PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Data USA Bureau of the Cencus, Indonesia diperkirakan akan mengalami
pertambahan warga lansia terbesar di seluruh dunia antara tahun 1990-2025, yaitu
sebesar 414%. Angka Harapan Hidup orang Indonesia diperkirakan mencapai 70 tahun
atau lebih pada tahun 2015-2020. Transisi epidemiologi terjadi karena pemerintah
berhasil menekan angka penyakit infeksi, namun di sisi lain penyakit yang berkaitan
dengan faktor penuaan pun meningkat, seiring dengan semakin banyaknya proporsi
warga lansia di Indonesia. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaan sering
disebut penyakit degeneratif1.
Pada individu usia lanjut, kesehatan dan status fungsional ditentukan oleh resultan
dari faktor-faktor fisik, psikologis, dan sosioekonomi individu tersebut. Oleh karena itu
biasanya penyakit yang timbul pada usia lanjut akan berbeda perjalanan dan
penampilannya dengan yang terdapat pada populasi lain sehingga pelayanan kesehatan
pada usia lanjut akan berbeda dengan pelayanan kesehatan pada golongan populasi
lain.2
Populasi lansia pada masa ini semakin meningkat, pelayanan kesehatan usia lanjut
ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk
mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Pelayanan kesehatan tersebut harus bersifat
menyeluruh atau yang disebut dengan Comprehensive Health Care Service yang
meliputi aspek promotive, preventive, curative, dan rehabilitative. Prioritas yang harus
dikembangkan oleh Puskesmas harus diarahkan ke bentuk pelayanan kesehatan dasar
(basic health care service) yang lebih mengedepankan upaya promosi dan preventif
(public health service).2
Salah satu jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada lansia adalah
kunjungan rumah atau home visit geriatry. Pada home visit geriatry dilakukan asesmen
geriatri yang akan mengevaluasi kesehatan secara komprehensif pada lansia dengan
harapan dapat meningkatkan kualitas kesehatan lansia yang dikunjungi. Dari home visit
geriatri dapat ditemui berbagai permasalahan pada lansia. 2
Pada penulisan ini akan dibahas hasil home visit geriatri seorang wanita berusia
78 tahun dengan osteoarthritis, hipertensi, serta demensia. Hipertensi didefinisikan
sebagai peningakatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan
diastolik sedikitnya 90 mmHg menurut JNC VII. 1 Menurut JNC VIII, lansia dengan usia
lebih dari 60 tahun mulai diberikan pengobatan hipertensi bila tekanan sistolik lebih dari
150 mmHg atau tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg
Osteoartritis adalah penyakit degeneratif kronis yang belum diketahui secara
pasti penyebabnya, ditandai dengan kehilangan tulang rawan sendi secara bertingkat. 2
Terdapat 2 kelompok OA, yaitu OA primer dan OA sekunder. Osteoartritis primer
disebabkan faktor genetik, yaitu adanya abnormalitas kolagen. Sedangkan OA sekunder
adalah OA yang berdasarkan adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolik,
pertumbuhan, mikro dan makro trauma, imobilitas yang terlalu lama dan
lain-lain. Gambaran patologi kedua kelompok OA tersebut tidak menunjukkan adanya
perbedaan. Kelainan utama pada OA adalah kerusakan rawan sendi, dapat diikuti
dengan penebalan tulang subkondral, pertumbuhan osteofit, kerusakan ligamen dan
peradangan ringan sinovium, sehingga sendi bersangkutan membentuk efusi.
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di dunia,
termasuk di Indonesia. Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas pada penderita
sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Osteoartritis menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai
penyebab ketidakmampuan fisik (seperti berjalan dan menaiki tangga). Secara
keseluruhan, sekitar 10 15% orang dewasa lebih dari 60 tahun menderita OA. Dampak
ekonomi, psikologi dan sosial dari OA sangat besar, tidak hanya untuk penderita, tetapi
juga keluarga dan lingkungan3.
Di Indonesia, OA merupakan penyakit muskuloskeletal yang paling banyak
ditemui dibandingkan kasus penyakit muskuloskeletal lainnya. Berdasarkan data Badan
Kesehatan Dunia (WHO), penduduk yang mengalami gangguan OA di Indonesia
tercatat 8,1% dari total penduduk. Sebanyak 29% diantaranya melakukan pemeriksaan
dokter, dan sisanya atau 71% mengkonsumsi obat bebas pereda nyeri.
hipertensi.
hipertensi
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam asesmen geriatri ini adalah:
1. Untuk mengetahui faktor resiko yang terdapat pada pasien
2. Untuk mengetahui fungsi biologis, psikologis dan sosial pasien
3. Untuk memberikan intervensi yang bisa diterapkan oleh pasien
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas
Manfaat bagi Puskesmas yaitu dapat membantu Puskesmas dalam memberikan
alternatif penyelesaian terhadap masalah tersebut. Dengan adanya kegiatan ini
dapat membantu Puskesmas dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dalam
rangka meningkatkan upaya kesehatan perorangan.
2. Bagi Pasien
Pasien dapat megetahui penyakit yang dideritanya beserta penanganannya
sehingga pasien mengerti dan menerapkan masukan yang telah diberikan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien.
3. Bagi Mahasiswa
Manfaat asesmen geriatri ini bagi mahasiswa yaitu sebagai syarat untuk melatih
kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang ditemukan pada
pasien.
BAB III
METODE
3.1 Desain penulisan
Desain penulisan yang digunakan yaitu observasional, wawancara dan konsultasi.
3.2 Lokasi dan waktu penulisan
4.2.1 Lokasi
Asesmen geriatri ini dilaksanakan di rumah pasien yang berada di Jl. Kemang
Utara G RT 12/04, Kelurahan Bangka, Kecamatan Mampang Prapatan,
Jakarta Selatan
4.2.2Waktu
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 9 November 2015, 16 November
2015 dan 23 November 2015.
3.3 Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh melalui:
meteran
Alat tulis
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kunjungan serta pemeriksaan yang dilakukan, pasien menderita
osteoarthritis pada keuda sendi lututnya yang menyebabkan keterbatasan
beberapa aktifitas fisik, hipertensi, serta gangguan intelek berat (penurunan
fungsi kognitif) yang menyebabkan pasien kerap lupa akan beberapa hal serta
disorientasi ringan terhadap waktu. Sudah terhitung tiga bulan terakhir juga
pasien sulit diajak komunikasi 2 arah karena penurunan fungsi kognitif nya. Halhal tersebut kerap membuat pasien sedih. Rumah pasien terutama daerah kamar
mandi cukup menimbulkan resiko jatuh untuk pasien. Lewat proses edukasi
kepada keluarga pasien, keluarga pasien dapat mengerti bahwa pasien
membutuhkan
perhatian
lebih.
Keluarga pasien
menerima
saran
dan
DAFTAR PUSTAKA
1. Darmojo RB. Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta : FKUI.
1999
2. Maharani, eka. 2007. Factor-faktor resiko osteoarthritis lutut (studi kasus di
rumah sakit dokter kariadi semarang). Unuversitas diponegoro; Semarang.
3. Reginster J.Y. The Prevalence and Burden of Osteoarthritis. Rheumatology,
2002; 41 (suppl 1) : 3 6.
4. Ropper AH, Brown RH, editors. Adams and Victors principles of neurology. 8 th
ed. New York: Mc Graw Hill; 2005. p.355-66.