Anda di halaman 1dari 19

BAB I

LAPORAN KASUS
Tanggal

: 18 Oktober 2016

No. Registrasi : 01.09.01.201600070922.001


I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. P
Umur
: 2 tahun
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Suku
: Jawa
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. P. Tidore, Kec. Way Halim, Kota Bandar Lampung
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis pada tanggal 18 Oktober 2016 pukul
10.50 WIB di ruang poli RSUD Abdul Moeloek
Keluhan Utama :
Keluar cairan dari telinga kanan dan kiri sejak 1 bulan yang lalu
Keluhan Tambahan :
- Pendengaran telinga kanan dan kiri berkurang sejak 1 bulan yang lalu.
- Telinga kanan dan kiri sekarang terasa sangat gatal tapi tidak sakit sejak 1 bulan
yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Os datang ke poli THT RSUD Abdul Moeloek dengan keluhan pada telinga kanan dan
kiri keluar cairan berwarna kuning kental dan tidak berbau. Pada kedua telinga
mengalami pendengaran berkurang yang dirasakan sejak kurang lebih satu bulan yang
lalu. Pada kedua telinga, Os juga mengaku sering terasa sangat gatal tapi tidak terasa
sakit.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Os mengaku belum pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya. Os sering


menderita batuk pilek sebelumnya. Os menyangkal memiliki riwayat penyakit asma
dan alergi.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
Keadaan umum

: Tampak sakit ringan

Kesadaran

: Compos Mentis

Frekuensi nadi

: 100x/menit

Frekuensi nafas

: 20x/menit

B. STATUS THT
Pemeriksaan telinga
Pemeriksaan

Daun Telinga

Dinding Liang
Telinga

Komponen
Bentuk telinga

Dextra
Normal

Sinistra
Normal

luar
Daun telinga
Retroaurikuler
Radang
Nyeri Tarik
Nyeri Tekan

Normotia
Normal
-

Normotia
Normal
-

Tragus
Lapang
Warna
Hiperemis
Edema
Massa
Serumen

Lapang
Merah
-

Lapang
Merah muda
-

Sekret

Warna
Jumlah
Konsistensi

Kuning
Banyak
Kental

Kuning
Banyak
Kental

Membran
Timpani

Tidak utuh

Tes Garpu

Warna
Reflex Cahaya
Bulging
Retraksi
Perforasi
Rinne (256 Hz)
Rinne (512 Hz)

Tidak dilakukan Tidak dilakukan


Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Rinne ( 1024

Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tala
Hz)
Weber
Schwabach
Tes berbisik
Kesimpulan
Audiogram

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Pemeriksaan Hidung
Pemeriksaan

