Anda di halaman 1dari 30

TUGAS KMB II

LP ASKEP DAN CONTOH KASUS KEGANASAN ENDOKRIN


KANKER TIROID DAN TIROIDEKTOMI

Di Susun Oleh :
Erlina Ariesetyawati (2012610056)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2015

LAPORAN PENDAHULUAN
KANKER TIROID DAN TIROIDEKTOMI

A.

Konsep Dasar

1.

Pengertian
Kanker Tiroid adalah suatu keganasan pada tiroid yang memiliki empat tipe yaitu: papiler,

folikuler, anaplastik, dan meduler. (http://www.kapukonline.com)


Karsinoma tiroid termasuk kelompok penyakit keganasan dengan prognosis relatif baik namun
perjalanan klinisnya sukar diramalkan. Klien dengan Ca Tiroid mengalami stres dan kecemasan yang
tinggi.

B.

Etiologi
Tiga penyebab yang sudah jelas dapat menimbulkan karsinoma tiroid :

1.

Kenaikan sekresi hormon TSH ( Thyroid Stimulating Hormon) dari kelenjar hipofise anterior

disebabkan berkurangnya sekresi hormon T3 dan T4 dari kelenjar tiroid oleh karena kurangnya intake
iodium. Ini menyebabkan tiroid yang abnormal dapat berubah menjadi kanker.
2.

Penyinaran (radiasi ion) pada daerah kepala, leher, dada bagian atas terutama anak-anak yang

pernah mendapat terapi radiasi di leher dan mediastinum.


3.

Faktor genetik.

Adanya riwayat keturunan dari keluaraga.

C.

Patofisiologi Kanker Tiroid


Karsinoma tiroid biasanya menangkap iodium radio aktif dibandingkan dengan kelenjar tiroid

normal yang terdapat di sekelilingnya. Oleh karena itu, bila dilakukan CT-iscan, nodula akan tampak
sebagai suatu daerah dengan pengambilan yang kurang, suatu lesi dingin. Teknik diagnostik lain yang
dapat digunakan untuk diagnosis banding nodula tiroid adalah ekografi tiroid. Teknik ini memungkinkan

membedakan dengan cermat antara massa padat dan massa kistik. Karsinoma tiroid biasanya padat,
sedangkan massa kistik biasanya merupakan kista jinak.
Karsinoma tiroid harus dicurigai berdasarkan tanda klinis jika hanya ada satu nodula yang teraba,
keras, tidak dapat digerakkan pada dasarnya, dan berhubungan dengan limfadenopati satelit.
Secara umum telah disepakati bahwa kanker tiroid secara klinis dapat dibedakan menjadi suatu
kelompok besar neoplasma berdeferensiasi baik dengan kecepatan pertumbuhan yang lambat dan
kemungkinan penyembuhan tinggi, dan suatu kelompok kecil tumor anaplastik dengan kemungkinan
fatal. Terdapat empat jenis kanker tiroid menurut sifat morfologik dan biologiknya : papilaris, folikularis,
medularis, dan anaplastik.(Price, 1995, hal:1078)
Karsinoma papiler kelenjar tiroid biasanya berbentuk nodul keras, tunggal, dingin pada scan
isotop, dan padat pada ultrasonografi tiroid, yang sangat berbeda dengan bagian-bagian kelenjar
lainnya. Pada goiter multinodular, kanker berupa nodul dominan lebih besar, lebih keras dan jelas dari
bagian sekelilingnya. Kira-kira 10% karsinoma papiler, terutama pada anak-anak, disertai pembesaran
kelenjar getah bening leher, tapi pemeriksaan teliti biasanya akan mengungkapkan nodul dingin pada
tiroid. Jarang, akan perdarahan, nekrosis dan pembentukan kista pada nodul ganas tetapi pada
ultrasonografi tiroid, akan terdapat echo interna yang berbatas jelas yang berguna untuk lesi ganas semi
kistik dari kista murni yang tidak ganas. Akhirnya, karsinoma papiler dapat ditemukan tanpa sengaja
sebagai suatu fakus kanker mikroskopik di tengah-tengah kelenjar yang diangkat untuk alasan-alasan lain
seperti misalnya : penyakit graves atau goiter multinodular.
Secara mikroskopis, tumor terdiri dari lapisan tunggal sel-sel tiroid teratur pada vascular stalk,
dengan penonjolan papil ke dalam ruang mikroskopis seperti kista. Inti sel besar dan pucat sering
mengandung badan inklusi intra nukleus yang jelas san seperti kaca. Kira-kira 40% karsinoma papiler
membentuk bulatan klasifikasi yang berlapis, sering pada ujung dari tonjolan papil disebut psammoma
body, ini biasanya diagnostik untuk karsinoma papiler. Kanker ini biasanya meluas dengan metastasis
dalam kelenjar dan dengan invasi kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening lokal. Pada pasien tua, mereka
bisa jadi lebih agresif dan menginvasi secara lokal kedalam otot dan trakea. Pada stadium lebih lanjut,
mereka dapat menyebar ke paru. Kematian biasanya disebabkan penyakit lokal, dengan invasi kedalam
pada leher, lebih jarang kematian bisa disebabka metastasis paru yang luas. Pada beberapa penderita tua,
suatu karsinoma papiler yang tumbuh lambat akan mulai tumbuh cepat dan berubah menjadi karsinoma
anaplastik. Perubahan anaplastik lanjut ini adalah penyebab kematian lain dari karsinoma papiler, banyak
karsinoma papiler yang mensekresi tiroglobulin, yang dapat digunakan sebagai tanda rekurensi atau
metastasis kanker.

