Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK 5

PEMICU 1
MODUL FOUNDATION OF CLINICAL PRACTICE

Dwi Tirta Perwitasari

I11111020

Syarifi

I11111072

Fulgensius Sastra Wijaya

I11110047

Jovi Pardomuan Siagian

I11112008

Furqan Rachman

I11112010

Adela Brilian

I11112020

Irene Olivia Salim

I11112030

Chelsia

I11112037

Anis Komala

I11112041

Raynaldo D. Pinem

I11112044

Angga Dominius

I11112063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2015

BAB I
Pendahuluan
1. Pemicu
Seorang laki-laki usia 35 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan batuk
disertai bercak darah sejak 2 hari yang lalu. Batuk disertai dahak berwarna putih
kekuningan disertai bercak darah. Pasien kadang-kadang mengeluhkan sesak
nafas sejak 2 minggu terakhir. Sesak dirasakan ketika pasien beraktivitas berat.
2. Klarifikasi dan Definisi
3. Kata Kunci
Laki-laki 35 tahun
Batuk disertai bercak darah sejak 2 hari
Sesak napas 2 minggu terakhir
Dahak putih kekuningan
Sesak saat aktivitas berat
4. Rumusan Masalah
Laki-laki 35 tahun mengalami hemoptisis disertai dahak putih kekuningan
sejak 2 hari yang lalu.

5. Analisis Masalah

Laki-laki 35 tahun

Hemoptisis, dahak putih kekuningan sejak 2 hariDispnea saat aktivitas berat sejak 2 minggu

DD: TB Paru, PPOK, Asma, Bronkiektasis, Pneumonia, Gaga


Paru, Ca paru, Pneumonia, Bronkitis akut, Bronkiektasis, PPOK, perlukaan saluran napas

Diagnosis Kerja: TB Paru

Anamnesis lengkap

Pemeriksaan Fisik

Penunjang: BTA, Radiologi

Diagnosis

Tatalaksana

6. Hipotesis
Laki-laki 35 tahun mengalami inflamasi pada sistem respirasi
7. Pertanyaan Diskusi
Jelaskan mengenai hemoptisis dan diagnosis bandingnya!
Jelaskan mengenai batuk berdahak dan diagnosis bandingnya!
Jelaskan mengenai sesak dan diagnosis bandingnya!
Jelaskan interpretasi foto torak!

Jelaskan secara singkat mengenai temuan yang mendukung diagnosis


banding pada kasus!
o TB Paru
o Bronkiektasis
o Pneumonia
o PPOK

Pemeriksaan fisik dan penunjang


Pendahuluan
Alat bahan
Cara kerja
Interpretasi hasil pemeriksaan
Pertanyaan yang perlu ditanyakan saat anamnesis

Berapa banyak darah saat batuk?


Apa warna darah saat batuk?
Apakah batuk diawali dengan batuk kering atau langsung batuk berdahak?
Keluhan mana yang lebih dahulu dirasakan, batuk atau sesak?
Lebih sesak saat inspirasi atau ekspirasi?
Saat sesak berbunyi atau tidak?
Apakah sesak lebih ringan setelah istirahat?
Apakah ada riwayat merokok?
Apakah ada keringat malam, penurunan nafsu makan, demam, penurunan

berat badan?
Apakah ada riwayat kontak dengan pasien TB?
Bagaimana kondisi lingkungan tempat tinggal

pencahayaan, kepadatan hunian)?


Bagaimana kondisi lingkungan kerja?
Bagaimana status gizi pasien?

(sirkulasi

udara,

BAB II
Pembahasan
1. Batuk Berdarah (Hemoptisis)1
Hemoptisis dapat berasal dari penyakit saluran napas, parenkim paru, atau
pembuluh darah. Penyakit saluran napas bisa inflamasi (akut atau kronis
bronkitis, bronkiektasis, atau cystic fibrosis) atau neoplastik (karsinoma
bronkogenik atau tumor karsinoid bronkial). Penyakit parenkim menyebabkan
hemoptisis mungkin baik lokal (pneumonia, abses paru, TBC, atau infeksi
Aspergillus) atau difus (sindrom Goodpasture, idiopatik hemosiderosis paru).
Penyakit pembuluh darah yang berpotensi terkait dengan hemoptisis termasuk
penyakit tromboemboli paru dan malformasi arteriovenous paru.
2. Batuk Berdahak2
Batuk merupakan gejala paling umum yang berkaitan dengan penyakit
pernapasan murni. Batuk bertujuan untuk mengeluarkan unsur-unsur yang tidak
dibutuhkan di saluran pernapasan, baik unsur asing maupun substansi yang
dihasilkan dari tubuh pasien.
Tabel 1. Karakteristik produksi sputum yang berkaitan dengan diagnosis
Karakteristik
Serangan mendadak, sputum bernanah,
menjadi jernih setelah 1-3 minggu
Produksi sputum teratur, lebih dari
separuh mangkuk telur rebus, banyaknya
kandungan nanah bervariasi
Batuk produktif kronis selama lebih dari
3 bulan setiap tahus, selama 2 tahun
berturut-turut
Sputum jernih atau sedikit keruh dan
lengket, berwarna kuning atau hijau
Warna sputum bernanah dan organisme

Diagnosis yang mungkin


Bronkitis akut
Pneumonia
Bronkiektasis
Kadang-kadang bronkitis kronik
Kriteria Medical Research Council untuk
Bronkitis kronis
Asma
Hijau lemon: Haemophilus influenzae

Berbau dan terasa busuk

Berwarna
karat:
Streptococcus
pneumoniae
Hijau gelap: Pseudomonas aeruginosa
Sepsis paru-paru kronis dengan rongga di
paru-paru
Infeksi dari gigi yang membusuk dan
penyakit gusi yang berkaitan

3. Sesak Napas (Dispnea)3


Sesak napas (Dispnea) adalah keluhan yang sering memerlukan penanganan
darurat tetapi Intensitas dan tingkatnya dapat berupa rasa tidak nyaman di dada
yang bisa membaik sendiri yang memerlukan bantuan napas serius (severe air
hunger) sampai fatal. Penyebab sesak napas cukup banyak diantaranya :
a. Penyakit Saluran Napas
Asma
Bronkitis Kronis
Emfisema
Sumbatan Laring
Tertelan Benda Asing
b. Penyakit Parenkimal
Pneumonia
Gagal Jantung Kongestif
Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
Pulmonary Infiltrates with Eosinophilia (PIE)
c. Penyakit Vaskuler Paru
Emboli Paru
Kor Pulmonal
Hipertensi Paru Primer
Penyakit veno-oklusi paru
d. Penyakit Pleura
Pnemotoraks
Efusi Pleura
Hemotoraks
Fibrosis
e. Penyakit Dinding Paru
Trauma

