Anda di halaman 1dari 12

Bisnis Hotel Malang Lesu, Karyawan

Dirumahkan
Kamis, 21 Mei 2015 | 05:20 WIB

Hotel Atria Malang. atriahotel-malang.com


TEMPO.CO, Malang - Pengusaha perhotelan mulai mengurangi atau memecat karyawan sejak
bisnis perhotelan lesu. Okupansi atau tingkat hunian hotel hanya 50 persen menyusul seruan
pemerintah melarang pegawai pemerintah rapat di hotel. Okupansi hotel terus melorot, kata
Manajer Hotel Atria, Ratna Dwi Rachmawati, Rabu, 20 Mei 2015.
Okupansi hotel pada 2015 sekitar 50 persen, sedangkan tahun lalu sekitar 60 persen. Sejumlah
faktor penyebab okupansi, antara lain, adalah larangan pegawai negeri rapat di hotel dan
kunjungan wisata sepi karena tak ada acara menarik di Malang. Maka manajemen Atria
mengurangi pekerjanya hingga 25 persen. Namun ia tak menyebut detail jumlah karyawan yang
dipecat.
Bahkan okupansi Hotel Pelangi hanya 30 persen sehingga manajemen Hotel Pelangi juga
mengurangi jumlah karyawan selama 2 tahun terakhir. Jumlah karyawan yang dikurangi
mencapai 30 persen. Bisnis perhotelan sedang kembang kempis, kata Manajer Hotel Pelangi,
Ruspin.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Kota Malang, Herman Soemarjono,
menjelaskan bahwa rata-rata okupansi hotel di Malang sekitar 40 persen sehingga pembangunan
hotel baru harus dihentikan agar tak mematikan usaha yang telah ada.

Pelaku bisnis perhotelan di Malang sudah jenuh, katanya. Total jumlah hotel di Malang ada
sebanyak 73 hotel. Terdiri atas hotel melati sampai bintang lima. Sedangkan dua tahun terakhir
berdiri 20 hotel baru di Malang.
EKO WIDIANTO
http://bisnis.tempo.co/read/news/2015/05/21/090668013/bisnis-hotel-malang-lesukaryawan-dirumahkan

10 Hotel di Bali diduga gelapkan pajak


hingga puluhan miliar
Reporter : Wayan Anantara | Rabu, 9 Januari 2013 17:14

Merdeka.com - Kejaksaan Negeri Denpasar mengusut dugaan kasus dugaan


penggelapan pajak sejumlah hotel berbintang yang nilainya mencapai puluhan
miliar rupiah. Kepala Kejaksaan Negeri Denpasar Freddy Runtu mengatakan, total
ada 10 hotel yang saat ini sedang dibidik dalam kasus penggelapan pajak hotel
restoran (PHR).
"Nilainya mencapai puluhan miliar," kata Freddy Runtu di Denpasar, Bali, Rabu
(9/1).
Freddy mengaku saat ini ada empat hotel berbintang yang saat ini dibidik

jajarannya. Keempat hotel itu adalah Ocean Blue Hotel senilai Rp 10 miliar,
Ramadha Resort Benoa Rp 6 miliar, Sandhi Pala Hotel Rp 4 miliar dan Bali
Intercontinental Resort Rp 3 miliar.
"Sisanya akan kami usut menyusul, karena nilainya lebih kecil," terangnya.
Kejaksaan telah membentuk tim intelijen untuk mengusut kasus ini dengan
memeriksa 10 orang saksi. Mereka terdiri staf perusahaan wajib pajak (WP) yang
tidak menyetorkan pajaknya ke kas daerah. Saksi lainnya dari Dinas Pendapatan
(Dispenda) Kabupaten Badung.
Sejauh ini, kejaksaan belum menetapkan tersangka. "Namun kami yakin kasus ini
akan bergulir sampai ke pengadilan," tegas Freddy.
Secara terpisah, Sekretaris Perhimpunan Hotel Restoran Indonesia (PHRI) Bali Perry
Markus mengatakan, asosiasinya sampai saat ini belum mendapat pemberitahuan
terkait dugaan kasus tersebut.
Namun demikian, Perry mempersilakan kejaksaan untuk mengusut dugaan kasus
itu. "Kita serahkan sepenuhnya dan kita siap membantu jika dibutuhkan," katanya.
http://www.merdeka.com/peristiwa/10-hotel-di-bali-diduga-gelapkan-pajak-hinggapuluhan-miliar.html

