Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

I.

Latar Belakang
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang dinyatakan

dengan adanya konsentrasi gula darah tinggi dalam darah (hiperglikemia), diakibatkan defisiensi
insulin relatif maupun absolut. Penyakit DM mengalami peningkatan terus menerus dari tahun ke
tahun. WHO memprediksi kenaikan jumlah penderita Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM) dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Berdasarkan
Data Badan Pusat Statistik, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang berusia di atas 20
tahun adalah sebesar 133 juta jiwa, dengan prevalensi DM pada daerah urban sebesar 14,7% dan
daerah rural sebesar 7,2 %. Pada tahun 2030 diperkirakan ada 12 juta penyandang diabetes di
daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural (Soegondo et. al, 2006).
Keadaan sosio ekonomi masyarakat Indonesia yang semakin maju serta pelayanan
kesehatan yang makin baik dan merata, diperkirakan tingkat kejadian penyakit DM akan makin
meningkat. Penyakit ini dapat menyerang segala lapisan umur dan sosio ekonomi. Penelitian
epidemiologis di Indonesia mendapatkan prevalensi DM sebesar 1,5-2,3 % pada penduduk usia
lebih besar dari 15 tahun. Pada suatu penelitian di Manado didapatkan prevalensi 6,1%.
Penelitian di Jakarta pada tahun 1993 menunjukkan prevalensi 5,7% (Hiswani,2009).
Melihat tendensi kenaikan kekerapan diabetes secara global yang tadi dibicarakan
terutama disebabkan oleh karena peningkatan kemakmuran suatu populasi, maka dengan
demikian dapat di mengerti bila suatu saat atau lebih tepat lagi dalam kurun waktu 1 atau 2
dekade yang akan datang kekerapan DM di Indonesia akan meningkat drastis. Ini sesuai dengan
1

perkiraan yang dikemukakan oleh WHO seperti tampak pada tabel 1, Indonesia akan menempati
peringkat nomor 5 sedunia dengan jumlah pengidap diabetes sebanyak 12.4 juta orang pada
tahun 2025, naik 2 tingkat dibanding tahun 1995.

Dari angka angka diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam jangka waktu 30 tahun
penduduk Indonesia akan naik sebesar 40% dengan peningkatan jumlah pasien diabetes yang
jauh lebih besar yaitu 86 138% yang disebabkan oleh karena:

Faktor demografi
Gaya hidup ke barat baratan
Berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi
Meningkatnya pelayanan kesehatan hingga umur pasien diabetes menjadi lebih
panjang. (Sudoyo,et.al 2006)

Diabetes adalah salah satu penyakit yang paling sering diderita dan penyakit kronik yang
serius di Indonesia saat ini. Setengah dari jumlah kasus DM tidak terdiagnosa karena pada
umumnya diabetes tidak disertai gejala sampai terjadinya komplikasi. Prevalensi penyakit

diabetes meningkat karena terjadi perubahan gaya hidup, kenaikan jumlah kalori yang dimakan,
kurangnya aktifitas fisik dan meningkatnya jumlah populasi manusia usia lanjut (Hiswani,2009).
Efek kronik dari penyakit DM menyebabkan kerusakan organ menyeluruh secara
anatomis maupun fungsional. Komplikasi kronik penyakit DM menyebabkan kelainan pada
makrovaskular, mikrovaskular, gastrointestinal, genito urinari, dermatologi, infeksi, katarak,
glaukoma dan sistem muskulo skeletal (Harrison, 2007).

II.

Tujuan Tutorial
A. Tujuan Umum
Tutorial ini disusun untuk mengetahui dan mempelajari tentang Diabetes Melitus,
gejala-gejala klasik Diabetes Melitus
B. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui penatalaksanaan pada Diabetes Melitus
Untuk mengetahui komplikasi pada Diabetes Melitus

BAB II
STATUS PASIEN
3

A. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. S

Tanggal Lahir

: 20 September 1964

Umur

: 51 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Status

: Menikah

Alamat

: Duren sawit, Jakarta Timur

Tgl Masuk RS

: 13/12/2015

Dokter yang merawat

: dr. Lukman Ali Husin, Sp.PD

B. ANAMNESIS
Autoanamnesis Pada Tanggal 14 Desember 2015
Keluhan Utama

: Pasien datang ke IGD RSIJ-PK dengan keluhan lemas


sejak 4 hari yang lalu

Keluhan Tambahan

: sering haus, lapar dan kencing, mual, muntah, demam,


nyeri ulu hati, pusing, BAB cair, nyeri sendi, nafsu makan
menurun dan penurunan berat badan.

Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak 4 hari yang lalu pasien mengeluh lemas, merasa sering haus, lapar dan buang air
kecil. Sejak 2 hari yang lalu pasien mengeluhkan juga BAB cair sebanyak > 5x/hari dengan
konsistensi cair. Muntah dengan konsistensi cair dengan isi makanan 3x/hari. Sehari yang lalu
pasien demam terus-menerus, pusing, perut kembung, melilit, nyeri ulu hati, nafsu makan
menurun, badan dan sendi-sendi nyeri. BAK tidak ada keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Hipertensi (+) sejak 5 tahun yang lalu


Riwayat diabetes mellitus (+) sejak 5 tahun yang lalu
Riwayat asma (-), sakit kuning (-), TB paru (-).

Riwayat Penyakit keluarga

Riwayat keluhan yang sama tidak ada

Riwayat diabetes melitus (+) dan hipertensi (+) pada ibu pasien, asma(-), sakit kuning(-)

Riwayat keganasan disangkal

Riwayat Pengobatan

Pasien pernah mengobati diare dengan diapet namun tak kunjung sembuh.
Meminum obat-obatan jangka panjang disangkal.
Riwayat Hipertensi (+) sejak 5 tahun yang lalu, didiagnosa hipertensi ketika os berobat ke
puskesmas dan diberikan obat antihipertensi yaitu captopril 6,25 mg diminum sehari satu

kali diminum siang hari.


Riwayat diabetes mellitus (+) sejak 5 tahun yang lalu, didiagnosa diabetes mellitus ketika
os berobat ke puskesmas dan diberikan obat gula darah yaitu metformin namun tidak

diminum secara teratur, diminum ketika berobat ke puskesmas atau rumah sakit.
Os pernah dirawat di rumah sakit 1 tahun yang lalu dengan diabetes mellitus dan
pengobatan tak terkontrol.

Riwayat Alergi

Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat dan makanan.

Riwayat Psikososial

Pasien mengaku makan teratur, 3x/hari namun pasien jarang makan sembarangan.
Pasien lebih banyak minum air putih karena sering merasa haus
Merokok (-), Alkohol (-)
Kopi (+) 1x/hari

C. PEMERIKSAAN FISIS
Keadaan umum

: tampak sakit sedang

Kesadaran

: composmentis

Antropometri

TB

: 165 cm

BB sebelum sakit

: 75 kg

BB ketika sakit

: 72 kg

IMT

: 72/(1,65)2 = 26.44 (Obesitas)

Tanda-tanda vital

TD

: 170/110 mmHg

Nadi

: 96x/menit

Pernafasan

: 20x/menit

Suhu

: 37,00C

Status Generalis
Kepala

: Normocephal, rambut lurus, distribusi rata, tidak

mudah dicabut

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflex cahaya


(+/+), pupil isokor
Hidung

: Normonasi, sekret (-), epistaksis (-), septum

deviasi (-), epistaksis (-)

Telinga

: Normotia, sekret (-), serumen (-), nyeri tekan (-)

Mulut

: Bibir kering, mukosa faring hiperemis (-), karies dentis (-)

coated tongue (-), T1/T1

Leher

Thoraks

: Pembesaran KGB (-), Pembesaran Kel. Tiroid (-)


Paru-Paru

Inspeksi

: Simetris, pergerakan dinding tidak ada yang tertinggal, retraksi

sela iga (-).

Palpasi

: Vokal fremitus teraba sama.

Perkusi

: Sonor pada kedua lapang paru, Batas paru hepar di

midclavicularis ICS IV dan V.