Penyakit Neurologik
Kelaninan Tulang

4. TB Paru4
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh
bakteri Microbakterium tuberculosis. Proses terjadinya infeksi oleh M.
tuberculosis biasanya secara inhalasi,sehingga TB paru merupakan manifestasi
klinis yang paling sering dibanding organ yang lain.
Gejala khas pada TB paru adalah Batuk yang kadang dapat disertai darah.
mula-mula dapat dimulai dengan batuk kering (non produktif) kemudian setelah
timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang
lanjut adlah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
Demam biasanya subfebris dan sering hilang timbul. Sesak napas biasanya baru
dirasakan pada penyakit yang sudah lanjut yang infiltrasinya meliputi setengah
bagian paru-paru. Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia, berat badan
turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dan lain-lain.
Pada pemeriksaan fisik biasanya ditemukan pada daerah apeks yang akan
repud bila diauskultasi dan ditemukan bunyi suara bronkial atau ronki, basah,
kasar, nyaring bila diauskultasi. Pemeriksaan sputum akan ditemukan bakteri M.
tuberculosis pada sputum yang dilakukan 3 kali sewaktu-pagi-sewaktu.
Pemeriksaan radiologi biasa ditemukan gambaran di apeks. Pada awal penyakit
saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia, gambaran radiologis berupa
bercak-bercak seperti awan. Apabila sudah diikuti jaringan ikat berupa bulatan
yang tegas disebut tuberkuloma. Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang
mula-mula berdinding tipis. Lama-lama dinding jadi sklerotik dan terlihat
menebal. Bila terjadi fibrosis terlihat bayangan yang bergaris-garis. Gambaran TB
milier berupa bercak-berak halus yang tersebar merata pada seluruh lapangan
paru.

5. Bronkiektasis3
Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi
(ektasis) dan distorsi bronkus local yang bersifat patologis dan berjalan kronik,
persisten atau ireversibel. Kelainan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahanperubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis, otototot polos bronkus, tulang rawan dan pembuluh darah.
Ciri khas penyakit ini adalah adanya batuk kronik disertai produksi sputum,
jumlah sputum bervariasi dimana umumnya memiliki jumlah yang banyak
terutama pada pagi hari sesudah perubahan posisi tidur. Pada Kasus ini juga akan
dijumpai Hemoptisis yang terjadi akibat nekrosis atau destruksi mukosa bronkus
yang mengenai pembuluh darah yang pecah dan timbul perdarahan.
Selain itu ditemukan sesak sesak napas yang tergantung dari luasnya
bronchitis kronik terjadi. Terkadang juga akan timbul Wheezing yang tersebar
berdasarkan distribusi kelainan nya.
6. PPOK (Penyakit Paru Obstriktif Kronis)
Pada anamnesis pasien dengan PPOK, perlu dilakukan anamnesis adanya
riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan,
riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja, riwayat penyakit
emfisema pada keluarga, adanya faktor predisposisi pada masa bayi/anak, misal
berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap
rokok dan polusi udara, batuk berulang dengan atau tanpa dahak, serta sesak
dengan atau tanpa bunyi mengi.
Pemeriksaan fisik pada PPOK dini umumnya tidak ditemukan adanya
kelainan. Pada inspeksi, dapat ditemukan Pursed - lips breathing (mulut setengah
terkatup mencucu), Barrel chest (diameter antero-posterior dan transversal
sebanding), penggunaan otot bantu napas, hipertrofi otot bantu napas, dan
pelebaran sela iga. Bila telah terjadi gagal jantung kanan, terlihat denyut vena
jugularis di leher dan edema tungkai.

Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar. Perkusi pada emfisema
hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah, hepar terdorong
ke bawah. Pada auskultasi, terdapat suara napas vesikuler normal, atau melemah,
terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi
paksa, ekspirasi memanjang, bunyi jantung terdengar jauh.
Pink puffer merupakan gambaran yang khas pada emfisema; penderita kurus,
kulit kemerahan dan pernapasan pursed lips breathing (adalah sikap seseorang
yang bernapas dengan mulut mencucu dan ekspirasi yang memanjang. Sikap ini
terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi
sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi pada
gagal napas kronik.)
Blue bloater merupakan gambaran khas pada bronkitis kronik; penderita
gemuk sianosis, terdapat edema tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis
sentral dan perifer.
Tabel 2.Perbandingan Gejala dan Tanda pada TB Paru, Bronkiektasis, dan PPOK
Keterangan
Penyakit
Manifestasi
Klinik

PPOK
Riwayat perokok
atau bekas
merokok.
Riwayat penyakit
emfisema pada
keluarga,
Batuk berulang
dengan atau tanpa
dahak.
Sesak dengan atau
tanpa mengi.

Tuberkulosis Paru
Demam subfebris,

demam hilang timbul,


seperti demam
influenza.
Batuk atau Batuk Darah,
sifat batuk progresif.
Sesak nafas.
Nyeri dada (jarang).
Anoreksia, meriang,
nyeri otot, keringat
malam.

Bronkiektasis
Batuk kronik disertai
sputum, hemoptisis
dan pneumonia
berulang.
Batuk produktif kronik.
Sputum berjumlah
variasi umumnya
banyak pada pagi hari
sesudah ada
perubahan posisi tidur
atau bangun dari tidur.
Sputum mukoid (tidak
ada infeksi), sputum
purulen (infeksi
sekunder) dapat
memberikan bau

Pemeriksaan Barrel chest, mulut


Fisik
mencucu untuk
upaya bernafas.
Penggunaan otot
bantu nafas.
Penampilan pink
buffer dan blue
bloater.
Sela iga melebar.
Pada emfisema
fremitus akan
melemah.
Pada emfisema
hipersonor dan
batas jantung
mengecil, letak
diafragma rendah,
hepar terdorong ke
bawah.
Ekspirasi
memanjang, suara
nafas vesikuler
normal atau
melemah.
Terdapat ronki dan
atau mengi pada
waktu bernafas
atau sewaktu
ekspresi paksa.
Bunyi jantung
terdengar jauh.

