PEMICU 1
MODUL FOUNDATION OF CLINICAL PRACTICE
I11111020
Syarifi
I11111072
I11110047
I11112008
Furqan Rachman
I11112010
Adela Brilian
I11112020
I11112030
Chelsia
I11112037
Anis Komala
I11112041
Raynaldo D. Pinem
I11112044
Angga Dominius
I11112063
BAB I
Pendahuluan
1. Pemicu
Seorang laki-laki usia 35 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan batuk
disertai bercak darah sejak 2 hari yang lalu. Batuk disertai dahak berwarna putih
kekuningan disertai bercak darah. Pasien kadang-kadang mengeluhkan sesak
nafas sejak 2 minggu terakhir. Sesak dirasakan ketika pasien beraktivitas berat.
2. Klarifikasi dan Definisi
3. Kata Kunci
Laki-laki 35 tahun
Batuk disertai bercak darah sejak 2 hari
Sesak napas 2 minggu terakhir
Dahak putih kekuningan
Sesak saat aktivitas berat
4. Rumusan Masalah
Laki-laki 35 tahun mengalami hemoptisis disertai dahak putih kekuningan
sejak 2 hari yang lalu.
5. Analisis Masalah
Laki-laki 35 tahun
Hemoptisis, dahak putih kekuningan sejak 2 hariDispnea saat aktivitas berat sejak 2 minggu
Anamnesis lengkap
Pemeriksaan Fisik
Diagnosis
Tatalaksana
6. Hipotesis
Laki-laki 35 tahun mengalami inflamasi pada sistem respirasi
7. Pertanyaan Diskusi
Jelaskan mengenai hemoptisis dan diagnosis bandingnya!
Jelaskan mengenai batuk berdahak dan diagnosis bandingnya!
Jelaskan mengenai sesak dan diagnosis bandingnya!
Jelaskan interpretasi foto torak!
berat badan?
Apakah ada riwayat kontak dengan pasien TB?
Bagaimana kondisi lingkungan tempat tinggal
(sirkulasi
udara,
BAB II
Pembahasan
1. Batuk Berdarah (Hemoptisis)1
Hemoptisis dapat berasal dari penyakit saluran napas, parenkim paru, atau
pembuluh darah. Penyakit saluran napas bisa inflamasi (akut atau kronis
bronkitis, bronkiektasis, atau cystic fibrosis) atau neoplastik (karsinoma
bronkogenik atau tumor karsinoid bronkial). Penyakit parenkim menyebabkan
hemoptisis mungkin baik lokal (pneumonia, abses paru, TBC, atau infeksi
Aspergillus) atau difus (sindrom Goodpasture, idiopatik hemosiderosis paru).
Penyakit pembuluh darah yang berpotensi terkait dengan hemoptisis termasuk
penyakit tromboemboli paru dan malformasi arteriovenous paru.
2. Batuk Berdahak2
Batuk merupakan gejala paling umum yang berkaitan dengan penyakit
pernapasan murni. Batuk bertujuan untuk mengeluarkan unsur-unsur yang tidak
dibutuhkan di saluran pernapasan, baik unsur asing maupun substansi yang
dihasilkan dari tubuh pasien.
Tabel 1. Karakteristik produksi sputum yang berkaitan dengan diagnosis
Karakteristik
Serangan mendadak, sputum bernanah,
menjadi jernih setelah 1-3 minggu
Produksi sputum teratur, lebih dari
separuh mangkuk telur rebus, banyaknya
kandungan nanah bervariasi
Batuk produktif kronis selama lebih dari
3 bulan setiap tahus, selama 2 tahun
berturut-turut
Sputum jernih atau sedikit keruh dan
lengket, berwarna kuning atau hijau
Warna sputum bernanah dan organisme
Berwarna
karat:
Streptococcus
pneumoniae
Hijau gelap: Pseudomonas aeruginosa
Sepsis paru-paru kronis dengan rongga di
paru-paru
Infeksi dari gigi yang membusuk dan
penyakit gusi yang berkaitan
Penyakit Neurologik
Kelaninan Tulang
4. TB Paru4
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh
bakteri Microbakterium tuberculosis. Proses terjadinya infeksi oleh M.
tuberculosis biasanya secara inhalasi,sehingga TB paru merupakan manifestasi
klinis yang paling sering dibanding organ yang lain.
Gejala khas pada TB paru adalah Batuk yang kadang dapat disertai darah.
mula-mula dapat dimulai dengan batuk kering (non produktif) kemudian setelah
timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang
lanjut adlah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
Demam biasanya subfebris dan sering hilang timbul. Sesak napas biasanya baru
dirasakan pada penyakit yang sudah lanjut yang infiltrasinya meliputi setengah
bagian paru-paru. Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia, berat badan
turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dan lain-lain.