Hidung

Komponen
Bentuk Hidung
Deformitas
Nyeri Tekan
Dahi
Pipi
Krepitasi

Dextra

Sinistra
Normal

Sinus Paranasal

Inspeksi

: Tidak ada tanda radang, trauma, sikatrik, massa


Pemeriksaan
Nyeri tekan
Nyeri ketuk

Dextra
-

Sinistra
-

Rinoskopi Anterior
Pemeriksaan

Dextra

Vestibulum

Sinistra
Lapang

Lapang

Konka Inferior

Eutrofi, tidak hiperemis

Eutrofi, tidak hiperemis

Konka Media

Eutrofi, tidak hiperemis

Eutrofi, tidak hiperemis

Tidak terlihat

Tidak terlihat

Meatus Nasi

Tidak Ada Kelainan

Tidak Ada Kelainan

Kavum Nasi

Tidak Ada Kelainan

Tidak Ada Kelainan

Tidak Hiperemis

Tidak Hiperemis

Sekret

Septum

Tidak Ada Deviasi

Tidak Ada Deviasi

Konka Superior

Mukosa

Rinoskopi Posterior: Tidak dilakukan karena pasien tidak kooperatif


Transiluminasi: Tidak dilakukan

Pemeriksaan Orofaring dan Mulut


Pemeriksaan
Palatum mole

Kelainan
Simetris/Tidak
Warna

Dextra
Simetris
Merah muda

Sinistra
Simetris
Merah muda

dan
Arkus faring

Edema

Permukaan
Faring

Tonsil

Peritonsil

Lidah

Bercak/eksudat
Warna
Permukaan
Ukuran

Merah muda
Licin
T1

Merah muda
Licin
T1

Warna
Permukaan
Muara kripta

Merah muda
Licin
Tidak

Merah muda
Licin
Tidak

Detritus
Eksudat
Perlengketan

Melebar
-

Melebar
-

dengan pilar
Warna
Edema
Abses
Warna
Bentuk
Massa

Merah muda
Merah muda
Normal
-

Merah muda
Merah muda
Normal
-

Pemeriksaan Laring ( Laringoskopi indirek)


Pemeriksaan Laringoskopi Indirek tidak dilakukan.
Pemeriksaan
Epiglotis
Aritenoid
Ventrikular band
Plica vocalis
Subglotis
Sinus Piriformis
Valekula

Keterangan
Tidak dinilai
Tidak dinilai
Tidak dinilai
Tidak dinilai
Tidak dinilai
Tidak dinilai
Tidak dinilai

Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher: Tidak terdapat pembesaran KGB


daerah coli
RESUME
Seorang pasien anak berusia 2 tahun datang ke poli THT RSUD Abdul Moeloek
dengan keluhan telinga kanan dan kiri mengeluarkan cairan kuning kental sejak 1
5

bulan yang lalu. Pasien mengeluh pendengaran telinga kanan dan kiri berkurang sejak
1 bulan yang lalu, semakin lama semakin parah. Kedua telinga sekarang terasa sangat
gatal tapi tidak sakit sejak 1 bulan yang lalu. Pasien sering menderita batuk pilek
berulang sebelumnya. Pada pemeriksaan otoskop ditemukan, dinding liang telinga
kanan dan kiri hiperemis dengan sekret dan serumen di kedua telinga. Membran
timpani tidak dapat dinilai karena tertutup oleh sekret yang sangat aktif. Pada
pemeriksaan rinoskopi anterior tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan rinoskopi
posterior dan laringoskopi indirek tidak dilakukan karena pasien tidak kooperatif.
IV. DIAGNOSIS KERJA
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) tipe benigna AD AS
V. DIAGNOSIS BANDING
Otitis Media Supuratif Kronis Maligna :

VI. RENCANA PENGOBATAN


Non Medikamentosa :
- Konsumsi obat secara teratur
- Menjaga higiene telinga
- Tidak mengorek-ngorek telinga secara sembarangan
- Menjaga agar lubang telinga tidak kemasukan air
Medikamentosa
Irigasi dengan larutan fisiologis
R/ H2O2 3%; 3 x 4 tetes/hari ADS
R/ Amoxicilin syrup; 3 x 1 sendok takar
R/ Paracetamol syrup ; 3 x 1 sendok takar
VII. RENCANA PEMERIKSAAN LANJUTAN
- Kultur sekret telinga dan uji resistensi obat (bila perlu)
VIII. PROGNOSIS
6

Ad vitam

: Bonam

Ad sanationam : Dubia ad Malam


Ad fungtionam : Dubia ad Malam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Otitis media supuratif kronis (OMSK) dahulu disebut otitis media perforata (OMP)
atau dalam sehari-hari sering disebut congek. Yang disebut otitis media supuratif
kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar
dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul, sekret mungkin encer atau
kental(1)
Perforasi membrana timpani dapat disebabkan perubahan tekanan mendadak
barotrauma, trauma ledakan, atau karena adanya benda asing dalam liang telinga
( aplikator berujung kapas, ujung pena, klip kertas, dll.) Gejala nya antara lain nyeri,
sekret berdarah dan gangguan pendengaran (suara-suara terdengar seperti saya
sedang berada dalam tong)
Kejadian OMSK dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain suku bangsa,
jenis kelamin, tingkat sosioekonomi, keadaan gizi, dan kekerapan mengalami infeksi
saluran pernapasan atas (ISPA/ batuk pilek). ISPA yang tidak tertanggulangi dengan
baik dapat menyebabkan peradangan di telinga tengah (otitis media). Pada keadaan
peradangan tidak teratasi sacara tuntas, daya tahan yang lemah, atau keganasan
kuman yang tinggi (virulensi kuman), peradangan telinga tengah dapat berlanjut
manjadi_OMSK.
OMSK terdiri atas OMSK tipe aman dan tipe bahaya. Kedua tipe ini dapat

