STATUS PASIEN
IDENTITAS
Nama
: Tn. E
Usia
: 87 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Sukabumi
Pekerjaan
: Pensiun
Tgl Periksa
: 3 februari 2016
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Mata terasa pegal,gatal,perih diujung mata,mengeluarkan kotoran putih,dan penglihatan
buram.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan kedua matanya terasa pegal, gatal, terasa perih dan mengeluarkan
kotoran sejak 4 hari. Keluhan lebih terasa terutama pada bagian mata sebelah kanan. Pada
mata kanan,pasien mengatakan bahwa penglihatannya memburam sejak 1 bulan. Pasien
merasa mata kanannya buram seperti melihat asap.
Pasien mengatakan bahwa mata sebelah kirinya sudah dioperasi karena katarak 21 tahun
yang lalu, pada saat ini keluhan yang dirasakan oleh pasien sama seperti pada mata
sebelah kanannya.namun pasien mengatakan pada mata sebelah kiri lebih mengalami
penurunan penglihatan dibandingkan mata kanan dan itu dirasakan lebih dari 21 tahun
Riwayat trauma disangkal oleh pasien. Keluhan seperti melihat benda-benda melayang,
melihat pelangi di sekitar lampu, dan cahaya berkedip-kedip disangkal. Sakit kepala yang
hilang timbul disangkal hanya pasien mengatakan bahwaterdapat keluhan mata lebih
banyak mengeluarkan air.
Case Report
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran
: Composmentis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Tanda Vital
: TD: 130/90 mmHg; Nadi: 88 x/menit; RR: 20 x/menit; Suhu: afebris
STATUS OFTALMOLOGIKUS
OD
Orthophoria
Baik ke segala arah
Benjolan (-), udem (-),
Hiperemis (-), nyeri tekan (-)
Hiperemis (+)Injeksi
konjungtiva (-) , injeksi
siliar (-), injeksi episklera (-),
sekret (+)
Infiltrat (-), sikatriks (-)
Kedalaman dangkal,
hipopion(-), hifema (-)
Warna coklat, sinekia (-)
Bulat, diameter 3 mm, reflex
cahaya (+)
Keruh, shadow test (-)
Tidak dilakukan
5/15 f
OS
Kedudukan Mata
Gerak Bola Mata
Orthophoria
Baik ke segala arah
Iris
Pupil
Lensa
Vitreous Humor
Visus
Afaki
Tidak dilakukan
1/60
Palpebra
Konjungtiva
Cornea
C.O.A
Case Report
RESUME
Tn.E, mengeluhkan kedua matanya terasa pegal, gatal, terasa perih dan mengeluarkan
kotoran sejak 4 hari. Keluhan lebih terasa terutama pada bagian mata sebelah kanan. Pada
mata kanan,pasien mengatakan bahwa penglihatannya memburam sejak 1 bulan. Pasien
merasa mata kanannya buram seperti melihat asap.
Pasien mengatakan bahwa mata sebelah kirinya sudah dioperasi karena katarak 21 tahun
yang lalu, pada saat ini keluhan yang dirasakan oleh pasien sama seperti pada mata
sebelah kanannya.namun pasien mengatakan pada mata sebelah kiri lebih mengalami
penurunan penglihatan dibandingkan mata kanan dan itu dirasakan lebih dari 21 tahun
Riwayat trauma disangkal oleh pasien. Keluhan seperti melihat benda-benda melayang,
melihat pelangi di sekitar lampu, dan cahaya berkedip-kedip disangkal. Sakit kepala yang
hilang timbul disangkal hanya pasien mengatakan bahwaterdapat keluhan mata lebih
banyak mengeluarkan air.
DIAGNOSIS KERJA
PENATALAKSANAAN
Non-Medikamentosa:
- Edukasi terhadap pasien untuk tidak menggosok-gosok mata. Membersihkan mata
dengan tisu sekali pakai jangan menggunakan sarung tangan yang dipakai berulang.
Medikamentosa
- Gentamicyn tetes 6x1
- Rencanakan pengunaan kacamata
PROGNOSIS
3
Case Report
Quo Ad Vitam
: Ad Bonam
Case Report
TINJAUAN PUSTAKA
I.
KONJUNGTIVITIS
1.1 Definisi
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva
atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada
mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai
dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan
mata rusak. Beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tapi ada juga yang
memerlukan pengobatan.
1.2. Gejala dan Tanda klinis
Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu tergores atau panas,
sensasi penuh di sekitar mata, gatal dan fotofobia. Jika ada rasa sakit agaknya kornea terkena.