Hotel Pemanipulasi Bukti Bayar Diminta


Diawasi Ketat Rabu, 08 April 2015 | 07:28 WIB

TEMPO/Fahmi Ali
TEMPO.CO, Yogyakarta - Organisasi non-pemerintah yang mengadvokasi kebijakan publik,
IDEA, meminta lembaga pengawas penggunaan duit negara di Yogyakarta memantau
kongkalikong penyimpangan anggaran perjalanan dinas antara pejabat dan pengelola hotel.
Direktur IDEA Wasingatu Zakiyah mengatakan kerja sama pejabat dan pengelola hotel umum
terjadi di sejumlah tempat. Di Yogyakarta, Wasingatu menyebut sejumlah hotel berbintang
terbiasa melakukan itu.
IDEA pernah menggelar sebuah acara dan hendak menyewa ruangan hotel. Setidaknya ada tiga
hotel yang berinisiatif menawari kuitansi berjumlah dua untuk mark-up atau memanipulasi biaya
yang dikeluarkan. Tentu saja IDEA menolaknya. "Mereka terbiasa melakukan praktek koruptif
dan menganggapnya wajar," kata dia ketika dihubungi, Selasa, 7 April 2015.
IDEA juga mengamati sejumlah kantor dinas pemerintah menggunakan hotel tanpa patokan atau
standar. Hotel yang menjadi langganan lembaga pemerintah itu tak mencantumkan harga
terendah untuk sejumlah jasa.
Wasingatu meminta lembaga pengawas kebijakan publik, misalnya Lembaga Ombudsman
Daerah maupun Lembaga Ombudsman Swasta, untuk lebih bekerja keras mengawasi praktek
koruptif yang memboroskan duit negara itu. Pejabat publik pengguna duit negara dalam setiap

proses pengawasan harus terbuka terhadap lembaga pengawas untuk menjamin transparansi
anggaran.
Selain itu, dia mendesak pemerintah untuk menghemat anggaran publik di tengah situasi
ekonomi saat ini. Rapat-rapat oleh pejabat negara di hotel yang tak perlu bisa diganti di ruang
rapat milik kantor lembaga negara. "Pejabat sepatutnya peka dengan kondisi saat ini," kata dia.
Pemerintah telah melonggarkan aturan rapat bagi pegawai negeri sipil di hotel. Untuk
meminimalisasi penyelewengan anggaran perjalanan dinas, pemerintah bersama pengusaha hotel
akan menandatangani pakta integritas.
Isi dari pakta integritas itu adalah pengusaha hotel yang bertransaksi tidak sesuai aturan bakal
mendapatkan sanksi. "Pakta integritas tanpa diikuti pengawasan tidak akan berhasil mengatasi
praktek itu," kata Wasingatu.
Sebelumnya, modus penyimpangan duit negara kerja sama antara pejabat dengan pengelola
hotel, misalnya mark-up anggaran menginap di hotel, mencantumkan jumlah peserta tak sesuai
dengan kuota. Ada pula yang mencantumkan perpanjangan hari menginap, contoh dari tiga hari
menjadi lima hari.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia DIY Istijab Danunagoro mengatakan
Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi bersama PHRI akan
membuat semacam kesepakatan untuk mengantisipasi berbagai bentuk penyimpangan, yakni
mark-up atau penggelembungan duit negara. Biaya fiktif perjalanan dinas itu selama ini diduga
banyak terjadi di Yogyakarta. "Pengusaha hotel yang melanggar akan kena sanksi pidana," kata
Istijab.
Penyusunan pakta integritas itu dilakukan setelah terbit Peraturan Menteri PAN RB Nomor
6/2015 tentang Pedoman Pembatasan Pertemuan Rapat di Luar Kantor dalam Rangka
Peningkatan Efisiensi dan Efektivitas Kerja Aparatur.
SHINTA MAHARANI
http://bisnis.tempo.co/read/news/2015/04/08/090656149/hotel-pemanipulasi-buktibayar-diminta-diawasi-ketat

