Anda di halaman 1dari 4

Masalah-masalah umum dalam merujuk

Dokter dapat merujuk pasien ke bagian nerupsikologi atas berbagai macam


alasan, termasuk diagnosis banding, skoring khusus, rencana pengobatan, serta
meminta opini atas penyebab dan kemampuan pasien untuk mengambil keputusan.
Karena banyak dokter dan tenaga kesehatan belum memiliki cukup pengalaman dan
pengetahuan tentang kasus-kasus neuropsikologi, maka pentinglah bagis seorang ahli
neuropsikologi untuk aktif mempromosikan dan menjelaskan masalahmasalahtersebut diatas kepada dokter yang merawat pasien dan kesulitan dalam
melaksanakan konsultasi pada pasien-pasien dengan masalah neuropsikologi.
Diagnosis Banding
Layaknya prosedur diagnosis pada umumnya, diagnosis masalah-masalah
neuropsikologi harus didasari oleh fakta-fakta penting yang merupakan hasil
daripemeriksaan neuropsikologi terhadap pasien. Banyak gangguan syaraf dan jiwa
yang memiliki gejala-gejala mirip yang dikumpulkan dalam suatu blok gangguan
tertentu, dengan keluhan gangguan pada konsentrasi serta memori ingatan sebagai
keluhan dan gejala yang paling sering muncul di bidang neuropsikologi.
Perubahan fungsi kognitif yang berhubungan dengan usia atau stress
Banyak orang pada usia paruh baya dan lebih tua mengeluhkan gangguan pada
konsentrasi dan kemampuan memori atau ingatan, serta dengan bertambahnya
pengetahuan masyarakat luas mengenai penyakit khusus yang menyangkut ingatan
seperti Alzheimer, maka bertambah juga jumlah masyarakat yang ingin berobat dan
mendapatkan evaluasi khusus menyangkut masalah ingatan yang dikeluhkannya
tersebut. Pemeriksaan dan evaluasi neuropsikologi dapat memberikan gambaran yang
objektif terhadap bermacam macam aspek yang menyangkut memori dan konsentrasi
yang dapat membantu pasien yang sebetulnya dalam kondisi sehat namun merasa
dirinya mengidap penyakit yang menggangu memori dan konsetrasi nya. Pemeriksaan
neuropsikologi juga dapat mendeteksi gangguan suasana perasaan serta gangguan
cemas yang dapat ber efek pada kemampuan fungsi kognitif, dan membantu pasienpasien yang magalami gangguan tersebut.
Cedera kepala (otak) ringan
Cedera kepala diklasifikasikan menjadi tiga, yakni cedera kepala ringan,
sedang, dan berat. Pada umumnya kasus yang akan di rujuk untuk dilakukan evaluasi
neuropsikologi adalah pasien dengan cedera kepala ringan. Pasien-pasien dengan
cedera kepala ringan umumnya mengeluhkan adanya gangguan dalam ber
konstentrasi, ingatan serta memori yang terganggu, gangguan mood dan perasaan
serta nyeri pada kepala dan sekitarnya yang dapat bertahan hingga beberapa bulan
setelah kejadian. Penmeriksaan neuropsikologi memegang peranan yang penting
dalam menilai seberapa jauh defek kognitif yang timbul serta seberapa jauh faktor
psikologis berperan dalam defek kognitif tersebut.
Seorang dokter ahli neuropsikologi juga harus sadar betul bahwa kebanyakan
pasien yang mengalami cedera kepala ringan, khususnya akibat kecelakaan atau
tindak kriminal, terlibat dalam suatu sengketa yang berhubungan hukum, dalam hal
ini tindak pidana maupun perdata. Hal ini menyebabkan ahli neuropsikologi harus

tanggap dalam mendeteksi adanya malingering pada pasien. Keadaan ini penting
terutama bila keluhan subjektif tidak sebanding dengan hasil pemeriksaan objektif
yang didapatkan akibat cedera kepala ringan
Sindroma Pasca Stroke
Setelah melewati fase akut dari stroke, banyak pasien yang akan tetap
memiliki gejala sisa dari stroke. Gejala sisa ini dapat berefek pada memori,
kemampuan berbahasa, kemampuan sensorik/ motorik, serta mood atau perasaan.
Neuropsikologi dapat membantu mengidentifikasi daerah mana yang masih dapat
berfungsi optimal pada pasien sehingga rehabilitasi tambahan dapat terprogram
dengan tepat.
Deteksi Demensia Dini
Kondisi-kondisi yang dapat membutuhkan perhatian khusus dalam bidang
neuropsikologi yang membutuhkan deteksi dini pengobatan segera adalah defek
kognitif akibat infeksi HIV serta normopressure hidrocephalus. Ketika masalah
memori dan konsentrasi pasien lebih dirasakan dan dikeluhkan oleh lingkungan
sekitar pasien dibanding oleh pasien itu sendiri, maka kemungkinan yang terjadi
adalah masalah neurologi. Penilaian damn mpemeriksaan neuropsikologi, bersamaan
dengan anamnesis menyangkut riwayang penyakit sekarang dan riwayat penyakit
terdahulu dapat membantu dokter untuk membedakan adanya demensia dini atau
defek kognitif normal akibat degenerasi. Pemeriksaan neuropsikologi juga dapat
membantu untuk menentukan apakah pasien sudah perlu diberikan pengobatan
medikamentosa atas gangguan memori dan konsentrasi yang dikeluhkannya.
Perbedaan Demensia dan Depresi
Beberapa pasien dengan gangguan depresi berat dapat menunjukan defek
fungsi kognitif yang cukup berat, selain masalah atensi serta melambannya proses
pikir dan asosiasi. Dengan mempelajari gambaran dari gangguan kognitif,
pemeriksaan neuropsikologi dapat mengidentifikasi sindroma demensia yang terkait
dengan gangguan depresi yang sering juga disebut pseudodemensia. Gejala yang
bercampur juga sering muncul dimana gejala depresi muncul bersama dengan
penurunan fungsi kognitif yang mengeksaserbasi efek penurunan kognitif yang hanya
dapat timbul akibat masalah neurologis yang berdiri sendiri.
Penilaian Kemampuan Mengambil Keputusan
Ahli neuropsikologi sering diminta untuk menilai kapasitas serta kemampuan
pasien dalam mengambil dan menentukan keputusan yang rasional. Penilaian
neuropsikologis dapat berguna pada kasus-kasus demikian dengan mengidentifikasi
area-area mana saja yang menjadi masalah pada pasien serta area mana yang masih
dapat berfungsi optimal. Kesimpulan mengenai kemampuan pengambilan keputusan
jarang hanya berdasarkan atas penilaian neuropsikologi semata, namun sangat
bergantung dengan hasil wawancara klinis dengan pasien dan lingkungan sekitar
pasien, serta observasi langsung seperti kunjungan ke rumah.