Sakit pada iris atau corpus siliaris mengesankan terkenanya kornea. Tanda penting
konjungtivitis adalah hiperemia, berair mata, eksudasi, pseudoptosis, hipertrofi papiler,
kemosis
(edem
stroma
konjungtiva),
folikel
(hipertrofi
lapis
limfoid
stroma),
Case Report
Case Report
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisial) dan satu lapisan
fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan di beberapa tempat
dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum. Lapisan adenoid
tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa
konjungtivitis inklusi pada neonatus bersifat papiler bukan folikuler dan mengapa kemudian
menjadi folikuler. Lapisan fibrosa tersusun dari Jaringan penyambung yang melekat pada
lempeng tarsus. Hal ini menjelaskan gambaran reaksi papiler pada radang konjungtiva.
Lapisan fibrosa tersusun longgar pada bola mata.
Kelenjar airmata asesori (kelenjar Krause dan Wolfring), yang struktur dan funginya
mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. Sebagian besar kelenjar Krause berada di
forniks atas, dan sedikit ada di forniks bawah. Kelenjar Wolfring terletak di tepi atas tarsus
atas.
1.4 Klasifikasi
1.4.1 Konjungtivitis Karena agen infeksi
A. Konjungtivitis Bakterial
Terdapat dua bentuk konjungtivitis bacterial: akut (dan subakut) dan menahun.
Penyebab konjungtivitis bakteri paling sering adalah Staphylococcus, Pneumococcus, dan
Haemophilus. Konjungtivitis bacterial akut dapat sembuh sendiri bila disebabkan
mikroorganisme seperti Haemophilus influenza. Lamanya penyakit dapat mencapai 2
minggu jika tidak diobati dengan memadai.
Konjungtivitis akut dapat menjadi menahun. Pengobatan dengan salah satu dari sekian
antibacterial yang tersedia biasanya mengenai keadaan ini dalam beberapa hari.
Konjungtivitis purulen yang disebabkan Neisseria gonorroeae atau Neisseria meningitides
dapat menimbulkan komplikasi berat bila tidak diobati secara dini.
Case Report
Pada kebanyakan kasus konjungtivitis bacterial, organisme dapat diketahui
dengan pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas
dengan pulasan Gram atau Giemsa; pemeriksaan ini mengungkapkan banyak
neutrofil
polimorfonuklear.1,2,3
Kerokan
konjungtiva
untuk
pemeriksaan
mikroskopik dan biakan disarankan untuk semua kasus dan diharuskan jika
penyakit itu purulen, bermembran atau berpseudomembran. Studi sensitivitas
antibiotika juga baik, namun sebaiknya harus dimulai terapi antibiotika empiric.
Bila hasil sensitifitas antibiotika telah ada, terapi antibiotika spesifik dapat
diteruskan.
Komplikasi dan Sekuel
Blefaritis marginal menahun sering menyertai konjungtiva stafilokokus
kecuali pada pasien sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut konjungtiva
dapat terjadi pada konjungtivitis pseudomembranosa dan pada kasus tertentu yang
diikuti ulserasi kornea dan perforasi. Ulserasi kornea marginal dapat terjadi pada
infeksi N gonorroeae, N konchii, N meningitides, H aegyptus, S gonorrhoeae
berdifusi melalui kornea masuk camera anterior, dapat timbul iritis toksik.1,3,7
Terapi
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen
mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat mulai dengan
terapi topical antimikroba. Pada setiap konjungtivitis purulen, harus dipilih
antibiotika yang cocok untuk mengobati infeksi N gonorroeae, dan N meningitides.
Terapi topical dan sistemik harus segera dilkasanakan setelah materi untuk
pemeriksaan laboratorium telah diperoleh.
Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut, saccus konjungtiva harus
dibilas dengan larutan garam agar dapat menghilangkan secret konjungtiva. Untuk
mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta memperhatikan
Case Report
bacterial menahun mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan menjadi masalah
pengobatan yang menyulitkan.
B.
Konjungtivitis Virus
1. Konjungtivitis Folikuler Virus Akut
a) Demam Faringokonjungtival
ditandai
oleh
demam
38,3-40
C,
sakit
tenggorokan, dan konjungtivitis folikuler pada satu atau dua mata. Folikuler sering
sangat mencolok pada kedua konjungtiva dan pada mukosa faring. Mata merah dan
berair mata sering terjadi, dan kadang-kadang sedikit kekeruhan daerah subepitel.