Pada pemeriksaan fisik biasanya ditemukan pada daerah apeks yang akan
repud bila diauskultasi dan ditemukan bunyi suara bronkial atau ronki, basah,
kasar, nyaring bila diauskultasi. Pemeriksaan sputum akan ditemukan bakteri M.
tuberculosis pada sputum yang dilakukan 3 kali sewaktu-pagi-sewaktu.
Pemeriksaan radiologi biasa ditemukan gambaran di apeks. Pada awal penyakit
saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia, gambaran radiologis berupa
bercak-bercak seperti awan. Apabila sudah diikuti jaringan ikat berupa bulatan
yang tegas disebut tuberkuloma. Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang
mula-mula berdinding tipis. Lama-lama dinding jadi sklerotik dan terlihat
menebal. Bila terjadi fibrosis terlihat bayangan yang bergaris-garis. Gambaran TB
milier berupa bercak-berak halus yang tersebar merata pada seluruh lapangan
paru.
5. Bronkiektasis3
Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi
(ektasis) dan distorsi bronkus local yang bersifat patologis dan berjalan kronik,
persisten atau ireversibel. Kelainan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahanperubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis, otototot polos bronkus, tulang rawan dan pembuluh darah.
Ciri khas penyakit ini adalah adanya batuk kronik disertai produksi sputum,
jumlah sputum bervariasi dimana umumnya memiliki jumlah yang banyak
terutama pada pagi hari sesudah perubahan posisi tidur. Pada Kasus ini juga akan
dijumpai Hemoptisis yang terjadi akibat nekrosis atau destruksi mukosa bronkus
yang mengenai pembuluh darah yang pecah dan timbul perdarahan.
Selain itu ditemukan sesak sesak napas yang tergantung dari luasnya
bronchitis kronik terjadi. Terkadang juga akan timbul Wheezing yang tersebar
berdasarkan distribusi kelainan nya.
6. PPOK (Penyakit Paru Obstriktif Kronis)
Pada anamnesis pasien dengan PPOK, perlu dilakukan anamnesis adanya
riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan,
riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja, riwayat penyakit
emfisema pada keluarga, adanya faktor predisposisi pada masa bayi/anak, misal
berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap
rokok dan polusi udara, batuk berulang dengan atau tanpa dahak, serta sesak
dengan atau tanpa bunyi mengi.
Pemeriksaan fisik pada PPOK dini umumnya tidak ditemukan adanya
kelainan. Pada inspeksi, dapat ditemukan Pursed - lips breathing (mulut setengah
terkatup mencucu), Barrel chest (diameter antero-posterior dan transversal
sebanding), penggunaan otot bantu napas, hipertrofi otot bantu napas, dan
pelebaran sela iga. Bila telah terjadi gagal jantung kanan, terlihat denyut vena
jugularis di leher dan edema tungkai.
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar. Perkusi pada emfisema
hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah, hepar terdorong
ke bawah. Pada auskultasi, terdapat suara napas vesikuler normal, atau melemah,
terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi
paksa, ekspirasi memanjang, bunyi jantung terdengar jauh.
Pink puffer merupakan gambaran yang khas pada emfisema; penderita kurus,
kulit kemerahan dan pernapasan pursed lips breathing (adalah sikap seseorang
yang bernapas dengan mulut mencucu dan ekspirasi yang memanjang. Sikap ini
terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi
sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi pada
gagal napas kronik.)
Blue bloater merupakan gambaran khas pada bronkitis kronik; penderita
gemuk sianosis, terdapat edema tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis
sentral dan perifer.
Tabel 2.Perbandingan Gejala dan Tanda pada TB Paru, Bronkiektasis, dan PPOK
Keterangan
Penyakit
Manifestasi
Klinik
PPOK
Riwayat perokok
atau bekas
merokok.
Riwayat penyakit
emfisema pada
keluarga,
Batuk berulang
dengan atau tanpa
dahak.
Sesak dengan atau
tanpa mengi.
Tuberkulosis Paru
Demam subfebris,
Bronkiektasis
Batuk kronik disertai
sputum, hemoptisis
dan pneumonia
berulang.
Batuk produktif kronik.
Sputum berjumlah
variasi umumnya
banyak pada pagi hari
sesudah ada
perubahan posisi tidur
atau bangun dari tidur.
Sputum mukoid (tidak
ada infeksi), sputum
purulen (infeksi
sekunder) dapat
memberikan bau
Keadaan umum;
konjungtiva mata
tak terdengar.
