BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) terutama TB paru merupakan salah satu penyakit menular
yang masih menjadi permasalahan di dunia kesehatan hingga saat ini. Hal ini
dibuktikan dengan masih banyaknya ditemukan penderita TB di masyarakat. Situasi
TB di dunia semakin memburuk dengan meningkatnya jumlah kasus TB dan
banyaknya pasien TB yang tidak berhasil disembuhkan, terutama di 22 negara
dengan masalah TB yang tinggi (high burden countries). Pada tahun 1993, World
Health Organization (WHO) mencanangkan TB sebagai kedaruratan dunia (global
emergency). Sekitar 95% kasus dan 98% kematian terjadi akibat TB di dunia yang
terdapat di negara-negara berkembang.1
Menurut Global Tuberculosis Control tahun 2011, jumlah pasien tuberkulosis
di Indonesia menempati urutan ke-4 terbanyak di dunia setelah India, Cina dan
Afrika selatan pada tahun 2011.2 Jumlah pasien TB di Indonesia diperkirakan sekitar
5,8% dari total jumlah pasien TB di dunia. Setiap tahun terdapat 429.730 kasus baru
dan kematian 62.246 orang, sedangkan insidensi kasus TB dengan Basil Tahan Asam
(BTA) positif sekitar 102 per 100.000 penduduk.1 Berdasarkan profil data kesehatan
Indonesia tahun 2011, angka penemuan kasus TB paru BTA positif di DKI jakarta
sebesar 85%.3
Hasil Survey Prevalensi TB di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa
angka prevalensi BTA positif secara Nasional 110 per 100.000 penduduk. Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa penyakit TB
Tujuan Umum
Mengetahui gambaran karakteristik pasien TB paru dewasa dan analisis
evaluasi pengobatan OAT di Klinik Paru RSIJ Sukapura Periode Agustus 2011 Januari 2013.
2.
Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran karakteristik pasien TB paru dewasa yang berobat di
Klinik Paru RSIJ Sukapura Periode Agustus 2011 - Januari 2013 meliputi:
1) Jumlah Pasien
2) Usia
3) Jenis Kelamin
4) Tipe Pasien
5) Kategori OAT
6) Hasil Pengobatan
b. Mengetahui gambaran evaluasi sputum BTA sebelum pengobatan, akhir
pengobatan bulan ke-2 dan akhir pengobatan bulan ke-6
D. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan di Klinik Paru RSIJ Sukapura. Sebagai responden
adalah seluruh pasien TB paru dewasa yang berobat di Klinik Paru sebanyak 185
pasien. Variabel yang diteliti adalah karakteristik penderita TB paru dewasa dan
analisis evaluasi pengobatan OAT. Dilaksanakan pada 22 Oktober sampai 22
November 2013 penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan disain studi
cross sectional. Pengumpulan data menggunakan data sekunder yaitu Buku Register
TB 03 dan Rekam Medik.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Universitas Muhammadiyah Jakarta Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan digunakan sebagai pengayaan literatur di
perpustakaan mengenai TB paru dewasa.
2. Bagi peneliti sendiri dapat menambah pengetahuan mengenai gambaran
karakteristik pasien TB paru dewasa dan analisis evaluasi pengobatan OAT.
3. Bagi RSIJ Sukapura sebagai bahan masukan dan informasi yang penting.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP
A. Tinjauan Pustaka
1.
Etiologi
TB paru disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang panjangnya
3.
Fakto Risiko
Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya TB meliputi usia dimana
penggunaan
kortikosteroid
dan
imunosupresif,
penyakit
HIV,
Penularan Tuberkulosis
Sumber penularan tuberkulosis adalah pasien dengan TB BTA positif
(droplet nuclei). Percikan dahak yang mengandung kuman ini dapat bertahan di
udara bebas selama 1-2 jam, tergantung ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi
yang baik dan kelembaban. Dalam suasana yang lembab dan gelap, kuman dapat
bertahan berhari-hari sampai berbulan-bulan.1
5.
Patogenesis
Penyebaran kuman Mycobacterium tuberculosis yang masuk melalui
saluran nafas akan bersarang di jaringan paru dan membentuk sarang primer
atau afek primer. Dimana sarang primer ini timbul dalam waktu 5 tahun pertama
setelah terjadinya infeksi.8 Dari sarang primer ini terjadi peradangan saluran
getah bening menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh
pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis regional). Afek primer,
limfangitis lokal dan limfadenitis regional dikenal sebagai fokus primer. Melalui
fokus primer inilah kuman dapat menyebar melalui pembuluh darah ke seluruh
tubuh. Banyaknya kuman Mycobaterium tuberculosis serta kemampuan daya
tahan tubuh penderita akan menentukan daya tahan perjalanan penyakit
selanjutnya. Pada kebanyakan kasus, respons imun tubuh dapat menghentikan
multiplikasi kuman, sebagian kecil menjadi kuman dorman. Pada penderita
dengan daya tahan tubuh yang buruk, respons imun tidak dapat menghentikan
multiplikasi kuman sehingga akan menjadi sakit pada beberapa bulan kemudian.
Sehingga kompleks primer akan mengalami salah satu hal sebagai berikut :
a. Penderita akan sembuh dengan tidak meninggalkan cacat.
b. Sembuh dengan meninggalkan bekas (seperti sarang Ghon, garis fibrotik,
sarang perkapuran di hilus).
c. Menyebar dengan cara :
1)
Perikontinuitatum ke jaringan sekitarnya.
2)
3)
keluar.
Sarang meluas dengan membentuk jaringan keju dan akan membentuk
kaviti bila dibatukkan. Kaviti ini dapat meluas, memadat membentuk
tuberkuloma atau sembuh.10
6.
sputum yang berlebih, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, demam,
berkeringat di malam hari dan hemoptisis (batuk darah).11
Gejala klinis TB dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan
gejala sistemik. Bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah
gejala respiratori.5
Gejala-gejala yang menunjukkan penyakit TB paru adalah :5
a. Gejala lokal/ respiratori :
1) Batuk lebih dari 2 minggu
2) Batuk darah
3) Sesak napas
4) Nyeri dada
b. Gejala sistemik :
1) Demam.
2) Gejala sistemik lain : malaise, keringat malam, anoreksia dan berat
badan menurun
Gejala-gejala tersebut dapat dijumpai pada penyakit selain TB seperti
bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain, oleh sebab itu
orang yang datang ke fasilitas kesehatan (Fasyankes) dengan gejala seperti di
atas harus dianggap suspect tuberculosis atau tersangka penderita TB dan
perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.1
7.
Pemeriksaan Fisik
Pada TB paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur
paru. Pada awal perkembangan penyakit umumnya tidak atau sulit sekali
menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus
superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 dan S2), serta daerah
apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan antara lain
suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda
penarikan paru, diafragma dan mediastinum.5
8.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang berguna untuk membantu menegakkan
10
b.