Karsinoma folikular ditandai oleh tetap adanya folikel-folikel kecil walaupun pembentukan
koloid buruk. Memang karsinoma folikular bisa tidak dapat dibedakan dari adenoma folikular kecuali
dengan invasi kapsul atau invasi vaskular. Tumor ini sedikit lebih agresif daripada karsinoma papilar dan
menyebar baik dengan invasi lokal kelenjar getah bening atau dengan invasi pembuluh darah disertai
metastasis jauh ke tulang atau paru. Secara mikroskopis, sel-sel ini berbentuk kuboid dengan inti besar
yang teratur sekeliling folikel yang sering kali mengandung koloid. Tumor-tumor ini sering tetap
mempunyai kemampuan untuk mengkonsentrasi iodium radioaktif untuk membentuk tiroglubulin dan
jarang, untuk mensintesis T3 dan T4. Jadi, kanker tiroid yang berfungsi yang jarang ini hampir selalu
merupakan karsinoma folikular. Karakteristik ini membuat tumor-tumor ini lebih ada kemungkinan untuk
memberi hasil baik terhadap pengobatan iodin radioaktif . Pada penderita yang tidak diobati, kematian
disebabkan karena perluasan lokal atau karena metastasis jauh mengikuti aliran darah dengan keterlibatan
yang luas dari tulang, paru, dan visera.
Suatu varian karsinoma folikular adalah karsinoma sel Hurthle yang ditandai dengan sel-sel
sendiri-sendiri yang besar dengan sitoplasma yang berwarna merah muda berisi mitokondria. Mereka
bersikap lebih seperti karsinoma papilar kecuali mereka jarang ada ambilan radioiodin. Karsinoma
campuran papilar dan folikular lebih seperti karsinoma papilar. Sekresi tiroglobulin yang dihasilkan oleh
karsinoma folikular dapat digunakan untuk mengikuti perjalanan penyakit.
Karsinoma medular adalah penyakit dari sel C (sel parafolikular) yang berasal dari badan brankial
utama dan mampu mensekresi kalsitonin, histaminase, prostaglandin, serotonir, dan peptida-peptida lain.
Secara mikoroskopis, tumor terdiri dari lapisan-lapisan sel-sel yang dipisahkan oleh substansi yang
terwarnai dengan merah. Amiloid terdiri dari rantai kalsitonin yang tersusun dalam pola fibril atau
berlawanan dengan bentuk-bentuk lain amiloid, yang bisa mempunyai rantai ringan imunoglobulin atau
protein-protein lain yang dideposit dengan suatu pola fibri.
Karsinoma medular lebih agresif daripada karsinoma papilar atau folikular tetapi tidak seagresif
kanker tiroid undifferentiated. Ini meluas secara lokal ke kelenjar getah bening dan ke dalam otot
sekeliling dan trakea. Bisa invasi limfatik dan pembuluh darah dan metastasisi ke paru-paru dan
visera.kalsitonin dan antigen karsinoembrionik (CEA = Carsinoembryonic antigen) yang disekresi oleh
tumor adalah tanda klinis yang membantu diagnosisdan follow-up. Kira-kira sepertiga karsinoma medular
adalah familial, melibatkan kelenjar multipel (Multiple Endocrin neoplasia tipe II = MEN II, sindroma
sipple). MEN II ditandai dengan dengan karsinoma medular, feokromositoma, dan neuroma multipel pada
lidah, bibir, dan usus. Kira-kira sepertiga dalah kasus keganasan semata. Jika karsinoma medular di
diagnosis dengan biopsi aspirasi jarum halus atau saat pembedahan, maka penting kiranya pasien

diperiksa untuk kelainan endokrin lain yang di jumpai pada MEN II dan anggota diperiksa untuk adanya
karsinoma medular dan juga MEN II. Pengukuran kalsitonin serum setelah stimulasi pentagastrin atau
infus kalsium dapat digunakan untuk skrining karsinoma medular. Pentagastrin diberikan per intravena
dalam bentuk bolus 0,5g/kg, dan contoh darah vena diambil pada menit 1, 3, 5, dan 10. Peningkatan
abnormal kalsitonin serum pada menit ke 3 atau 5 adalah indikatif adanya keganasan. Gen untuk MEN Iia
telah dilokalisasi pada kromosom 10, dan sekarang memungkinkan menggunakan pemeriksaan DNA
polimorfik dan polimorfisme panjang fragmen terbatas untuk identifikasi karier gen sindroma ini. Jadi
anggota keluarga yang membawa gen ini dapat diidentifikasi dan diperiksa sebagai orang berisiko tinggi
untuk timbulnya sindroma ini.
Karsinoma anaplastik, tumor kelenjar tiroid undifferentiated termasuk karsinoma sel kecil, sel
raksasa, dan sel kumparan. Biasanya terjadi pada pasien-pasien tua dengan riwayat goiter yang lama
dimana kelenjar tiba-tiba dalam waktu beberapa minggu atau bulan mulai membesar dan menghasilkan
gejala-gejala penekanan, disfagia atau kelumpuhan pita suara, kematian akibat perluasan lokal yang
biasanya terjadi dalam 6-36 bulan. Tumor-tumor ini sangat resisten terhadap pengobatan.

D. Tanda dan Gejala


1.

Sebuah benjolan, atau bintil di leher depan (mungkin cepat tumbuh atau keras) di dekat jakun.

Nodul tunggal adalah tanda-tanda yang paling umum kanker tiroid.


2.

Sakit di tenggorokan atau leher yang dapat memperpanjang ke telinga.

3.

Serak atau kesulitan berbicara dengan suara normal.

4.

Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher. Mereka dapat ditemukan selama

pemeriksaan fisik.
5.

Kesulitan dalam menelan atau bernapas atau sakit di tenggorokan atau leher saat menelan. Ini terjadi

ketika mendorong tumor kerongkongan Anda.