Case Report
Konjungtivitis berlangsung paling lama 3-4 minggu. Kekeruhan subepitel
terutama terdapat di pusat kornea, bukan di tepian, dan menetap berbulan-bulan
namun menyembuh tanpa meninggalkan parut. 1
Keratokonjungtiva epidemika pada orang dewasa terbatas pada bagian luar mata.
Namun, pada anak-anak mungkin terdapat gejala sistemik infeksi virus seperti
banyak neutrofil. 1
Penyebaran
Transmisi nosoklomial selama pemeriksaan mata sangat sering terjadi melalui
jari-jari tangan dokter, alat-alat pemeriksaan mata yang kurang steril, atau
pemakaian larutan yang terkontaminasi. Larutan mata, terutama anestetika topical,
mungkin terkontaminasi saat ujung penetes obat menyedot materi terinfeksi dari
konjungtiva atau silia. Virus itu dapat bertahan dalam larutan itu, yang menjadi
Case Report
iritasi, bertahi mata mukoid, sakit, dan fotofobia ringan. Pada kornea tampak lesi-lesi
epithelial tersendiri yang umumnya menyatu membentuk satu ulkus atau ulkus-ulkus
epithelial yang bercabang banyak (dendritik). Konjungtivitisnya folikuler. Vesikel
herpes kadang-kadang muncul di palpebra dan tepian palpebra, disertai edema hebat
pada palpebra. Khas terdapat sebuah nodus preaurikuler yang terasa nyeri jika
ditekan. 1,3
Laboratorium
Tidak ditemukan bakteri di dalam kerokan atau dalam biakan. Jika
konjungtivitisnya folikuler, reaksi radangnya terutama mononuclear, namun jika
pseudomembran, reaksinya terutama polimorfonuklear akibat kemotaksis dari tempat
nekrosis. Inklusi intranuklear tampak dalam sel konjungtiva dan kornea, jika dipakai
fiksasi Bouin dan pulasan Papanicolaou, tetapi tidak terlihat dengan pulasan Giemsa.
Ditemukannya sel sel epithelial raksasa multinuclear mempunyai nilai diagnostic.3
Virus mudah diisolasi dengan mengusapkan sebuah aplikator berujung kain
11
Case Report
Epidemiologi
Semua benua dan kebanyakan pulau di dunia pernah mengalami epidemic besar
konjungtivitis konjungtivitis hemoregika akut ini. Pertama kali diketahui di Ghana
dalam tahun 1969. Konjungtivitis ini disebabkan oleh coxackie virus A24. Masa
inkubasi virus ini pendek (8-48 jam) dan berlangsung singkat (5-7 hari). 5
7 hari
Terapi
Tidak ada pengobatan yang pasti.
12
Case Report
c) Keratokonjungtivitis Morbilli
C.
Case Report
Trachoma
Tanda dan gejala
Trachoma mulanya adalah konjungtivitis folikuler menahun pada masa kanakkanak, yang berkembang sampai pembentukan parut konjungtiva. Pada kasus berat ,
pembalikan bulu mata kedalam terjadi pada masa dewasa muda sebagai akibat parut
konjungtiva yang berat. Abrasi terus menerus oleh bulu mata yang membalik itu dan
gangguan pada film air mata berakibat parut pada kornea, ummnya setelah usia 50
tahun. Masa inkubasi trachoma rata rata 7 hari, namun bervariasi dari 5 sampai 14
hari .pada bayi atau anak biasanya timbulnya diam diam, dan penyakit itu dapat
sembuh dengan sedikit atau tampa konplikasi.
Pada orang dewasa, timbulnya sering akut atau subakut, dan komplikasi cepat
berkembang. Pada saat timbulnya.trachoma sering mirip konjungtivitis bacteria, tanda
dan gejala biasanya berair mata, fotofobia, sakit, eksudasi, edema palpebra, kemosis
konjungtiva bulbi, hyperemia, hipertrofi papiler, folikel tarsal dan limbal, keratititis
superior, pembentukan pannus dan nodus preaurikuler kecil dan nyeri tekan.
Pada trachoma yang sudah terdiagnosis, mungkin juga terdapat keratitis epitel
superior, keratitis subepitel, panus, folikel limbus superior, dan akhirnya sisa katriks
patognomotik pada folikel- folikel ini, yang dikenal sebagai sumur sumur Herbert,
depresi kecil dalam jaringan ikat di batas limbus kornea ditutupi epitel. Pannus terkait
adalah membrane fibrovaskuler yang timbul dari limbus, dengan lengkung lengkung
vaskuler meluas ke atas kornea. Semua tanda trachoma lebih berat pada konjungtiva dan
kornea bagian atas dari pada bagian bawah.