Keadaan umum;

konjungtiva mata

anemis, badan kurus


atau berat badan
menurun.
Infiltrasi jika agak luas
maka perkusi redup
dan auskultasi suara
nafas bronkial.
Terdapat nafas
tambahan berupa
ronki basah, kasar dan
nyaring.
Bila ada penebalan
pleura maka suara
nafas menjadi
vesikuler lemah.
Bila terdapat kavitas
yang cukup besar,
perkusi hipersonor
atau timpani dan
auskultasi
memberikan suara
amforik.
Jika terjadi fibrosis yang
meluas ditemukan
retraksi dan atrofi otot
otot interkostal.
Efusi Pleura.
Perkusis pada efusi
adalah pekak dan
auskultasi
memberikan suara
yang lemah bahkan

mulut yang tidak


sedap.
Sputum terdiri dari 3
lapis: keruh, jernih
dan keruh.
Hemoptisis perdarahan
dari ringan hingga
masif.
Kadang ada suara
mengi.
Demam berulang
Sianosis, jari tabuh.
Kasus berat dan lanjut
yaitu dapat ditemukan
tanda kor polmunale
kronik maupun payah
jantung kanan.

Pemeriksaan Pada foto toraks


Penunjang
didapatkan
hiperinflasi,
hiperlusen, ruang
retrosternal
melebar dan
diafragma
mendatar pada
kasus emfisema.
Gambaran foto
toraks pada pasien
bronkitis kronik
adalah normal dan
corakan
bronkovesikuler
bertambah pada
21% kasus.

tak terdengar.
Bila dilakukan
Pada radiologi ada airpemeriksaan
fluid level, mirip
radiologis: Didapatkan
sepert gambaran
sabukan seperti awan
honey comb
di bagian apeks paru
appearance
(fase dini).
Terdapat gambaran
cincin berdinding
tebal pada fase lanjut
yang membentuk
kavitas.
Penebalan pleura
(pleuritis).
Ditemukan bakteri tahan
asam pada sputum.

Reksodiputro AH, Madjid A, Rachman AM, Tambunan AS, Rani AA, Nurman A et al.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi V. InternalPublishing. 2010.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). Penyakit Paru obstruktif Kronik
(PPOK): Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. PDPI. 2010.

7. Pneumonia
a. Manifestasi Klinis
Berbagai tanda dan gejala, yang bergantung pada perkembangan dan
keparahan infeksi, mencakup Temuan konstitusional dan manifestasi terbatas
pada paru-paru dan yang struktur terkait. Mengingat patogenesis penyakit,
banyak temuan yang diharapkan. Pasien sering demam, dengan respon
takikardia, dan mungkin memiliki menggigil dan / atau berkeringat dan batuk
yang tidak produktif baik atau produktif berlendir, purulen, atau sputum
darah-biruan. Sesuai dengan dengan tingkat keparahan infeksi, pasien

mungkin dapat berbicara di kalimat penuh atau mungkin sangat sesak napas.
Jika pleura terlibat, pasien mungkin mengalami nyeri dada pleuritik. Sampai
dengan 20% dari pasien mungkin memiliki gejala gastrointestinal seperti
mual, muntah, dan / atau diare. Gejala lain mungkin termasuk kelelahan, sakit
kepala, mialgia, dan arthralgia.
b. Temuan pemeriksaan fisik
Temuan pada pemeriksaan fisik pneumonia bervariasi dengan derajat paru
konsolidasi dan ada atau tidak adanya pleural yang signifikan efusi. Tingkat
pernapasan meningkat dan penggunaan otot aksesori respirasi yang umum.
Palpasi dapat mengungkapkan peningkatan atau penurunan fremitus taktil,
dan catatan perkusi dapat bervariasi dari membosankan datar, mencerminkan
paru-paru yang mendasari konsolidasi dan cairan pleura, masing-masing.
Crackles, napas bronkial suara, dan mungkin menggosok gesekan pleura
mungkin terdengar pada auskultasi. Presentasi klinis mungkin tidak begitu
jelas pada orang tua, yang mungkin awalnya menampilkan onset baru atau
memburuk kebingungan dan beberapa manifestasi lainnya. Pasien sakit parah
yang memiliki syok septik sekunder untuk CAP adalah hipotensi dan mungkin
memiliki bukti kegagalan organ.
c. Diagnosa
Ketika dihadapkan dengan kemungkinan pneumonia, dokter harus
mengajukan dua pertanyaan: Apakah ini pneumonia, dan jika demikian, apa
etiologi? Pertanyaan biasanya dijawab oleh metode klinis dan radiografi,
sedangkan yang terakhir membutuhkan bantuan teknik laboratorium.
Diagnosis klinis Diagnosis meliputi menular dan entitas tidak menular seperti
bronkitis akut, eksaserbasi akut bronkitis kronis, gagal jantung, emboli paru,
dan

pneumonitis

radiasi.

Pada

penyakit

jantung

dikenal

mungkin

menyarankan memburuknya edema paru, sedangkan yang mendasari

karsinoma mungkin Cedera sekunder terhadap radiasi paru. Petunjuk


epidemiologi, seperti perjalanan baru-baru ini ke daerah dengan patogen
endemik dikenal, mungkin mengingatkan dokter untuk kemungkinan tertentu.
Sayangnya, sensitivitas dan spesifisitas dari temuan pada fisik Pemeriksaan
yang kurang ideal, rata-rata 58% dan 67%, masing-masing. Oleh karena itu,
radiografi dada seringkali diperlukan untuk membantu membedakan
pneumonia dari kondisi lain. Temuan radiografi berfungsi sebagai dasar dan
mungkin termasuk faktor risiko peningkatan keparahan (misalnya, kavitasi
atau Keterlibatan multilobar)., pada infeksi S. aureus, dan lobus atas kavitasi
lesi menunjukkan tuberkulosis. CT jarang diperlukan tetapi mungkin dari nilai
pada pasien dengan dugaan postobstructive pneumonia yang disebabkan oleh
tumor atau benda asing. Untuk kasus secara rawat jalan, penilaian klinis dan
radiologis biasanya dilakukan sebelum pengobatan. Serta perlu pemeriksaan
laboratorium meskipun biayanya menjadi lebih mahal untuk mengetahui
etiologi penyebab. Manfaat dari mengetahui etiologi mikroba untuk
mengurangi risiko resistensi antibiotik.
Fauci et al., 2008. Harrisons Principles of Internal Medicine 17th Edition. Part 10
Disoreder of The Respiratory System. Mc Graw-Hill Companies: New York.
8. Anamnesis dan pendekatan pasien
Anamnesis terdiri atas beberapa tahapan berikut ini:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