6.

Batuk terus-menerus, tanpa dingin atau penyakit lain.

E.

Pemeriksaan Penunjang Kanker Tiroid

1.

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid belum ada yang

khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4
kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi tiroktositosis walaupun jarang.
Human Tiroglobulin (HTG) Tera dapat dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid diferensiasi
baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid, namun peninggian HTG ini setelah
tiroidektomi total merupakan indikator tumor residif atau tumbuh kembali (barsano). Kadar kalsitonin
dalam serum dapat ditentukan untuk diagnosis karsinoma meduler.
2.

Radiologis

a.

Foto X-Ray
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk melihat obstruksi

trakhea karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi pada massa tumor. Pada karsinoma papiler
dengan badan-badan psamoma dapat terlihat kalsifikasi halus yang disertai stippledcalcification,
sedangkan pada karsinoma meduler kalsifikasi lebih jelas di massa tumor. Kadang-kadang kalsifikasi juga
terlihat pada metastasis karsinoma pada kelenjar getah bening. Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan
untuk survey metastasis pada pary dan tulang. Apabila ada keluhan disfagia, maka foto barium meal perlu
untuk melihat adanya infiltrasi tumor pada esophagus.
b.

Ultrasound
Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat, namun cara ini

cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu tehnik yang lebih sederhana dan murah.
c.

Computerized Tomografi
CT-Scan dipergunakan untuk melihat perluasan tumor, namun tidak dapat membedakan secara

pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor tiroid.
d.

Scintisgrafi
Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan cold nodule. Daerah cold

nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini dipergunakan juga sebagai penuntun bagi biopsy aspirasi untuk
memperoleh specimen yang adekuat.

3.

Biopsi Aspirasi
Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai prosedur diagnostik

pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid. Teknik dan peralatan sangat sederhana ,
biaya murah dan akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum
no.22 23 serta alat pemegang, sediaan aspirator tumor diambil untuk pemeriksaan sitologi. Berdasarkan
arsitektur sitologi dapat diidentifikasi karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan
karsinoma meduler.

F. Penatalaksanaan medik
1.

Macam Pembedahan Tiroid, yaitu :

a. Ismektomi
Ismektomi adalah pengangkatan tonjolan tiroid jinak yang berada pada ismus tiroid, beserta
bagian ismus dari kelenjar tiroid.
b. Lobektomi Subtotal
Lobektomi Subtotal adalah pengangkatan nodul tiroid beserta jaringan tiroid sekitarnya pada satu
sisi, dengan meninggalkan sebanyak kurang lebih 5 gram jaringan tiroid normal dibagian posterior.
Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid.
c. Lobektomi Total / Hemitiroidektomi
Lobektomi Total adalah pengangkatan nodul tiroid beserta jaringan tiroid seluruhnya pada satu
sisi.
Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid yang mengenai seluruh jaringan tiroid satu lobus,
atau pada tonjolan tiroid dengan hasil pemeriksaan FNA menunjukkan neoplasma folikuler. Bila hasil
pemeriksaan histopatologis dari spesimen menunjukkan karsinoma tiroid, maka tindakan lobektomi total
tersebut sudah dianggap cukup pada penderita dengan faktor prognostik yang baik.
d. Tiroidektomi Subtotal
Tiroidektomi Subtotal adalah pengangkatan nodul tiroid beserta jaringan tiroid disekitarnya pada
kedua sisi, dengan meninggalkan sebanyak kurang lebih 5 gram jaringan tiroid normal dibagian posterior.

Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid yang mengenai kedua sisi.
e. Tiroidektomi hampir Total
Tiroidektomi hampir total adalah pengangkatan tonjolan tiroid beserta seluruh jaringan tiroid
pada satu sisi disertai pengangkatan sebagian besar jaringan tiroid sisi kontralateral dengan menyisakan 5
g saja pada sisi tersebut.
Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid yang mengenai seluruh jaringan tiroid satu lobus
dan sebagian jaringan tiroid kontralateral. Tindakan tersebut juga dapat dilakukan pada karsinoma tiroid
deferensiasi baik pada satu lobus dan belum melewati garis tengah, untuk menghindari kelenjar paratiroid
bilateral. Penderita karsinoma tiroid yang dilakukan prosedur ini harus dilanjutkan dengan pemberian
ablasi sisa jaringan tiroid menggunakan yodium radioaktif.
f. Tiroidektomi Total
Tiroidektomi Total adalah pengangkatan tonjolan tiroid beserta seluruh jaringan tiroid.
Operasi ini dikerjakan pada karsinoma tiroid deferensiasi terutama bila disertai adanya faktor
prognostik yang jelek, karsinoma tiroid tipe meduler, karsinoma tiroid tipe anaplastik yang masih
operabel.
2.
a.

Non Pembedahan
Radioterapi
Radioterapi adalah penggunaan radiasi ion di bidang kedokteran sebagai satu bagian pengobatan

kanker dengan mengontrol pertumbuhan sel ganas. Radioterapi digunakan sebagai terapi kuratif maupun
bersifat adjuvan. Lapangan radiasi juga mencakup jaringan limfonodus dan pembuluh darah yang menjadi
risiko utama untuk metastase tumor. Radioterapi adalah penggunaan radiasi untuk menghancurkan sel
kanker atau merusak sel tersebut sehingga tidak dapat bermultiplikasi lagi. Walaupun radiasi ini akan
mengenai seluruh sel, tetapi umumnya sel normal lebih tahan terhadap radiasi dibandingkan dengan sel
kanker.
Kegunaan radioterapi adalah sebagai berikut:
1.

Mengobati : banyak kanker yang dapat disembuhkan dengan radioterapi, baik dengan atau tanpa

dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti pembedahan dan kemoterapi.