(1+)
4) Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ atau (2+)
5) Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ atau (3+)
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atau indikasi
yaitu foto lateral, top-lordotic, oblik, atau CT-Scan. Pada pemeriksaan foto
toraks, TB dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform).5
1) Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif adalah:
a) Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior
lobus atas paru dan segmen lobus bawah
b) Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak
berawan atau nodular
c) Bayangan bercak milier
d) Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
2) Gambaran radiologi yang dicurigai lesi TB inaktif :
a) Fibrotik
b) Kalsifikasi
11
c.
evaluasi penyembuhan
Pemeriksaan serologi dilakukan dengan metode Enzym Linked
Immunosorbent
Assay
(ELISA),
Myocodot,
Diagnosis TB Paru
Semua suspek TB harus menjalani pemeriksaan 3 spesimen dahak dalam
12
dan kelainan
radiologik
menunjukkan
gambaran
tuberkulosis aktif.
c) Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA
positif dan biakan positif.
2) Tuberkulosis Paru BTA (-)
13
klinik
dan
kelainan
radiologi
menunjukkan
14
b.
Pengobatan Tuberkulosis
Tujuan pengobatan TB adalah :5
1) Menyembuhkan pasien dan mengembalikan kualitas hidup dan
produktivitas
2) Mencegah kematian karena penyakit TB aktif atau efek lanjutannya.
3) Mencegah kekambuhan
4) Mengurangi transmisi atau penularan kepada orang lain
5) Mencegah terjadinya resistensi obat serta penularannya
Jenis, Sifat dan Dosis OAT (lini pertama)
Sifat
Isoniazid (H)
Bakterisid
Rifampicin (R)
Bakterisid
Pyrazinamide (Z)
Bakterisid
Streptomycin (S)
Bakterisid
Ethambutol (E)
Bakteriostatik
15
d.
16
1)
Kategori 1 : 2 (HRZE)/4(HR)3
Artinya pengobtan tahap awal selama 2 bulan diberikan setiap hari
dan tahap lanjutan selama 4 bulan diberikan 3 kali dalam seminggu.
Jadi lama pengobatan seluruhnya 6 bulan. Obat ini diberikan untuk :
a) Pasien baru TB paru BTA positif.
b) Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif.
c) Pasien TB ekstra paru.
Berat
Badan
30-37 kg
38-54 kg
55-70 kg
71 kg
2)
Tahap intensif
Tahap Lanjutan
Tiap hari selama 56 hari 3kali seminggu selama 16 minggu
RHZE (150/75/400/275)
RH (150/150)
2 tablet 4KDT
3 tablet 4KDT
4 tablet 4KDT
5 tablet 4KDT
2 tablet 2KDT
3 tablet 2KDT
4 tablet 2KDT
5 tablet 2KDT
dikutip dari (1)
Kategori 2 : 2 (HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Pada kategori 2, tahap awal pengobatan selama 3 bulan terdiri dari 2
bulan HRZE ditambah suntikan streptomisin, dan 1 bulan HRZE.
Pegobatan tahap awal diberikan setiap hari. Tahap lanjutan diberikan
HRE selama 5 bulan, 3 kali seminggu jadi lama pengobatan 8 bulan.
Obat ini diberikan untuk :
a) Pasien kambuh.
b) Pasien gagal.
c) Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default).
17
Paket sisipan KDT adalah sama seperti panduan paket untuk tahap
intensif kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).1
e.
Kemasan Obat
Panduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket
berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) dimana kombinasi dosis
tetap ini terdiri dari 2 sampai 4 obat dalam satu tablet. Sedangkan kategori
anak sementara ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak yaitu paket
obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamide dan
Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister.5
18
12.
Hasil Pengobatan
masa pengobatan
19
Evaluasi Klinis
Biasanya pasien dikontrol dalam 1 minggu pertama, selanjutnya setiap 2
minggu selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir
pengobatan. Secara klinis hendaknya terdapat berbaikan keluhan-keluhan
pasien seperti batuk-batuk berkurang, batuk darah hilang, nafsu makan
bertambah, berat badan meningkat, dll.4
b.
20
c.
14.
(TB.05)
c. Kartu pengobatan pasien TB (TB.01)
d. Kartu indentitas pasien TB (TB.02)
e. Register TB fasyankes (TB.03 fasilitas kesehatan)
f. Formulir rujukan/ pindah pasien (TB.09)
g. Formulir hasil akhir pengobatan dari pasien Tb pindahan (TB.10)
21
Faktor Risiko
- Usia
-
Jenis kelamin
- Gizi buruk
- Kebiasaan merokok
- Minum Alkohol
- Penggunaan Imunosupresif
- Penyakit HIV
- Faktor lingkungan
(kepadatan, ventilasi,
Hasil Pengobatan
Sembuh
-
Pengobatan
Lengkap
Gagal
Pengobatan
Default
Meninggal
Pindah
Pemeriksaan
Bakteriologi
Kategori I
Kategori II
Pemeriksaan
Radiologi
Evaluasi Pengobatan
akhir bulan ke-6
(setelah fase lanjutan)
-
Pengobatan OAT
Evaluasi Pengobatan
akhir bulan ke-2
(setelah fase Intensif).
Gejala Klinis
Pemeriksaan
Bakteriologi
Pemeriksaan
Radiologi
Keterangan :
Variabel yang akan diteliti
Gejala Klinis
Pemeriksaan
Bakteriologi
Pemeriksaan
Radiologi
22
C. Kerangka Konsep
Sebelum pengobatan
TB :
Kriteria diagnosis
pasien TB paru :
Gejala Klinis
Pemerikasaan
Bakteriologi
Pemeriksaan
Radiologi
Pengobatan
TB fase
Intensif
Evaluasi pengobatan
akhir bulan ke 2 :
Gejala Klinis
Pemerikasaan
Bakteriologi
Pemeriksaan
Radiologi
Pengobatan
TB fase
lanjutan
Angka Konversi
Evaluasi pengobatan
akhir bulan ke 6 :
Gejala Klinis
Pemerikasaan
Bakteriologi
Pemeriksaan
Radiologi
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
2. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu menggambarkan
karakteristik penderita TB paru dewasa dan analisis evaluasi
pengobatan
Variabel
Definisi
Operasional
Alat
Ukur
Usia
Usia
pasien Buku
saat mendapat Register
pengobatan
TB 03
OAT
di
Poliklinik Paru
RSIJ Sukapura
Cara
Ukur
Melihat
Buku
Register
TB 03
Hasil Ukur
1.
2.
3.
4.
5.