Bila dilakukan
Pada radiologi ada airpemeriksaan
fluid level, mirip
radiologis: Didapatkan
sepert gambaran
sabukan seperti awan
honey comb
di bagian apeks paru
appearance
(fase dini).
Terdapat gambaran
cincin berdinding
tebal pada fase lanjut
yang membentuk
kavitas.
Penebalan pleura
(pleuritis).
Ditemukan bakteri tahan
asam pada sputum.
Reksodiputro AH, Madjid A, Rachman AM, Tambunan AS, Rani AA, Nurman A et al.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi V. InternalPublishing. 2010.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). Penyakit Paru obstruktif Kronik
(PPOK): Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. PDPI. 2010.
7. Pneumonia
a. Manifestasi Klinis
Berbagai tanda dan gejala, yang bergantung pada perkembangan dan
keparahan infeksi, mencakup Temuan konstitusional dan manifestasi terbatas
pada paru-paru dan yang struktur terkait. Mengingat patogenesis penyakit,
banyak temuan yang diharapkan. Pasien sering demam, dengan respon
takikardia, dan mungkin memiliki menggigil dan / atau berkeringat dan batuk
yang tidak produktif baik atau produktif berlendir, purulen, atau sputum
darah-biruan. Sesuai dengan dengan tingkat keparahan infeksi, pasien
mungkin dapat berbicara di kalimat penuh atau mungkin sangat sesak napas.
Jika pleura terlibat, pasien mungkin mengalami nyeri dada pleuritik. Sampai
dengan 20% dari pasien mungkin memiliki gejala gastrointestinal seperti
mual, muntah, dan / atau diare. Gejala lain mungkin termasuk kelelahan, sakit
kepala, mialgia, dan arthralgia.
b. Temuan pemeriksaan fisik
Temuan pada pemeriksaan fisik pneumonia bervariasi dengan derajat paru
konsolidasi dan ada atau tidak adanya pleural yang signifikan efusi. Tingkat
pernapasan meningkat dan penggunaan otot aksesori respirasi yang umum.
Palpasi dapat mengungkapkan peningkatan atau penurunan fremitus taktil,
dan catatan perkusi dapat bervariasi dari membosankan datar, mencerminkan
paru-paru yang mendasari konsolidasi dan cairan pleura, masing-masing.
Crackles, napas bronkial suara, dan mungkin menggosok gesekan pleura
mungkin terdengar pada auskultasi. Presentasi klinis mungkin tidak begitu
jelas pada orang tua, yang mungkin awalnya menampilkan onset baru atau
memburuk kebingungan dan beberapa manifestasi lainnya. Pasien sakit parah
yang memiliki syok septik sekunder untuk CAP adalah hipotensi dan mungkin
memiliki bukti kegagalan organ.
c. Diagnosa
Ketika dihadapkan dengan kemungkinan pneumonia, dokter harus
mengajukan dua pertanyaan: Apakah ini pneumonia, dan jika demikian, apa
etiologi? Pertanyaan biasanya dijawab oleh metode klinis dan radiografi,
sedangkan yang terakhir membutuhkan bantuan teknik laboratorium.
Diagnosis klinis Diagnosis meliputi menular dan entitas tidak menular seperti
bronkitis akut, eksaserbasi akut bronkitis kronis, gagal jantung, emboli paru,
dan
pneumonitis
radiasi.
Pada
penyakit
jantung
dikenal
mungkin
Memperkenalkan diri
Identitas pasien
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat hidup/ Data Pribadi/ Sosial Pribadi
Tinjauan keluhan menurut sistem
Merangkum hasil wawancara dan melaporkan
Mencatat hasil wawancara
Menutup wawancara
akut
seperti
pneumonia
infeksi
bakteri),
rongga
pleura
pneumonia,
dan
banyak
lainnya),
penyakit
penunjuk waktu
Hyperpnoea
hiperventilasi.
Napas
cepat
dan
dalam,
Pernapasan
Kussmaul.
Napas
dalam
dengan
asidosis
metabolik
Sighing.
Unjal
ambegan,
menggambarkan
sindrom
b) Gerakan paru yang tidak sama, dapat kita amati dengan melihat
lapang
dada
dari
kaki
penderita,
tertinggal,
umumnya
pectus
carinatum,dada
menjorok
ke
depan
Dada
Suara redup (dull), ketukan pada pleura yang terisi cairan, efusi
pleura.