2.

Mengontrol : Jika tidak memungkinkan lagi adanya penyembuhan, radioterapi berguna untuk

mengontrol pertumbuhan sel kanker dengan membuat sel kanker menjadi lebih kecil dan berhenti
menyebar.
3.

Mengurangi gejala : Selain untuk mengontrol kanker, radioterapi dapat mengurangi gejala yang

biasa timbul pada penderita kanker seperti rasa nyeri dan juga membuat hidup penderita lebih nyaman.
4.

Membantu pengobatan lainnya : terutama post operasi dan kemoterapi yang sering disebut sebagai

adjuvant therapy atau terapi tambahan dengan tujuan agar terapi bedah dan kemoterapi yang diberikan
lebih efektif.
Jenis radioterapi :
1.

Radioterapi eksternal (radioterapi konvensional).

Pada terapi eksternal, mesin akan mengeluarkan sinar radiasi pada tempat kanker dan jaringan sekitarnya.
Mesin yang digunakan dapat berbeda, tergantung dari lokasi kanker.
2.

Radioterapi internal (Radioisotope Therapy (RIT)).

Radioterapi diberikan melalui cairan infus yang kemudian masuk ke dalam pembuluh darah atau dapat
juga dengan cara menelannya. Contoh obat radioterapi melalui infus adalah metaiodobenzylguanidine
(MIBG) untuk mengobati neuroblastoma, sedangkan melalui oral contohnya iodine-131 untuk mengobati
kanker tiroid.
b.

Kemoterapi
Kemoterapi memerlukan penggunaan obat untuk menghancurkan sel kanker. Walaupun obat ideal

akan menghancurkan sel kanker dengan tidak merugikan sel biasa, kebanyakan obat tidak selektif.
Malahan, obat didesain untuk mengakibatkan kerusakan yang lebih besar pada sel kanker daripada sel
biasa, biasanya dengan menggunakan obat yang mempengaruhi kemampuan sel untuk bertambah besar.
Pertumbuhan yang tak terkendali dan cepat adalah cirri khas sel kanker. Tetapi, karena sel biasa juga perlu
bertambah besar, dan beberapa bertambah besar cukup cepat (seperti yang di sumsum tulang dan garis
sepanjang mulut dan usus), semua obat kemoterapi mempengaruhi sel biasa dan menyebabkan efek
samping.
Kemoterapi secara umum menyebabkan mual, muntah, kehilangan selera makan, kehilangan
berat badan, kepenatan, dan sel darah hitung rendah yang menyebabkan anemia dan risiko infeksi

bertambah. Dengan kemoterapi, orang sering kehilangan rambut mereka, tetapi akibat sampingan lain
bevariasi tergantung jenis obat.
Mual dan Muntah: gejala ini biasanya bisa dicegah atau dikurangi dengan obat (kontra-obat
emesis). Mual juga mungkin dikurangi oleh makanan makan kecil dan dengan menghindari makanan
yang tinggi di serat, gas barang hasil bumi itu, atau yang sangat panas atau sangat dingin.
Sel Darah Hitung rendah: Cytopenia, kekurangan satu atau lebih tipe sel darah, bisa terjadi karena
efek racun obat kemoterapi pada sumsum tulang (di mana sel darah dibuat). Misalnya, penderita mungkin
membuat sel darah merah yang rendah secara abnormal (anemia), sel darah putih (neutropenia atau
leukopenia), atau platelet (thrombocytopenia). Jika anemia parah, faktor pertumbuhan spesifik, seperti
erythropoietin atau darbepoietin, bisa diberikan untuk pertambahan pembentukan sel darah merah, atau
sel darah merah bisa ditransfusikan. Jika thrombocytopenia hebat, platelet bisa ditransfusikan untuk
merendahkan risiko pendarahan.
c.

Terapi Ablasi Iodium Radioaktif


Pada jaringan tiroid sehat dan ganas yang tertinggal setelah operasi,selanjutnya diberikan terapi

ablasi iodium radioaktif. Mengingat adanya uptake spesifik iodium ke dalam sel folikuler tiroid termasuk
sel ganas tiroid yang berasal dari sel folikuler.
Ada 3 alasan terapi ablasi pada jaringan sisa setelah operasi, yaitu:
1.

Merusak atau mematikan sisa fokus mikro karsinoma.

2.

Untuk mendeteksi kekambuhan atau metastasis melalui eliminasi uptake oleh sisa jaringan tiroid

normal.
3.

Meningkatkan nilai pemeriksaan tiroglobulin sebagai petanda serum yang dihasilkan hanya oleh sel

tiroid.
Untuk memaksimalkan uptake iodium radioaktif setelah tiroidektomi total, kadar hormone tiroid
diturunkan dengan menghentikan obat L-tiroksin, sehingga TSH endogen terstimulasi hingga mencapai
kadar diatas 25-30 mU/L.

d.

Terapi Supresi L-Tiroksin


Evaluasi lanjutan perlu dilakukan selama beberapa dekade sebelum dikatakan sembuh total.

Target kadar TSH pada kelompok risiko rendah untuk kesakitan dan kematian karena keganasan tiroid
adalah 0,1-0,5 mU/L, sedang untuk kelompok risiko tinggi adalah 0,01 mU/L.

G. Komplikasi
Komplikasi yang sering muncul pada kanker tiroid adalah :
a.

Perdarahan
Resiko ini minimum, namun hati-hati dalam mengamankan hemostatis dan penggunaan drain

pada pasien setelah operasi.


b.

Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan menyebabkan embolisme udara.

c.

Trauma pada nervus laringeus rekurens


Ini dapat menimbulkan paralisis sebagian atau total pada laring.

d.