18-29
30-41
42-53
54-65
Tidak ada
keterangan.13
Skala
Ukur
Ordinal
24
Jenis
Kelamin
Tipe
Pasien
Ditentukan
berdasarkan
riwayat
pengobatan
sebelumnya.1
Buku
Register
TB 03
Kategori
OAT
Buku
Register
TB 03
Melihat
buku
Register
TB 03
Hasil
Pengobat
an
Jenis
pengobatan
yang diberikan
pada pasien TB
Paru.1
Hasil
pengobatan
pada pasien TB
paru
yang
mendapat
OAT.1
Buku
Register
TB 03
Angka
kesembu
han
Angka
yang Buku
menunjukkan
Register
presentase
TB 03
pasien TB paru
BTA (+) yang
sembuh setelah
masa
pengobatan,
diantara pasien
TB paru BTA
(+)
yang
tercatat. Pasien
yang pindah,
meninggal dan
Melihat
Buku
Regiser
TB 03
Melihat
Buku
Register
TB 03
1. Laki-laki
2. Perempuan
Nominal
Baru
Kambuh
Gagal
Default
Pindahan
Kasus lain
Kategori I
Kategori II
Nominal
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
Interval
25
Angka
Gagal
Pengobat
an
Angka
Default
Angka
konversi
10
Gejala
Klinis
default tidak
diperhitungka.1
Angka Gagal
Pengobatan
menunjukkan
presentase
pasien TB paru
gagal BTA (+)
diantara pasein
TB paru BTA
(+)
yang
tercatat.1
Angka
yang
menunjukkan
presentase
pasien TB paru
yang
default
pada
waktu
tertentu
diantara pasien
yang berisiko
default
di
waktu
yang
sama.1
Angka
yang
menunjukkan
presentase
pasien TB paru
BTA (+) yang
mengalami
konversi
menjadi BTA
(-)
setelah
menjalani fase
intensif.1
Gejala klinis
yang dialami
pasien TB Paru
sebelum
pengobatan,
akhir
pengobatan
bulan ke-2 dan
akhir
pengobatan
Buku
Register
TB 03
Melihat
Buku
Ragister
TB 03
Ratio
Buku
Register
TB 03
Melihat
Buku
Register
TB 03
Ratio
Buku
Register
TB 03
Melihat
Buku
Register
TB 03
Ratio
Rekam
Medik
Melihat
ke
Rekam
Medik
1. Batuk
Ya
Tidak
2. Batuk
berdarah
Ya
Tidak
3. Keringat
Malam
Ya
Nominal
26
Tidak
bulan ke-6.6
4. BB menurun
Ya
Tidak
5. Nafsu Makan
menurun
Ya
Tidak
11
12
Pemeriks
aan
Bakteriol
ogi
Pemeriksaan
Buku
mikroskopik
Register
kuman
BTA TB 03
pada sediaan
langsung
dengan
pewarnaan
Ziehl Nielsen
sebelum
pengobatan,
akhir
pengobatan
bulan ke-2 dan
bulan
akhir
pengobatan
bulan ke-6.6
Pemeriks Pemeriksaan
Rekam
aan
foto toraks PA, Medik
Radiologi di bulan ke 0,
bulan ke-2 dan
bulan ke-6.6
Melihat
ke buku
Register
TB 03
Melihat
ke
Rekam
Medik
6. Demam
Ya
Tidak
7. Nyeri Dada
Ya
Tidak
8. Sesak Napas
Ya
Tidak
1. BTA (+)
2. BTA (-)
3. Tidak
Nominal
dilakukan
pemeriksaan
1.Sebelum
Nominal
pengobatan:
(+)
(-)
2.Akhir pengobatan
bulan ke 2 :
Perbaikan
(Berkurangnya
infiltrat
dan
kavitas)
27
Perburukan
(Meluasnya
infiltrat
dan
kavitas)
3.Akhir pengobatan
bulan ke 6 :
Perbaikan
(Berkurangnya
infiltrat dan
kavitas)
Perburukan
(Meluasnya
infiltrat
dan
kavitas)
4. Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien TB paru dewasa yang
berobat di Klinik Paru RSIJ Sukapura Periode Agustus 2011-Januari
2013.
b. Sampel
Jumlah sampel adalah seluruh jumlah populasi yang ada di RSIJ
Sukapura Periode Agustus 2011- Januari 2013.
1) Kriteria Inklusi
a) Pasien TB paru usia 18 - 65 tahun
b) Pasien dengan data rekam medis dan nomor rekam medis lengkap
c) Analisis evaluasi pengobatan : pasien dengan pengobatan OAT
28
Data sekunder
Berupa data tentang kejadian TB paru hasil diagnosa yang tercantum
dalam Buku Register TB 03 dan Rekam Medik. Data diambil dari arsip di
Poliklinik Paru dan rekam medik pasien TB paru dewasa yang mendapat
pengobatan OAT di Klinik Paru RSIJ Sukapura Periode Agustus 2011 Januari 2013. Data yang dikumpulkan meliputi: Jumlah penderita, Usia,
Jenis Kelamin, Kategori OAT, serta gejala klinis, pemeriksaan
bakteriologi dan gambaran radiologi sebelum pengobatan, akhir
pengobatan bulan ke-2 dan akhir pengobatan bulan ke-6.
7. Analisis data
Analisa data yang digunakan adalah analisis univariat. Analisa Univariat
dimaksudkan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi dari tiap variabel.
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Selama periode Agustus 2011 sampai Januari 2013 didapatkan 240 pasien TB paru
yang berobat ke Klinik Paru RSIJ Sukapura. Dari total 215 pasien terdapat 30 pasien
tidak memiliki data dan nomor rekam medik yang lengkap. Sehingga hanya 185 pasien
yang dapat di teliti.
Tabel 6. Karakteristik Berdasarkan Jumlah Pasien TB Paru Dewasa yang berobat
ke Klinik Paru RSIJ Sukapura Periode Agustus 2011 - Januari 2013.
Karakteristik
Jumlah Pasien
Agustus 2011- Desember 2011
Januari 2012 Desember 2012
Januari 2013
Usia
18-29
30-41
42-53
54-65
Tidak ada keterangan
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Tipe Pasien
Baru
Kambuh
Gagal
Default
Pindahan
Lain-lain
Kategori OAT
Kategori I
Kategori II
n
(185)
46
129
10
24,86
69,73
5,41
68
59
31
19
8
36,76
31,89
16,76
10,27
4,32
95
90
51,35
48,65
175
9
0
1
0
0
94,59
4,86
0,00
0,54
0,00
0,00
175
10
94,59
5,41
30
Hasil Pengobatan
Selesai Pengobatan (n=141)
Sembuh
Pengobatan Lengkap
Gagal
Tidak Selesai Pengobatan (n=44)
Default
Pindah
Meninggal
35
103
3
18,92
55,68
1,62
12
55
7
6,49
29,73
3,78
Tabel 6 menunjukkan, jumlah pasien TB paru dewasa periode Agustus 2011 Desember 2011 sebanyak 46 pasien, pada bulan Januari 2012 - Desember 2012
sebanyak 129 pasien dan pada bulan Januari 2013 sebanyak 10 pasien. Berdasarkan
kelompok umur didapatkan pasien TB paru dewasa yang berobat ke Klinik Paru RSIJ
Sukapura selama periode Agustus 2011 - Januari 2013 terbanyak pada kelompok usia 18
- 29 tahun sebanyak 68 pasien (36,76%), sedangkan kelompok usia terendah adalah usia
56 - 65 tahun sebanyak 19 pasien (10,27%). Secara umum pasien TB paru dewasa yang
berobat di Klinik Paru RSIJ Sukapura adalah kelompok usia produktif.
