Pembimbing:
dr. Harie Basoeki Soedjono, Sp.M
Disusun Oleh:
Fransiska Ancelia
2014061148
Yohanes Kurniawan
2014061149
Joewen S. Manafe
2014061145
Maria Dominika A. F.
2014061150
Daftar Isi
BAB I: PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1
Latar Belakang...............................................................................................1
1.2
Tujuan............................................................................................................2
Sistem Lakrimal.............................................................................................3
2.1.1
2.1.2
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
Kesimpulan..................................................................................................27
3.2
Saran.............................................................................................................27
Daftar Pustaka.............................................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dry eye disease merupakan kelainan multifaktorial pada lapisan air mata akibat
berkurangnya produksi air mata atau penguapan air mata yang berlebihan yang
berhubungan dengan rasa tidak nyaman pada mata dan atau gejala pandangan
terganggu serta berujung gangguan pada permukaan bola mata bila sudah terjadi
kerusakan epitel kornea bahkan pada kasus yang sudah lanjut dapat terjadi perforasi
kornea dan kebutaan. Kelembaban permukaan mata merupakan keseimbangan antara
produksi dan ekskresi air mata melalui sistem drainase melalui duktus nasolakrimalis
serta penguapan. Apabila keseimbangan ini terganggu, mata terasa kering, timbul
suatu dry spot.
Pada permukaan kornea menimbulkan rasa iritasi, perih diikuti refleks
berkedip, lakrimasi dan mata berair. Apabila keadaan ini dibiarkan berlarut-larut
dalam waktu yang lama akan terjadi kerusakan sel epitel kornea dan konjungtiva,
bahkan dapat terjadi infeksi, ulkus, dan kebutaan. Prevalensi dari Dry Eye ini di
Indonesia sebesar 27,5 %,dan lebih banyak menyerang negara beriklim tropis
daripada non tropis. Frekuensi insiden dry eyes lebih banyak terjadi pada ras Hispanic
dan Asia dibandingkan dengan ras kaukasius. Mata kering juga lebih cenderung terjadi
pada pasien wanita berbanding laki-laki.
Sangat banyak faktor yang berperan pada terjadinya dry eye baik pada wanita
maupun pria, beberapa diantaranya tidak dapat dihindari:
1. Usia lanjut
2. Faktor hormonal yang lebih sering dialami oleh wanita seperti kehamilan,
menyusui, pemakaian obat kontrasepsi, dan menopause.
3. Beberapa penyakit seringkali dihubungkan dengan dry eyes seperti: artritis
rematik, diabetes, kelainan tiroid, asma, lupus erythematosus, pemphigus,
Stevens-johnsons. syndrome, Sjogren syndrome, scleroderma, polyarteritis,
nodosa, sarcoidosis, Mickulick.s syndrome.
4. Obat-obatan dapat menurunkan produksi air mata seperti anti depresan,
dekongestan, antihistamin, anti hipertensi, kontrasepsi, oral, diuretik, obat-
Tujuan
Tujuan dari penulisan refrat ini antara lain untuk mengetahui:
1.
2.
3.
disease
Tata laksana yang diberikan pada penderita mata kering/dry eye disease
BAB II
STUDI LITERATUR
2.1
Sistem Lakrimal
2.1.1
Air mata mengalir dari lacus lakrimalis melalui pungtum superior dan inferior
dan kanalikuli ke sakus lakrimalis, yang terletak di dalam fossa glandula lakrimalis.
Duktus nasolakrimalis berlanjut ke bawah dari sakus dan bermuara ke meatus
inferior rongga hidung, lateral terhadap turbinatus inferior. Air mata diarahkan ke
dalam punctum oleh isapan kapiler, gravitasi, dan kedipan palpebral. Kombinasi
kekuatan isapan kapiler dalam kanalikuli, gravitasi dan aktivitas memompa otot
Horner ke belakang saccus lakrimalis akan meneruskan aliran air mata ke bawah
melalui duktus nasolacrimalis ke dalam hidung.
Vaskularisasi kelenjar air mata berasal dari arteria lakrimalis. Vena dari
kelenjar bergabung dengan vena ophthalmica. Drainase limfe bersatu dengan
pembuluh limfe konjungtiva dan mengalir ke kelenjar getah bening preaurikular.