Jantung

Inspeksi

: Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula sinistra

Perkusi

Batas Atas
Batas Kanan
Batas Kiri

Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

: ICS III Linea Parasternalis Dextra


: ICS IV Linea Parasternalis Dextra
: ICS IV Linea Midclavicula Sinistra

Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi

: Datar, Scar (-), distensi (-), massa (-),

Auskultasi

: Bising usus meningkat

Perkusi

: Timpani pada keempat kuadran abdomen


7

Palpasi

: Nyeri tekan epigastrium (+), Pembesaran hepar (-), Pembesaran

Lien (-), Shifting dullness (-)

Ekstremitas atas :

Akral hangat (+), CRT < 2 detik (+/+), Edema (-/-), sianosis (-/-).

Ekstremitas bawah :

Akral hangat (+), CRT < 2 detik (+/+), Edema (-/-), sianosis (-/-).

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal
13-12-2015

13/12/2015

Pemeriksaan
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Jumlah Leukosit
Hematokrit
Trombosit
LED
Htung Jenis Leukosit
Basofil
Eosinofil
N. Batang
N. Segmen
Limfosit
Monosit
Elektrolit
Natrium darah
Kalium darah
Clorida darah
Kimia Klinik
SGOT
SGPT
GDS

Hasil

Satuan

Nilai Normal

12,4
12
36,6
243
96

g/dL
103/mL
%
103/mL
mm/jam

11,3 15,5
4,3 10,4
36 46
132 402
0 - 20

0
4
2
69
20
5

%
%
%
%
%
%

0 0,3
24
15
51 67
20 30
26

137
3.3
108

mEq/L
mEq/L
mEq/L

134 146
3,4 4,5
96 - 108

16
15
286

U/I
U/I
mg/ dl

<31
<31
70- 200

E. RESUME
Seorang Laki laki 51 tahun, datang dengan keluhan lemas, merasa sering haus, lapar
dan buang air kecil. BAB cair > 5x dalam sehari, konsistensi cair tanpa darah dan lendir.
2 hari SMRS os mengeluh mual disertai muntah dengan konsistensi cair isi makanan,
sebanyak 3 x perhari, nyeri ulu hati. Sehari SMRS pasien demam tinggi, kembung,
8

malaise, anoreksia. Hipertensi (+) sejak 5 tahun yang lalu dan mendapatkan terapi
Captopril 6,25 mg. Diabetes mellitus (+) sejak 5 tahun yang lalu mendapatkan terapi
metformin. Riwayat diabetes mellitus (+) pada ibu pasien, hipertensi (+) pada ibu pasien.
Os sering minum Kopi (+) 1x/hari.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 170/110 mmHg, mukosa bibir kering,
nyeri tekan epigastrium (+), bising usus meningkat. Pemeriksaan lain dalam batas
normal.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 12000 L, LED = 96 mm/jam,
neutrophil segmen = 69%, GDS = 286 mg/dL

F. DIAGNOSIS KERJA
GEA dengan dehidrasi ringan
Diabetes Mellitus Type 2
Hipertensi stage II

G. PENGKAJIAN MASALAH
1. Diabetes Mellitus Type II
S : Tn. S, 51 tahun datang dengan keluhan lemas dan Os mengeluh merasa sering
haus, sering lapar dan sering buang air kecil. Riwayat diabetes mellitus (+) sejak 5
tahun yang lalu. Riwayat diabetes mellitus (+) pada ibu pasien.
O : GDS meningkat yaitu 286 mg/dL.
A : Diabetes Mellitus type II
P : - Insulin rapid : Sliding scale Humalog 8 U/I
- Glimepirid 1 x 2 mg
- Koreksi IMT (26,4) edukasi pola makan dan kegiatan olahraga
- Memakan makanan sehat sesuai kebutuhan kalori perhari
- Periksa GDP dan GD2PP, HbA1c.
2. GEA dengan dehidrasi ringan
9