bersifat aktif(keluar cairan) atau tidak aktif (kering). Penatalaksanaan OMSK dapat
berupa pengobatan atau operasi. Tujuan operasi pada OMSK tipe bahaya terutama
untuk mencegah komplikasi. Gejala OMSK adalah keluar cairan dari telinga yang
berulang, lebih dari 2 bulan, cairan kental, dan berbau. Komplikasi yang dapat
disebabkan oleh OMSK adalah komplikasi ketulian, kelumpuhan saraf wajah, serta
penyebaran infeksi ke otak (7,5%) hingga kematian yang disebabkan oleh OMSK tipe
bahaya (33%). Gejala-gejala komplikasi infeksi otak yang disebabkan oleh OMSK
antara lain sakit kepala hebat, demam, mual, muntah, dan penurunan kesadaran.(8)

I. OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK


1.1

Definisi(7)
Otitis media supuratif kronik (OMSK) ialah infeksi kronis di telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah
terus-menerus atau hilang timbul, sekret dapat encer atau kental, bening atau
berupa nanah. Otitis media supuratif kronis merusak jaringan lunak pada telinga
tengah dapat juga merusak tulang dikarenakan terbentuknya jaringan patologik
sehingga sedikit sekali / tidak pernah terjadi resolusi spontan.Otitis media
supuratif kronis terbagi antara benigna dan maligna, maligna karena terbentuknya
kolesteatom yaitu epitel skuamosa yang bersifat osteolitik. Penyakit OMSK ini
biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita datang dengan gejala-gejala
penyakit yang sudah lengkap dan morbiditas penyakit telinga tengah kronis ini
dapat berganda, gangguan pertama berhubungan dengan infeksi telinga tengah
yang terus menerus (hilang timbul) dan gangguan kedua adalah kehilangan fungsi
pendengaran yang disebabkan kerusakan mekanisme hantaran suara dan
kerusakan konka karena toksisitas atau perluasan infeksi langsung.

1.2 Epidemiologi(7)
Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan penyakit infeksi telinga yang
memiliki prevalensi tinggi dan menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Di
negara berkembang dan negara maju prevalensi OMSK berkisar antara 1-46%,
dengan prevalensi tertinggi terjadi pada populasi di Eskimo (12-46%), sedangkan
prevalensi terendah terdapat pada populasi di Amerika dan Inggris kurang dari

1%. Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran,


Depkes tahun 1993-1996 prevalensi OMSK adalah 3,1% populasi. Usia terbanyak
penderita infeksi telinga tengah adalah usia 7-18 tahun, dan penyakit telinga
tengah terbanyak adalah OMSK.
1.3Etiologi
Infeksi kronis telinga tengah cenderung disertai sekret purulen. Proses infeksi ini
seringdisebabkan oleh infeksi campuran mikroorganisme aerobik dan anaerobik
yang multiresisten terhadap standar yang ada saat ini dan berasal dari meatus
acusticus externus, kadang berasaldari nasofaring melalui tuba Eustachius saat
infeksi saluran nafas atas.Hasil penelitian di bagian THT FKUI/RSCM ditemukan
kuman OMSK dengan kolesteatoma dari operasi radikal mastoidektomi. Di
RSCM dari Januari sampai April 1996 didapat kuman aerob yang paling sering
ditemukan