Sepsis yang meluas ke mediastinum


Seharusnya ini tidak boleh terjadi pada operasi bedah sekarang ini, sehingga antibiotik tidak

diperlukan sebagai pofilaksis lagi.


(Sutjahjo, 2006, hal:86)
Kompilkasi akibat tiroidektomi dibagi dalam 3 golongan, yaitu:
a.

Minor : seroma

b.

Jarang : kerusakan trunkus simpatikus

c.

Mayor : perdarahan intraoperative, Perdarahan pasca operatif, Trauma pada n. laringeus rekuren/

superior, Hipoparatiroidisme, Hipotiroidisme, Krisis tiroid, Infeksi

E.

Indikasi Tiroidektomi
Tiroidektomi pada umumnya dilakukan pada :

1.

Penderita dengan tirotoksikosis yang tidak responsif dengan terapi medikamentosa atau yang

kambuh
2.

Tumor jinak dan ganas tiroid

3.

Gejala penekanan akibat tonjolan tumor

4.

Tonjolan tiroid yang mengganggu penampilan seseorang

5.

Tonjolan tiroid yang menimbulkan kecemasan seseorang

ASUHAN KEPERAWATAN
KANKER TIROID DAN TIROIDEKTOMI

A.
1.

Konsep dasar
Pengkajian

a.

Pre Operasi

1.

Aktivitas / latihan
Insomnia, sensitivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat,atrofi otot,

frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea


2.

Eliminasi

Urine dalam jumlah banyak, diare.


3.

Koping / pertahanan diri

Mengalami ansietas dan stres yang berat, baik emosional maupun fisik, emosi labil, depresi.
4.

Nutrisi dan metabolik

Mual dan muntah, suhu meningkat diatas 37,4C.Pembesaran tiroid, edema non-pitting terutama di daerah
pretibial, diare atau sembelit.
5.

Kognitif dan sensori

Bicaranya cepat dan parau, bingung, gelisah, koma, tremor pada tangan, hiperaktif reflek tendon dalam
(RTD), nyeri orbital, fotofobia, palpitasi, nyeri dada (angina).
6.

Reproduksi / seksual

Penurunan libido, hipomenorea, menorea dan impoten.

b.

Post operasi

1.

Dasar data pengkajian

a.

Pertimbangan KDB menunjukkan merata dirawat : 3 hari

b.

Pola aktifitas/istirahat : insomnia, kelemahan berat, gangguan koordinasi

c.

Pola neurosensori : gangguan status mental dan perilaku, seperti : bingung, disorientasi, gelisah,

peka rangsang, hiperaktif refleks tendon dalam


2.

Prioritas keperawatan

a.

Mengembalikan status hipertiroid melalui praoperatif

b.

Mencegah komplikasi

c.

Menghilangkan nyeri

d.

Memberikan informasi tentang prosedur

3.

Tujuan pemulangan

a.

Komplikasi dapat di cegah atau dikurangi

b.

Nyeri hilang

c.

Prosedur pembedahan/prognosis dan pengobatannya dapat dipahami

d.

Mungkin membutuhkan bantuan pada teknik pengobatan sebagian atau seluruhnya,

e.

Aktivitas sehari-hari, mempertahankan tugas-tugas rumah

2.

Diagnosa Keperawatan

a.

Pre operatif

1. Ansietas b.d. perubahan dalam status kesehatan.


Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan selama ... x 24 jam diharapkan mampu mengurangi stressor yang
membebani sumber-sumber individu.
Kriteria Hasil :
b. Ansietas berkurang, bibuktikan dengan menunjukkan kontrol agresi, kontrol ansietas, koping.
c.

Merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat stres

d.

Manifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada


Intervensi

a.

Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas


Rasional: mengukur tingkat ansietas

b.

Pantau respon fisik, palpitasi, gerakan yang berulang-ulang, hiperventilasi, insomnia.


Rasional: Efek-efek kelebihan hormon tiroid menimbulkan manifestasi klinik dari peristiwa kelebihan

katekolamin ketika kadar epinefrin dalam keadaan normal.


c.

Berikan obat anti ansietas, contohnya : transquilizer, sedatif dan pantau efeknya.

Rasional : membantu mengurangi ansietas klien dalam menghadapi operasi.


Evaluasi :
Klien mampu mengurangi stressor yang membebani sumber-sumber individu.

2.

Ketidakseimbangan

Nutrisi

kurang

dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan

dengan

ketidakmampuan klien memasukkan atau menelan makanan.


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan selama ...x24 jam diharapkan tingkat zat gizi yang tersedia mampu
memenuhi kebutuhan metabolik.
Kriteria Hasil :
a. Terpenuhi asupan makanan, cairan, dan zat gizi

b. Toleransi terhadap diet yang dianjurkan


c.

Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal

d.

Melaporkan keadekuatan tingkat energy


Intervensi

a. Auskultasi bising usus


Rasional: bising usus hiperaktif mencerminkan peningkatan motalitas lambung yang menurunkan atau
mengubah fungsi absorpsi.
b.

Pantau masukan makanan setiap hari. Dan timbang berat badan setiap hari serta laporkan adanya

penurunan.
Rasional: penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup merupakan
indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid.
c.

Hindarkan pemberian makanan yang dapat meningkatkan peristaltic usus.


Rasional: peningkatan motalitas saluran cerna dapat mengakibatkan diare dan gangguan absorpsi

nutrisi yang diperlukan.


d.

Kolaborasikan dengan dokter obat obat atau vitamin yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi klien.
Evaluasi:
Tingkat zat gizi yang tersedia untuk klien mampu memenuhi kebutuhan metabolik.