Kelenjar air mata dipersarafi oleh:
a) nervus lakrimalis (sensoris), suatu cabang dari divisi pertama
trigeminus
b) nervus petrosus superficialis magna (sekretoris), yang datang dari
nucleus salivarious superior
c) saraf simpatis yang menyertai arteria dan nervus lakrimalis
2.1.2
7-10 mikrometer terdiri dari campuran air mata yang dibentuk kelenjar air
mata, sekresi kelenja goblet dan kelenjar meibom. Lapisan air mata (tear
film) yang terdapat pada permukaan mata berfungsi untuk membasahi serta
melumasi mata agar terasa nyaman. Pada setiap berkedip lapisan air mata ini
terbentuk yang terdiri atas 3 lapis/komponen, yaitu lapisan lemak, lapisan
akuos dan lapisan musin.
1. Lapisan lemak
Lapisan ini memiliki ketebalan 0,1 m, merupakan lapisan
paling luar yang berfungsi mencegah penguapan berlebihan. Lapisan
lemak ini mengandung ester, gliserol dan asam lemak yang diproduksi
oleh kelenjar Meibom yang terdapat pada kelopak mata atas dan
bawah. Infeksi atau kerusakan berulang pada kelenjar ini (seperti
hordeolum, kalazion serta blefaritis) akan menyebabkan gangguan
lapisan lemak sehingga terjadi lipid deficiency dry eye akibat
penguapan berlebihan.
2. Lapisan akuos
Lapisan ini memiliki ketebalan 7 m, dihasilkan oleh kelenjar
lakrimal dan merupakan komponen yang paling besar. Lapisan ini
berfungsi
sebagai
pelarut
bagi
oksigen,
karbondioksida
dan
terbanyak
(20-40%),
bersifat
alkali
dan
mampu
Albumin,
transferrin,
immunoglobulin
(IgA),
3. Lapisan musin
Lapisan ini sangat tipis sekitar 0,02-0,05 m,dan dihasilkan
oleh sel Goblet yang banyak terdapat pada selaput konjungtiva
(konjungtiva bulbi, forniks dan caruncula). Lapisan musin ini akan
melapisi sel-sel epitel kornea dan konjungtiva yang bersifat
hidrofobik sehingga menjadikannya bersifat hidrofilik agar air mata
dapat membasahinya, serta berfungsi mempertahankan stabilitas
lapisan air mata.
Air mata dikeluarkan melalui 6-12 saluran yang berjalan kebawah dan
bermuara di konjungtiva forniks superior bagian temporal. Pada bayi yang
baru lahir, air mata belum dibentuk dan baru di bentuk pada umur 3 minggu.
Mekanisme terbentuknya lapisan air mata adalah sebagai berikut;
pada saat mata terbuka, lapisan air mata (aquous) akan berkurang akibat
evaporasi serta aliran keluar melalui pungtum dan duktus nasolakrimal.
Apabila mata mulai terasa kering dan terjadi dry spot pada kornea, mata akan
terasa perih, menimbulkan rangsangan pada saraf sensoris dan terjadi refleks
mengedip sehingga lapisan air mata terbentuk lagi dan seterusnya.
Dengan berkedip, air mata disalurkan ke seluruh bagian anterior mata
dan terkumpul di daerah sakus lakrimal. Dalam berkedip, otot orbukularis
okuli menekan sakus lakrimal, sehingga menimbulkan tekanan negatif
didalamnya.
Pada waktu mata dibuka, dengan adanya tekanan negatif ini, air mata
dapat terserap pungtum lakrimal dan seterusnya sampai ke meatus inferior,
yang bermuara di bawah konka nasalis inferior. Air mata tidak meleleh
melalui hidung, oleh karena rongga hidung mengandung banyak pembuluh
darah, sehingga suhunya panas, ditambah dengan pernafasan, sehingga
mempercepat penguapan. Air mata tidak meleleh melalui pipi juga, karena isi
dari glandula meibom menjaga tertutup rapatnya margo palpebral pada waktu
berkedip.