Proteus

mirabilis

Sedangkan

OMSK

tanpa

(58,5%),

kolesteatoma

sedangkan Pseudomonas
kuman

aerob

yang

(31,5%).
tersering

adalah Pseudomonas aeruginosa (22,46%), Staphylococcus (16,33%). Namun


secara umum,kuman penyebab yang sering dijumpai pada OMSK di Indonesia
ialah Pseudomonas aeruginosa sekitar 50%, Proteus sp (Proteus mirabilis) 20%
dan Staphylococcus aureus 25%. Mikroorganisme lain yang juga dapat
menyebabkan

OMSK

adalah Escherichia

coli, Aspergillus,

Streptococcus

haemolyticus, Pneumococcus, Streptococcus pyogenes,Klebsiella sp,Bacteroides


fragilis,Haemophilus
catarrhalis,Clostridium perfringens

influenzae,
serta

beberapa

Micrococcus
jenis

virus.

Diantara

mikroorganisme tersebut, Pseudomonas aeruginosa yang paling dicurigai


menyebabkan destruksi progresif dari telinga tengah dan mastoid.
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif
menjadi kronis sangat majemuk, antara lain(1):
1. Gangguan fungsi tuba Eustachius yang kronis akibat:
-Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang
Penyebab terbesar otitis media supuratif kronis adalah infeksi campuran
bakteri darimeatus auditoris eksternal , kadang berasal dari nasofaring melalui
tuba eustachius saat infeksisaluran nafas atas. Organisme-organisme dari

meatus auditoris eksternal termasuk Staphylococcus, Pseudomonas


aeruginosa, B.proteus, B.coli dan Aspergillus. Organisme darinasofaring
diantaranya Streptococcus viridans(Streptococcus A hemolitikus,Streptococcus
Bhemolitikus)dan Pneumococcus.
-Obstruksi anatomik tuba Eustachius parsial atau total.
2. Perforasi membran timpani yang menetap.
3. Terjadinya metaplasia skuamosa atau perubahan patologik menetap lainnya
pada telinga tengah.
4. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid. Hal ini
dapat disebabkan oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan
granulasi atau timpanosklerosis.
5. Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di
mastoid.
6. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan
mekanisme pertahanan utuh.

1.4

Klasifikasi(8)
OMSK dibagi menjadi 2 tipe, yaitu benigna dan maligna.
1. Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman = tipe rhinogen
Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan
gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa faktor
lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi
saluran nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien
dengan daya tahan tubuh yang rendah, disamping itu campuran bakteri aerob dan
anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel
skuamous. Sekret mukoid kronis berhubungan dengan hiperplasia goblet sel,
metaplasia dari mukosa telinga tengah pada tipe respirasi dan mukosiliar yang
jelek. Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas:
1.1.

Penyakit aktif

Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh
perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah berenang
dimana kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid
sampai mukopurulen. Ukuran perforasi bervariasi dari sebesar jarum sampai

10

perforasi subtotal pada pars tensa. Jarang ditemukan polip yang besar pada liang
telinga luas. Perluasan infeksi ke sel-sel mastoid mengakibatkan penyebaran yang
luas dan penyakit mukosa yang menetap harus dicurigai bila tindakankonservatif
gagal untuk mengontrol infeksi, atau jika granulasi pada mesotimpanum dengan
atau tanpa migrasi sekunder dari kulit, dimana kadang-kadang adanya sekret yang
berpulsasi diatas kuadran posterosuperior.

1.2.