Suara pekak (flat), seperti suara ketukan pada otot atau hati
misalnya.
misalnya
pada
emfisema
pulmonum,
juga
pneumothorak.
e) Perkusi dapat menentukan batas paru hati, peranjakan, batas
jantung relatif dan batas jantung absolut. Kepadatan (konsolidasi)
yang tertutup oleh jaringan paru lebih tebal dari 5 cm sulit
dideteksi dengan perkusi. Kombinasi antara inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi banyak mengungkap patologi paru. Perlu
diingat bahwa posisi pasien (misalnya tidur miring) mempengaruhi
suara perkusi meskipun sebenarnya normal
f) Untuk menentukan batas paru bawah gunakan perkusi lemah di
punggung sampai terdengar perubahan dari sonor ke redup,
kemudian pasien diminta inspirasi dalam-tahan napas-perkusi lagi
sampai redup. Perbedaan ini disebut peranjakan paru (normal 2
3 cm). Peranjakan akan kurang atau hilang pada emfisema paru,
pada efusi pleura, dan asites yang berlebihan. Untuk menentukan
batas paru-hati lakukan hal yang sama di bagian depan paru, linea
medio clavicularis kanan.
g) Dalam melakukan perkusi ingat selalu pembagian lobus paru yang
ada dibawahnya, seperti diketahui paru kanan terdiri dari lobus
superior, medius dan inferior dan lobus kiri terdiri hanya dari lobus
superior dan lobus inferior.
d) Suara tambahan
Cukup/ normal
Kurang bila foto thorax terlihat putih (samar samar)
Lebih : bila foto thorax terlihat sangat hitam
Dalam membuat foto thorax ada dua kondisi yang dapat sengaja
dibuat, tergantung bagian mana yang ingin di perikasa. Yaitu:
a) Kondisi pulmo (kondisi cukup) foto dengan kV rendah
Inilah kondisi yang standar pada foto thorax, sehingga gambaran
parenkim dan corakan paru dapat terlihat. Cara mengetahui apakah
suatu foto rontgen pulmo kondisinya cukup atau tidak:
1. Melihat lusensi udara (hitam) yang terdapat di luar tubuh
2. Memperhatikan vertebra thorakalis :
Pada proyeksi PA kondisi cukup: tampak Vth I-IV
Pada proyeksi PA kondisi kurang : hanya tampak VThI
b) Kondisi kosta (kondisi keras/tulang) foto dengan kV tinggi
Cara mengetahui apakah suatu pulmo kondisinya keras atau tidak :
Pada foto kondisi keras, infiltrate pada paru tak terlihat lagi.
Cara mengetahuinya adalah dengan membandingkan densitas
paru dengan jaringan lunak. Pada kondisi keras densitas
3) Posisi Sesuai
Seperti telah di terangkan di atas, posisi standar yang paling banyak di
pakai adalah PA dan lateral. Cara membedakan foto thorax posisi PA dan
AP adalah sebagai berikut:
a) Pada foto AP scapula terletak dalam bayangan thorax sementara
b)
c)
d)
e)
4) Simetris
Cara mengetahui kesimetrisan foto:
paru,
kardiomegali
atau
mediastinum
yang
lebar.
2) Pneumothorax
3) Tension Pneumothorax
5) Kardiomegali
6) TB paru
7) Pneumonia
8) Efusi Pleura
Pada foto thorax tersebut, terlihat adanya infiltrat (pada paru kanan
terlihat jelas). Infiltrat tersebut tampak pada bagian apeks paru.
7) Diafragma
Pada foto thorax tersebut, diafragma kiri dan kanan terlihat normal
8) Sinus Kostofrenikus
Pada foto thorax tersebut, sinus kostofrenikus atau sudut yang
dibentuk antara costae dan diafragmanya lancip pada paru kiri dan
kanan.
9) Tulang
Pada foto thorax tersebut, tulang costae, vertebra torakalis, clavikula
dan scapulanya terlihat normal sejauh yang terlihat pada gambar.
10) Jaringan Lunak
Pada foto thorax tersebut, jaringan lunak normal sejauh yang terlihat
pada gambar.
Kesimpulan :
Dari gambaran foto thorak didapatkan hasil adanya infiltrat pada bagian
apeks paru kanan dengan diagnosis penyakit yang mungkin yaitu TB paru
didukung dengan riwayat anamnesis dan pemeriksaan fisik pada kasus.
Daftar Pustaka
1. Fauci et al., 2008. Harrisons Principles of Internal Medicine 17th Edition.
Part 10 Disoreder of The Respiratory System. Mc Graw-Hill Companies:
New York.
2. Houghton & Gray. Chamberlains Gejala dan Tanda dalam Kedokteran Klinis.
Jakarta: Indeks; 2012. h. 99-100
3. Setiati, Siti et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta;
Internal Publishing; 2014; pp : 1583, 1682-85.
4. Zulkifli A, Asril B. Tuberkulosis paru dalam Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam
5.
Jilid III edisi V. Jakarta; Internal Publishing; 2009; pp. 2230, 2234-5.