Tak Ada Rapat Pemerintah, Hotel Rugi Rp


1,2 Triliun
Jum'at, 06 Maret 2015 | 19:05 WIB

sxc.hu
TEMPO.CO, Surabaya - Industri perhotelan dan restoran di Jawa Timur menuai kerugian yang
tak sedikit setelah diberlakukannya kebijakan pemerintah pusat yang melarang pegawai negeri
sipil rapat di hotel. Sejak efektif diterapkan 1 Desember 2014, larangan itu mempengaruhi
penurunan tingkat hunian dan pendapatan antara 30 hingga 50 persen.
"Padahal setiap tahun omzet hotel sekitar Rp 10-20 triliun. Kalau pendapatan Rp 800 miliar per
bulan, selama tiga bulan kami merugi sekitar Rp 1,2 triliun," kata Ketua Perhimpunan Hotel dan
Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Timur Moh. Soleh saat dihubungi Tempo, Jumat, 6 Maret 2015.
Tak hanya omzet dari sisi industri, pelarangan rapat di hotel oleh pemerintah pusat berdampak
pada penurunan pendapatan perolehan pajak. Industri hotel dan restoran, kata Soleh,
berkontribusi sekitar Rp 40 miliar per bulan. "Dari omzet itu, 10 persen lari ke pajak atau Rp 120
miliar per tahun. Selama pelarangan, ada loss income pajak sekitar Rp 40 miliar," ujarnya.
PHRI Jatim mencatat jumlah pekerja hotel dan restoran yang dirumahkan selama Desember
hingga Februari lalu mencapai 50 ribu orang. Bahkan sebuah hotel di Batu, yang memiliki 90
karyawan, kini hanya mempekerjakan 20 orang. "Sebab okupansinya per malam merosot sampai
5 persen saja. Padahal operasional hotel baru bisa balik modal minimal 50 persen," imbuhnya.
Soleh menyambut baik rencana Gubernur Jawa Timur Soekarwo yang membuat surat edaran
agar larangan rapat diperlonggar. Pasalnya, industri hotel dan restoran memiliki multiplier effect
yang besar bagi perekonomian Jawa Timur.
"Kami mendukung usaha Presiden Jokowi memerangi korupsi, tetapi kalau mau membenahi
sistem penyelenggaraannya harus disertai pembenahan pengawasannya juga," ujar dia.

PHRI Jawa Timur juga mengusulkan kepada Soekarwo agar syarat minimum penyelenggaraan
rapat di hotel ialah di atas 50 orang. Sebab, angka itu sesuai dengan rekomendasi Menteri
Pariwisata Arief Yahya. "Mayoritas ruangan rapat di kantor dinas itu maksimal 50 orang. Kalau
lebih dari itu, lebih efisien diselenggarakan di luar daripada sewa tenda," ujarnya.
Soleh menambahkan, sejak awal PHRI telah meminta Soekarwo menanggapi larangan rapat di
hotel oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara-Reformasi Birokrasi dengan bijak. Namun,
karena khawatir melanggar arahan Kementerian, Jawa Timur memilih memberlakukan secara
total. "Padahal, jika ruangan tidak memadai, pegawai negeri di Yogyakarta, Jawa Tengah, dan
Sulawesi Selatan tetap boleh rapat di luar kantor," katanya.
Sebelumnya, Gubernur Soekarwo akan menerbitkan surat edaran kepada semua dinas serta
pemerintah kabupaten/kota mengenai izin pelaksanaan rapat pegawai negeri sipil di hotel. Ia
mengatakan, izin itu disertai syarat bahwa peserta rapat harus di atas seratus orang dan bukan di
hotel bintang lima.
Surat edaran tersebut sudah berdasarkan persetujuan Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo saat
bertemu pada acara Rapat Kerja Nasional Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia
(APPSI) di Maluku, Jumat, 27 Februari lalu.
ARTIKA RACHMI FARMIT
http://bisnis.tempo.co/read/news/2015/03/06/090647751/tak-ada-rapat-pemerintahhotel-rugi-rp-1-2-triliun
Akuntansi Perhotelan XIII
Menjalankan sebuah hotel, seperti halnya menjalankan setiap bisnis lain, selalu
berhubungan dengan pengelolaan keuangan. Tanpa pengelolaan uang maka tidak
akan ada satu bisnispun yang dapat berjalan dengan sukses. Bisnis yang
keuangannya tidak dikelola dengan baik akan mengalami kegagalan.
Untuk menghasilkan dan mengelola uang, hotel harus mendapatkan laba yang
cukup agar dapat tetap bertahan sekaligus untuk memastikan bahwa laba ini
menghasilkan kas yang cukup untuk membayar semua kewajiban yang jatuh
tempo. Oleh karenanya perencanaan laba dan kas adalah sama pentingnya
meskipun laba dan kas merupakan dua hal yang berbeda.