Penyakit tidak aktif

Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa
telinga tengahyang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan.
Gejala lain yang dijumpai sepertivertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam
telinga. Faktor predisposisi pada penyakit tubotimpani :
1.Infeksi saluran nafas yang berulang, alergi hidung, rhinosinusitis kronis.
2.Pembesaran adenoid pada anak, tonsilitis kronis.
3.Mandi dan berenang, mengkorek telinga dengan alat yang terkontaminasi.
4.Malnutrisi dan hipogammaglobulinemia.
5.Otitis media supuratif akut yang berulang.
Pada tipe aman/ mukosa/ benign tidak ditemukan adanya kolesteatoma, hanya
terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang. Letak perforasi
terutama pada bagian sentral , umumnya jarang menimbulkan komplikasi yang
berbahaya.
Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang
Pada OMSK tipe maligna/ atikoantral/ ganas/ tidak aman/ tipe tulang ini
ditemukan adanya kolesteatoma dan berbahaya. Perforasi pada OMSK tipe bahaya
letaknya di marginal atau atik, kadang-kadang dengan perforasi subtotal dengan
kolesteatoma. Penyakit atikoantral lebih sering mengenai pars flaksida dan
khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi yangmana bertumpuknya keratin
sampai menghasilkan kolesteatoma. Kolesteatoma adalah suatu kistaepitelial yang
berisi deskuamasi epitel (keratin). Kolesteatoma dapat dibagi atas 2 tipe yaitu :
a.

Kolesteatoma kongenital
Kriteria untuk mendiagnosa kolesteatoma kongenital, menurut Derlaki dan
Clemis (1965) adalah :
11

1. Berkembang dibelakang dari membran tympani yang masih utuh.


2. Tidak ada riwayat otitis media sebelumnya.
3. Pada mulanya dari jaringan embrional dari epitel skuamous atau dari epitel
undiferentialyang berubah menjadi epitel skuamous selama perkembangan.
Kongenital kolesteatoma lebih sering ditemukan pada telinga tengah
atau tulang temporal, umumnya pada apeks petrosa. Dapat menyebabkan
parese fasialis, tuli saraf beratunilateral, dan gangguan keseimbangan.
b. Kolesteatoma didapat
1. Primary acquired cholesteatoma.
Kolesteatoma yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membran
timpani. Kolesteatoma timbul akibat terjadinya proses invaginasi dari
membran timpani terutama terjadi pada daerah atik atau pars flaksida
karena adanya tekanan negatif di telinga tengah akibat gangguan fungsi
tuba.
2. Secondary acquired cholesteatoma.
Berkembang dari suatu kantong retraksi yang disebabkan peradangan
kronis biasanya bagian posterosuperior dari pars tensa. Khasnya perforasi
marginal pada bagian posterosuperior. Terbentuknya dari epitel kanal
aurikula eksterna yang masuk ke kavum timpani melalui perforasi
membran tympani atau kantong retraksi membran timpani pars tensa.(1)
Berdasarkan letak perforasi, terdapat 3 tipe perforasi membran tympani, yaitu:

1. Perforasi sentral
Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-superior.
Seluruhtepi perforasi masih mengandung sisa membran timpani. Perforasi ini
biasa terjadi padaOMSK tipe benigna.
2. Perforasi marginal
Terdapat pada pinggir membran tympani dengan adanya erosi dari anulus
fibrosus. Perforasimarginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total.
Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatoma. Dapat
ditemukan pada pasien denganOMSK tipe maligna.