Memperkenalkan diri
Identitas pasien
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat hidup/ Data Pribadi/ Sosial Pribadi
Tinjauan keluhan menurut sistem
Merangkum hasil wawancara dan melaporkan
Mencatat hasil wawancara
Menutup wawancara

Anamnesis Keluhan Hemoptisis


Volume dan frekuensi dari batuk darah diperlukan untuk menentukan
kegawatan dan dapat mengarah kepada suatu penyebab yang spesifik.
Riwayat penyakit sebelumnya yang dapat mempengaruhi perdarahan saluran
napas juga harus dicari. Gejala lain seperti, demam dan batuk menandakan
adanya infeksi, timbul tiba-tiba karena sesak menandakan kemungkinan
emboli paru atau infark miokard yang disertai CHF, dan kehilangan BB dapat
dicurigai kanker.
Anamnesis Keluhan Batuk
Perlu digali informasi mengenai permulaan, lamanya, ada atau tidaknya
dahak., paparan lingkungan, toksin, allergen, dan gejala terkait. Gejala terkait
seperti sakit telinga, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, nyeri ulu hati, atau
sakit perut membantu melokalisir tempat iritasi tersebut. Batuk berdahak
menandakan adanya kelainan di saluran pernapasan bawah.
Anamnesis Keluhan Sesak Napas
Perlu ditanyakan kapan muncul keluhan sesak. Jenis serangan berkepanjangan
menggambarkan adanya eksaserbasi penyakit paru kronik atau perkembangan
dari efusi pleura atau CHF. Gejala menyertai seperti nyeri dada, batuk, demam
dan menggigil, serta bercak darah juga perlu ditanyakan. Riwayat alergi
membantu menegakkan reaksi hipersensitivitas tipe I.

Amin, Zulkifli. Manifestasi Klinik dan Pendekatan pada Pasien dengan


Kelainan Sistem Pernapasan. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II.
Edisi VI. Jakarta: InternaPublishing, 2014; pp: 1583-9.

Membedakan gejala pada pasien untuk menegakkan diagnosis1

a. Dyspnea. Ketika mengevaluasi pasien dengan sesak napas, kita harus


terlebih dahulu menentukan perjalanan waktu di mana gejala telah
menjadi nyata. Pasien yang juga sebelumnya dan dikembangkan sesak
napas akut (selama periode menit kehari) mungkin memiliki penyakit akut
mempengaruhi baik atas atau intrathorakal yang saluran udara (misalnya,
laring edema atau asma akut, masing-masing), yang parenkim paru
(pulmonar kardiogenik atau nonkardiogenik akut edema atau proses
infeksi

akut

seperti

pneumonia

infeksi

bakteri),

rongga

pleura

(pneumotoraks), atau paru yang pembuluh darah (pulmonary embolus).


Presentasi subakut (lebih hari minggu) dapat menyarankan eksaserbasi
yang sudah ada sebelumnya penyakit saluran pernafasan (asma atau
bronkitis kronis), infeksi parenkim

(Pneumosistis jiroveci pneumonia

pada pasien dengan AIDS, mikobakteri atau pneumonia jamur), sebuah


inflamasi menular Proses yang berlangsung pada kecepatan yang relatif
lambat (granulomatosis Wegener, pneumonia eosinofilik, kriptogenik
pengorganisasian

pneumonia,

dan

banyak

lainnya),

penyakit

neuromuskuler (sindrom Guillain-Barr, miastenia gravis), penyakit


pleura (efusi pleura dari berbagai kemungkinan penyebab), atau penyakit
jantung kronis (gagal jantung kongestif). Presentasi kronis (lebih bulan
sampai tahun) sering menunjukkan kronis penyakit paru obstruktif,
penyakit paru interstitial kronis, atau kronis penyakit jantung. Penyakit
kronis saluran udara (tidak hanya obstruktif kronik penyakit paru-paru
tetapi juga asma) yang ditandai dengan eksaserbasi dan remisi. Pasien
sering memiliki periode ketika mereka sangat dibatasi oleh sesak napas,
tetapi ini dapat diselingi dengan periode di mana gejala yang minimal atau
tidak ada. Sebaliknya, banyak dari penyakit dari parenkim paru yang
ditandai dengan lambat tapi perkembangan tak terhindarkan. Gejala
pernapasan kronis mungkin juga multifaktorial, seperti pasien dengan paru

obstruktif kronik Penyakit juga mungkin memiliki penyakit jantung


bersamaan.
b. Batuk dapat menunjukkan adanya penyakit paru-paru, tapi batuk tidak
berguna untuk diferensial diagnosis yang menunjukkan penyakit saluran
napas dan dapat dilihat pada asma, bronkitis kronis, atau bronkiektasis.
c. Hemoptisis dapat berasal dari penyakit saluran napas, parenkim paru, atau
pembuluh darah. Penyakit saluran napas bisa inflamasi (akut atau kronis
bronkitis, bronkiektasis, atau cystic fibrosis) atau neoplastik (karsinoma
bronkogenik atau tumor karsinoid bronkial). Penyakit parenkim
menyebabkan hemoptisis mungkin baik lokal (pneumonia, abses paru,
TBC, atau infeksi Aspergillus) atau difus (sindrom Goodpasture, idiopatik
hemosiderosis paru). Penyakit pembuluh darah yang berpotensi terkait
dengan hemoptisis termasuk penyakit tromboemboli paru dan malformasi
arteriovenous paru.
d. Nyeri dada yang disebabkan oleh penyakit sistem pernafasan biasanya
berasal dari keterlibatan pleura parietalis. Hasil dari, rasa sakit ditekankan
oleh gerakan pernapasan dan sering disebut sebagai pleuritik. Contoh
umum termasuk gangguan pleura primer, seperti neoplasma atau
gangguan inflamasi yang melibatkan pleura, atau gangguan parenkim paru
yang meluas ke permukaan pleura, seperti pneumonia atau infark paru.
e. Informasi tentang faktor risiko penyakit paru-paru harus eksplisit
dieksplorasi untuk memastikan secara lengkap data historis. Sebuah
sejarah sekarang dan masa lalu merokok, terutama rokok, harus dicari dari
semua pasien. Sejarah merokok harus termasuk jumlah tahun merokok,
intensitas (yaitu, jumlah bungkus per hari), dan, jika pasien tidak lagi
merokok, interval sejak berhenti merokok. Risiko kanker paru-paru jatuh
semakin dalam dekade penghentian berikut merokok, dan hilangnya
fungsi paru-paru atas penurunan yang berkaitan dengan usia yang
diharapkan berhenti dengan penghentian tersebut merokok. Meskipun
penyakit paru-paru obstruktif kronis dan neoplasia adalah dua komplikasi