3. Kerusakan komunikasi berhubungan dengan cedera pita suara.


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan selama ... x 24 jam diharapkan mampu mendemonstrasikan tidak ada cedera
dengan komplikasi minimal atau terkontrol
Kriteria Hasil :
Mampu menciptakan metode komunikasi dimana kebutuhan dapat dipahami.

Intervensi :
a. Antisipasi kebutuhan sebaik mungkin, kunjungi pasien secara teratur.
Rasional :Menurunkan ansietas dan kebutuhan pasien untuk berkomunikasi
b.

Pertahankan lingkungan yang tenang

Rasional :Meningkatkan kemampuan mendengarkan komunikasi perlahan dan menurunkan kerasnya


suara yang harus diucapkan pasien untuk dapat didengarkan
c. Anjurkan untuk tidak berbicara terus menerus.
Rasional :Suara serak dan sakit tenggorok akibat edema jaringan atau kerusakan karena pembedahan pada
syaraf laringeal dan berakhir dalam beberapa hari.
d.

Kolaborasikan dengan dokter obat obat yang diperlukan untuk meringankan rasa nyeri.

Evaluasi :
Pasien mampu mendemonstrasikan tidak ada cedera dengan komplikasi minimal atau terkontrol

b.

Post operatif

1.

Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. obstruksi jalan napas(spasme jalan napas).
Tujuan :
Mempertahankan kepatenan jalan nafas setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam.
Kriteria Hasil :

a.

Menunjukkan pembersihan jalan napas yang efektif dibuktikan dengan pertukaran gas dan ventilasi

tidak berbahaya.
b.

Mudah untuk bernapas.

c.

Kegelisahan, sianosis, dan dispnea tidak ada.

d.

Saturasi O2 dalam batas normal.

Intervensi :
a.

Pantau frekuensi pernapasan, kedalaman, dan kerja pernapasan.


Rasional: pernapasan secara normal kadang-kadang cepat, tapi berkembangnya distres pada

pernapasan merupakan indikasi kompresi trakea karena edema atau perdarahan.


b. Auskultasi suara napas, catat adanya suara ronki.
Rasional: ronki merupakan indikasi adanya obstruksi/spasme laryngeal yang membutuhkan evaluasi
dan intervensi yang cepat.
c.

Periksa balutan leher setiap jam pada periode awal post operasi, kemudian tiap 4 jam.

Rasional: Pembedahan didaerah leher dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas karena adanya edem post
operasi.

2.

Nyeri akut berhubungan dengan edema pasca operasi

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan selama ... x 24 jam diharapkan dapat mengendalikan nyeri dan dapat
berkurang.
Kriteria hasil :
a.

Tidak ada rintihan

b.

ekspresi wajah rileks

c.

melaporkan nyeri dapat berkurang atau hilang., dari skala 7 berkurang menjadi 2.
Intervensi :

a.

Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik verbal maupun nonverbal, catat lokasi, intensitas (skala 0-10), dan

lamanya.
Rasional: bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan intervensi menentukan
efektivitas terapi.
b.

Memberikan pasien pada posisi semi fowler dan sokong kepala/leher dengan bantal kecil.

Rasional: mencegah hiperekstensi leher dan melindungi integritas garis jahitan


c.

Anjurkan pasien menggunakan teknik relaksasi, seperti imajinasi, musik yang lembut, relaksasi

progresif.
Rasional: membantu untyuk memfokuskan kembali perhatian dan membantu pasien untuk mengatasi
nyeri/rasa tidak nyaman secara lebih efektif.
d.

Berikan analgesik narkotik yang diresepkan & evaluasi keefektifannya.

Rasional : Analgesik narkotik perlu pada nyeri hebat untuk memblok rasa nyeri.
Evaluasi :
Nyeri pada klien dapat berkurang

3.

Resiko tinggi terhadap komplikasi perdarahan berhubungan dengan tiroidektomi, edema

pada dan sekitar insisi, pengangkatan tidak sengaja dari para tiroid, perdarahan dan kerusakan
saraf laringeal.
Tujuan:
mencegah terjadinya komplikasi perdarahan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam.
Kriteria hasil :
a.

Tidak ada manifestasi dari perdarahan yang hebat

b.

Hiperkalemia

c.

Kerusakan saraf laryngeal

d.

Obstruksi jalan nafas

e.

Ketidak seimbangan hormon tiroid dan infeksi

Intervensi :
Perdarahan:

a.

Pantau:

1.

TD, nadi, RR setiap 224 jam. Bila stabil setiap 4 jam.

2.

Status balutan: inspeksi dirasakan dibelakang leher setiap 2x 24 jam, kemudian setiap 8 jam

setelahnya.
b.

Beritahu dokter bila drainase merah terang pada balutan/penurunan TD disertai peningkatan

frekuensi nadi & nafas.


c.

Tempatkan bel pada sisi tempat tidur & instruksikan klien untuk memberi tanda bila tersedak atau

sensasi tekanan pada daerah insisi terasa. Bila gejala itu terjadi, kendur-kan balutan, cek TTV, inspeksi
insisi, pertahankan klien pada posisi semi fowler, beritahu dokter.
Rasional : Untuk mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan. Temuan ini menandakan perdarahan
berlebihan dan perlu perhatian medis segera.
Intervensi :
Obstruksi jalan nafas:
a.

Pantau pernafasan setiap 224 jam.

Rasional : Untuk mendeteksi tanda-tanda awal obstruksi pernafasan.


b.

Beritahu dokter bila keluhan-keluhan kesulitan pernafasan, pernafasan tidak tertur atau tersedak.

Rasional : Temuan-temuan ini menandakan kompresi trakeal yang dapat disebabkan oleh perdarahan,
perhatian medis untuk mencegah henti nafas.
c.

Pertahankan posisi semi fowler dengan bantal dibelakang kepala untuk sokongan

Rasional : Posisi tegak memungkinkan ekspansi paru lebih penuh & membantu menu-runkan bengkak.
d.