Pengendalian Keuangan
Laba dan ketersediaan kas hanya akan dihasilkan apabila hotel memiliki dan
melaksanakan pengendalian keuangan yang baik. Pengendalian keuangan tidak lain
adalah memahami dimana posisi hotel pada setiap waktu ditinjau dari sudut
pandang laba dan kas; merencanakan akan kemana dengan anggaran dan alat-alat

yang tersedia; dan memastikan apakah hotel akan dapat mencapai rencana melalui
laporan keuangan reguler yang memantau setiap kemajuan yang telah dicapai.
Pengetahuan Akuntansi
Dalam rangka melaksanakan pengendalian keuangan, setiap pengelola hotel harus
memahami akuntansi. Namun untuk dapat memahami akuntansi, pengelola hotel
tidak perlu harus menjadi akuntan. Pengelola hotel yang memperkejakan akuntansi
setiap saat harus melakukan pertemuan dan diskusi dengan akuntan tersebut.
Meskipun hotel yang belum cukup besar untuk mempekerjakan seorang akuntan
secara penuh (full time), sehingga kemudian hotel menyewa akuntan paruh waktu
(part-time) untuk membantu menyelesaikan pekerjaan akuntansi, pengelola hotel
harus sering bertemu dengan akuntan tersebut untuk mendiskusikan jalannya bisnis
hotel.

Pentingnya catatan
Kebanyakan pengelola hotel berskala kecil tidak mampu menyelenggarakan
pencatatan yang cukup dan kurang memahami dasar-dasar akuntansi sehingga
mereka seringkali tidak mengetahui apakah usahanya menguntungkan atau tidak.
Untuk memasuki industri perhotelan diperlukan investasi yang tidak kecil dan setiap
investasi seharusnya mampu menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu,
pencatatan yang cukup merupakan langkah yang sangat penting agar dapat
memantau perkembangan hasil investasi tersebut.

Pengambilan Keputusan
Para manajer hotel harus senantiasa melaksanakan proses pengambilan keputusan.
Kualitas keputusan yang diambil oleh para manajer tersebut akan meningkat
apabila ia didukung oleh informasi akuntansi yang relevan. Informasi akuntansi
yang tepat digunakan untuk:
a. Mengukur kinerja operasi berjalan yang berhasil dicapai dan kemudian
membandingkannya dengan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya,
seperti pencapaian persentase tertentu dari biaya tenaga kerja relatif
terhadap penghasilan.
b. Memberikan jawaban atas pertanyaan seperti ini: Berapakah jumlah uang
hotel yang saat ini disimpan di bank? Uang manakah yang perlu segera
dilunasi di tahun mendatang? Mampukah ekspansi usaha didanai dari sumber
yang berasal dari hasil operasi?

c. Menganalisis kecenderungan penjualan dan biaya sehingga dapat digunakan


untuk menyusun rencana yang efektif mengenai penjualan dan biaya di masa
mendatang.
d. Memberikan bantuan dalam rangka menunjang penyusunan anggaran
sebagai upaya implementasi strategi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.