Pasien TB paru dewasa yang berobat ke Klinik Paru RSIJ Sukapura mayoritas
perempuan sebanyak 95 pasien (51,35%) sedangkan laki- laki sebanyak 90 pasien
(48,65%). Berdasarkan tipe pasien terbanyak adalah kasus baru 175 pasien (94,59%) ,
kasus kambuh 9 pasien (4,86%) dan kasus default 1 pasien (0,54%).
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) kategori I yang paling banyak digunakan 175
pasien (94,59%) karena kebanyakan pasien merupakan kasus baru, sedangkan untuk
kategori II sebanyak 10 pasien (5,41%). Berdasarkan hasil pengobatan dari 185 pasien
TB paru dewasa yang berobat di Klinik Paru RSIJ Sukapura terdapat sebanyak 141
pasien (76,22%) menyelesaikan pengobatan sampai tuntas dan 44 pasien (23,78%) tidak
menyelesaikan pengobatan. Diantara yang menyelesaikan pengobatan, sembuh 35
31
pasien (18,92%), pengobatan lengkap 103 pasien (55,68%) dan gagal pengobatan 3
pasien (1,62%). Sementara itu, yang tidak menyelesaikan pengobatan, default 12 pasien
(6,49%), pindah 55 pasien (29,73%) dan meninggal 7 pasien (3,78%).
Tabel 7.
Angka Kesembuhan
Pasien dengan Pengobatan Lengkap
Angka Gagal Pengobatan
Total
BTA Negatif
n
%
101
100,00
101
100,00
BTA Positif
N
%
35
87,50
2
5,00
3
7,50
40
100,00
Tabel 7 menunjukkan, pasien TB paru BTA (+) yang sembuh sebanyak 35 pasien
(87,50%), pengobatan lengkap 2 pasien (5,00%) dan gagal pengobatan sebanyak 3
pasien (7,50%). Sedangkan pasien TB paru BTA (-) dengan pengobatan lengkap
sebanyak 101 pasien (100%).
Pada analisis evaluasi pengobatan OAT, hanya pasien yang telah menyelesaikan
pengobatan dan pasien yang mendapatkan pengobatan OAT kategori
I yang dapat
diteliti. Dimana diantara 141 pasien yang telah menyelesaikan pengobatan terdapat 6
pasien yang mendapatkan pengobatan OAT kategori II sehingga tidak dapat dievaluasi.
Oleh karena itu, untuk analisis evaluasi pengobatan OAT hanya dilakukan pada 135
pasien.
32
Gejala
Batuk Lama
Ya
Tidak
Batuk Darah
Ya
Tidak
Keringat Malam
Ya
Tidak
BB Turun
Ya
Tidak
Nafsu
Makan
Menurun
Ya
Tidak
Demam
Ya
Tidak
Nyeri Dada
Ya
Tidak
Sesak Napas
Ya
Tidak
Sebelum
Pengobatan
n
%
(135)
Akhir Pengobatan
Bulan ke-2
n
%
(135)
Akhir Pengobatan
Bulan ke-6
n
%
(135)
130
5
96,30
3,70
50
85
37,04
62,96
21
114
15,56
84,44
21
114
15,56
84,44
0
135
0,00
100,0
0
135
0,00
100,00
84
51
62,22
37,78
5
130
3,70
96,30
0
135
100,00
121
14
89,63
10,37
18
117
13,33
86,67
15
120
11,11
88,89
16
119
11,85
88,15
4
131
2,96
97,04
0
135
100,00
68
67
50,37
49,63
11
124
8,15
91,85
2
133
1,48
98,52
23
112
17,04
82,96
7
128
5,19
94,81
2
133
1,48
98,52
41
94
30,37
69,63
16
119
11,85
88,15
9
126
6,67
93,33
(62,22%) . Selanjutnya gejala nafsu makan menurun yang paling jarang dikeluhkan
sebanyak 16 pasien (11,85%). Pada akhir pengobatan bulan ke-2, 135 pasien kemudian
dievaluasi kembali. Hasil evalusi menunjukkan penurunan jumlah pasien yang mengeluh
batuk menjadi 50 pasien (37,04%). Sedangkan gejala yang sudah tidak dikeluhkan
33
adalah batuk darah. Pada akhir pengobatan bulan ke 6, gejala yang masih dikeluhkan
sebagian besar pasien adalah batuk sebanyak 21 pasien (15,56%). Jika dibandingkan
dengan akhir pengobatan bulan ke-2 keluhan batuk mengalami penurunan. Sedangkan
batuk darah, keringat malam dan nafsu makan menurun sudah tidak dirasakan oleh
seluruh pasien. Hal ini menunjukkan penurunan gejala pasien TB paru dewasa yang
sangat bermakna di akhir pengobatan bulan ke-2 dan akhir pengobatan bulan ke-6.
Tabel 9. Evaluasi Pengobatan OAT Berdasarkan Sputum BTA Pasien TB Paru
Dewasa yang berobat ke Klinik Paru RSIJ Sukapura Periode Agustus
2011 - Januari 2013.
BTA
Positif
Negatif
Tidak dilakukan
pemeriksaan
Sebelum
Pengobatan
n
%
(135)
34
101
-
25,19
74,81
-
Akhir Pengobatan
Bulan ke-2
n
%
(135)
1
102
32
0,74
75,56
23,70
Akhir Pengobatan
Bulan ke-6
N
%
(135)
1
38
96
0,74
28,15
71,11
34
Konversi
Konversi
Tidak Konversi
Jumlah
N
(34)
29
5
34
%
85,29
14,71
100,00
Hasil Tabel 10 menunjukkan, perubahan dari BTA sputum positif menjadi negatif
setelah fase intensif 2 bulan sebanyak 29 pasien (85,29%) sedangkan yang tidak
mengalami konversi sebanyak 6 pasien (14,71%) .
Tabel 11. Evaluasi Pengobatan OAT Berdasarkan Foto Toraks PasienTB Paru
Dewasa yang berobat ke Klinik Paru RSIJ Sukapura Periode Agustus
2011 - Januari 2013.
Sebelum Pengobatan
Foto Toraks
Positif
Negatif
n
(135)
129
6
%
95,56
4,44
Hasil Tabel 11 menunjukan, sebelum pengobatan pasien dengan hasil foto toraks
positif sebanyak 129 pasien (95,56%) , sedangkan hasil foto toraks negatif sebanyak 6
pasien (4,44%).
Tabel 12. Evaluasi Pengobatan OAT Berdasarkan Foto Toraks PasienTB Paru
Dewasa yang berobat ke Klinik Paru RSIJ Sukapura Periode Agustus
2011 - Januari 2013.
35
Foto Toraks
Baik
Buruk
Akhir Pengobatan
Bulan ke-2
n
%
(135)
117
86,67
18
13,33
Akhir Pengobatan
Bulan ke-6
n
%
(135)
128
94,81
7
5,19
Hasil Tabel 12 menunjukkan, pada akhir pengobatan bulan ke-2, foto toraks yang
mengalami perbaikan sebanyak 117 pasien (86,67%), hasil foto toraks yang mengalami
perburukan sebanyak 18 pasien (13,33%). Pada akhir pengobatan bulan ke-6 hasil foto
toraks yang mengalami perbaikan sebanyak 128 pasien (94,81%), foto toraks yang
mengalami perburukan sebanyak 7 pasien (5,19%).