pernapasan yang paling penting dari merokok, gangguan pernapasan


lainnya (misalnya, pneumotoraks spontan, pernafasan penyakit paru
bronchiolitis-interstitial, paru sel Langerhans histiocytosis, dan perdarahan
paru dengan sindrom Goodpasture) juga terkait dengan merokok. Sebuah
sejarah bekas signifikan (pasif) paparan merokok, apakah di rumah atau di
tempat kerja, juga harus dicari karena dapat menjadi faktor risiko untuk
neoplasia atau faktor memperburuk penyakit saluran udara. Pasien
mungkin telah terkena agen inhalasi lain yang terkait dengan penyakit
paru-paru, yang bertindak baik melalui toksisitas langsung atau melalui
mekanisme kekebalan tubuh (bab. 249 dan 250). Eksposur tersebut dapat
berupa pekerjaan atau hobi, menunjukkan pentingnya rinci kerja dan
sejarah pribadi, eksposur menekankan kedua terkait untuk hobi atau
lingkungan rumah. Agen penting termasuk debu-debu anorganik terkait
dengan pneumokoniosis (terutama asbes dan debu silika) dan antigen
organik terkait dengan hipersensitivitas pneumonitis. Asma, yang lebih
sering terjadi pada wanita daripada pria, sering diperburuk oleh paparan
alergen lingkungan (tungau debu, pet ketombe, atau kecoa alergen di
rumah atau alergen dalam lingkungan luar seperti serbuk sari dan
ragweed) atau mungkin disebabkan oleh eksposur pekerjaan (diisosianat).
Paparan tertentu agen infeksi dapat disarankan oleh kontak dengan
individu dengan infeksi pernapasan dikenal (terutama tuberkulosis) atau
dengan tinggal di daerah dengan patogen endemik (histoplasmosis,
coccidioidomycosis, blastomycosis).
9. Pemeriksaan Fisik
a. Alat
Stetoskop

penunjuk waktu

bed / tempat tidur

penerangan yang cukup

b. Hal yang harus diperhatikan


Sebaiknya pasien dilepas bajunya sampai pinggang, dan harus cukup
lampu/penerangan sebab kontur dan tekstur akan menonjol dengan
penerangan yang baik. Selalu bandingkan dada kanan dan kiri di tempat yang
simetris.
c. Prosedur pelaksanaan
1) Inspeksi
a) Perhatikan irama dan frekuensi pernapasan. Dikenal berbagai tipe:

Normal. Rate dewasa 8 16 x/menit dan anak maksimal 44


x /menit

Tachypnoea.Cepat dan dangkal, penyebab : nyeri pleuritik,


penyakit paru restriktif, diafragma letak tinggi karena berbagai
sebab.

Hyperpnoea

hiperventilasi.

Napas

cepat

dan

dalam,

penyebabnya: cemas, exercise, asidosis metabolik, pada kasus


koma ingat gangguan otak (midbrain/pons).

Pernapasan

Kussmaul.

Napas

dalam

dengan

asidosis

metabolik

Bradypnoea. Napas lambat, karena depresi respirasi karena


obat, tekanan intrakranial meninggi.

Napas Cheyne Stokes. Ada perioda siklik antara napas dalam


dan apnoe bergantian. Gagal jantung, uremi, depresi napas,
kerusakan otak. Meskipun demikian dapat terjadi pada manula
dana anak-anak.

Pernapasan Biot . Disebut pernapasan ataxic, iramanya tidak


dapat diramalkan, acap ditemukan pada kerusakan otak di
tingkat medulla.

Sighing.

Unjal

ambegan,

menggambarkan

sindrom

hiperventilasi yang dapat berakibat pusing dan sensasi sesak


napas, psikologik juga.

Ekspirasi diperpanjang. Ini terjadi pada penyakit paru


obstruktif, karena resistensi jalan napas yang meningkat.

b) Gerakan paru yang tidak sama, dapat kita amati dengan melihat
lapang

dada

dari

kaki

penderita,

tertinggal,

umumnya

menggambarkan adanya gangguan di daerah dimana ada gerakan


dada yang tertinggal. (tertinggal = abnormal)
c) Dada yang lebih tertarik ke dalam dapat karena paru mengkerut
(atelectasis, fibrosis) pleura mengkerut (schwarte) sedangkan dada
mencembung karena paru mengembung (emfisema pulmo) pleura
berisi cairan (efusi pleura)
d) Deformitas bentuk dada
Dada normal anak. Dada normal dewasa Dada bentuk tong.
Diameter antero-post memanjang usila, kifosis, emfisema paru
disebut juga barrel chest Dada bentuk corong. Funnel chest,
pectus excavatum, lekuk di sternum bawah yang dapat membuat
kompresi jantung dan vasa besar --- bising Dada Burung. pigeon
chest,

pectus

carinatum,dada

menjorok

ke

depan

Dada

kifoskoliosis. Dada mengikuti deformitas punggung, terjadi distorsi


alat dalam yang sering mengganggu interpretasi dapatan diagnosis
fisik.
2) Palpasi

a) Dengan palpasi ini diharapkan kita dapat menilai semua kelainan


pada dinding dada (tumor, benjolan, muskuloskeletal, rasa nyeri di
tempat tertentu, limfonodi, posisi trakea serta pergeserannya,
fraktur iga, ruang antar iga, fossa supraklavikuler, dsb) serta
gerakan, excursion dinding dada
b) Lingkarkan pita ukur (ukur sampai 0.5 cm ketelitian) sekitar dada
dan nilai lingkar ekspirasi dan lingkar inspirasi dalam, yang
menggambarkan elastisitas paru dan dada.

c) Untuk ini diperlukan penggunaan dua tangan ditempatkan di


daerah yang simetris, kemudian dinilai. Pada waktu pasien
bernapas dalam :

(tangan diletakkan di bagian depan dada) maka amati gerakan


dada apakah simetris,

(tangan ditaruh di dada samping) gerakan tangan kita naik


turun secara simetris atau tidak,

(tangan ditaruh di dada belakang bawah) gerakan tangan ke


lateral di bagian bawah atau tidak.