Anjurkan penggunaan spirometri insentif setiap 2 jam untuk merangsang pernafasan dalam.

Rasional : Pernafasan dalam mempertahankan alveoli terbuka untuk mencegah ate-lektasis.


e.

Jamin bahwa O2 dan suction siap tersedia di tempat.

Rasional : Untuk digunakan bila terjadi kompresi trakea.


Intervensi:

Infeksi luka:
a.

Ganti balutan sesuai program dengan menggunakan teknik steril.

Rasional : Untuk melawan/mencegah masuknya bakteri.


b.

Beritahu dokter bila ada tanda-tanda infeksi.

Rasional: Untuk melawan/mencegah masuknya bakteri.


Intervensi:
Kerusakan saraf laringeal:
a.

Instruksikan klien untuk tidak banyak bicara.

Rasional: Untuk menurunkan tegangan pada pita suara.


b.

Laporkan peningkatan suara serak dan kelelahan suara.

Rasional: Perubahan-perubahan ini menunjukkan kerusakan saraf laringeal, dimana hal ini tidak dapat
disembuhkan.
Intervensi:
Hipokalsemia:
a.

Pantau laporan-laporan kalsium serum.

Rasional : Perubahan kadar kalsium serum terjadi sebelum manifestasi ketidak seimbangan kalsium.
b.

Beritahu dokter bila keluhan-keluhan kebal, kesemutan pada bibir, jari-jari/jari kaki, kedutam otot

atau kadar kalsium di bawah rentang normal.


Rasional : Temuan ini menandakan hipokalsemia dan perlunya penggantian garam kalsium.
Intervensi:
Ketidakseimbangan hormon tiroid:
a.

Pantau kadar T3 dan T4 serum.

Rasional : Untuk mendeteksi indikasi awal ketidakseimbangan hormon tiroid.

b.

Berikan penggantian hormon tiroid sesuai pesanan.

Rasional : Hormon tiroid penting untuk fungsi metabolik normal

CONTOH KASUS

KANKER TIROID DAN TIROIDEKTOMI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DM


Kasus :
Ny. R. 75 tahun. Pendidikan SR. Agama Islam. Status Kawin. Tinggal di Panti Tresna Werda
selama 1 tahun. Suami Ny. R. masih hidup bernama Tn J. Umur 85 tahun. Tinggal di Gowa. Ny.
R. mempunyai 7 orang anak, tiga diantaranya sudah meninggal dunia karena sakit. Saudara Ny
R. 7 orang sudah meninggal semua, 3 diantaranya meninggal karena penyakit DM. Lima tahun
yang lalu, Ny R. pernah sakit dan tidak bisa bangun dari tempat tidur. Selama ini, Ny.R aktif
dalam hal pemenuhan ADL. Fungsi intelektualnya masih bagus.
Saat pengkajian, Ny R. mengatakan sering merasa tiba-tiba lemas dan sakit kepala. Hal ini
sudah dirasakan sejak dua bulan lalu. Ny R. juga mengatakan sering buang air kecil dari
biasanya 5 kali sehari menjadi 10 kali sehari. Selalu merasa haus, minum air 11 gelas perhari.
Berat badan bulan lalu 45 kg dan sekarang sisa 40 kg, dengan tinggi badan 146 cm. Ny R
mengatakan alergi terhadap makanan tertentu seperti telur, ikan kering dan Mie. TTV : TD:
110/70 mmHg, Nadi: 80 x/m, Pernapasan: 20 x/m, Suhu: 36 c. Akral dingin dan Ny R.
mengeluh susah tidur dan gatal-gatal.
A.

PENGKAJIAN
AKTIVITAS / ISTIRAHAT

Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, gangguan tidur/ istirahat

ELIMINASI

Perubahan pola berkemih ( poliuria ) dan nokturia

MAKANAN / CAIRAN
Polifagia, polidipsi, penurunan Berat Badan dan haus

NEUROSENSORY

Sakit kepala, gangguan penglihatan (kabur).

PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Faktor resiko keluarga ; DM, Penyembuhan yang lambat

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Laboratorium : GDS : 250 mg/dl

B.

ANALISA DATA

NO

DATA

.
1.

PROBLEM

DS :
- Klien mengatakan sering merasa

tiba-

Intoleransi aktifitas

tiba lemas dan sakit kepala


DO :
-

2.

BB : 40 kg
TB : 146 cm
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/m
R : 20 x/m
S : 36 c.

DS :
- Klien mengatakan sering buang air kecil
- Biasanya BAK 5 kali sehari menjadi 10
kali sehari
- Selalu merasa haus, minum air 11 gelas
perhari.
DO :
-

Akral dingin
BB : 40 kg
TB : 146 cm
TD : 110/70 mmHg

Risiko deficit volume cairan

- N : 80 x/m
- R : 20 x/m
- S : 36 c.

3.

Gangguan Integritas Kulit


DS :
-

Klien

mengatakan

alergi

terhadap

makanan tertentu seperti telur, ikan kering


dan Mie.
- Klien mengeluh gatal-gatal

DO :
-

Kulit klien tampak kemerahan akibat

digaruk/iritasi
Gangguan istirahat tidur

4.
DS :
- Klien mengeluh susah tidur
-

Klien mengatakan sering bangun tengah

malam untuk BAK

DO :

- Poliuri

5.

DS: klien mengtakan penglihatanya kabur

Penurunan penglihatan

DO: pada pemeriksaan mata rutin didapatkn


retinopati
6.