S : BAB cair>5x dalam sehari, konsistensi cair tanpa darah dan lendir. Mual disertai
muntah dengan konsistensi cair isi makanan, sebanyak 3 x perhari disertai nyeri ulu
hati.Demam tinggi, kembung, malaise, anoreksia. mengeluh mual disertai muntah
sejak 2 hari SMRS.
O : Mukosa bibir kering, nyeri tekan epigastrium, BU (+) meningkat. Leukosit= 12
ribu/l, K = 3.3 mmol/L
A : Gastroentritis Akut dengan dehidrasi ringan
P : - Infus RL 20 tetes per menit/8 jam
- Probiotik 1x1
- Ceftriaxone 2 x 1 g
- Ranitidin Inj 1 x 50 mg
- Domperidon 3 x 10 mg
- Menjelaskan kepada pasien tentang hidup bersih dan memasak makanan
terlebih dahulu sebelum dimakan

3. Hipertensi Stage II
S : Pusing . pasien mempunyai riwayat hipertensi (+) sejak 5 tahun yang lalu.
Riwayat, hipertensi (+) pada ibu pasien.
O : Tekanan Darah: 170/110 mmHg, Nadi: 96x/menit
A : Hipertensi Stage II
P : - Captopril 2 x 6,25 mg
- Amlodipine 1 x 5 mg
- EKG, Cholesterol total, LDL, HDL, Trigliserida

10

H. MONITORING DAN EVALUASI


Tanggal
S
14-12-2015 BAB cair

O
TD : 140/80

A
GEA

berkurang, 2x/hari

mmHg,

dehidrasi

lemas (+), mual

N: 90x/m

ringan +

(+), demam (-),

RR : 18 x/m

hipertensi

muntah (-),nyeri

S : 36,3 c

stage II +

ulu hati (-)

GDS : 174

Diabetes

mg/Dl

Mellitus type
2

15-12-2015 BAB cair(-),

TD : 130/70

GEA

lemas (+), mual

mmHg,

dehidrasi

(-), demam

N: 84 x/m

ringan +

(-),muntah

RR : 20 x/m

hipertensi

(-),nyeri ulu hati

S : 36,7 c,

stage II +

(-)

SGOT 16 U/I,

Diabetes

SGPT 15 U/I,

Mellitus type

Natrium 137

P
Rencana pemeriksaan
penunjang ; Check
HR, Elektrolit, SGOT
SGPT, Ureum
Kreatinin, GDP,
HbA1c,
Penatalaksanaan:
IVFD RL 2360 cc / 24
jam
Domperidon 3 x 10
mg (oral)
Ceftriaxone 2 x 1 g
Amlodipine 2 x 5 mg
Glimepirid 1 x 2 mg
Inj. Ranitidin 2 x 50
mg
Terapi lanjutkan

mEq, Kalium
3,3 mEq,
Clorida 108
mEq.
11

GDS: 151
mg/dL

16/12/2015

BAB cair(-),

TD : 130/80

GEA

lemas (+),

mmHg,

dehidrasi

mual(-),demam

N: 82 x/m

ringan +

(-),muntah

RR : 20 x/m

hipertensi

(-),nyeri ulu hati

S : 36,4 C,

stage II +

(-)

Leukosit : 10,8

Diabetes

103/LGDS: 139

Mellitus type

mg/Dl

IVFD RL 20 tpm
Domperidon 3 x 10
mg (oral)
Ceftriaxone 2 x 1 g
Amlodipine 2 x 5 mg
Glimepirid 1 x 2 mg

12

BAB III
PEMBAHASAN

1. ASPEK DIAGNOSTIK
Alur Diagnostik Diabetes Melitus Tipe II
ANAMNESIS

LABORATORIUM

Keluhan klasik DM berupa : poliuria,

Pemeriksaan glukosa plasma puasa 126


mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada asupan
kalori minimal 8 jam.
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma 200 mg/dl 2
jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) dengan beban plasma 75 gram.
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu 200
mg/dl dengan keluhan klasik.
Atau
Pemeriksaan HbA1c 6,5% dengan
menggunakan metode High-Performance
Liquid Chromatography (HPLC) yang
terstandarisasi oleh National
Glycohaemoglobin Standarization Program
(NGSP)

polidipsia, polifagia, dan penurunan


berat badan yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya.
Keluhan lain dapat berupa: lemah badan,
kesemutan, gatal, mata kabur, dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus
vulvae pada wanita.

