Anda di halaman 1dari 19

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN MENINGITIS


A

Definisi
Meningitis adalah radang pada meningen (membrane yang mengelilingi otak dan
medulla spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau jamur (Bare, 2002 : 349).
Meningitis adalah suatu peradangan akut pada selaput otak yang disebabkan oleh bakteri,
meningitis bakteri, virus, meningitis non bakteri (Bruner and suddarth, 2001 : 389).
Meningitis adalah suatu peradangan akut pada selaput otak yang diakibatkan oleh
bakteri, virus, meningitis bakteri, meningitis non bakteri 90% terjadi pada anak umur 1
bulan-5 tahun (brunner and suddarth, 2001 : 386)

Etiologi
Sebab-sebab meningitis
H. Influenza strepsococcus pneumonia neisserio meningitides (95% anak diatas 2

bulan)
H. Influenza dominan anak (usia 3 bulan-3 tahun)
Streptococcus B Hemolitikus
Stapillococcus avreus E.coli
Streptococcus hemolitikus e.coli pada neonates
M. Meningokok atau serebrasi Pinal Epidemik Droplet Sekresi Nasofaring (Bare,

2002)
Patofisiologi
Meningitis Bakteri dimulai sebagai infeksi dan orofaring dan diikuti dengan
septicemia yang menyebar ke meningen otak dan daerah medulla spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi antara lain infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis,
anemia sel sabit dan hemoglobinafasis. Prosedur bedah syaraf baku dan trauma kepala.
Pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga
bagian tengah saluran mastoid menuju otak dan dekat dengan saluran vena-vena meningen
semua ini penghubungan yang menyokong perkembangan bakteri organism masuk ke

dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah konteks
yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah sereloral mengalami gangguan
1

metabolism akibat eksudat meningen. Vaskulisis dan hipoperfusi eksudat vonulen dapat
menyebar sampai dasar otak dan medulla spinalis (Ginsberg. L, 2004).
Agen penyebab
Hematogen :
Kolonisasi mukosa pada
nosofaring atau infeksi pada paru
dan kulit mengakibatkan
pembenihan dalam darah dan
transport ke meninges.

Continguous:
penyebaran langsung
ke meninges dari
otitis media atau
sinusitis.

Pintu langsung :
trauma, punksi lumbal, atau
pembedahan dapat
mengakibatkan inokulasi
langsung pada CSS.

Proliferasi Bakterial dalam CSS

Aktivasi Sel Endotel SSP dan Astrosit

hipertermi
a
G3
metabolisme
otak

Perubahan
keseimbangan
& sel netron

Pelepasan sitokin inflamasi (TNF, IL-1.IL-8, dan


oksida nitrat (nitrous oxide, NO) dan Kemotaksis SDP
Peningkatan
protein dan
Pleositosis
CSS

Cedera Endotel

Edema Sitosik dan


Vasogenik

Penurunan Aliran
Darah Serebral

Peningkatan TIK

Perubahan
perfusi jaringan
cerebral

Tekanan aliran
keluar CSS dan
Hidrosefalus

Difusi ion
kalium dan
natrium
Lepas muatan listrik

Nyeri

Muntah

G3 pola
tidur

Dehidr
asi
Hemokonsent
rasi

kejang

Berkurangnya koordinasi otot

Trombosis

Aliran darah ke jaringan berkurang

Manifestasi Klinis
Zat makanan ke jaringan
Resiko
cedera/trauma
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi
dan peningkatan TIK
berkurang

Nutrisi
kurang
dari
kebutuhan

Perubahan pada tingkat kesadaran

Iritasi meningen
Regiditasi nukal
Tanda kering positif
Tanda Brudzinski
Kejang
Ruam
Infeksi fulminating
Demam
Takikardi (Smelszer, 2002)

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang berhasil tergantung pada pemberian antibiotic yang melewati
darah atau barrier otak ke dalam ruang subarachnoid dalam konsentrasi yang cukup untuk
mengehentikan perkembangan bakteri cairan serebrospinal (css) dan darah perlu dikultur
dan diterapi anti mikroba dimulai segera dapat digunakan penicillin dan ampicilin atau
klorapenikal. Anti biotic jenis lain digunakan jika diketahui strenin bakteri resisten.
Dehidrasi atau syok dapat diobati dengan pemberian tambahan volue cairan
kejangdapat terjadi pada awal penyakit dikontrol dengan menggunakan diazepam atau
fenifan. Diuretic osmatik (manitol) dapat digunakan untuk mengobati edemam serebral.