BAB V
PEMBAHASAN
36
A. PEMBAHASAN PENELITIAN
Pada penelitian ini didapatkan bahwa kelompok usia pasien tuberkulosis (TB)
paru dewasa yang berobat di Klinik Paru RSIJ Sukapura periode Agustus 2011 - Januari
2013 mayoritas adalah usia produktif yaitu usia 18-29 tahun sebanyak 68 pasien. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Deni di Puskesmas Ciputat tahun 2012 dimana
penyakit TB lebih banyak menyerang kelompok usia produktif.14 Selain itu, penelitian
oleh Mulyadi, Suangkupon dan Dermawan tahun 2010 di Puskesmas Blangpidie
menunjukkan hasil yang sesuai bahwa penyakit TB paru memiliki tingkat kerentanan
terhadap mereka yang berusia produktif.15 Berdasarkan Pedoman Nasional TB tahun
2011 sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara
ekonomis (15-50 tahun).1 Keadaan ini diduga ada hubungannya dengan tingkat aktivitas
dan pekerjaan sebagai tenaga kerja produktif yang memungkinkan untuk mudah tertular
kuman TB setiap saat dari penderita, khususnya dengan basil tahan asam (BTA) positif.
Meningkatnya kebiasaan merokok pada usia muda di negara-negara miskin juga menjadi
salah satu faktor banyaknya kejadian tuberkulosis paru pada usia produktif. Sedangkan
terdapat 8 pasien yang tidak memiliki keterangan usia, tetapi memiliki keterangan
lengkap untuk variabel penelitian yang lain sehingga tetap diteliti untuk dievaluasi
pengobatannya.
Distibusi pasien berdasarkan jenis kelamin pada penelitian ini terbanyak pada
perempuan sebanyak 95 pasien jika dibandingkan dengan laki-laki sebanyak 90 pasien.
Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Eka di Puskesmas Ketanggungan Brebes tahun
2012 dimana pasien TB paru
Puskesmas Petamburan tahun 2012, menunjukkan bahwa pasien laki - laki lebih banyak
37
dibanding dengan pasien perempuan. 17 Dengan demikian, jumlah kasus yang selama ini
dilaporkan bahwa perempuan lebih sedikit kasusnya disebabkan oleh karena kurang
terdiagnosis. Beberapa alasan perempuan tidak terdiagnosis sebagaimana mestinya,
diantaranya yaitu perempuan merasa tidak ada waktu karena kesibukannya mengurus
keluarga, perlunya teman laki-laki yang mendampingi untuk pergi ke fasilitas kesehatan,
masalah biaya dan transportasi, tingkat pendidikan yang relatif masih rendah dan faktor
sosiobudaya, yang menghambat perempuan untuk kontak dengan petugas kesehatan
laki-laki.18 Pada penelitian ini menunjukkan jumlah pasien perempuan lebih banyak, ini
kemungkinan disebabkan beberapa alasan di atas tidak menjadi masalah lagi seperti
transportasi, tingkat pendidikan yang semakin tinggi saat ini dan faktor sosiobudaya.
Tipe pasien TB paru yang datang berobat ke Klinik Paru RSIJ Sukapura periode
Agustus 2011 - Januari 2013 terbanyak merupakan kasus baru yaitu sebanyak 175
pasien, sedangkan kasus kambuh sebanyak 9 pasien dan 1 pasien default. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Freddy di RSU. DR. Soedarso Pontianak
tahun 2010 dimana pasien TB paru yang berobat ke RSU. DR. Soerdarso kebanyakan
kasus baru yaitu sebesar 62,2%.19 Penelitian oleh Vethreeany, Heedy dan Wenya di
RSUP Prof. DR. R.D. Kandou Manado tahun 2010 menunjukkan mayoritas tipe pasien
merupakan kasus baru.20 Menurut laporan Situasi Epidemiologi Tuberkulosis di
Indonesia Tahun 2010 yang dikeluarkan oleh Subdit TB Depkes RI, kasus tuberkulosis
menurut tipenya masih didominasi oleh kasus baru, yaitu sebesar 94,74% pada tahun
2009 triwulan pertama (dengan rincian 56,58% dengan BTA positif dan 38,16% BTA
negatif) serta 94,20% pada tahun 2010 triwulan pertama (dengan rincian 59,5% dengan
BTA positif dan 34,7% dengan BTA negatif). 21 Dengan, tingginya jumlah penderita TB
38
paru kasus baru yang di temukan menunjukkan bahwa RSIJ Sukapura cukup berhasil
dalam melakukan penemuan kasus baru. Sedangkan penyebab terjadinya kasus putus
berobat (default) adalah karena tingkat pengetahuan pasien yang rendah sehingga
motivasi untuk berobat penuh kurang dan lebih suka berobat ke pengobatan alternatif,
adanya efek samping dari obat tuberkulosis, kurangnya pengetahuan pasien mengenai
lamanya waktu pengobatan, dan kurangnya dukungan dari keluarga sekitar.
Kebanyakan pasien default menghentikan pengobatan segera setelah mereka merasa
agak baikan atau sekitar dua bulan setelah pengobatan dimulai. Kesalahan persepsi
yang ada di masyarakat bahwa merasa baik atau sehat adalah berarti sembuh yang dapat
meningkatkan angka putus obat.22 Oleh karena kasus tertinggi pada penelitian ini
adalah kasus baru maka kategori terapi yang sesuai diberikan adalah OAT kategori I.
Hasil pengobatan pasien TB paru dewasa secara umum adalah telah
menyelesaikan pengobatan dimana didominasi sembuh 35 pasien (18,92%) dan
pengobatan lengkap 103 pasien (55,86%). Hasil ini sesuai dengan penelitian Meirtha di
balai pengobatan penyakit paru-paru (BP4) Medan tahun 2000-2007 bahwa hasil
pengobatan mayoritas adalah sembuh dan pengobatan lengkap sebesar 75,7%.23
Sedangkan angka kesembuhan (Cure Rate) pasien yang berobat ke Klinik Paru RSIJ
Sukapura ditetapkan dari jumlah pasien TB paru BTA (+) yang sembuh diantara seluruh
pasienTB paru BTA (+) yang tercatat dimana didapatkan cure rate sebesar 87,50%.
