Anda di halaman 1dari 12

ASKEP AGNOSIA

Pengertian :
- Ketidakmampuan untuk mengonganisasikan informasi sensori
agar bisa mengenal benda benda/hilangnya daya untuk
mengenali arti stimulasi sensoris macamnya sesuai indra.
- Ketidakmampuan untuk menginterprestasikan/mengenal benda
yang dilihat dengan menggunakan perasaan spesial.
- Hilangnya kemampuan untuk mengenali benda benda, orang,
suara, batuk, bau sementara arti tertentu tidak cacat juga tidak
ada kerugian memori yang signifikan
Etiologi:
- Stroke.
- Dimensia / gangguan neurologis.
- Kerusakan otak.
- Dimensia singkat akal.
- Neurological disorder.

Apallic Syndrom.

Nellsen.

Heredyteri.

Head Injuri

Bres Infektion.

Manifestasi Klinik :
-

Ketidakmampuan mengenali obyek.

Ketidakmampuan mengenali orang.

Ketidakmampuna mengenali suara.

Ketidakmampuan mengenali suara yang akrab.

Ketidakmampuan mengenali bentuk

Ketidakmampuan mengenali bau.

Type/Jenis :
- Agnosia Visual.
- Obyek Visual (sub tipe) :
- Formalin agnosia
- Agnosia Finger
- Simultanogsia
- Agnosia Asosiatif
- Apperceptive Agnosia
- Agnosia cermin
- Prospagnosia
- Alexia Anogsia
- Agnosia Warna
- Agnosia Auditori

Patofisiologi :
- Terjadinya agnosia karena adanya gangguan visual
otak/disfungsi Neurologis akibat dari stroke, demensia
gangguan perkembangan /kondisi neurologis lainnya.
Agnosia merupakan hasil dari kerusakan daerah tertentu di
otak lobus oksipital /parietal otak. Sehingga pada daerah
tersebut terdapat lesi yang dapat menyebabkan kerusakan
saraf sehingga terjadi berbagai bentuk Agnosia.
Pemeriksaan penunjang :
1. Pengujian Neuropsicologis.
2. CT Scan/MRI
Pengobatan :
1. Tidak ada pengobatan khusus untuk agnosia
2. Rehabilitasi terapi okupasi

Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Gangguan vokal neurologis
- Kepribadian, gangguan efek, disfungsi sistem motor,
kejang, ephasia.
- Penglihatan, tidak dapat mengenali/melihat sesuatau
- Halusinasi pendengaran
- Ketidakmampuan membedakan kiri dan kanan.
2. Mentasi, perubahan kepribadian
- Menurunnya : - Daya Ingat dan mengambil keputusan.

3. Data dasar pengkajian


a. Aktifitas
b. Sirkulasi.
4. Integritas Ego
5. Elimisasi.
6. Makanan atau cairan.
7. Hygiene.
8. Neurosensori
1. Pengingkaran terhadap gejala yang ada, perubahan
kognitif, gambaran kabur
2. Penurunan kemajuan.
3. Penurunan komunikaksi, kesulitan dalam menentukan
kata kata yang benar.

4. Bertanya berulang ulang.


5. Kehilangan kemepuan membaca dan menulis.
6. Kesulitan dalam berfikir komplek dan abstrak
7. Gangguan daya ingat.
8. Perubahan Visual.
9. Kemampuan menghitung sederhana.
9. Kenyamanan
10.Interaksi sosial.
Riwayat Kesehatan :
1. Keluhan Utama
2. Riwayat penyakit sekarang.
3. Riwayat penyakit dahulu.
4. Riwayat penyakit Keluarga

Diagnosa Keperawatan :
1. Gangguan persepsi sensori penciuman bdkerusakan saraf
olfaktorius.
2. Gangguan persepsi sensori ofyalmikus bd penurunan Visus
3. Gangguan pesersepsi sensori pendengaran bd gangguan
penghantaran impuls.
4. Gangguan pesersepsi sensori perasa bd kerusakan sraf
vagus glasofaringeus
5. Resiko cidera bd gangguan penglihatan.
Intervensi Keperawatan
1. Dx kep.I
a. Kaji hidung Klien (warna kulit, kesimetrisan).
b. Gunakan metode untuk menstsimulasi indra penciuman.
c. Gunakan permainan sensori untuk menstimulasi realita

2. Dx Kep.II
a. Kaji adanya gangguan penglihatan, catat adanya
penurunan lapang pandang, perubahan ketajaman persepsi
adayanya dispoplia.
b. Catat terhadap tidsak adanya perhatian pada bagian
tubuh, kemepuan dalam mengenali obyek sebelumnya
dikenal atau tidak.
c. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan tentang
penurunan / kemungkinan kehilangan penglihatan.
d. Orientasikan pasien terhadap
lingkungan orang lain didaerahnya.

lingkungan

serta

e. Ciptakan lingkungan yang sederhana perabot yang


membahayakan.

3. Dx Kep.III.
a. Periksa pandangan kliuen secara sederhana dengan
mengguanakan suara bisiskan.
b. Peruiksa pendengaran klien dengan mengguanakan tes
rinne dan webber.
c. Memandang ketika saling berbicara.
d. Menggunakan tanda tanda non verbal.
4. Dx Kep.IV.
a. Kaji penurunan ketajaman perasaan pasien.
b. Berikan stimulasi rasa tertentu.
c. Kolaborasi denga ahli fisioterapi.
d. Jelaskan kepada pasien dan keluarga untuk mematuhi
program terapi.

5. Dx Kep.V.
a. Kaji faktor faktor resiko yang mungkin timbul.
b. Berikan lingkungan yang aman dan nyaman.
c. Jelaskan kepada pasien mengenai lingkungan sekitar.

Anda mungkin juga menyukai