Keputusan Rutin dan Non-Rutin


Keputusan yang dibuat oleh kebanyakan pengelola hotel pada dasarnya dapat
dibagi menjadi dua jenis, yaitu keputusan rutin dan non-rutin. Keputusan rutin harus
diambil dari hari ke hari berkaitan dengan kegiatan operasi berjalan, seperti berapa
banyak pegawai housekeeping harus bertugas pada setiap harinya untuk
mengantisipasi suatu volume kegiatan. Informasi historis tentang tingkat hunian
yang dikombinasikan dengan reservasi yang telah dibuat dapat membantu
pengambilan keputusan tersebut. Untuk keputusan rutin diperlukan suatu sistem
yang memungkinkan dihasilkannya informasi penting secara cepat dan akurat.
Jenis keputusan yang kedua adalah keputusan non-rutin, yaitu keputusan yang
biasanya berkaitan dengan pertanyaan seperti ini: Haruskah melakukan investasi
untuk mendekorasi kamar? Haruskah tarif kamar hotel direvisi? Haruskah memulai
operasi bisnis perhotelan yang berikutnya? Jenis keputusan kedua ini umumnya
lebih sulit untuk dibuat dan biasanya melibatkan situasi yang lebih serius apabila
keputusan tersebut salah.

Sistem Pelaporan
Jenis Laporan
Sistem pelaporan keuangan hotel didasarkan pada pendekatan perilaku (behavioral
approach), yaitu dengan memperhatikan tujuan dan motivasi penggunaan laporan.
Dengan demikian sistem pelaporan dibedakan menjadi:
1.

Laporan akuntansi keuangan

2.

Laporan akuntansi manajemen


Bagamanapun, dalam pelaksanaannya terdapat kaitan yang sangat erat antara
akuntansi manajemen dengan akuntansi keuangan terutama yang menyangkut

masalah sistem akuntansi keuangan, terutama yang menyangkut bagan perkiraan


serta prosedur akuntansi keuangan.
Laporan akuntansi manajemen dapat pula berbentuk analisa keuangan atas laporan
akuntansi keuangan khususnya yang berkaitan dengan neraca dan laporan laba
rugi. Analisa keuangan merupakan salah satu metode yang dapat menunjukkan
kekuatan dan kelemahan perusahaan dari berbagai aspek keuangan. Hasil analisa
ini diperlukan oleh berbagai pihak baik eksternal maupun internal untuk
mengevaluasi kondisi perusahaan serta untuk dapat memprediksi kemampuan
perusahaan di masa yang akan datang.

Laporan Akuntansi Keuangan


Laporan akuntansi keuangan disususn berdasarkan SAK, sehingga secara garis
besar tidak banyak terdapat perbedaan dengan laporan akuntansi keuangan yang
disusun oleh industri lain. Hal yang menjadi ciri utama yang membedakan dengan
industri lainnya hanya menyangkut masalah banyaknya jenis pendapatan (meliputi
perusahaan dagang, perusahaan jasa, perusahaan manufaktur, dan jasa broker).
Demikian juga halnya dengan perhitungan harga pokok yang disesuaikan dengan
jenis penjualan tersebut. Analisa laporan keuangan dapat dilakukan dengan
berbagai metode antara lain:
a. Analisis rasio
b. Analisis horisontal
c. Analisis vertikal
d. Analisis sumber dan penggunaan dana
e. Pengukuran kesehatan dan kinerja keuangan dari berbagai persepsi

Laporan Akuntansi Manajemen


Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yang berkaitan dengan penyusunan
laporan akuntansi manajemen seperti:
a. Laporan akuntansi manajemen tidak terikat pada kaidah yang ditentukan
dalam SAK.
b. Laporan akuntansi manajemen lebih menekankan pada relevansi informasi
yang dihasilkan sebagai dasar pengambilan keputusan,
c. Laporan akuntansi manajemen tidak hanya didasarkan pada data historis tapi
juga meliputi penafsiran serta prediksi di masa yang akan datang.
d. Laporan akuntansi manajemen tidak semata-mata melaporkan informasi
dalam satuan unit uang tetapi juga meliputi satuan ukur yang lain.