Untuk pengendalian, World Health Organization telah mengembangakn cara
sederhana untuk memeriksakan penyakit itu. Ini mencakup tanda tanda sebagai berikut :
TF : Lima atau lebih folikel pada konjungtiva tarsal atas.
TI : Infitrasi difus dan hipertrofi papil konjungtiva atas yang sekurang kurangnya
menutupi 50% pembuluh profunda normal.
TS : Parut konjungtiva trachomatosa.
TT : Trikiasis atau entropion ( bulu mata terbalik ke dalam ).
CO : Kekeruhan kornea.
Adanya TF dan Ti menunjukan trachoma infeksiosa aktif yang harus diobati. TS
adalah bukti cedera akibat penyakit ini. TT berpotensi membutakan dan merupakan
indikasi untuk tindakan operasi kokreasi palpebra. CO adalah lesi yang terakhir
membutakan dari trachoma.
Laboratorium
14
Case Report
Inkulasi klamida dapat ditemukan pada kerokan konjungtiva yang di pulas dengan
Giemsa, namun tidak selalu ada. Inklusi ini pada sediaan dipulas Giemsa tampak sebagai
massa sitoplasma biru atau ungu gelap yang sangat halus , yang menutupi inti dari sel
epitel. Pulasan antibody fluorescein dan tes immuno assay enzim tersedia dipasaran dan
banyak dipakai dilabotarium klinik. Tes baru ini telah menggantikan pulasan Giemsa
untuk sediaan hapus konjungtiva dan isolasi agen klamidial dalam biakan sel.
Secara morfologik, agen trachoma mirip dengan agen konjungtivitis inkulasi,
namun keduanya dapat dibedakan secara serologic dengan mikroimunofluorescence.
Trachoma disebabkan oleh Chalmydia trachomatis seroipe A,B,Ba atau C.
Komplikasi dan sequele
Parut di konjungtiva dalah komplikasi yang sering terjadi pada trachoma dan
dapat merusak duktuli kelenjar lakmal tambahan dan menutupi muara kelejar lakrimal.hal
ini secara drastis mengurangi komponen air dalam film air mata pre- kornea, dan
komponen mukus film mungkin berkurang karena hilangnya sebagian sel goblet. Luka
parut itu juga mengubah bentuk palpebra superior dengan membalik bulu mata kedalam
(trikiasis) atau seluruh tepian palpebra (entropion), sehingga bulu mata terus menerus
menggesek kornea.ini berakibat ulserasi pada kornea, infeksi bacterial kornea, dan parut
pada kornea. Ptosis, obstrusi doktus nasolakrimalis, dan dakriosistitis adalah komplikasi
umum lainnya pada trachoma.
Terapi
Perbaikan klinik mencolok umumnya dicapai dengan tetracycline,1-1,5 g/ hari per
os dalam empat dosis selama 3-4 minggu ; doxycycline,100 mg per os 2 kali sehari
selama 3 minggu; atau erythromycin, 1 g / hari per os dibagi dalam empat dosis selama 34 minggu. Kadang-kadang diperlukan beberapa kali kur ( pengobatan) agar benar benar
sembuh. Tetracycline sistemik jangan diberi pada anak dibawah umur 7 tahun atau untuk
wanita hamil. Karena tetracycline mengikat kalsium pada gigi yang berkembang dan
tulang yang tumbuh dan dapat berakibat gigi permanen menjadi kekuningan dan kelainan
kerangkan (mis, clavicula).
Salep atau tetes topikal,
termasuk
preparat
sulfonamide,
tetracycline,
erythromycin dan rifampin, empat kali sehari selama enam minggu, sama efektifnya. Saat
mulai terapi, efek maksimum biasanya belum dicapai selama 10 12 minggu. Karena itu,
15
Case Report
tetap adanya folikel pada trasesus superior selama beberapa minggu setelah terapi
berjalan jangan dipakai sebagai bukti kegagalan terapi.
Koreksi bulu mata yang membalik kedalam melalui bedah adalah esensial untuk
mencegah parut trachoma lanjut di Negara berkembang. Tindakan bedah ini kadang
kadang dilakukan oleh dokter bukan ahli mata atau orang yang dilatih kusus.
Mungkin terdapat sedikit tahi mata, khususnya jika pasien telah mengucek matanya.
Laboratorium
Sulit ditemukan eosinofil dalam kerokan konjungtiva.
Terapi
Meneteskan vasokonstriktor local pada tahap akut (epineprin, larutan 1:1000 yang
diberikan secara topical, akan menghilangkan kemosis dan gejalanya dalam 30 menit).