12

3. Perforasi atik
Terjadi pada pars flaksida, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma.
Dapat ditemukan pada pasien dengan OMSK tipe maligna.
1.5_Patofisiologi(1)
Otitis media supuratif kronik sering merupakan penyakit kambuhan daripada
menetap. Keadaan kronik ini lebih berdasarkan waktu dan stadium daripada
berdasarkan keseragaman gambaran patologi. Ketidakseragaman ini disebabkan
karena proses peradangan yang menetap atau kambuhan ini ditambah dengan efek
kerusakan jaringan, penyembuhan dan pembentukan jaringan parut. Secara umum
gambaran yang ditemukan adalah :
1. Terdapat perforasi membran timpani di bagian sentral. Ukuranya dapat
bervariasi mulai dari 20% luas membran timpani sampai seluruh membran dan
terkenanya bagian-bagian dari anulus.
2. Mukosa bervariasi sesuai stadium penyakit. Dalam periode tenang akan
tampak normal kecuali bila infeksi telah menyababkan penebalan atau
metaplasia mukosa menjadi epitel transisional.
3. Tulang-tulang pendengaran dapat rusak atau tidak, tergantung pada beratnya
infeksi sebelumnya. Biasanya prosesus longus inkus telah mengalami nekrosis
karena penyakit trombotik pembuluh darah mukosa yang memperdarahi inkus
ini. Nekrosis lebih jarang mengenai maleus dan stapes, kecuali kalau terjadi
pertumbuhan skuamosa secara sekunder kearah dalam, sehingga arkus stapes
dan lengan maleus dapat rusak. Proses ini bukan disebabkan oleh osteomielitis
tetapi disebabkan oleh terbentuknya enzim osteolitik atau kolagenase dalam
jaringan ikat subepitel
Bentuk otitis media akut yang berat juga dapat mengakibatkan terjadinya daerah
daerah osteitis atau osteomielitis dinding atau septa mastoid. Lama kelamaan akan
menyebabkan keluarnya cairan purulen, bau yang terus menerus atau sekuestrasi
tulang.
1.6_Diagnosis(4)

13

Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan THT terutama
pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan penala merupakan pemeriksaan sederhana
untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran. Untuk mengetahui jenis dan
derajat gangguan pendengaran dapat dilakukan pemeriksaan audiometri nada
murni, audiometri tutur (speech audiometry) dan pemeriksaan BERA (brainstem
evoked response audiometry) bagi pasien/anak yang tidak kooperatif dengan
pemeriksaan audiometri nada murni.
Pemeriksaan penunjang lain berupa foto rontgen mastoid serta kultur dan uji
resistensi kuman dari sekret telinga.
1.7 Terapi (5)
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-ulang.
Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara
lain disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu (1) adanya perforasi
membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah berhubungan dengan
dunia luar, (2) terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus
paranasal, (3) sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga
mastoid, dan (4) gizi dan higiene yang kurang.
Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah konservatif atau dengan medikamentosa.
Bila secket yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga,
berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah secret berkurang, maka terapi
dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika
dan kortikosteroid. Banyak ahli berpendapat bahwa semua obat tetes yang dijual
di pasaran saat ini mengandung antibiotika yang ototoksik. Oleh sebab itu penulis
menganjurkan agar obat tetes telinga jangan diberikan secara terus menerus
selama 1 atau 2 minggu atau pada OMSK yang sudah tenang. Secara oral
diberikan antibiotika dari golongan ampisilin, atau eritromisin, (bila pasien alergi
terhadap penisilin), sebelum hasil tes resistensi diterima. Pada infeksi yang
dicurigai karena penyebabnya telah resisten terhadap ampisilin dapat diberikan
ampisilin asam klavulanat.
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2
bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini

14

bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran


timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan
pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadinya
infeksi berulang maka, sumber infeksi tersebut harus diobati terlebih dahulu.
Mungkin juga perlu dilakukan pembedahan misalnya adenoidektomi atau
tonsilektomi. Prinsip terapi OMSK tipe bahaya, maka terapi yang tepat ialah
dengan melakukan mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi
konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara
sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler,
maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum mastoidektomi
1.8 Prognosis(9)
Pasien dengan OMSK mempunyai prognosis yang baik bila mempunyai
respek untuk mengontrol infeksi. Penyembuhan yang berhubungan dengan
kehilangan pendengaran bervariasi tergantung pada sebabnya. Conductive hearing
loss sering dapat diperbaiki sebagian dengan pembedahan. Tujuan dari
penatalaksanaan adalah untuk menyediakan telinga yang aman bagi pasien.
Banyak morbiditas OMSK datang dari yang berhubungan dengan conductive
hearing loss dan stigma sosial atas sering keluarnya cairan berbau busuk dari
telinga yang terkena. Mortalitas OMSK meningkat dari yang berhubungan dengan
komplikasi intrakranial. OMSK sendiri bukan penyakit yang fatal. Meskipun
beberapa penelitian melaporkan kehilangan pendengaran sensorineural sebagai
komplikasi dari OMSK.