Hasil ini sangat memuaskan dimana cure rate yang dicapai melebihi angka target
nasional yang ditetapkan dimana minimal cure rate sebesar 85%.1 Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian Madelina di Puskesmas Banjarbaru Utara Kalimantan tahun
2011 dimana angka kesembuhan sebesar 92,59%.24 Sedangkan untuk angka gagal
39
pengobatan sebesar 7,50%, angka ini masih diatas angka yang diharapkan dimana
angka gagal pengobatan diharapkan tidak lebih dari 4%. 1 Gagal pengobatan dapat
disebabkan karena resistensi obat, waktu pengobatan yang kurang dari semestinya,
minum obat tidak teratur atau tidak sesuai dengan petunjuk yang diberikan.4 Sedangkan,
angka default didapatkan dari jumlah pasien TB paru yang default di suatu waktu
diantara seluruh pasien TB paru yang berisiko di waktu yang sama didapatkan sebesar
6,49%, angka ini sesuai dengan target nasional dimana angka default harus <10%.1
Hasil ini serupa dengan angka default provinsi DKI Jakarta pada tahun 2009 yaitu
sebesar 5,7%.21
Pada penelitian ini, gejala yang sering dirasakan adalah batuk lama. Hasil ini
sesuai dengan penelitian Reviono, Ari dan Eti di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun
2007 dimana kebanyakan pasien TB paru mengeluh batuk yang lama yaitu sekitar
93,1%.25 Penelitian oleh, Risyah, Rohani dan Fauzia di RSUD Arifin Achmad tahun
2012, menunjukkan keluhan utama pasien TB paru yang terbanyak yaitu batuk sebanyak
38,3%.26 Secara umum gejala-gejala yang dirasakan pasien TB paru dewasa sebelum
pengobatan mengalami perbaikan klinis yang cukup bermakna pada akhir bulan ke 2 dan
akhir bulan ke 6. Hal ini kemungkinan disebabkan efek bakterisid dan bakteriosidal
OAT, sehingga dapat mematikan dan menghambat pertumbuhan kuman Mycobacterium
tuberculosis.
Jumlah pasien dengan sputum BTA positif pada akhir bulan ke-2 menunjukkan
penurunan jika dibandingkan dengan sebelum pengobatan. Ini membuktikan bahwa
sebagian besar pasien yang telah menjalani pengobatan obat anti tuberkulosis fase
40
intensif telah mengalami konversi dalam waktu 2 bulan yaitu perubahan BTA (+)
menjadi BTA (-). Pada akhir pengobatan bulan ke 6 masih terdapat 1 pasien BTA(+),
yang menunjukkan gagal pengobatan. Sedangkan pasien yang tidak melakukan
pemeriksaan dahak bertambah. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Henny,
Abiyoso, Teguh dan Solihun di RSU dr. Syaiful Anwar Malang tahun 2000-2001 dimana
sebagian besar pasien TB BTA positif pada akhir pengobatan bulan ke-2 dan bulan ke-6
menjadi negatif.27 Menurut penelitian Farida di RSU dr. Soetomo Surabaya tahun 2005
dimana pasien yang tidak melakukan pemeriksaan dahak disebabkan karena pasien yang
telah mendapatkan terapi lebih dari satu bulan, gejala batuk dan produksi dahak akan
berkurang sehingga sulit untuk mengeluarkan dahaknya secara spontan. Keadaan ini
dapat menyebabkan terjadinya false-negative, dimana sebenarnya dahak pasien masih
mengandung kuman BTA tetapi karena tidak dapat mengekspektorasikan dahaknya
maka hanya akan didapatkan spesimen saliva yang memberikan hasil BTA negatif. Hasil
hapusan dahak BTA yang false-negative ini membuat klinisi berpikir bahwa terapi yang
diberikan telah adekuat dan tidak ada kemungkinan adanya MDR-TB (perbandingan
kepekaan pemeriksaan kuman). Bila keadaan ini berlanjut terus dikhawatirkan akan
semakin meningkatkan angka resistensi kuman TB terhadap OAT.28 Menurut penelitian
Adolfina di Puskesmas Jakarta Pusat tahun 2000 menunjukkan bahwa salah satu faktor
yang berhubungan dengan tidak dilaksanakannya pemeriksaan ulang dahak adalah
sulitnya dahak untuk dikeluarkan.29
Angka konversi (Convertion rate) yang didapatkan pada penelitian ini sebesar
85,29% dimana hasil ini sudah melebihi target nasional yaitu minimal mencapai 80%.
Hasil ini lebih baik dibandingkan dengan angka konversi pasien TB paru yang berobat
41
ke RSUP dr. Kariadi di Semarang pada tahun 2009-2010 sebesar 47,5%. 30 Selain itu
pada penelitian oleh Ruth, Lampus dan Pandelaki di Puskesmas Bahu Malalayang I
tahun 2012 menunjukkan angka konversi sebesar 94,23%.31 Konversi BTA sputum BTA
(+) menjadi BTA (-) dinilai pada akhir pengobatan fase intensif atau akhir pengobatan
bulan ke-2. Konversi sangat penting dalam mencegah penularan penyakit TB paru
karena akan menyebabkan penderita yang sebelumnya berpotensi untuk menular
menjadi tidak menular. Selain itu, konversi menunjukkan bahwa terapi OAT yang
diberikan memberikan respon yang baik terhadap pasien TB paru dewasa.
Pada akhir pengobatan bulan ke-2 dan akhir pengobatan bulan ke-6 terjadi
perbaikan gambaran foto toraks. Perbaikan foto toraks dilihat dari berkurangnya jumlah
infiltrat dan kavitas di paru-paru. Hasil ini sesuai dengan penelitian Nurul Izman di
Poliklinik Paru RS Persahabatan Jakarta tahun 2006 dimana perbaikan foto toraks
berkorelasi dengan perbaikan klinis setelah pengobatan antituberkulosis (OAT) yang
lengkap.32 Hal ini menunjukkan bahwa pengobatan OAT cukup berhasil mematikan dan
menghambat pertumbuhan kuman sehingga terjadi perbaikan.
B. KETERBATASAN PENELITIAN
Penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan, penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif dimana data yang didapat hanya berdasarkan data
sekunder berupa buku register TB 03 dan rekam medik. Banyak data yang tidak
diketahui nomor rekam medik sehingga tidak dapat dijadikan sebagai sample penelitian
42
sehingga sample dalam penelitian ini terbatas. Selain itu, beberapa data yang memiliki
nomor rekam medik yang lengkap tidak tersedia.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Penelitian dilakukan kepada 185 pasien. Pasien TB paru dewasa yang berobat
di RSIJ Sukapura terbanyak berjenis kelamin perempuan dan berusi 18-29
tahun. Kasus baru merupakan kasus terbanyak dan menggunakan OAT kategori
I. Hasil pengobatan pasien TB paru dewasa adalah sembuh dan pengobatan
lengkap.
2. Angka kesembuhan, Angka default dan Angka konversi pada penelitian ini
sudah mencapai Target Nasional.
3. Evaluasi gejala klinis, sputum BTA dan foto toraks mengalami perbaikan yang
bermakna di akhir pengobatan bulan ke-2 dan akhir pengobatan bulan ke 6.
43
B. SARAN
1. Diharapkan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai evaluasi pasien TB
Paru dan TB Ekstra Paru.
2. Sample pada penelitian ini sangat terbatas, sehingga diharapkan dilakukan
penelitian serupa dengan jumlah sample penelitian yang lebih banyak.
3. Kesulitan mengambil data dimana tidak terdapat nomor rekam medik di formulir
pencatatan dan pelaporan program Tuberkulosis Nasional, sehingga diharapkan
untuk dilengkapi.
DAFTAR PUSTAKA
Nasional
44
[Online].
2013
[Cited
2013
November
7].