Kompres dingin membantu mengatasi gatal-gatal dan antihistamin hanya sedikit
manfaatnya. Respon langsung terhadap pengobatan cukup baik, namun sering kambuh
kecuali anti-gennya dapat dihilangkan.
2) Konjungtivitis Vernalis
Definisi
Penyakit ini, juga dikenal sebagai catarrh musim semi dan konjungtivitis musiman
atau konjungtivitis musim kemarau, adalah penyakit alergi bilateral yang jarang. 1,3
Penyakit ini lebih jarang di daerah beriklim sedang daripada di daerah dingin. Penyakit
ini hamper selalu lebih parah selama musim semi, musim panas dan musim gugur
16
Case Report
Biasanya mulai dalam tahun-tahun prapubertas dan berlangsung 5 10 tahun. Penyakit
ini lebih banyak pada anak laki-laki daripada perempuan. 5
kapiler. 1,2,3
Laboratorium
Pada eksudat konjungtiva yang dipulas dengan Giemsa terdapat banyak eosinofil dan
3) Konjungtivitis Atopik
terdapat
di
tarsus
inferior.
Berbeda
dengan
papilla
raksasa
pada
17
Case Report
Pada kasus berat, seluruh kornea tampak kabur dan bervaskularisasi, dan ketajaman
penglihatan. 1,3
Biasanya ada riwayat alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada pasien atau
keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis atopic sejak bayi. Parut
pada lipatan-lipatan fleksura lipat siku dan pergelangan tangan dan lutut sering
ditemukan. Seperti dermatitisnya, keratokonjungtivitis atopic berlangsung berlarut-larut
dan sering mengalami eksaserbasi dan remisi. Seperti keratokonjungtivitis vernal,
penyakit ini cenderung kurang aktif bila pasien telah berusia 50 tahun.
Laboratorium
Kerokan konjungtiva menampakkan eosinofil, meski tidak sebanyak yang terlihat
sebanyak pada keratokonjungtivitis vernal. 1
Terapi
Atihistamin oral termasuk terfenadine (60-120 mg 2x sehari), astemizole (10 mg
empat kali sehari), atau hydroxyzine (50 mg waktu tidur, dinaikkan sampai 200 mg)
ternyata bermanfaat. Obat-obat antiradang non-steroid yang lebih baru, seperti
ketorolac dan iodoxamid, ternyata dapat mengatasi gejala pada pasien-pasien ini. Pada
kasus berat, plasmaferesis merupakan terapi tambahan. Pada kasus lanjut dengan
komplikasi
kornea
berat,
mungkin
diperlukan
transplantasi
kornea
untuk
Case Report
kasus kambuh terjadi di limbus, namun ada juga yang di kornea, bulbus, dan sangat
jarang di tarsus. 1
Phlyctenule konjungtiva biasanya hanya menimbulkan iritasi dan air mata, namun
phlyctenule kornea dan limbus umumnya disertai fotofobia hebat. Phlyctenulosis sering
dipicu oleh blefaritis aktif, konjungtivitis bacterial akut, dan defisiensi diet.
Terapi
Phlyctenulosis yang diinduksi oleh tuberkuloprotein dan protein dari infeksi
sistemik lain berespon secara dramatis terhadap kortikosteroid topical. Terjadi reduksi
sebagian besar gejala dalam 24 jam dan lesi hilang dalam 24 jam berikutnya.
Antibiotika topical hendaknya ditambahkan untuk blefarikonjungtivitis stafilokokus
aktif. Pengobatan hendaknya ditujukan terhadap penyakit penyebab, dan steroid bila
efektif, hendaknya hanya dipakai untuk mengatasi gejala akut dan parut kornea yang
menetap. Parut kornea berat mungkin memerlukan tranplantasi. 1
2) Konjungtivitis Ringan Sekunder terhadap Blefaritis kontak
Blefaritis kontak yang disebabkan oleh atropine, neomycin, antibiotika spectrum
luas, dan medikasi topical lain sering diikuti oleh konjungtivitis infiltrate ringan yang
menimbukan hyperemia, hipertropi papiler ringan, bertahi mata mukoid ringan, dan
sedikit iritasi. Pemeriksaan kerokan berpulas giemsa sering hanya menampakkan
sedikit sel epitel matim, sedikit sel polimorfonuklear dan mononuclear tanpa eosinofil. 1
Pengobatan diarahkan pada penemuan agen penyebab dan menghilangkannya.