DS: Klien mengatakan BB bulan lalu 45 kg,

Gangguan nutrisi

Klien mengatakan selalu merasa haus


DO: Badan klien tampak kurus
Pada saat dikaji didapatkan:
BB: 40 kg
TB: 146 CM
GDS: 250 mg/dl

C. PRIORITAS MASALAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Risiko deficit volume cairan b/d poliuri


Gangguan nutrisi b/d gangguan keseimbangan insulin
Penurunan penglihatan b/d proses penyakitnya (retinopati)
Gangguan istirahat tidur b/d poliuri
Gangguan integritas kulit b/d kerentanan terhadap infeksi
Intoleransi aktifitas b/d kelelahan

D. INTERVENSI

NO

DIAGNOSA

TUJUAN

INTERVENSI

RASIONAL

1.

Resiko deficit

volume cairan

Mendemonstrasikan

b/d poliuri

hidrasi adekuat

catat adanya
perubahan TD

dibuktikan oleh tanda

ortostatik
Pantau

vital stabil, nadi perifer

masukan dan

dpt diraba, turgor kulit

pengeluaran,
Pertahankan

dan pengisian kapiler


baik, haluaran urine tepat
secara individu dan kadar
elektrolit dlm batas

Gangguan

nutrisi b/d

kalori/nutrient yang tepat

keseimbangan
insulin

dimanifestasikan oleh
hipotensi dan
takikardia

untuk memberikan
cairan, dalam batas
yang ditoleransi

Mencerna jumlah

gangguan
-

Hipovolemia dpt

jantung

normal

2.

Pantau TTV,

Mendemonstrasikan

Timbang

Mengkaji

BB setiap hari

pemasukan

sesuai dgn

makanan yang

indikasi

adekuat (termasuk

BB stabil atau penambahan

absorpsi dan

kearah rentang biasanya/yang

Tentukan

diinginkan dgn nilai lab.

program diet dan

Normal

pola makan pasien

dan bandingkan dgn

Mengidentifikasi

makanan yang dpt

kekurangan dan

dihabiskan pasien
Identifikasi

penyimpangan dari

utilisasinya)

makanan yang

kebutuhan terapeutik
Jika makanan

disukai/dikehendaki

yang disukai pasien dpt

termasuk kebutuhan

dimasukkan dlm

etnik/cultural
Pantau GDS

perencanaan makan,

tiap hari

kerjasama ini dpt


diupayakan setelah

pulang
Utuk
mengetahui
perkembangan
penyakit pasien dan
keberhasilan diet yang
telah diterapkan

3.

Penurunan

Mengenal

penglihatan

gangguan sensori dan

b/d proses

berkompensasi terhadap

penyakitnya

perubahan

(retinopati)

lapang pandang

Menghindari

penglihatan
Letakan

cedera dan

barang yang
dibutuhkan dekat

jatuh

menurunkan resiko

dengan pasien dan

- Memungkinkan

potensial bahaya dalam

pada tempat yang

pasien melihat objek

lingkungan

aman

lebih mudah

4.

Observasi

Mengidentifikasi

Gangguan

Kebutuhan istirah

Anjurkan

istirahat tidur

tidur pasien dapat

kepada

b/d poliuri

terpenuhi

untuk tidak tidak

keinginan BAK

minum

dimalam hari

klien
2

jam

Untuk

mengurangi

sebelum tidur
- Untuk mengurangi
-

Beri klien bangun pada

penjelasan

malam hari

kepada

klien

untuk

tidak

minum

terlalu

banyak dimalam

hari

5.

Gangguan

Mempertahankan

integritas kulit

kulit

b/d proses

kerusakan kulit lebih lanjit

dan

integritas

mencegah

kebersihan kulit

Untuk

mencegah
kerusakan

penyakitnya

Menjaga

Beri

yang

Lebih lanjut pada

penjelasan kepada

kulit pasien

pasien untuk
menggunakan

lotion setelah mandi

lecet pada sela kulit


menghindari

khusnya pada
daerah yang kering
Anjurkan klien

mencegah

luka

terjadinya luka

untuk menggunakan
alas kaki dalam
maupun luar rumah

6.

Intoleransi

Klien

dapat

aktifitas b/d

aktifitas

kelelahan

kemampuannya

melakukan

sesuai

Kaji dan

Pasien biasanya

diskusikan

mengalami

tingkat

penurunan

kelemahan klien

kelelahan otot terus

serta

memeburuk

mengidentifikasi

proses penyakit dan

aktifitas

muncul

yang

dapat dilakukan

seimbangan

klien

dan natrium

Diskusikan cara

untuk menghemat

tenaga,
karna
ketik
kalium

Klien lebih rileks

dalam melakukan

tenanga, misalnya

aktifitasnya.

duduk lebih baik


daripada berdiri
selama melakukan
aktifitas

D. IMPLEMENTASI
Dilaksanakan sesuai dengan rencana/ intervensi, melaksanakan setiap tindakan sesuai dengan
prosedur yang ditentukan dan sesuai dengan kondisi klien.
E. EVALUASI
Hasil yang diharapkan
1.

Mencapai keseimbangan cairan dan elektrolit

a. Memperlihatkan keseimbangan asupan dan haluaran


b. Menunjukkan nilai-nilai elektrolit dalam batas-batas normal
c. Tanda-tanda vital tetap stabil
2.

Mencapai pengendalian glukosa darah yang optimal

a. Menghindari kadar glukosa yang terlalu ekstrim (hipoglikemi atau hiperglikemi)


c. Menghindari penurunan berat badan selanjutnya ( jika diperlukan ) dan mulai mendekati berat
badan yang dikehendaki.

3.

Mempertahankan integritas kulit

a. kulit tetap halus dan tidak pecah-pecah


b. Menghindari ulkus dan yang disebabkan oleh tekanan dan neuropati
4.

Klien dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemapuannya

Anda mungkin juga menyukai