Gerakan dinding dada maksimal terjadi di bagian depan dan


bawah.
d) Pada waktu melakukan palapasi kita gunakan juga untuk
memeriksa fremitus taktil. Dinilai dengan hantaran suara yang
dijalarkan ke permukaan dada dan kita raba dengan tangan kita.
e) Pasien diminta mengucapkan dengan suara dalam, misalnya
mengucapkan sembilan puluh sembilan (99) atau satu-dua-tiga
dan rasakan getaran yang dijalarkan di kedua tangan pemeriksa.

Fremitus akan meninggi jika ada konsolidasi paru (misal :


pneumonia, fibrosis)

fremitus berkurang atau menghilang apabila ada gangguan


hantaran ke dinding dada (efusi pleura, penebalan pleura,
tumor, pneumothorax)

f) Apabila jaringan paru yang berisi udara ini menjadi kurang


udaranya atau padat,suara yang dijalarkan ke dinding dada lewat
cabang bronkus yang terbuka ini melemah. Suara dengan nada
tinggi (high-pitched sounds) yang biasanya tersaring terdengar
lebih jelas. Keadaan ini ditemukan di permukaaan dari jaringan
paru yang abnormal. Perubahan ini dikenal sebagai : suara

bronchial, bronchophonie, egophony dan suara bisikan (whispered


pictoriloqui). Untuk mudahnya dikatakan: suara bronchial dan
vesikuler mengeras. Hal ini dapat dirasakan dengan palpasi
(fremitus taktil) atau didengar dengan auskultasi.
3) Perkusi
a) Tujuan perkusi dada dan paru ini ialah untuk mencari batas dan
menentukan kualitas jaringan paru-paru.
b) Perkusi dapat dilakukan denga cara :
direk : langsung mengetuk dada atau iga - cara klasik
Auenbrugger) atau
indirek: ketukan pada jari kiri yang bertindak sebagai plessimeter
oleh jari kanan
c) Di bagian depan mulai di fossa supraclavikularis, terus ke bawah,
demikian juga pada bagian belakang dada. Ketukan perkusi dapat
keras atau lemah. Makin keras makin dalam suara dapat
tertembus. Misalnya untuk batas paru bawah yang jaringan
parunya mulai menipis, dengan perkusi keras maka akan terkesan
jaringan di bawahnya sedangkan dengan perkusi lemah maka
masih terdeteksi paru yang tipis ini sehingga masih terdengar suara
sonor.
d) Dengan perkusi dapat terdengar beberapa kemungkinan suara :

Suara sonor (resonant): suara perkusi jaringan paru normal

Suara redup (dull), ketukan pada pleura yang terisi cairan, efusi
pleura.

Suara timpani (tympanic) seperti ketukan di atas lambung yang


kembung

Suara pekak (flat), seperti suara ketukan pada otot atau hati
misalnya.

Resonansi amforik, seperti timpani tetapi lebih bergaung,


Metallklang

Hipersonor (hyperresonant) disini justru suara lebih keras,


contoh pada bagian paru yang di atas daerah yang ada
cairannya, suara antara sonor dan timpani, karena udara
bertambah

misalnya

pada

emfisema

pulmonum,

juga

pneumothorak.
e) Perkusi dapat menentukan batas paru hati, peranjakan, batas
jantung relatif dan batas jantung absolut. Kepadatan (konsolidasi)
yang tertutup oleh jaringan paru lebih tebal dari 5 cm sulit
dideteksi dengan perkusi. Kombinasi antara inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi banyak mengungkap patologi paru. Perlu
diingat bahwa posisi pasien (misalnya tidur miring) mempengaruhi
suara perkusi meskipun sebenarnya normal
f) Untuk menentukan batas paru bawah gunakan perkusi lemah di
punggung sampai terdengar perubahan dari sonor ke redup,
kemudian pasien diminta inspirasi dalam-tahan napas-perkusi lagi
sampai redup. Perbedaan ini disebut peranjakan paru (normal 2
3 cm). Peranjakan akan kurang atau hilang pada emfisema paru,
pada efusi pleura, dan asites yang berlebihan. Untuk menentukan
batas paru-hati lakukan hal yang sama di bagian depan paru, linea
medio clavicularis kanan.
g) Dalam melakukan perkusi ingat selalu pembagian lobus paru yang
ada dibawahnya, seperti diketahui paru kanan terdiri dari lobus
superior, medius dan inferior dan lobus kiri terdiri hanya dari lobus
superior dan lobus inferior.

h) Perkusi hendaknya dimulai di tempat yang diduga sehat (dari


inspeksi dan palpasi) menuju ke bagian yang diduga sakit. Untuk
lebih meyakinkan, bandingkan dengan bagian yang kontra lateral.
Batas-batas kelainan harus ditentukan.
i) Perkusi untuk menentukan apek paru (Kronigs isthmus) dilakukan
dengan cara melakukan perkusi di pundak mulai dari lateral ke
arah medial. Suara perkusi dari redup sampai sonor, diberi tanda.
Kemudian perkusi dari medial (leher) ke lateral sampai terdengar
sonor, beri tanda lagi. Diantara kedua tanda inilah letaknya apek
paru. Pada orang sehat lebarnya 4-6 cm. Pada kelainan di puncak
paru (tuberculosis atau tumor) daerah sonor ini menyempit atau
hilang (seluruhnya redup).
j) Pada perkusi efusi pleura dengan jumlah ciran kira-kira mengisi
sebagian hemitoraks (tidak terlalu sedikit dan juga tidak terlalu
banyak) akan ditemukan batas cairan (keredupan) berbentuk garis
lengkung yang berjalan dari lateral ke medial bawah yang disebut
garis Ellis-Damoiseau.
k) Pada perkusi di kiri depan bawah akan terdengar suara timpani
yang berbentuk setengah lingkaran yang disebut daerah semilunar
dari Traube. Daerah ini menggambarkan lambung (daerah bulbus)
terisi udara.
4) Auskultasi
a) Untuk auskultasi digunakan stetoskop, sebaiknya yang dapat
masuk antara 2 iga (dalam ruang antar iga). Urutan pemeriksaan
seperti pada perkusi. Minimal harus didengar satu siklus
pernapasan (inspirasi-ekspirasi). Bandingkan kiri-kanan pada
tempat simetris.

b) Umumnya fase inspirasi lebih panjang dan lebih jelas dari


ekspirasi. Penjelasan serta perpanjangan fase ekspirasi mempunyai
arti penting. Kita mulai dengan melukiskan suara dasar dahulu
kemudian melukiskan suara tambahannya. Kombinasi ini,
bersama dengan palpasi dan perkusi memberikan diagnosis serta
diferensial diagnosis penyakit paru.
c) Suara dasar

Vesikuler: Suara paru normal, inspirium > ekspirium serta


lebih jelas

Vesikuler melemah: Pada bronchostenose, emfisema paru,


pneumothorak, eksudat, atelektase masif, infiltrat masif, tumor.