Blefaritis kontak dengan cepat membaik dengan kortikosteroid topical, namun
pemakaiannya harus dibatasi. Penggunaan steroid jangka panjang pada palpebra dapat
menimbulkan glaucoma steroid dan atropi kulit dengan telangiektasis yang
menjelekkan.
3.4.3 Konjungtivitis Akibat Penyakit Autoimun
Keratokonjungtivitis Sicca
Berkaitan dgn. Sindrom Sjorgen (trias: keratokonj. sika, xerostomia, artritis).
Gejala:
-
Khas: hiperemia konjungtivitis bulbi dan gejala iritasi yang tidak sebanding dengan
tanda-tanda radang.
Dimulai dengan konjungtivitis kataralis
19
Case Report
-
Pada pagi hari tidak ada atau hampir tidak ada rasa sakit, tetapi menjelang siang atau
Pengobatan:
-
Case Report
Pada luka karena asam, asam itu mengubah sifat protein jaringan dan efek langsung.
Alkali tidak mengubah sifat protein dan cenderung cepat menyusup kedalam jaringan dan
menetap di dalam jaringan konjungtiva. Disini mereka terus menerus merusak selama
berjam-jam atau berhari-hari lamanya, tergantung konsentrasi molar alkali tersebut dan
jumlah yang masuk. Perlekatan antara konjungtiva bulbi dan palpebra dan leokoma kornea
lebih besar kemungkinan terjadi jika agen penyebabnya adalah alkali. Pada kejadian
manapun, gejala utama luka bahan kimia adalah sakit, pelebaran pembuluh darah,
fotofobia, dan blefarospasme. Riwayat kejadian pemicu biasanya dapat diungkapkan.
Pembilasan segera dan menyeluruh saccus conjungtivae dengan air atau larutan garam
sangat penting, dan setiap materi padat harus disingkirkan secara mekanik. Jangan
memakai antidotum kimiawi. Tindakan simtomatik umum adalah kompres dingin selama
20 menit setiap jam, teteskan atropine 1% dua kali sehari, dan beri analgetika sistemik bila
perlu. Konjungtivitis bacterial dapat diobati dengan agen antibakteri yang cocok. Parut
kornea mungkin memerlukan transplantasi kornea, dan symblepharon mungkin
memerlukan bedah plastic terhadap konjungtiva. Luka bakar berat pada kojungtiva dan
kornea prognosisnya buruk meskipun dibedah. Namun jika pengobatan memadai dimulai
segera, parut yang terbentuk akan minim dan prognosisnya lebih baik.
II.
AFAKIA
Afakia adalah suatu keadaan dimana mata tidak mempunyai lensa sehingga mata
tersebut menjadi hipermetropia tinggi. Penelitian di Swedia pada tahun 1997-2001
menyebutkan bahwa satu dari dua ratus operasi katarak adalah afakia. Alasan paling
sering terjadinya afakia yang tidak direncanakan adalah adanya masalah kapsul ketika
operasi dan prolaps vitreous. Penyebab paling sering afakia adalah operasi pengangkatan
lensa.
Gejala yang dikeluhkan pasien afakia adalah tajam penglihatan menurun. Sedangkan
pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan visus 1/60 atau lebih rendah jika afakia tidak ada
komplikasi, limbal scar yang dapat ditemukan pada afakia akibat pembedahan, pasien
mengalami penurunan tajam penglihatan(biasanya hiperopia yang sangat tinggi) yang
dapat dikoreksi dengan lensa positif, bilik mata depan dalam, iris tremulans, jet black
pupil, test bayangan purkinje hanya memperlihatkan 2 bayangan (normalnya 4 bayangan),
pemeriksaan
fundus
memperlihatkan
diskus
kecil
hipermetropi,
retinoscopy
Case Report
mengalami komplikasi dapat ditemukan edema kornea, peningkatan TIO, iritis, kerusakan
iris, CME(cystoid macular edema).
Tatalaksana
Afakia dapat dikoreksi menggunakan lensa kontak, kacamata, atau operasi. Kaca
mata afakia hanya dapat digunakan jika kondisinya afakia bilateral, jika hanya satu mata
maka akan terjadi perbedaan ukuran bayangan pada kedua mata (aniseikonia). Jika
pasien tidak dapat memakai lensa kontak atau kaca mata, maka dipertimbangkan
penanaman lensa intraokuler(pseudofakia). Dan diperlukan tatalaksana untuk
komplikasi.