Curiga DM

Konfirmasi
diagnosis

DIABETES MELITUS TIPE II

Pada kasus ini laki-laki 51 tahun terdiagnosis DM sejak 5 tahun yang lalu, berobat tidak teratur.
Gejala yang timbul pada saat di diagnosis DM sering haus, lapar dan BAK. Riwayat diabetes
mellitus (+) pada ibu pasien.

13

Terapi Diabetes Melitus tipe II


Tujuan penatalaksanaan

Jangka pendek: menghilangkan keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman,

dan mencapai target pengendalian glukosa darah.


Jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit mikro angiopati,

makro angiopati, dan neuropati.


Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM

Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan darah,
berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara komperhensif.

Evaluasi medis yang lengkap pada pertemuan pertama:


Evaluasi medis meliputi:
Riwayat Penyakit

Gejala yang timbul,


Hasil pemeriksaan laboratorium terdahulu meliputi: glukosa darah, A1C dan hasil

pemeriksaan khusus yang terkait DM


Pola makan, status nutrisi, dan riwayat perubahan berat badan
Riwayat tumbuh kembang pada pasien anak/dewasa muda
Pengobatan yang pernah diperoleh sebelumnya secara lengkap, termasuk terapi gizi
medis dan penyuluhan yang telah diperoleh tentang perawatan DM secara mandiri, serta

kepercayaan yang diikuti dalam bidang terapi kesehatan


Pengobatan yang sedang dijalani, termasuk obat yang digunakan, perencanaan makan dan

program latihan jasmani


Riwayat komplikasi akut (ketoasidosis diabetik, hiperosmolar hiperglikemia dan

hipoglikemia)
Riwayat infeksi sebelumnya, terutama infeksi kulit, gigi, dan traktus urogenitalis serta
kaki
14

Gejala dan riwayat pengobatan komplikasi kronik (komplikasi pada ginjal, mata, saluran

pencernaan, dll.)
Pengobatan lain yang mungkin berpengaruh terhadap glukosa darah
Faktor risiko: merokok, hipertensi, riwayat penyakit jantung koroner, obesitas, dan

riwayat penyakit keluarga (termasuk penyakit DM dan endokrin lain)


Riwayat penyakit dan pengobatan di luar DM
Pola hidup, budaya, psikososial, pendidikan, dan status ekonomi
Kehidupan seksual, penggunaan kontrasepsi, dan kehamilan.

Pemeriksaan Fisik

Pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar pinggang


Pengukuran tekanan darah, termasuk pengukuran tekanan darah dalam posisi berdiri
untuk mencari kemungkinan adanya hipotensi ortostatik, serta anklebrachial index

(ABI), untuk mencari kemungkinan penyakit pembuluh darah arteri tepi


Pemeriksaan funduskopi
Pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid
Pemeriksaan jantung
Evaluasi nadi, baik secara palpasi maupun dengan stetoskop
Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah, termasuk jari
Pemeriksaan kulit (acantosis nigrican dan bekas tempat penyuntikan insulin) dan

pemeriksaan neurologis
Tanda-tanda penyakit lain yang dapat menimbulkan DM tipe-lain

Evaluasi Laboratoris / penunjang lain

Glukosa darah puasa dan 2 jam post prandial


A1C
Profil lipid pada keadaan puasa (kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida)
Kreatinin serum
Albuminuria
Keton, sedimen, dan protein dalam urin
Elektrokardiogram
Foto sinar-x dada
15

Evaluasi medis secara berkala


Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan 2 jam sesudah makan, atau pada waktuwaktu tertentu lainnya sesuai dengan kebutuhan
Pemeriksaan A1C dilakukan setiap (3-6) bulan
Secara berkala dilakukan pemeriksaan:
o
o
o
o
o
o
o
o

Jasmani lengkap
Mikroalbuminuria
Kreatinin
Albumin / globulin dan ALT
Kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dantrigliserida
EKG
Foto sinar-X dada
Funduskopi

