A. Pendahuluan
Mengelola pasien trauma dengan syok hemoragik sangat sulit dan sangat
kompleks meskipun pengetahuan tentang patofisiologi dari syok hemoragik
pada pasien trauma telah dikumpulkan selama beberapa dekade terakhir ini,
angka mortalitas pada pasien trauma dengan syok hemoragik masih tetap
tinggi. Pada fase akut perdarahan, terapi yang paling baik adalah
menghentikan perdarahan secepat mungkin menjadi prioritas utama. Selama
perdarahan ini tidak bisa di kontrol atau dikendalikan, petugas kesehatan harus
menjaga oksigen agar dapat membatasi jaringan yang hipoksia, inflamasi, dan
disfungsi organ.1
Setiap tahun sekitar 5.8 juta orang diseluruh dunia meninggal akibat
kejadian yang berhubungan dengan trauma, dimana 9.7 per 100.000 orang
meninggal akibat trauma yang dialami dan mengalami kelumpuhan pada
semua kelompok usia baik laki-laki maupun perempuan. Sekitar 40 % trauma
berhubungan dengan kematian terjadi karena perdarahan.2
Prognosis yang terjadi pada pasien dengan perdarahan hebat sangat buruk,
dengan rerata mortalitas dan mendekati 50% untuk pasien yang membutuhkan
transfusi darah, atau untuk mereka yang mengalami coagulopathy. Rata-rata
satu dari empat pasien yang mengalami luka yang hebat akibat trauma akan
mengalami koagulopati yang berhubungan dengan trauma saat masuk ke
instalasi gawat darurat.2
Strategi resusitasi yang optimal masih controversial dalam hal pemilihan
cairan untuk resusitasi, target hemodinamik yang ingin dicapai untuk
mengontrol perdarahan dan pencegahan optimal agar tidak terjadi traumatic
coagulopathy. 1
B. Definisi
Syok hemoragik adalah suatu sindrom yang terjadi akibat gangguan
hemodinamik dan metabolik ditandai dengan kegagalan system sirkulasi untuk
mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh yang
biasanya terjadi akibat perdarahan yang massif.3,4
C. Etiologi
Perdarahan adalah penyebab syok yang paling sering terjadi. Perdarahan
akan menurunkan tekanan pengisisan sirkulasi dan sebagai akibatnya akan
menurunkan aliran balik vena. sebagai hasilnya, curah jantung menurun di
bawah normal dan timbul syok. Semua tingkat syok dapat timbul karena
perdarahan, dari pengurangan curah jantung, bergantun pada jumlah darah
yang hilang.5
D. Patofisiologi
Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian sirkulasi dan sebagai
akibatnya menurunkan alir balik vena. Sebagai hasilnya, curah jantung
menurun di bawah normal. Pada perdarahan hebat selalu terjadi penurunan
tekanan darah. Pada perdarahan sedang (5-15 mL/Kgbb) tekanan nadi
2
Kehilangan
(mL)
Kehilangan
Kelas I
darah Sampai 750
Kelas II
750-1500
Kelas III
1500-200
Kelas IV
>2000
darah Sampai
15%-30%
30%-40%
>40%
3
(% volume darah)
Denyut nadi
Tekanan darah
Tekanan
nadi
(mmHg)
Frekuensi
pernafasan
Produksi
urin
(mL/jam)
CNS/status mental
15%
< 100
>100
Normal
Normal
Normal atau Menurun
naik
14-20
20-30
>30
Sedikit
cemas
Penggantian cairan Kristaloid
(Hukum 3:1)
>120
Menurun
Menurun
>140
Menurun
Menurun
30-40
>35
20-30
5-15
Tidak berarti
Agak
cemas
Kristaloid
Cemas,
bingung
Kristaloid
dan darah
Bingung,
lesu
Kristaloid
dan darah
kavum
abdominalis,
mediastinum
dan
retroperitoneum
bisa
menampung darah dalam jumlah yang sangat besar dan bisa menjadi
penyebab kematian. Perdarahan trauma eksternal bisa ditaksir secara baik, tapi
bisa juga kurang diawasi oleh petugas emergensi medis. Laserasi kulit kepala
bisa menyebabkan kehilangan darah dalam jumlah besar. Fraktur multipel