Standar untuk kapasitas dalam membuat keputusan biasanya


ditentukan oleh hukum atau norma yang berlaku dan penentuan
kompetensi mutlak bergantung pada ahli yang menilai sebelumnya.
Namun, ahli neuropsikologi dan tenaga professional medis lain
dapat menjadi peran penting dalam membentuk opini ahli yang
menilai dengan cara memberikan opini professional yang didukung
dengan data-data yang valid. Penilaian kapasitas dalam membuat
keputusan sebaiknya meliputi area seperti membuat keputusan
dalam hal keuangan dan hal-hal yang berhubungan dengan hukum,
masalah kesehatan dan pengobatan, kemampuan untuk hidup
independen. Selain itu dapat juga meliputi hal-hal yang lebih rumit
seperti kemampuan untuk menyetir, bekerja, atau bekerja secara
professional di bidang tertentu. Penilaian penting juga untuk
didasarkan pada norma setempat dan juga data-data demografis
pasien.
Pendekatan untuk Penilaian Neuropsikologis
Penilaian neuropsikologis meliputi penilaian kemampuan dalam hal
konsentrasi dan atensi, memori, bahasa, kemapuan spasial,
kempuan motorik dan sensorik, serta status emosional. Hasil
penilaian seorang ahli neuropsikologis adalah data-data terintegrasi
yang didapat dari beragam sumber termasuk di dalamnya riwayat
pasien, keadaan klinis dan beberapa skor tes-tes tertentu yang
menggambarkan data neuropsikologis.
1. Battery Approach
Tes yang dipakai adalah Halsted-Reitan Neuropsychological
Test Battery (HRNTB) atau Neuropsychological Assessment
Battery (NAB), pendekatan ini meliputi beragam tes yang
menguji kemampuan kognitif dan juga kemapuan sensoris dan
motoris. Tes ini berguna untuk mengidentifikasi masalah yang
belum diutarakan oleh pasien dan yang tidak bisa
diperkirakan hanya berdasarkan riwayat medis. Namun tes ini
memiliki kelemahan yakni sangat memakan waktu.
2. Hypothesis Testing Approach
Tes yang dipakai adalah Boston Process Approach oleh Edith
Kaplan dan koleganya. Tes ini mengevaluasi secara detil area
fungsi yang sesuai dengan complain pasien dan area yang
diprediksi memiliki gangguan. Pendekatan ini memiliki
kelebihan dalam mengidentifikasi area yang memiliki
gangguan dan menghasilkan deskripsi yang detil mengenai
kekurangan dari sisi kognitif, namun memiliki kekurangan
dalam mendeteksi area yang kemungkinan mengalami
kerusakan.
3. Screening Approaches
Pendekatan ini lebih fleksibel dan efisien. Pada tahap awal
pendekatan ini dilakukan prosedur penyaringan yang dapat

memutuskan apakah diagnosis dapat ditegakkan dengan


informasi terbatas atau dibutuhkan tes-tes lain untuk
mengidentifikasi masalah yang lebih ringan. Kerugian dari tes
ini adalah karena sudah disaring dari awal maka terkadang
tes-tes yang sebenarnya dapat membantu menegakkan
diagnosis sudah dikesampingkan dari awal.
4. Mental Status Examination
Pada beberapa kasus dengan hendaya kognitif yang akut atau
parah, tidak mungkin dilakukan tes kognitif yang ekstensive
sehingga ahli neuropsikologi bisa bergantung pada tes status
mental atau tes kognitif singkat untuk mengetahui masalah
yang dihadapi. Tes yang dipakai untuk melihat status mental
adalah Mini-Mental State Examination (MMSE). Tes ini tidak
mengevaluasi fungsi eksekutif. Selain itu tes ini juga
meremehkan prevalensi kemunduran kognitif pada pasien tua
terpelajar yang menderita Alzheimers dan melebih-lebihkan
kemunduran kognitif pada pasien yang kurang terdidik. Tes ini
dapat mendeteksi kemunduran kognitif namun tidak dapat
menentukan penyebab dari kemunduran kognitif tersebut.

Anda mungkin juga menyukai