FPemeriksaan Penunjang
1 Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak, analisa
cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa. Pemeriksaan
darah ini terutama sel darah marah yang biasanya meningkat diatas normal.
Pemeriksaan serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya
ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi.
2

Pemeriksaan Radiologi
CT-scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau penyakit syaraf
lainnya.

Hasilnya

biasanya

normal

kecuali

pada

penyakit

yang

parah

(longan, 2008)

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Biodata klien:
- Jenis kelamin: laki-laki
- Usia: 45 tahun
- Pekerjaan: sales
- Alamat: Pare Kediri
- Status: nikah (jumlah anak 1)
2. Keluhan utama:
- Panas tinggi tiga hari yang lalu
- Sakit kepala yang berat
- Kesulitan tidur
- Kadang-kadang muntah
- Kemarin kejang
- Tidak pernah sadarkan diri
3. Pemeriksaan Fisik
- TD: 110/70 mmHg
- Nadi: 100x/menit
- Temperature: 39,5C
- RR: 30x/menit
- KU: tampak kaku dan kadang-kadang kejang
- GCS: 112
4

- Kaku kuduk: +
- Status neurologi lain: Normal
4. Pemeriksaan laboratorium
- Hb: 12 (anemi, Normal laki-laki 14-16)
- Leukosit: 20.000 (normal 5.000-10.000)
- LED: 150
- Widal Test: - Tes Laboratorium lainnya: Normal
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tabel: Analisa data
No Data
1
Ds: pasien mengatakan panas tinggi 3
hari yang lalu
Do:
suhu: 39,5C
RR: 30x/menit
Kadangt-kadang kejang
2
Ds: pasien mengeluh sakit kepala
yang sangat berat
Do:
RR: 30x/menit (Normal 24x/menit)
leukosit 20.000
Hb: 12
3
Ds: pasien mengatakan kesulitan
untuk tidur dan sakit kepala
4
Ds: pasien mengatakan kadangkadang muntah
Do: Hb 12
5
Ds:
Keluarga pasien mengatakan kejang
sejak kemarin dan tidak pernah
sadarkan diri
Do:
pasien tampak kaku
kadang-kadang kejang
TD: 110/70 mmHg
Nadi: 100x/menit
RR: 30x/menit
Kaku kuduk +
6
Ds:
Keluarga pasien mengatakan pasien
sejak kemarin kejang dan tidak
sadarkan diri, nyeri kepala, pusing

Etiologi
Problem
Adanya
proses Hipertermia
infeksi/inflamasi

Adanya
proses Nyeri
infeksi/inflamasi

Nyeri atau ketidak Gangguan pola tidur


nyamanan
Mual muntah
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Kelemahan
(kejang)

umum Resiko
cedera/trauma

Edema cerebral

Perubahan perfusi
jaringan serebral

Do:
Tampak kaku dan kadang-kadang
kejang
Penurunan kesadaran GCS 112
TD: 110/70 mmHg
Nadi: 100x/menit
Suhu: 39,5C
RR: 30x/menit

C. Intervensi Keperawatan
No
1

Diagnosa
NOC
Keperawatan
Hipertermia b/d proses Tujuan:
Membantu penurunan suhu tubuh
infeksi/inflamasi

NIC

1.Perawatan Fever
- Monitor temperature tiap waktu sesuai indikasi
- Monitor insisibe water los
kriteria hasil:
- Monitor warna kulit dan temperature
- Pasien akan menunjukkan - Monitor tekanan darah, nadi, respirasi, sesuai
termoregulasi
dibuktikan
indikasi
- Monitor penurunan tingkat kesadaran
dengan:
Suhu kulit dalam - Monitor WBC, hemoglobin, dan nilai hematokrit
rentang
yang - Monitor intake dan output
- Monitor abnormalitas eletrolit
diharapkan
- Monitor keseimbangan asam basa
Suhu tubuh dalam
- Berikan antipiretik sesuai indikasi
batas normal
- Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab
Nadi dan pernafasan
demam
dalam rentang yang - Berikan tepid spong bed
diharapkan
- Tingkatkan pemberian cairan peroral
- Keluarga akan menunjukkan - Berikan cairan IV sesuai indikasi
metode yang tepat dalam - Tingkatkan sirkulasi udara dengan menggunakan
kipas angin.
mengukur suhu.
- Keluarga akan menjelaskan - Berikan oksigen sesuai indikasi
tindakan untuk mencegah 2.Temperatur regulation
atau mengurangi peningkatan - Monitor suhu minimal setiap 2 jam sesuai
indikasi
suhu tubuh
- Gunakan alat untuk memonitor suhu secara
- Keluarga akan melaporkan
kontinyu
tanda dan gejala hipertermi
- Monitor tekanan dara, nadi, pernafasan
- Monitor warna kulit dan temperature
- Monitor tanda dan gejala hipertermia
- Berikan intake cairan dan nutrisi yang adekuat
7