Available
from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3734/1/fkmerna%20mutiara.pdf.
14. Deni S. Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Karakteristik Individu dengan
Kejadian Tuberkulosis Paru BTA Positif yang Berobat di Puskesmas Ciputat
Kota Tangerang Selatan Tahun 2012. Skripsi FKM UMJ; 2012.p.95-110.
15. Mulyadi, Suangkupon R, Dermawan I. Profil Penderita Paru di Pesisir Pantai
Aceh Barat Daya (Kajian Puskesmas Blangpidie). J Respir Indo 2011;30:105-8.
16. Eka. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Tuberkulosis Paru.
Unnes Journal of Public Health. 2012;1:2-6.
17. Ika S. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian TB Paru BTA (+) di
Wilayah Kerja Puskesmas Petamburan Kota Jakarta Pusat Tahun 2012. Skripsi
FKM UMJ; 2012.p.80-5.
18. Aditama TY. Tuberkulosis, Rokok dan Perempuan. Jakarta: FKUI; 2006.p.1-25.
19. Freedy. Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Dewasa Rawat Inap di
Rumah Sakit Umum DR. Soedarso Pontianak Periode September-November
2010. Naskah Publikasi FK Universitas Tanjungpura; 2010.p.1-16.
20. Vethreeany, Heedy, Weny. Evaluasi Penggunaan Obat Antituberkulosis Pada
Pasien Tuberkulosis Paru di Instalasi Rawat Inap BLU RSUP Prof. DR. R. D.
45
46
Terapi
Antituberkulosis.
[Online]
2013.
Available
from:
mru.fk.ui.ac.id.
LAMPIRAN I
No
Tahun
Usia
Jenis
Kelamin
TP
Kategori
OAT
HP
No
Tahun
Usia
Jenis
Kelamin
TP
Kategori
OAT
HP
2011
23
38
2011
22
PL
2011
18
PL
39
2011
47
PL
2011
32
40
2011
45
2011
48
41
2011
22
2011
21
PL
42
2011
35
2011
27
43
2011
59
2011
30
44
2011
2011
36
PL
45
2011
29
PL
2011
46
2011
20
10
2011
28
PL
47
2012
58
PL
11
2011
22
PL
48
2012
60
12
2011
50
PL
49
2012
21
PL
13
2011
41
50
2012
26
PL
14
2011
44
PL
51
2012
27
15
2011
54
52
2012
21
PL
16
2011
43
53
2012
31
PL
47
17
2011
24
PL
54
2012
18
2011
23
55
2012
27
19
2011
34
PL
56
2012
56
PL
20
2011
50
PL
21
2011
42
57
2012
60
58
2012
34
22
2011
21
59
2012
43
23
2011
31
60
2012
36
24
2011
31
25
2011
61
2012
33
62
2012
27
PL
26
2011
PL
63
2012
35
27
2011
64
2012
31
PL
28
2011
29
2011
40
PL
65
2012
48
PL
45
66
2012
29
30
2011
19
67
2012
63
PL
31
2011
26
68
2012
19
PL
32
2011
36
PL
69
2012
25
33
2011
70
2012
41
PL
34
2011
28
PL
71
2012
42
35
2011
30
PL
72
2012
43
PL
36
2011
44
PL
73
2012
32
37
2011
34
74
2012
36
75
2012
20
PL
115
2012
23
PL
76
2012
30
PL
116
2012
27
77
2012
36
PL
117
2012
32
PL
78
2012
26
PL
118
2012
28
PL
79
2012
30
PL
119
2012
37
PL
80
2012
32
PL
120
2012
45
PL
81
2012
49
PL
121
2012
36
82
2012
35
122
2012
21
83
2012
34
PL
123
2012
19
PL
84
2012
37
PL
124
2012
49
PL
85
2012
30
PL
125
2012
57
PL
86
2012
53
126
2012
36
87
2012
49
127
2012
29
88
2012
60
PL
128
2012
30
89
2012
60
129
2012
37
PL
90
2012
28
130
2012
47
Pl
91
2012
30
131
2012
27
92
2012
35
PL
132
2012
55
PL
93
2012
27
PL
133
2012
18
PL
94
2012
39
134
2012
21
PL
95
2012
35
135
2012
35
Pl
28
48
96
2012
37
PL
136
2012
25
PL
97
2012
30
PL
137
2012
28
98
2012
29
138
2012
30
PL
99
2012
29
PL
139
2012
23
PL
100
2012
31
140
2012
36
PL
101
2012
22
PL
141
2012
26
PL
102
2012
27
PL
142
2012
51
PL
103
2012
57
143
2012
51
104
2012
34
PL
144
2012
53
105
2012
26
145
2012
60
PL
106
2012
51
146
2012
55
107
2012
46
PL
147
2012
31
PL
108
2012
33
PL
148
2012
28
109
2012
29
PL
149
2012
30
110
2012
22
PL
150
2012
35
111
2012
21
151
2012
55
PL
112
2012
25
PL
152
2012
20
PL
113
2012
57
PL
153
2012
20
PL
114
2012
27
154
2012
PL
155
2012
36
156
2012
43
PL
157
2012
19
PL
158
2012
33
PL
159
2012
61
160
2012
35
PL
161
2012
19
PL
162
2012
52
PL
163
2012
22
PL
164
2012
26
PL
165
2012
27
PL
166
2012
47
PL
167
2012
22
168
2012
20
169
2012
36
170
2012
65
PL
171
2012
52
172
2012
33
PL
173
2012
40
PL
174
2012
35
PL
49
175
2012
21
176
2013
23
177
2013
23
178
2013
37
PL
179
2013
36
PL
180
2013
21
181
2013
65
PL
182
2013
PL
183
2013
19
PL
184
2013
46
PL
185
2013
43
50
No
Tahun
2011
2011
2011
2011
2011
2011
2011
2011
2011
10
2011
11
2011
12
2011
13
2011
14
2011
15
2011
16
2011
17
2011
18
2011
19
2011
20
2011
21
2011
22
2011
23
2011
24
2011
25
2011
26
2012
27
2012
28
2012
29
2012
30
2012
31
2012
32
2012
33
2012
34
2012
35
2012
36
2012
37
2012
38
2012
39
2012
77
2012
BTA bln-0
BTA bln-2
BTA bln-6
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
positif
negatif
negatif
negatif
positif
negatif
negatif
positif
negatif
negatif
positif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
positif
negatif
positif
positif
positif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
positif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
tdk dlkn pem BTA
positif
negatif
positif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
No
Tahun
40
2012
41
2012
42
2012
43
2012
44
2012
45
2012
46
2012
47
2012
48
2012
49
2012
50
2012
51
2012
52
2012
53
2012
54
2012
55
2012
56
2012
57
2012
58
2012
59
2012
60
2012
61
2012
62
2012
63
2012
64
2012
65
2012
66
2012
67
2012
68
2012
69
2012
70
2012
71
2012
72
2012
73
2012
74
2012
75
2012
76
2012
BTA bln-0
BTA bln-2
BTA bln-6
negatif
Negatif
Negatif
positif
Negatif
negatif
Negatif
Negatif
negatif
Negatif
negatif
Negatif
Negatif
negatif
Negatif
Negatif
negatif
Negatif
Negatif
negatif
negatif
Negatif
negatif
Negatif
Negatif
negatif
Negatif
Negatif
negatif
Negatif
negatif
Negatif
Negatif
positif
Negatif
positif
Negatif
Negatif
negatif
Negatif
positif
Negatif
negatif
Negatif
negatif
negatif