Gambar 2.4 Fisiologi ekskresi air mata; saat mata menutup, kelopak mendorong air
mata menuju pungta lakrimal
2.2
bersifat terbatas
Gambar 2.5 Penyebaran insiden gangguan mata kering/dry eye disease menurut penelitian pada
tahun 2004
Faktor Resiko
Sebagian besar orang tua dengan umur > 65 tahun akan mengalami
gejala mata kering. Mata kering sendiri memiliki etiologi dan faktor resiko
yang bermacam macam. Termasuk di dalamnya:
Usia
Mata kering merupakan salah satu proses fisiologis penuaan
Jenis kelamin
Jenis kelamin wanita memiliki kecenderungan untuk menderita mata
kering akibat perubahan hormon
Medikasi
Beberapa pengobatan tertentu, seperti antihistamin, dekongestan, obat
antihipertensi, isotretinoin dan anti depresan, bisa mengurangi
ektropion.
Lingkungan
Paparan asap, angin, dan cuaca kering dapat meningkatkan evaporasi
air mata yang berujung mata kering. Kegagalan untuk berkedip secara
teratur, seperti pada saat memandang layar komputer dalam waktu
Etiopatogenesis
Permukaan bola mata dan kelenjar air mata merupakan suatu
kesatuan, apabila terjadi gangguan pada salah satu bagian ini akan
menyebabkan ketidakstabilan dan produksi lapisan air mata yang buruk yang
menyebabkan gejala mata iritasi maupun kemungkinan gangguan pada epitel
permukaan mata Pada orang yang memiliki mata kering ada 2 kemungkinan
yang terjadi,entah terjadi kekurangan produksi air mata maupun kualitas dari
air mata orang tersebut. Mata kering merupakan masalah umum yang sering
terjadi dan biasanya kronik dan terdapat pada orang dewasa tua.
Setiap kali mata berkedip, air mata akan tersebar secara merata pada
permukaan mata (kornea). Air mata memberikan lubrikasi, dan mengurangi
resiko infeksi. Menghilangkan benda asing di permukaan mata, serta menjaga
permukaan mata halus dan jernih. Kelebihan air mata akan disalurkan ke
duktus lakrimalis yang terletak di sudut dalam mata, dan akan diserap
kembali ke hidung.
Secara garis besar penyebab dari mata kering ada pada gambar
berikut:
Manifestasi Klinis
Orang yang memiliki mata kering merasakan gejala seperti:
iritasi,
10
rasa terbakar,
terasa berpasir,
fotofobia,
sensasi benda asing,
mata berair,
pandangan kabur
Tingkat keparahan dari dry eye akan dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 1. Tingkat beratnya gejala berdasarkan Dry Eye Workshop (2007)
Diagnosa
Diagnosa dari mata kering bisa didapatkan dari pemeriksaan mata
secara komprehensif, yaitu:
1. Riwayat keluhan pasien
11
Konservasi Airmata
Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan menyumbat duktus lakrimal
dimana terjadi penyerapan air mata secara normal. Penutupan saluran
ini bisa menggunakan silikon kecil atau sumbatan seperti gel yang
bersifat reversibel. Jika diperlukan, bisa dilakukan operasi untuk
menutup duktus lakrimalis secara permanen.
12
esensial
Minum air yang cukup setiap harinya
Komplikasi
Komplikasi awal dari dry eye disease adalah gangguan penglihatan.
Pada kasus-kasus yang berat, dapat terjadi ulkus kornea, penebalan kornea,
dapat juga terjadi perforasi. Infeksi sekunder bakteri juga dapat terjadi, dan
skar pada kornea dan vaskularisasi juga dapat menurunkan visus.
Prognosis
Dry eye disease dengan etiologi penurunan produksi air mata,
prognosisnya dubia ad bonam, sebab jika tidak menggunakan obat tetes mata
artifisial, gejala klinisnya akan tetap ada. Pada mata kering yang produksi air
matanya normal, namun terjadi peningkatan evaporasi air mata akibat
penyakit tertentu misalnya eksoftalmos, atau karena pengaruh lingkungan
yang kelembabannya rendah, prognosisnya dubia ad bonam, karena jika
penyakitnya diatasi, dan mata tidak terpapar pada lingkungan udara dengan
kelembaban rendah, gejala mata kering dapat tidak muncul.