terbuka, juga bisa mengakibatkan kehilangan darah yang cukup besar. 8
4
Estimasi Perdarahan
1.5-2 liter
0.5 liter
3 liter
2 liter
150 ml
500 ml
500 ml
Periksa pasien lebih lanjut dengan teliti dari ujung kepala sampai ujung
kaki, yang dapat mengarahkan kita terhadap kemungkinan adanya luka. Periksa
adakah perdarahan di kulit kepala, apabila dijumpai perdarahan aktif harus segera
diatasi bahkan sebelum pemeriksaan lainnya. Periksa juga apakah ada darah pada
mulut dan faring. 8
Periksa abdomen dari tanda perdarahan intra-abdominal, misal: distensi,
nyeri palpitasi, dan perkusi redup. Periksa panggul apakah ada memar/ekimosis
yang mengarah ke perdarahan retroperitoneal. Adanya distensi, nyeri saat palpasi
dan ekimosis mengindikasikan adanya perdarahan intra-abdominal. Palpasi pula
kestabilan tulang pelvis, bila ada krepitasi atau instabilitas mengindikasikan
terjadinya fraktus pelvis dan ini dapat mengancam jiwa karena perdarahan terjadi
pada rongga retroperitoneum. Kejadian yang sering dalam klinis adalah pecahnya
aneurisma aorta yang bisa menyebabkan syok tak terdeteksi. Tanda klinis yang
bisa mengarahkan kita adalah terabanya masa abdomen yang berdenyut,
pembesaran skrotum karena terperangkapnya darah retroperitoneal, kelumpuhan
ekstremitas bawah dan lemahnya nadi femoralis. 8
Fraktur pada tulang panjang ditandai nyeri dan krepitasi saat palpasi di dekat
fraktur. Semua fraktur tulang panjang harus segera direposisi dan digips untuk
mencegah perdarahan di sisi fraktur. Yang perlu diperhatikan t erutama fraktur femur,
karena dapat mengakibatkan hilangnya darah dalam jumlah banyak, sehingga harus
segera diimobilisasi dan ditraksi secepatnya. Tes diagnostik lebih jauh perlu
dilakukan untuk menyingkirkan perdarahan yang mungkin terjadi di intratorakal,
intra-abdominal,atau retroperitoneal.8
Jangan lupa pula untuk melakukan pemeriksaan rektum / rectal toucher.
Bila ada darah segar curiga hemoroid interna atau externa. Pada kondisi yang
sangat jarang curigai perdarahan yang signifikan terutama pada pasien dengan
hipertensi portal. Pasien dengan riwayat perdarahan vagina lakukan pemeriksaan
pelvis lengkap, dan lakukan tes kehamilan untuk menyingkirkan kemungkinan
kehamilan ektopik. 8
Lakukan
pemeriksaan
sistematik
pada
pasien
trauma
termasuk
pemeriksaan penunjang primer dan sekunder. Luka multipel bisa terjadi dan harus
mendapat perhatian khusus, hati-hati perdarahan bisa menjadi pencetus syok
lainnya, seperti syok neurogenik. 8
< 750 ml
750-1500 ml
1500-2000 ml
>2000 ml
CRT
Normal
memanjang
memanjang
memanjang
Nadi
< 100
> 100
> 120
> 140
Tek. Sistolik
Normal
Normal
Menurun
Menurun
Nafas
Normal
20-30 x/m
>35 x/m
Kesadaran
Sedikit cemas
Agak cemas
Cemas, bingung
Bingung, lesu
Cairan intraselular
Cairan yang terkandung di antara sel disebut cairan intraselular. Pada
orang dewasa, sekitar dua pertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di
intraselular (sekitar 27 liter rata-rata untuk dewasa laki-laki dengan berat
badan sekitar 70 kilogram), sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat
badannya merupakan cairan intraselular. Cairan intraseluler terlibat dalam
proses metabolik yang menghasilkan energi yang berasal dari nutrien-nutrien
dalam cairan tubuh.7
Cairan ekstraselular
Cairan yang berada di luar sel disebut cairan ekstraselular. Cairan
mmHg. Pemberian 500 ml larutan ini pada orang normal akan dikeluarkan
46% lewat urin dalam waktu 2 hari dan sisanya 64% dalam waktu 8 hari.