Vesikuler mengeras: Terdengar lebih keras.

Vesikuler mengeras dan memanjang:

Pada radang Bronchial: Ekspirasi lebih jelas, seperti suara


dekat trachea, dimana paru lebih padat tetapi bronchus masih
terbuka (kompresi, radang)

Amforik: Seperti bunyi yang ditimbulkan kalau kita meniup


diatas mulut botol kososng sering pada caverne. Eksipirasi
jelas.

d) Suara tambahan

Ronchi kering (bronchitis geruis, sonorous, dry rales). Pada


fase inspirasi maupun ekspirasi dapat nada tinggi (sibilant) dan
nada rendah (sonorous) = rhonchi, rogchos berarti ngorok.
Sebabnya ada getaran lendir oleh aliran udara. Dengan
dibatukkan sering hilang atau berubah sifat.

Rhonchi basah (moist rales). Timbul letupan gelembung dari


aliran udara yang lewat cairan. Bunyi di fase inspirasi.

ronkhi basah halus (suara timbul di bronchioli)


ronkhi basah sedang (bronchus sedang)
ronkhi basah kasar (suara berasal dari bronchus besar).
ronkhi basah meletup. Sifatnya musikal, khas pada infiltrat,
pneumonia, tuberculosis.
Krepitasi. Suara halus timbul karena terbukanya alveolus
secara mendadak, serentak terdengar di fase inspirasi.
(contoh: atelectase tekanan)
Suara gesekan (wrijfgeruisen, friction-rub). Ada gesekan
pleura dan gesek perikardial sebabnya adalah gesekan dua
permukaan yang kasar (mis: berfibrin)
Ronkhi basah sering juga disebut sebagai crackles, rhonchi
kering disebut sebagai wheezes dan gesek pleura atau gesek perikard
sebagai pleural dan pericardial rubs.
d. Tanda Diagnosis Fisik pada Beberapa Gangguan Paru

1. Bates B. A Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan.Edisi 8. 1987.


2. Delp dan Manning. Major Diagnosis Fisik edisi IX, EGC, terjemahanAdji
Dharma,1986.

10. Foto Thorak


a. Indikasi
Indikasi dilakukannya foto toraks antara lain:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Infeksi traktus respiratorius bawah ( TBC Paru, Bronkitis, Pneumonia)


Batuk kronis/ berdarah
Trauma dada
Tumor
Nyeri dada
Metastase neoplasma
Penyakit paru akibat kerja
Aspirasi benda asing

b. Kriteria Foto Thorak yang Layak Baca


Foto thorax harus memenuhi beberapa kriteria tertentu sebelum
dinyatakan layak baca. Kriteria tersebut adalah:
1) Faktor Kondisi

Yaitu faktor yang menentukan kualitas sinar X selama di kamar


rontgen (tempat expose) factor kondisi meliputi hal hal berikut yang biasa
dinyatakan dengan menyebut satuannya.
Waktu/lama exposure millisecond (ms)

Arus listrik tabung mili Ampere (mA)


Tegangan tabung kilovolt (kV)

Ketiga hal di atas akan menentukan kondisi foto apakah:

Cukup/ normal
Kurang bila foto thorax terlihat putih (samar samar)
Lebih : bila foto thorax terlihat sangat hitam

Dalam membuat foto thorax ada dua kondisi yang dapat sengaja
dibuat, tergantung bagian mana yang ingin di perikasa. Yaitu:
a) Kondisi pulmo (kondisi cukup) foto dengan kV rendah
Inilah kondisi yang standar pada foto thorax, sehingga gambaran
parenkim dan corakan paru dapat terlihat. Cara mengetahui apakah
suatu foto rontgen pulmo kondisinya cukup atau tidak:
1. Melihat lusensi udara (hitam) yang terdapat di luar tubuh
2. Memperhatikan vertebra thorakalis :
Pada proyeksi PA kondisi cukup: tampak Vth I-IV
Pada proyeksi PA kondisi kurang : hanya tampak VThI
b) Kondisi kosta (kondisi keras/tulang) foto dengan kV tinggi
Cara mengetahui apakah suatu pulmo kondisinya keras atau tidak :

Pada foto kondisi keras, infiltrate pada paru tak terlihat lagi.
Cara mengetahuinya adalah dengan membandingkan densitas
paru dengan jaringan lunak. Pada kondisi keras densitas

keduanya tampak sama


Memperhatikan vertebra thorakalis
Proyeksi PA kondisi keras: tampak Vth V-VI

Proyeksi PA kondisi keras: yang tampak VTh I-XII selain


itu densita jaringan lunak dan kosta terlihat mirip
2) Inspirasi Cukup
Foto thorak harus di buat dalam keadaan inspirasi cukup. Cara
mengetahui cukup tidaknya inspirasi adalah:
a) Foto dengan inspirasi cukup:
Diagfrma setinggi Vth X (dalam keadaan expirasi diagframa
setinggi Vth VII-VIII)
Kosta VI anterior memotong dome diagframa
b) Foto dengan inspirasi kurang
Ukuran jantung dan mediastinum meningkat sehingga dapat

menyebabkan salah interpretasi


Corakan bronkovesikuler meningkat sehingga dapat terjadi
salah interpretasi

3) Posisi Sesuai
Seperti telah di terangkan di atas, posisi standar yang paling banyak di
pakai adalah PA dan lateral. Cara membedakan foto thorax posisi PA dan
AP adalah sebagai berikut:
a) Pada foto AP scapula terletak dalam bayangan thorax sementara
b)
c)
d)
e)

pada foto PA scapula terletak di luar bayangan thorax


Pada foto AP klavikula terlihat lebih tegak di bandingkan foto PA
Pada foto PA jantung biasanya terlihat lebih jelas
Pada foto AP gambaran vertebra biasanya terlihat lebih jelas
Untuk foto PA label terletak sebelah kiri foto sementara pada foto
PA label biasanya terletak di sebelah kanan foto