2.3
dua tipe utama, yaitu yang berhubungan dengan Sjogren Syndrome (SS) dan yang
13
Ditemukan juga peningkatan kadar IL-6 dan TNF alfa dalam air mata. Kadar
IL-6 memiliki hubungan dengan beratnya penyakit dan parameter lapisan air
mata dan permukaan mata seperti tear break-up time, uji Scirmer, uji
clearance, densitas sel goblet, skor keratoepitelioplasti.
Penelitian
pada
tahun-tahun
terakhir
menunjukkan
adanya
beraktivitas
kesulitan membuka mata di pagi hari
15
imun
kompleks
seperti
adanya
palpable
purpura,
gangguan menelan
refluks gastroesofagal
esophagitis
nyeri perut
diare
malabsorpsi
Gejala kardiak:
pericarditis
hipertensi pulmoner
hipokalemia
sistitis interisisal
Gejala lainnya:
hidung kering
riwayat aborsi atau lahir mati
nyeri dan pembengkakan sendi
vagina kering
Pemeriksaan
Pada pemeriksaan fisik mata akan didapatkan:
(ANA), faktor rheumatoid (RF), dan antibody spesifik sindrom Sjogren (SSA dan SS-B) dapat dilakukan untuk membantu diagnosis SS. Namun,
pemeriksaan serologi yang negatif tidak menyingkirkan diagnosis SS.
Pemeriksaan fisik mulut didapatkan:
Mulut kering
Lidah merah, halus, kering
Karies gigi
Bibir merah, kering, bersisik
Perbesaran kelenjar parotid bilateral
Pemeriksaan pada bagian tubuh lainnya sesuai dengan gejala-gejala
yang timbul
Kriteria diagnosis dari sindrom Sjogren (2012) harus memenuri dia
dari tiga kriteria yaitu:
1. Bukti objektif mata kering (ocular surface staining score 4
berdasarkan sistem skoring SICCA)
2. Anti-SSA dan/atau anti-SSB serum atau rheumatoid factor atau
antibody antinuclear yang positif
3. Adanya sialadenitis limfositik fokal pada sampel biopsy kelenjar
ludah labial
18
Gambar 2.8 Form skoring pewarnaan okuler berdasarkan Sjogrens International Collaboration
Clinical Alliance (SICCA)
19
Gambar 2.9 Hasil biopsi dari kelenjar parotid, ditemukan limfoma sel B tipe MALT
Diagnosis banding
Beberapa diagnosis banding dari penyakit dengan gejala mata kering
dan ulut kering antara lain:
antihistamin)
Infeksi viral
Sarcoidosis
Blepharitis kronis
Konjungtivitis kronis
Hipervitaminosis A
Bell palsy
Limfoma
Tata laksana
Tata laksana SS bertujuan untuk mempertahankan integritas lapisan
air mata melalui preservasi, augmentasi dan/atau penggantian sekresi yang
berkurang.
Preservasi sekresi air mata dapat dipertahankan dengan oklusi pungta
lakrimal atau penggunaan lensa hidrofilik untuk menutup kornea. Augmentasi
produksi/sekresi air mata dapat dilakukan dengan pengobatan seperti
bromhexine dan 3-isobutyl 1-methylxanthine (IBMX) untuk meningkatkan
sekresi kelenjar lakrimal. Pilocarpine dan cevimeline oral dapat digunakan
sebagai stimulant reseptor muskarinik untuk meningkatkan jumlah sel goblet
20
Terdapat beberapa kondisi yang dapat menyebabkan non-sjogren syndrome dry eye,
antara defisiensi lakrimal, obstruksi duktus kelenjar lakrimal, reflex block, dan obatobatan sistemik. Defisiensi kelenjar lakrimal sendiri terbagi menjadi primer dan
sekunder. Sedangkan reflex block akan dikelompokkan menjadi dua, yaitu reflex
sensory block dan reflex motor block.
1. Defisiensi Kelenjar Lakrimal Primer
Defisiensi kelenjar lakrimal primer dapat disebabkan oleh beberapa keadaan
antara lain :
Age-related dry eye.
Dinamika air mata dipengaruhi oleh usia. Penelitian Mathers et al
menunjukan hubungan yang bermakna antara evaporasi air mata, volume,
aliran dan osmolaritas air mata dengan usia. Usia yang semakin tua dapat
meningkatkan resiko disfungsi kelenjar lakrimal akibat obstruksi pada
duktus.