Pada afakia bilateral, koreksi dapat dikoreksi dengan kacamata. Sedangkan pada
afakia unilateral, koreksi menggunakan kacamata tidak dapat ditoleransi karena
anisometrop. Lensa kontak dapat mengurangi aniseikonia. Namun, pasien biasanya tidak
nyaman menggunakan lensa kontak karena kesusahan memasang lensa, tidak nyaman,
dapat terjadi komplikasi seperti konjungtivitis giant papil.
III.
KATARAK
a) Definisi
Katarak adalah kelainan pada lensa berupa
kekeruhan lensa, atau setiap keadaan kekeruhan
pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein
lensa terjadi akibat kedua-duanya.Kata katarak
berasal
dari
Yunani
Katarrhakies,
Inggris
b) Epidemiologi
Katarak merupakan penyebab kebutaan terbanyak dan menempati urutan pertama di
dunia. Penelitian-penelitian potong lintang mengidentifikasi adanya katarak pada
sekitar 10% orang Amerika Serat dan prevalensi ini meningkat sampai sekitar 50%
22
Case Report
untuk mereka yang berusia antara 65 dan 74 tahun dan sampai sekitar 70% untuk
mereka yang berusia lebih dari 75 tahun.
c) Faktor Risiko
Beberapa faktor resiko untuk terjadinya katarak, yaitu usia, fisik/trauma (pajanan
terhadap sinar ultraviolet, riwayat pembedahan mata), penyakit predisposisi (diabetes
mellitus, galaktosemia, glaucoma, uveitis), dan infeksi virus di masa pertumbuhan
janin.
d) Gejala Klinis
Pasien dengan katarak mengeluh, gangguan penglihatan dapat berupa :
Penglihatan kabur dan berkabut
Terasa silau
Penglihatan ganda
Warna mata berubah putih
Kesulitan melihat di waktu malam
Visus menurun
Melihat dekat jelas
e) Patogenesis
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan
serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukuranya yang
terkecil, dalam posisi ini, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel
akan terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda yang dekat, otot
siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang.Kapsul lensa yang elastic
kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya
biasnya.Kerjasama fisiologik antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk
memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan
pertambahan usia, konsistensi materi lensa berubah selama kehidupan.
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat
kelainan kongenital atau penyulit penyakit mata local menahun. Bermacam-macam
penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaucoma, ablasi, uveitis, dan
retinitis pigmentosa. Katarak dapat pula berhubungan dengan proses penyakit
intraocular lainnya. Gangguan lensa seperti kekeruhan, distorsi, dislokasi, dan anomaly
23
Case Report
geometric.Pasien yang mengalami gangguan-gangguan tersebut mengalami kekaburan
penglihatan tanpa nyeri.
Lensa katarak memiliki ciri berupa edema lensa, perubahan protein, peningkatan
proliferasi, dan kerusakan kontinuitas normal serat-serat lensa.Lensa mata mempunyai
bagian yang disebut pembungkus lensa atau kapsul lensa, korteks lensa yang terletak
antara nukelus bersifat lembek sedangkan pada orang tua nucleus ini menjadi
keras.Katarak dapat mulai dari nucleus, korteks, dan kapsularis lensa.Secara umum,
edema lensa bervariasi sesuai stadium perkembangan katarak.
Pembentukan katarak secara kimiawi ditandai oleh penurunan penyerapan oksigen dan
mula-mula terjadi peningkatan kandungan air diikuti oleh dehidrasi.Kandungan
natrium dan kalsium meningkat; kandungan kalium, asam askorbat, dan protein
berkurang.Pada lensa yang mengalami katarak tidak ditemukan glutation.Usaha-usaha
untuk mempercepat atau menahan perubahan-perubahan kimiawi ini dengan terapi
medis sampai saat ini belum berhasil.
f) Klasifikasi
Klasifikasi katarak berdasarkan usia terbagi menjadi:
Katarak kongenital
Katarak juvenile
Katarak senilis
Katarak berdasarkan tempat terjadi (morfologi):
Lain-lain :
Katarak komplikata
Terinduksi obat
g) Katarak Senilis
24
Case Report
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia
di atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti.
Patogenesis
Patogenesis katarak senilis sendiri kompleks dan belum bisa dimengerti secara
menyeluruh. Penyebabnya multifaktorial, meliputi interaksi yang kompleks antara
bermacam-macam proses fisiologis. Seiring pertambahan usia lensa, berat, dan
ketebalannya bertambah sementara kekuatan akomodasinya berkurang. Ditambah lagi,
terdapat pengurangan transport dari air, nutrisi, dan antioksidan. Akibatnya kerusakan
oksidatif yang progresif pada lensa menyebabkan berkembangnya katarak senilis.