Larutan koloid ini juga dapat menimbulkan reaksi anafilaktik dan dapat
meningkatkan kadar serum amilase ( walau jarang). Low molecullar
weight Hydroxylethyl starch (Penta-Starch) mirip Heta starch, mampu
mengembangkan volume plasma hingga 1,5 kali volume yang diberikan
dan berlangsung selama 12 jam. Karena potensinya sebagai plasma
volume expander yang besar dengan toksisitas yang rendah dan tidak
mengganggu koagulasi maka Penta starch dipilih sebagai koloid untuk
resusitasi cairan pada penderita gawat.
C. Gelatin
Larutan koloid 3,5-4% dalam balanced electrolyte dengan berat
molekul rata-rata 35.000 dibuat dari hidrolisa kolagen binatang. Ada 3
macam gelatin, yaitu:
1. Modified fluid gelatin (Plasmion dan Hemacell)
11
12
lebih luas sehingga meningkatkan tekanan onkotik dan dapat dengan cepat
memperoleh kebutuhan di sirkulasi. Tetapi cairan kristaloid lebih murah,
beberapa peneliti menemukan tidak ada keuntungan yang diberikan saat
menggunakan cairan koloid. Bagaimanapun, resusitasi cairan kristaloid
dengan volume yang besar dapat mengakibatkan edema jaringan,
meningkatnya insidens abdominal compartment syndrome. 1
Groeneveld, dkk menunjukkan adanya gangguan koagulasi dan
gagal ginjal akut sering terjadi pada pasien yang menerima cairan HES.
Perner, dkk menunjukkan peningkatan resiko kematian pada pasien
dengan sepsis berat yang telah di resusitasi dengan cairan HES. European
guidelines merekomendasikan penggunaan kristaloid untuk terapi awal
pasien perdarahan akibat trauma dan koloid sebagai tambahan harus
dipertimbangkan pada pasien-pasien yang hemodinamiknya tidak stabil.
Diantara koloid, HES atau gelatin harus digunakan. 1
Cairan hipertonis merupakan alat yang menarik pada pasien
hemoragik akibat trauma. Cairan ini memiliki banyak keuntungan yaitu
cepat mengganti cairan di intravaskuler dengan pemberian dalam volume
yang kecil khususnya jika digunakan dengan cairan koloid. Selain itu
cairan hipertonis dapat digunakan sebagai agen hiperosmolar untuk
menurunkan tekanan intracranial. Namun, cairan ini tidak menurunkan
mortalitas. 1
2. Agen vasoaktif
Resusitasi cairan merupakan strategi awal untuk mengembalikan
mean arterial pressure (MAP) pada pasien syok hemoragik. Dengan
demikian, agen vasopressor juga dibutuhkan untuk memperpanjang
kehidupan dan menjaga perfusi jaringan pada keadaan hipotensi. 1
Norepinefrin, sering digunakan untuk mengembalikan MAP pada
pasien
dengan
sepsis
dan
syok
hemoragik.
Dan
sekarang
13
cairan
dan
mencegah
hemodilusi.
Jika
menggunakan
injury
mengakibatkan
faktor
jaringan
15
dalam
ruang
intravaskuler
yang
menyebabkan
semakin
membesar
yang
disebabkan
paparan
koagulasi.
18
19