4) Simetris
Cara mengetahui kesimetrisan foto:

Jarak antara sendi sternoklavikularis dekstra dan sinistra terhadap garis


median adalah sama. Jika jarak antara kanan dan kiri berbeda berarti foto
tidak simetris
5) Foto torak tidak boleh terpotong
c. Interpretasi Foto Thorak
Cara sistematis untuk membaca foto thorak, sebagai berikut :
1) Cek apakah sentrasi foto sudah benar dan foto dibuat pada waktu
inspirasi penuh. Foto yang dibuat pada waktu ekspirasi bisa
menimbulkan keraguan karena bisa menyerupai suatu penyakit misal
kongesti

paru,

kardiomegali

atau

mediastinum

yang

lebar.

Kesampingkan bayangan-bayangan yang terjadi karena rambut,


pakaian atau lesi kulit.
2) Cek apakah Exposure sudah benar (bila sudah diperoleh densitas yang
benar, maka jari yang diletakkan di belakang daerah yang hitam
pada foto tepat dapat terlihat). Foto yang pucat karena underexposed
harus diinterpretasikan dengan hati-hati, gambaran paru bisa memberi
kesan adanya edema paru atau konsolidasi. Foto yang hitam karena
overexposed bisa memberi kesan adanya emfisema.
3) Cek apakah tulang-tulang (iga, clavicula, scapula,dll) Normal.
4) Cek jaringan lunaknya, yaitu kulit, subcutan fat, musculus-musculus
seperti pectoralis mayor, trapezius dan sternocleidomastoideus. Pada
wanita dapat terlihat mammae.
5) Cek apakah posisi diafragma normal ; diafragma kanan biasanya 2,5
cm lebih tinggi daripada kiri. Normalnya pertengahan costae 6 depan
memotong pada pertengahan hemidiafragma kanan.
6) Cek sinus costophrenicus baik pada foto PA maupun lateral.
7) Cek mediastinum superior apakah melebar, atau adakah massa
abnormal, dan carilah trachea.

8) Cek adakah kelainan pada jantung dan pembuluh darah besar.


Diameter jantung pada orang dewasa (posisi berdiri) harus kurang dari
separuh lebar dada. Atau dapat menentukan CTR (Cardio Thoracalis
Ratio).
9) Cek hilus dan bronkovaskular pattern. Hilus adalah bagian tengah
pada paru dimana tempat masuknya pembuluh darah, bronkus, syaraf
dan pembuluh limfe. Hilus kiri normal lebih tinggi daripada hilus
kanan.
Bagian yang dinilai:
1) Jantung
2) Aorta
3) Mediastinum Superior
4) Trachea
5) Hillus
6) Paru
7) Diafragma
8) Sinus kostofrenikus
9) Tulang
10) Jaringan lunak ekstrapulmonum

d. Contoh Kelainan yang dapat ditemukan pada foto torak


1) Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)

2) Pneumothorax

3) Tension Pneumothorax

4) Pulmonary Embolus (PE)

5) Kardiomegali

6) TB paru

7) Pneumonia

8) Efusi Pleura

Sjahriar R. Radiologi Diagnostik ed2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2005.


Palmer PES, Cockshott WP, Hegedus V, Samuel E. Manual of Radiographic
Interpretation for General Practicioners (Petunjuk membaca Foto Untuk Dokter
Umum). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1995.
11. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Pada Kasus dan Temuan yang mendukung
diagnosis
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan Fisik
c. Pemeriksaan penunjang (Foto Torak)
Kondisi foto thorak:
Posisi yang diambil PA. Gambar yang dihasilkan kualitasnya sudah baik
karena sesuai dengan kriteria foto thorax untuk layak baca.
1) Cardio Thoracic Ratio
CTR < 50%. Batas jantung kanan tepat di linea parasternalis dextra
batas jantung kirinya di line midclavicula sinistra.
2) Aorta
Pada foto thorax tersebut, aortanya tidak mengalami pelebaran pada
arcus aorta dan tidak tampak kalsifikasi
3) Mediastinum superior
Pada foto thorax tersebut, mediastinum superiornya tidak mengalami
pelebaran.
4) Trachea
Pada foto thorax tersebut, tracheanya tepat berda ditengah
5) Hillus
Pada foto thorax tersebut, hillusnya tidak ada pelebaran dan juga tidak
terjadi penebalan.
6) Paru

Pada foto thorax tersebut, terlihat adanya infiltrat (pada paru kanan
terlihat jelas). Infiltrat tersebut tampak pada bagian apeks paru.
7) Diafragma
Pada foto thorax tersebut, diafragma kiri dan kanan terlihat normal
8) Sinus Kostofrenikus
Pada foto thorax tersebut, sinus kostofrenikus atau sudut yang
dibentuk antara costae dan diafragmanya lancip pada paru kiri dan
kanan.
9) Tulang
Pada foto thorax tersebut, tulang costae, vertebra torakalis, clavikula
dan scapulanya terlihat normal sejauh yang terlihat pada gambar.
10) Jaringan Lunak
Pada foto thorax tersebut, jaringan lunak normal sejauh yang terlihat
pada gambar.
Kesimpulan :
Dari gambaran foto thorak didapatkan hasil adanya infiltrat pada bagian
apeks paru kanan dengan diagnosis penyakit yang mungkin yaitu TB paru
didukung dengan riwayat anamnesis dan pemeriksaan fisik pada kasus.

12. Tatalaksana Pada Kasus

Daftar Pustaka
1. Fauci et al., 2008. Harrisons Principles of Internal Medicine 17th Edition.
Part 10 Disoreder of The Respiratory System. Mc Graw-Hill Companies:
New York.
2. Houghton & Gray. Chamberlains Gejala dan Tanda dalam Kedokteran Klinis.
Jakarta: Indeks; 2012. h. 99-100
3. Setiati, Siti et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta;
Internal Publishing; 2014; pp : 1583, 1682-85.
4. Zulkifli A, Asril B. Tuberkulosis paru dalam Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam
5.

Jilid III edisi V. Jakarta; Internal Publishing; 2009; pp. 2230, 2234-5.

Anda mungkin juga menyukai