Berikan pengobatan yang diindikasikan untuk


mencegah
- Berikan pengobatan antipiretik.
- Gunakan matras dingin dan tepid bath untuk
merobah temperature
3.Monitoring Vital Sign
- Monitor tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan
- Monitor tekanan darah sebelum dan sesudah
perubahan posisi.
- Monitor tekanan darah setelah pasien diberikan
pengobatan
- Aukultasi tekanan darah dikedua lengan dan
bandingkan
- Monitor tekanan darah nadi dan respirasi
sebelum, selama dan sesudah aktivitas
- Monitor tanda gejala hipertermia
- Monitor karakteristik dan kualitas nadi
- Ukur nadi apical dan radial bersamaan dan catat
adanya perbedaan
- Monitor respirasi rate dan ritme
- Monitor pulse oksimetri
- Monitor ketidak abnormalan pola nafas
- Monitor warna kulit temperature dan
kelembaban
- Monitor sianosis sentral dan perifer
- Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan
pada vital sign
- Cek secara periodic instrumentyang digunakan
untuk mengambil data pasien.
Nyeri b/d adanya proses Tujuan:
1.Administrasi analgesik :
mengurangi
nyeri
dan
memberikan
- Kaji lokasi nyeri, kualitas, karakteristik dan
infeksi/inflamasi
rasa nyaman
skala nyeri sebelum pemberian obat
8

Kriteria hasil:
- Nyeri berkurang
- Ekspresi nyeri lisan atau pada
wajah
- Kegelisahan atau ketegangan
otot
- Perubahan dalam kecepatan
pernapasan, denyut jantung
atau tekanan darah.

Cek order dokter tentang pemberian obat


Kaji riwayat alergi obat
Evaluasi kemampuan pasien pada rute dan dosis
pemberian obat
Pilih analgesic atau kombinasi dan bila perlu
lebih dari satu sesuai order
Catat pemberian narkotika sesuai dengan
protocol
Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian
Berikan kenyamanan pada pasien dan relaksasi
Berikan analgesic tepat pada waktunya untuk
mencegah kelemahan dan hilangnya efek
analgesic terutama pada nyeri berat.
Jelaskan tentang keefektifa analgesic.
Pertimbangkan pemberian infuse dan bolus
opioid untuk mempertahan level serum
Evaluasi efektivitas analgesic pada saat
pemberian terutama pada dosis awal, observasi
tanda dan gejala yang tidak diinginkan seperti
depresi respirasi, mual, muntah mulut kering dan
konstipasi
Dokumentasikan respon analgesic dan efek
sampingnya
Implementasikan tindakan untuk menurunkan
efek samping analgesic
Kolaborasikan dengan dokter jika obat, dosis
rute pemberian
Ajarkan tentang penggunaan analgesic, strategi
untuk mengurangi efek samping dan cara cara
mengekspresikan nyeri.
9

2.Manajemen nyeri
- Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi
karakteristik, durasi, frekwensi, kualitas,
intensitas dan faktor pencetus
- Observasi aspek non verbal akibat ketidak
nyamanan khususnya akibat ketidakmampuan
komunikasi
- Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasiennya dan
responnya terhadap nyeri
- Kaji
faktor
yang
meningkatkan
atau
menurunkan nyeri
- Kaji pengetahuan pasien dan kepercayaan pasien
tentang nyeri
- Pertimbangkan pengaruh kebiasaan pada respon
nyeri
- Kaji respon nyeri yang mempengaruhi pada
kualitas
hidup
(
tidur,
rasa,aktivitas,
kognisi,perasaan )
- Kaji factor factor yang dapat meringankan dan
memperberat nyeri
- Evaluasi pengalaman nyeri yang lalu .
- Evaluasi tindakan efektif apa yang dilakukan
pada saat nyeri
- Bantu pasien dan keluarga untuk mendapatkan
support
- Kaji factor pencetus yang meringankan atau
menambah berat rasa nyeri
- Lakukan pengkajian tentang hal hal yang
membuat pasien nyaman dan lakukan
monitoring.
10