Satu-satunya gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin kabur.
Konsep penuaan meliputi beberapa teori, antara lain teori putaran biologik (biologic
clock), teori mutasi spontan, teori radikal bebas (free radical), dan teori cross-link.
Perubahan kondisi lensa pada orang tua:
1) Kapsul:
-
Mulai presbyopia
2) Epitel-makin tipis
-
3) Serat lensa:
-
Lebih ireguler
Korteks lensa tidak berwarna karena kadar asam askorbat tinggi dan
menghalangi fotooksidasi, sinar tidak banyak mengubah protein pada serat
muda.
Stadium
25
Case Report
Katarak senil secara klinik dikenal dalam 4 stadium, yaitu insipien, imatur, intumesen,
matur, hipermatur, dan morgagni.
Katarak Insipien
Kekeruhan
mulai
dari
tepi
ekuator
morgagni) pada katarak insipien. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh
karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bila dilakukan
uji bayangan iris akan negatif.
Katarak Imatur
Belum seluruh lapis lensa, hanya sebagian lensa
yang keruh. Pada katarak imatur akan bertambah
volume
lensa
akibat
meningkatnya
tekanan
ini
terjadi
hidrasi
korteks
yang
Katarak Imatur
Katarak Matur
seluruh
masa
lensa.
26
Case Report
Kekeruhan ini dapat terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila proses
degenerasi berjalan terus-menerus akan terjadi pengeluaran air bersama-sama
hasil desintegrasi melalui kapsul, di dalam stadium ini lensa akan berukuran
normal, iris tidak terdorong kedepan dan bilik mata depan akan mempunyai
kedalaman normal kembali. Lensa berwarna putih keruh akibat perkapuran
menyeluruh karena deposit kalsium. Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat
negatif.
Katarak Hipermatur
Katarak
yang
mengalami
proses
bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa, kadang-kadang pengerutan berlanjut
sehingga hubungan dengan zonula Zinn menjadi kendor. Bila proses berjalan terus
disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak
dapat keluar sehingga korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong
susu disertai nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat
(keadaan ini disebut katarak Morgagni). Uji bayangan iris memberikan gambaran
pseudopositif.
Case Report
Insipien
Imatur
Matur
Hipermatur
Kekeruhan
Ringan
Sebagian
Seluruh
Masif
Cairan Lensa
Normal
Bertambah
Normal
Berkurang
Iris
Normal
Terdorong
Normal
Tremulans
Normal
Dangkal
Normal
Dalam
Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Shadow Test
Negatif
Positif
Negatif
Pseudopositif
Glaukoma
Uveitis+Glaukoma
Penyulit
Pemeriksaan Oftalmologi
Penatalaksanaan
Tidak ada satupun obat yang dapat diberikan untuk katarak senil kecuali tindakan
bedah. Persiapan pasien dengan katarak yang akan dibedah dilakukan sebagai berikut:
28
Case Report
Uji Anel positif, di mana tidak terjadi obstruksi fungsi ekskresi saluran lakrimal
Flep konjungtiva antara dasar dengan fornik pada limbus dibuat dari jam 10
sampai jam 2
Dibuat pungsi bilik mata depan
Melalui pungsi ini dimasukkan jarum untuk kapsulotomi anterior
Dibuat luka kornea dari jam 10 2
Nukleus lensa di keluarkan
29
Case Report
Sisa korteks lensa dilakukan irigasi sehingga tinggal kapsul posterior saja
Luka kornea dijahit
Flep konjungtiva dijahit.
Fakoemulsifikasi
Pembedahan dengan menghacurkan lensa dengan getaran ultrasonik melalui insisi
minimal, kemudian kepingan diaspirasi dan lensa diganti dengan foldable IOL (lensa
intraokuler yang dapat dilipat). Keuntungannya adalah luka op minimal, operasi cepat
(30 menit), memperkecil kejadian astigmat. Kerugiannya adalah masih tertinggalnya
sisa-sisa bahan lensa, sehingga bila nukleus lensa keras, memerlukan banyak
manipulasi dan waktu lama.
30
Case Report
DAFTAR PUSTAKA
-
Ilyas,Sidharta,
Ilmu
Penyakit
Mata.
Edisi
Riordan-Eva,
Paul.
Vaughan
&
Asbury
Jakarta. 1998
Conjunctivitis.
Available
at
www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001010.htm.
31,2012
Bacterial Conjunctivitis. Available at emedicine.medscape.com/article/1191730-overview.
31