.
5.Otitis media supuratif akut yang berulang.
Pada tipe aman/ mukosa/ benign tidak ditemukan adanya kolesteatoma, hanya
terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang. Letak perforasi
terutama pada bagian sentral , umumnya jarang menimbulkan komplikasi yang
berbahaya.
Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang
Pada OMSK tipe maligna/ atikoantral/ ganas/ tidak aman/ tipe tulang ini
ditemukan adanya kolesteatoma dan berbahaya. Perforasi pada OMSK tipe bahaya
letaknya di marginal atau atik, kadang-kadang dengan perforasi subtotal dengan
kolesteatoma. Penyakit atikoantral lebih sering mengenai pars flaksida dan
khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi yangmana bertumpuknya keratin
sampai menghasilkan kolesteatoma. Kolesteatoma adalah suatu kistaepitelial yang
berisi deskuamasi epitel (keratin). Kolesteatoma dapat dibagi atas 2 tipe yaitu :
a.
Kolesteatoma kongenital
Kriteria untuk mendiagnosa kolesteatoma kongenital, menurut Derlaki dan
Clemis (1965) adalah :
11
1. Perforasi sentral
Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-superior.
Seluruhtepi perforasi masih mengandung sisa membran timpani. Perforasi ini
biasa terjadi padaOMSK tipe benigna.
2. Perforasi marginal
Terdapat pada pinggir membran tympani dengan adanya erosi dari anulus
fibrosus. Perforasimarginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total.
Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatoma. Dapat
ditemukan pada pasien denganOMSK tipe maligna.
12
3. Perforasi atik
Terjadi pada pars flaksida, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma.
Dapat ditemukan pada pasien dengan OMSK tipe maligna.
1.5_Patofisiologi(1)
Otitis media supuratif kronik sering merupakan penyakit kambuhan daripada
menetap. Keadaan kronik ini lebih berdasarkan waktu dan stadium daripada
berdasarkan keseragaman gambaran patologi. Ketidakseragaman ini disebabkan
karena proses peradangan yang menetap atau kambuhan ini ditambah dengan efek
kerusakan jaringan, penyembuhan dan pembentukan jaringan parut. Secara umum
gambaran yang ditemukan adalah :
1. Terdapat perforasi membran timpani di bagian sentral. Ukuranya dapat
bervariasi mulai dari 20% luas membran timpani sampai seluruh membran dan
terkenanya bagian-bagian dari anulus.
2. Mukosa bervariasi sesuai stadium penyakit. Dalam periode tenang akan
tampak normal kecuali bila infeksi telah menyababkan penebalan atau
metaplasia mukosa menjadi epitel transisional.
3. Tulang-tulang pendengaran dapat rusak atau tidak, tergantung pada beratnya
infeksi sebelumnya. Biasanya prosesus longus inkus telah mengalami nekrosis
karena penyakit trombotik pembuluh darah mukosa yang memperdarahi inkus
ini. Nekrosis lebih jarang mengenai maleus dan stapes, kecuali kalau terjadi
pertumbuhan skuamosa secara sekunder kearah dalam, sehingga arkus stapes
dan lengan maleus dapat rusak. Proses ini bukan disebabkan oleh osteomielitis
tetapi disebabkan oleh terbentuknya enzim osteolitik atau kolagenase dalam
jaringan ikat subepitel
Bentuk otitis media akut yang berat juga dapat mengakibatkan terjadinya daerah
daerah osteitis atau osteomielitis dinding atau septa mastoid. Lama kelamaan akan
menyebabkan keluarnya cairan purulen, bau yang terus menerus atau sekuestrasi
tulang.
1.6_Diagnosis(4)
13
Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan THT terutama
pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan penala merupakan pemeriksaan sederhana
untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran. Untuk mengetahui jenis dan
derajat gangguan pendengaran dapat dilakukan pemeriksaan audiometri nada
murni, audiometri tutur (speech audiometry) dan pemeriksaan BERA (brainstem
evoked response audiometry) bagi pasien/anak yang tidak kooperatif dengan
pemeriksaan audiometri nada murni.
Pemeriksaan penunjang lain berupa foto rontgen mastoid serta kultur dan uji
resistensi kuman dari sekret telinga.
1.7 Terapi (5)
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-ulang.
Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara
lain disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu (1) adanya perforasi
membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah berhubungan dengan
dunia luar, (2) terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus
paranasal, (3) sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga
mastoid, dan (4) gizi dan higiene yang kurang.
Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah konservatif atau dengan medikamentosa.
Bila secket yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga,
berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah secret berkurang, maka terapi
dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika
dan kortikosteroid. Banyak ahli berpendapat bahwa semua obat tetes yang dijual
di pasaran saat ini mengandung antibiotika yang ototoksik. Oleh sebab itu penulis
menganjurkan agar obat tetes telinga jangan diberikan secara terus menerus
selama 1 atau 2 minggu atau pada OMSK yang sudah tenang. Secara oral
diberikan antibiotika dari golongan ampisilin, atau eritromisin, (bila pasien alergi
terhadap penisilin), sebelum hasil tes resistensi diterima. Pada infeksi yang
dicurigai karena penyebabnya telah resisten terhadap ampisilin dapat diberikan
ampisilin asam klavulanat.
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2
bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini
14
15
BAB III
DISKUSI
16
BAB V
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Ballenger JJ. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher. Edisi 13.
Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara. 1997. P392-5
2. Damayanti S, Retno W. Sumbatan Hidung. Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher edisi keenam.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. p 10-13.
3. Figure Of Ear. Available from:
http://fisiologikedokteran.files.wordpress.com/2009/11/anato
my_ear3.gif Accessed on: June 20, 2012
4. Endang M, Damajanti S, Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher edisi keenam. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. p 69-70.
5. Endang M, Retno W, Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Leher edisi keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2007. p 71-72.
6. Otitis Media Supuratif Kronik. Updated December 7, 2007. Available from :
http://ketulian.com/v1/web/index.php?to=article&id=13 Accessed on: June
20, 2012
7. Tinjauan OMSK. Available from : http://www.scribd.com/doc/48785845/CaseReport-Session-OMSK-Tipe-Benigna Accessed on: June 20, 2012
8. OMSK. Available from: http://www.scribd.com/doc/60032661/OMSK
18
19