Berikan informasi tentang nyeri meliputi,


penyebab,lama dan antisipasi ketidak nyamanan
selama prosedur
- Kontrol factor lingkungan yang mempengaruhi
ketidak nyamanan
- Kurangi
factor
presipitasi
yang
bisa
meningkatkan nyeri missal ketakutan dan
kelelahan.
- Pertimbangkan tindakan yang dilakukan
meringankan nyeri sesuai dengan sumber nyeri
- Ajarkan kegunaan teknik non farmakologi
seperti hipnotik, teknik relaksasi.
3.Manajemen sedasi :
- Reviw riwayat kesehatan pasien dan hasil tes
diagnostic jika pada pasien ditemukan riwayat
pemberian sedative
- Tanyakan pada klien dan keluarga tentang
riwayat pemberian sedative
- Kaji adanya pemberian obat yang lain dan
kontra indikasi pemberian sedative
- Jelaskan pada klien dan keluarga tentang efek
pemberian sedative
- Berikan inform concet
- Evaluasi tingkat kesadaran klien dan cegah /
hindari reflek sebelum pembrian sedative
- Pertahankan vital sign, saturasi oksigen, dalam
batas normal
- Siapkan alat-alat resusitasi emergency terutama
O2 100 %, obat-obat emergency dan depribilator
- Berikan IV line

11

Gangguan pola tidur Tujuan :


b/d nyeri atau ketidak
Setelah dilakukan tindakan
nyamanan
keperawatan selama 224 jam pasien
diharapkan dapat memperbaiki pola
tidurnya dengan kriteria :
1. Mengatur jumlah jam tidurnya
2. Tidur secara rutin

Peningkatan tidur

Tetapkan pola kegiatan dan tidur pasien

Monitor pola tidur pasien dan jumlah jam


tidurnya

Jelaskan pentingnya tidur selama sakit dan stress


fisik

Bantu pasien untuk menghilangkan situasi stress


sebelum jam tidurnya

3. Meningkatkan pola tidur


4. Meningkatkan kualitas tidur
5. Tidak ada gangguan tidur
4

Nutrisi kurang dari Tujuan:


kebutuhan tubuh b/d Meningkatkan status nutrisi
Kriteria Hasil :
mual muntah
1. Adanya peningkatan berat badan
sesuai dengan tujuan
2. Berat badan ideal sesuai dengan
tinggi badan
3. Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda tanda malnutrisi
5. Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti

Nutrition Management
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
vitamin C
5. Berikan substansi gula
6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
serat untuk mencegah konstipasi
7. Berikan makanan yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
makanan harian.
12

9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori


10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan.
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama
makan
5. Monitor lingkungan selama makan
6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama
jam makan
7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah
patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
kadar Ht
12. Monitor makanan kesukaan
13. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
14. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
15. Monitor kalori dan intake nuntrisi
16. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
17. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
5

Resiko cedera/trauma Tujuan:


b/d kelemahan umum Meminimalkan cidera atau trauma
(kejang)

1. Pertahankan tirah baring saat kejang


2. Pasang restain tempat tidur
13

kriteria hasil:
1. Keluarga
akan
mempersiapkan
lingkungan yang aman
2. Keluarga
akan
mengidentifikasi resiko
yang
meningkatkan
kerentanan
terhadap
cedera
6.

Perubahan
perfusi
jaringan cerebral b/d
edema
cerebral,
gangguan aliran darah
sekunder
terhadap
perdarahan, hematoma,
odema,
trombus,
embolus atau spasme.

Tujuan:
Mempertahankan perfusi jaringan
serebral yang adekuat
Kriteria hasil:
- Meningkatkan tingkat kesadaran.
- Meningkatkan fungsi persepsi
sensoris
- Tekanan darah dalam rentang
yang diharapkan
- Pusing (-), muntah (-)
- Tidak ada peningkatan TIK

1.
2.

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Peningkatan perfusi serebral


Konsultasi dengan dokter untuk menentukan
parameter hemodinamik
Buat kondisi hipertensi dengan penambahan
volume atau inotropik atau agen vasokontriksi
atau
yang
direkomendasikan
untuk
mempertahankan tekanan perfusi serebral
Pemberian obat vasoaktif untuk mempertahankan
hemodinamik.
Pemberian agen untuk meningkatkan volume
intravaskuler (koloid, kristaloid).
Monitor
protrombin
time
dan
partial
tromboplastin time bila menggunakan hetastarch.
Berikan agen reologik (manitol dosis rendah,
dekstran).
Pertahankan level hematokrit sekitar 33 % untuk
terapi hipervolemi hemodilusi
Pertahankan level glukosa darah dalam kondisi
normal.
Konsul dengan dokter untuk menentukan
tingginya kepala dari tempat tidur 15 atau 30
14

derajat dan observasi respon pasien.