15

BAB III
DISKUSI

Dalam kasus di atas kita mendapatkan bahwa penyakit Otitis Media


Supuratif Kronik (OMSK) yang dikeluhkan oleh pasien disebabkan karena pasien
sering mengalami batuk pilek yang berulang sebelum muncul keluhan keluar cairan
dari kedua telinga. Selain itu, dari hasil aanamnesis An. P mengaku pendengaran
telinga kanan dan kiri pasien mulai berkurang, semakin lama semakin parah.
Untuk mengkonfirmasi gangguan fungsi pendengaran An. P ini terjadi akibat
adanya gangguan atau hambatan konduksi gelombang suara pada telinga luar dan
telinga tengah yang diakibatkan menumpuknya sekret pada kedua telinga. Pada
pemeriksaan otoskop ditemukan, dinding liang telinga kanan dan kiri hiperemis
dengan sekret dan serumen di kedua telinga. Inspeksi membran timpani tidak dapat
dilakukan.

16

BAB V
KESIMPULAN

Setelah kami melaporkan kasus Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)


dengan penurunan fungsi pendengaran ini, dapat disimpulkan bahwa salah satu
penyebab paling sering dari penyakit ini adalah infeksi yang bisa diakibatkan oleh
beberapa faktor seperti higiene telinga yang buruk, riwayat kebiasaan mengorekngorek telinga, sistem imunitas tubuh yang rendah, dan terapi yang terlambat atau
tidak adekuat.
Pada bentuk penyakit OMSK yang lebih berat, komplikasi penyakit ini bisa
bermanifestasi di telinga tengah dalam bentuk perforasi membran timpani persisten
dan erosi tulang pendengaran. Akibat infeksi telinga tengah hampir selalu berupa tuli
konduktif. Pada membran timpani yang masih utuh, tetapi rangkaian tulang
pendengaran terputus, akan menyebabkan tuli konduktif yang berat. Biasanya derajat
tuli konduktif tidak selalu berhubungan dengan penyakitnya sebab jaringan patologis
yang terdapat di kavum timpani pun dapat menghantar suara ke telinga dalam. Di
telinga dalam bisa bermanifestasi dalam bentuk fistula labirin dan tuli sensorineural.
Sedangkan komplikasi terberat bisa bermanifestasi ke susunan saraf pusat seperti
meningitis, abses otak, sampai meningoensefalitis. Oleh karena itu, diagnosis dini dan
terapi yang efektif serta adekuat merupakan suatu keharusan untuk mencegah
komplikasi penyakit ini dan kesembuhan bagi pasien itu sendiri.

17

DAFTAR PUSTAKA

1. Ballenger JJ. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher. Edisi 13.
Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara. 1997. P392-5
2. Damayanti S, Retno W. Sumbatan Hidung. Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher edisi keenam.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. p 10-13.
3. Figure Of Ear. Available from:
http://fisiologikedokteran.files.wordpress.com/2009/11/anato
my_ear3.gif Accessed on: June 20, 2012
4. Endang M, Damajanti S, Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher edisi keenam. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. p 69-70.
5. Endang M, Retno W, Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Leher edisi keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2007. p 71-72.
6. Otitis Media Supuratif Kronik. Updated December 7, 2007. Available from :
http://ketulian.com/v1/web/index.php?to=article&id=13 Accessed on: June
20, 2012
7. Tinjauan OMSK. Available from : http://www.scribd.com/doc/48785845/CaseReport-Session-OMSK-Tipe-Benigna Accessed on: June 20, 2012
8. OMSK. Available from: http://www.scribd.com/doc/60032661/OMSK
18

Accessed on: June 20, 2012


9. Parry D. Chronic Suppurative Otitis Media. Updated October 13, 2011. Available
from:http://emedicine.medscape.com/article/859501overview. Accessed on: June 20, 2012.

19

Anda mungkin juga menyukai