Adapun yang menjadi tujuan pelaporan akuntansi manajemen meliputi hal-hal


sebagai berikut:
a. Mengukur dan menilai kinerja suatu unit, departemen atau organisasi secara
keseluruhan.
b. Memberikan informasi kepada manajemen secara cepat dan akurat dalam
rangka pengambilan keputusan.
c. Membantu manajemen dalam menentukan atau menyusun perencanaan.

Bentuk Dan Kerangka Laporan Akutansi Manajemen


Laporan akuntansi manajemen pada dasarnya menunjukkan perbandingan antara
anggaran dan realisasi. Dengan bentuk seperti ini, pemakai diharapkan mampu
memantau secara lebih dini adanya penyimpangan yang terjadi untuk segera
mengambil keputusan serta tindakan perbaikan. Dengan demikian laporan
akuntansi manajemen memerlukan data proyeksi yang objektif sehingga keputusan
yang dihasilkan tidak bersifat bias. Perencanaan/ anggaran yang dibuat merupakan
salah satu tolak ukur dalam melakukan penilaian dan pengendalian. Proses
pengendalian umumnya terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut:
a. Penentuan pelaksanaan pekerjaan serta tolak ukur keberhasilan suatu pusat
pertanggungjawaban.
b. Pendelegasian wewenang.
c. Supervisi pelaksanaan.
d. Pengukuran kerja.
e. Perbandingan antara anggaran dan realisasi. Selisih antara anggaran dan
realisasi diidentifikasi dan diuraikan lebih jauh dengan berbagai metode yang
dapat memberikan jalan keluar.
Tahap pengendalian di atas relatif sama dengan pengendalian di setiap industri. Hal
yang spesifik adalah terletak pada unit organisasi serta sifat pertanggungjawaban
serta tolak ukur keberhasilan yang sesuai dengan struktur organisasi yang ada di
hotel. Laporan yang disusun berdasarkan responsibility centre yang ada di hotel
diharapkan dapat dipakai untuk mengevaluasi pencapaian target bagi setiap
responsibility centre serta mendorong terjadinya peningkatan prestasi.
Laporan Manajemen
Pihak manajemen memerlukan laporan hasil aktivitas dalam suatu periode, di mana
laporan ini digunakan sebagai dasar untuk membuat perencanaan strategis dan

sebagai tolak ukur dalam pengambilan keputusan. Adapun laporan yang dihasilkan
meliputi:
a. Laporan departemental, yang menjelaskan tentang hasil aktivasi dalam suatu
periode untuk masing-masing departemen operasi dan departemen
pendukung (overhead). Laporan ini digunakan sebagai informasi pendukung
laporan keuangan.
b. Statistik, yaitu laporan yang memberikan informasi tentang jumlah kamar
yang tersedia dijual (room avaliable), jumlah tingkat hunian (room accupied),
persentase tingkat hunian (% of occupancy), harga jual kamar rata-rata
(average room rate), jumlah tamu yang menginap (number of guest), dan
informasi lainnya. Informasi tentang statistik hotel bisa dilihat pada Daily of
sales.
c. Laporan keuangan, terdiri dari:
1.

Laporan laba rugi (income statement), menjelaskan tentang pendapatan dan


beban dari hasil operasi dalam suatu periode.
2.
Neraca (balance sheet), yang menjelaskan tentang hubungan antara aktiva,
kewajiban dan modal dalam laporan posisi keuangan dari operasi dari operasi pada
suatu periode keuangan.
3.

Laporan arus kas (statement of cash flow), menjelaskan tentang perubahan dalam
posisi kas, baik pada pada sumber maupun penggunaan kas.
http://zetzu.blogspot.co.id/2010/12/akuntansi-perhotelan-xiii.html

Anda mungkin juga menyukai