Congenital alacrima
Congenital alacrima merupakan salah satu etiologi dry eye pada remaja.
Meskipun demikian, kasus ini sangat jarang ditemui. Keadaan ini
disebabkan oleh mutasi genetik.
Familial dysautonomia
Merupakan penyakit yang diturunkan secara autosomal resesif yang sering
pula disebut Riley Day Syndrome. Kelainan utama yang ditemukan adalah
disfungsi lakrimal. Pada keadaan ini ditemukan abnormalitas pada
persarafan kelenjar lakrimal dan kerusakan pada saraf sensorik permukaan
21
lacrimal gland.
Pada penderita HIV-AIDS, dry eye dapat terjadi sebagai akibat dari
22
4. Gangguan Refleks
Reflex sensory block
Sekresi kelenjar lakrimal dipengaruhi oleh input sensorik dari nervus
trigeminal. Ketika mata terbuka, terdapat peningkatan rangsang
23
Kelumpuhan
nervus
VII
mengakibatkan
pasien
24
3. Frekuensi berkedip
Frekuensi kedipan juga berpengaruh secara langsung dimana
kedipan akan meratakan air mata pada permukaan mata serta memicu
produksi air mata dan sekresi dari kelenjar air mata, Rata-rata orang
normal mengedipkan mata 17 kali /menit. Frekuensi akan
meningkat apabila sedang melakukan konversasi dan akan menurun
apabila sedang membaca.
25
4. Obat-obatan
Obat-obatan tertentu seperti antihistamin, dekongestan, obat
antihipertensi, isotretinoin dan anti depresan, bisa mengurangi
produksi air mata
2.6
klorida
beberapa
penelitian
menunjukan
bahwa
26
BAB III
KESIMPULAN
3.1
Kesimpulan
Dry eye disease merupakan kelainan multifaktorial pada lapisan airmata
akibat berkurangnya produksi airmata atau penguapan airmata yang berlebihan yang
berhubungan dengan rasa tidak nyaman pada mata dan atau gejala pandangan
terganggu serta berujung gangguan pada permukaan bola mata.
Etiologi dan faktor resikonya bermacam-macam termasuk didalamnya adalah
usia, jenis kelamin, penggunaan obat-obatan tertentu, penyakit lain dan faktor
lainnya seperti penggunaan lensa kontak jangka panjang.
Penggunaan tetes mata artifisial direkomendasikan untuk tatalaksana mata
kering oleh karena efek samping dari penggunaannya minimal.
Selain dengan pengobatan, mata kering dapat dibantu dengan berkedip secara
teratur, meningkatkan kelembaban udara di rumah dan sekitar tempat kerja,
menggunakan kacamata hitam ketika berada di luar rumah
3.2
Saran
1. Di
bidang
penelitian
dan
pendidikan,
sebaiknya
penelitian
untuk
27
Daftar Pustaka
-
Sidarta I.
Vaughan,
Asbury
dkk.
Oftalmologi
Umum. Edisi 17. Paul Riordan-Eva, John P. Whitcher. Alih bahasa, Brahm.
Pendit ; Editor edisi bahasa indonesia, Diana Susanto. Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta. 2009. Hal : 91-95
-
International
Dry
Eye
Workshop
Subcommittee. The definition and classification of dry eye disease: report of the
definition and classification subcommittee of the International Dry Eye Work
-
Society : www.aios.org/cme/pppseries1.pdf
Dry eye disease
classification,
and
diagnosis
pathophysiology,
available
from
:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18452371
Khunara,
K.
Comprehensive
Background, Anatomy. 2015 Aug 17 [cited 2015 Sep 7]; Available from:
-
http://emedicine.medscape.com/article/1210417-overview
Sjogren Syndrome: Background, Etiology,
Epidemiology.
2015
Jun
19
[cited
2015
Sep
http://emedicine.medscape.com/article/332125-overview
Ophthalmologic
7];
Available
Manifestations
from:
of
[cited
2015
Sep
7];
Available
from:
http://emedicine.medscape.com/article/1192919-overview
Herranz , Raul Martim , Herran, Rosa M.
Corrales.
29