Negatif
Negatif
negatif
positif
Negatif
Negatif
negatif
negatif
Negatif
negatif
Negatif
negatif
Negatif
negatif
negatif
Negatif
negatif
Negatif
Negatif
negatif
Negatif
Negatif
positif
Negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
51
78
2012
79
2012
80
2012
81
2012
82
2012
83
2012
84
2012
85
2012
86
2012
87
2012
88
2012
89
2012
90
2012
91
2012
92
2012
93
2012
94
2012
95
2012
96
2012
97
2012
98
2012
99
2012
100
2012
101
2012
102
2012
103
2012
104
2012
105
2012
106
2012
107
2012
108
2012
109
2012
110
2012
111
2012
112
2012
113
2012
114
2012
115
2012
positif
negatif
negatif
negatif
tdk dlkn pem BTA
negatif
negatif
negatif
positif
positif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
tdk dlkn pem BTA
tdk dlkn pem BTA
positif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
positif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
positif
negatif
negatif
positif
negatif
Negatif
positif
negatif
positif
negatif
Positif
positif
negatif
Negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
Negatif
positif
negatif
Negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
Negatif
negatif
negatif
Negatif
positif
negatif
negatif
Negatif
116
2012
117
2012
118
2012
119
2012
120
2012
121
2012
122
2012
123
2012
124
2012
125
2012
126
2012
127
2012
128
2013
129
2013
130
2013
131
2013
132
2013
133
2013
134
2013
135
2013
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
positif
negatif
positif
negatif
negatif
negatif
positif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
positif
negatif
negatif
positif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
positif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
52
No
Tahun
Foto toraks
bln-0
Foto toraks
bln - 2
No
Tahun
Foto toraks
bln-0
Foto torak
bln-2
Foto toraks
bln-6
2011
positif
baik
Baik
40
2012
negatif
baik
baik
2011
positif
baik
Baik
41
2012
positif
baik
baik
2011
positif
baik
Baik
42
2012
positif
baik
baik
2011
positif
baik
Baik
43
2012
positif
baik
buruk
2011
positif
baik
Baik
44
2012
positif
buruk
baik
2011
positif
baik
Baik
45
2012
positif
baik
baik
2011
positif
baik
Baik
46
2012
positif
baik
baik
2011
positif
baik
Baik
47
2012
positif
baik
baik
2011
positif
baik
Baik
48
2012
positif
baik
baik
10
2011
positif
baik
Baik
49
2012
negatif
baik
baik
11
2011
positif
baik
Baik
50
2012
positif
baik
baik
12
2011
positif
baik
Baik
51
2012
positif
baik
baik
13
2011
positif
baik
Baik
52
2012
positif
buruk
baik
14
2011
positif
baik
Baik
53
2012
positif
baik
baik
15
2011
positif
baik
Baik
54
2012
positif
baik
baik
16
2011
positif
baik
Baik
55
2012
positif
baik
baik
17
2011
positif
baik
Baik
56
2012
positif
baik
baik
18
2011
positif
buruk
Buruk
57
2012
positif
baik
baik
19
2011
positif
baik
Baik
58
2012
positif
buruk
buruk
20
2011
positif
baik
Baik
59
2012
positif
baik
baik
21
2011
positif
baik
Baik
60
2012
positif
baik
baik
22
2011
positif
baik
Baik
61
2012
positif
baik
baik
23
2011
positif
buruk
Baik
62
2012
positif
baik
baik
24
2011
positif
baik
Baik
63
2012
positif
baik
baik
25
2011
positif
baik
Baik
64
2012
positif
baik
baik
26
2012
positif
baik
Baik
65
2012
positif
baik
baik
27
2012
positif
baik
Baik
66
2012
positif
baik
baik
28
2012
positif
baik
Baik
67
2012
negatif
baik
baik
29
2012
positif
baik
Baik
68
2012
positif
baik
baik
30
2012
positif
baik
Baik
69
2012
positif
baik
baik
31
2012
positif
buruk
Baik
70
2012
positif
baik
baik
32
2012
positif
baik
Baik
71
2012
positif
baik
baik
33
2012
positif
buruk
Baik
72
2012
positif
baik
baik
34
2012
positif
baik
Baik
73
2012
positif
baik
baik
35
2012
positif
baik
Baik
74
2012
positif
baik
baik
36
2012
positif
baik
Baik
75
2012
positif
baik
baik
37
2012
positif
baik
Baik
76
2012
positif
baik
baik
77
2012
positif
baik
Baik
117
2012
positif
baik
baik
78
2012
positif
baik
Baik
118
2012
positif
buruk
baik
79
2012
positif
baik
Baik
119
2012
positif
baik
baik
80
2012
negatif
baik
Baik
120
2012
positif
baik
baik
53
81
2012
positif
buruk
Baik
121
2012
positif
baik
baik
82
2012
positif
baik
Baik
122
2012
positif
baik
baik
83
2012
positif
baik
Baik
123
2012
positif
buruk
baik
84
2012
positif
baik
Baik
124
2012
positif
buruk
baik
85
2012
positif
baik
Baik
125
2012
positif
buruk
baik
86
2012
positif
baik
Baik
126
2012
positif
baik
baik
87
2012
positif
baik
Baik
127
2012
positif
baik
baik
88
2012
positif
baik
Baik
128
2013
positif
baik
baik
89
2012
positif
baik
Baik
129
2013
positif
baik
baik
90
2012
positif
baik
Baik
130
2013
positif
baik
baik
91
2012
positif
baik
Baik
131
2013
positif
baik
baik
92
2012
positif
baik
Baik
132
2013
positif
baik
buruk
93
2012
positif
baik
Baik
133
2013
positif
baik
baik
94
2012
positif
buruk
Baik
134
2013
positif
buruk
baik
95
2012
negatif
baik
Baik
135
2013
Positif
baik
baik
96
2012
positif
baik
Baik
97
2012
positif
baik
Baik
98
2012
positif
baik
Baik
99
2012
positif
baik
Baik
100
2012
positif
buruk
Buruk
101
2012
positif
buruk
Buruk
102
2012
positif
baik
baik
103
2012
positif
buruk
buruk
104
2012
negatif
baik
baik
105
2012
positif
baik
baik
106
2012
positif
baik
baik
107
2012
positif
baik
baik
108
2012
positif
baik
baik
109
2012
positif
baik
baik
110
2012
positif
baik
baik
111
2012
positif
baik
baik
112
2012
positif
buruk
baik
113
2012
positif
baik
baik
114
2012
positif
baik
baik
115
2012
positif
baik
baik
116
2012
positif
baik
baik
54
LAMPIRAN II
55
LAMPIRAN III
56