10. Cegah fleksi leher atau fleksi lutut yang
berlebihan.
11. Pertahankan PCO2 sekitar 25 mmHg atau lebih.
12. Berikan dan monitor efek osmotik, diuretik dan
kortikosteroid.
13. Berikan obat nyeri.
14. Monitor status neurologi
15. Hitung dan monitor tekanan perfusi serebral.
16. Monitor tekanan intra kranial pada saat
melakukan tindakan perawatan.
17. Monitor status respirasi : kecepatan, irama, dan
kedalaman pernafasan serta kadar PO2 dan
PCO2, pH dan bikarbonat.
18. Dengarkan suara paru adanya krekless atau suara
nafas tambahan lain.
19. Monitor tanda adanya kelebihan cairan (ronchi,
JVD, edema, peningkatan sekresi paru).
20. Monitor perfusi oksigen ke jaringan (SaO2, Hb).
21. Monitor laboratorium perubahan oksigenasi atau
keseimbangan asam basa.
22. Observasi intake out put
Monitor tekanan intra cranial
Berikan informasi kepada keluarga
Dapatkan sample cairan serebrospinal
Catat perubahan respon pasien
Monitor tekanan intrakranial dan respon
neurologi pada saat tindakan keperawatan
5. Monitor intake dan out put
6. Batasi pasien jika diperlukan
7. Monitor suhu
1.
2.
3.
4.

15

8. Cek adanya kaku kuduk


9. Berikan antibiotic
10. Posisikan pasien dengan elevasi kepala 30 45
derajat dengan posisi leher netral.
11. Minimalkan stimulasi lingkungan.
12. Pada saat melakukan tindakan keperawatan
cegah peningkatan tekanan intracranial
Pemantauan neurologis
1. Monitor
ukuran,
bentuk
pupil
dan
kesimetrisannya serta reaksi terhadap cahaya.
2. Monitor tingkat kesadaran
3. Monitor tingkat orientasi
4. Monitor GCS
5. Monitor memori jangka pendek, perhatian, afek,
perasaan dan tingkah laku
6. Monitor tanda vital
7. Monitor status pernafasan : analisa gas darah,
pulse oksimetri, kedalaman nafas, pola dan
kecepatan pernafasan.
8. Monitor refleks kornea.
9. Monitor batuk dan reflek muntah
10. Monitor tonus otot dan gerakan otot, gaya
berjalan, proprioseptik.
11. Monitor kekuatan genggaman
12. Monitor adanya tremor
13. Monitor kesimetrisan wajah
14. Monitor lidah yang menonjol keluar
15. Monitor adanya gangguan visual : diplopia,
nistagmus, pandangan kabur
16. Catat keluhan nyeri kepala
17. Monitor karakteristik bicara : afasia
16

18. Monitor respon terhadap stimulus : verbal, taktil.


19. Monitor adanya parestesia, mati rasa.
20. Monitor sensasi bau
21. Monitor respon babinski
22. Cegah aktifitas yang meningkatkan tekanan
intracranial
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Terapi oksigen
Siapkan peralatan oksigen
Berikan tambahan oksigen
Monitor aliran oksigen
Instruksikan kepada pasien tentang pentingnya
terapi oksigen.
Cek oksigen secara periodik
Monitor efektifitas terapi oksigen

17

D. Evaluasi
a. Suhu klien normal 36,5C-37,1C
b. Nyeri klien berkurang
c. Klien dapat tidur dengan nyaman
d. Nutrisi klien adekuat
e. Tidak terjadi cedera
f. Perfusi jaringan serebral adekuat
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
M.
N.
O.
P.
Q.
R.
S.
T.
U.
V.
W.
X.
Y.

18

Z.

DAFTAR PUSTAKA

AA.
AB.

Brashers. 2008. APLIKASI KLINIS PATOFISIOLOGI: PEMERIKSAAN &

MANAJEMEN, Ed.2, Alih bahasa Kuncara. Jakarta: EGC


AC.

Brunner and Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 2.

Jakarta: EGC.
AD.

Corwn elizabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

AE.

Wilkinson, Judith. M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan NIC NOC.

Jakarta: EGC
AF.Admin.2009.Intervensi

Keperawatan

pada

klien

meningitis.http://fikunpad-

divarosya.blogspot.com/2009/05/intervensi-keperawatan-pada-klien.html.di akses pada


tanggal 9 desember 2010.
AG.

19

Anda mungkin juga menyukai