Pilar penatalaksanaan DM
Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani selama beberapa
waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi
farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan atau suntikan insulin. Pada keadaan
tertentu, OHO dapat segera diberikan secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai indikasi.
Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis, stres berat, berat badan
yang menurun dengan cepat, dan adanya ketonuria, insulin dapat segera diberikan.
(PERKENI,2011)
1. Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai bagian dari
upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari pengelolaan DM. materi
edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat awal dan materi edukasi tingkat lanjutan.
16

a. Materi edukasi pada tingkat awal dilaksanankan pada pelayanan kesehatan primer
yang meliputi:
Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan
Penyulit DM dan risikonya
Intervensi farmakologis dan non farmakologis serta target pengobatan
Inteeraksi antara asupan makanan, aktivitas fisik dan OHO atau insulin serta

obat-obatan lain.
Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau

urin mandiri.
Mengenal gejala dan penanganan awal hipoglikemi.
Pentingnya latihan jasmani yang teratur.
b. Materi edukasi pada tingkat lanjut dilaksanakan di pelayanan kesehatan sekunder
atau tersier yang meliputi:
Mengenal dan mencegah penyulit akut DM.
Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM.
Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain.
Perilaku hidup sehat bagi penyandang DM memenuhi anjuran:
a. Mengikuti pola makan sehat
b. Meningkatkan kegiatan jasmani dan latihan jasmani yang teratur
c. Menggunakan obat DM dan obat lainnya pada keadaan khusus secara aman dan
teratur.
d. Melakukan pemantauan glukosa darah mandiri (PGDM) dan memanfaatkan hasil
pemantauan untuk menilai keberhasilan pengobatan.

2. Terapi Nutrisi Medis


17

Terapi Nutrisi Medis (TNM) merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes secara total.
Kunci keberhasilan TNM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter,ahli
gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan keluarganya). Setiap penyandang diabetes
sebaiknya mendapat TNM sesuai dengan kebutuhannya guna mencapai sasaran terapi. Prinsip
pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran makan untuk
masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori danzat gizi
masing-masing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan
makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang
menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.

A. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari:


Karbohidrat

Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi.


Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan
Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang berserat tinggi.
Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang diabetes dapat makan sama

dengan makanan keluarga yang lain


Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.
Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal tidak melebihi batas

aman konsumsi harian (Accepted Daily Intake)


Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat dalam sehari. Kalau
diperlukan dapat diberikan makanan selingan buah atau makanan lain sebagai bagian dari
kebutuhan kalori sehari.

Lemak

18

Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori. Tidak diperkenankan

melebihi 30% total asupan energi.


Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori
Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal.
Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak jenuh dan

lemak trans antara lain: daging berlemak dan susu penuh (whole milk).
Anjuran konsumsi kolesterol < 200 mg/hari.

Protein

Dibutuhkan sebesar 10 20% total asupan energi.


Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan, udang, cumi, dll), daging tanpa lemak,

ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu, dan tempe.
Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/Kg BB
perhari atau 10% dari kebutuhan energi dan 65% hendaknya bernilai biologik tinggi.

Natrium

Anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama dengan anjuran untuk
masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3000 mg atau sama dengan 6-7 gram (1 sendok

teh) garam dapur.


Mereka yang hipertensi, pembatasan natrium sampai 2400 mg garam dapur.
Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan bahan pengawet
seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.

Serat

19

Seperti halnya masyarakat umum penyandang diabetes dianjurkan mengonsumsi cukup


serat dari kacang-kacangan, buah, dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi
serat, karena mengandung vitamin, mineral, serat, dan bahan lain yang baik untuk

kesehatan.
Anjuran konsumsi serat adalah 25 g/hari.

Pemanis alternatif

Pemanis dikelompokkan menjadi pemanis berkalori dan pemanis tak berkalori. Termasuk

pemanis berkalori adalah gula alkohol dan fruktosa.


Gula alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol, sorbitol dan xylitol.
Dalam penggunaannya, pemanis berkalori perlu diperhitungkan kandungan kalorinya

sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.


Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang diabetes karena efek samping

pada lemak darah.


Pemanis tak berkalori yang masih dapat digunakan antara lain aspartam, sakarin,

acesulfame potassium, sukralose, dan neotame.


Pemanis aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman (Accepted Daily Intake /
ADI)

B. Kebutuhan kalori
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan penyandang
diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya
25-30 kalori/kgBB ideal, ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa faktor seperti: jenis
kelamin, umur, aktivitas, berat badan, dll.
Perhitungan berat badan Ideal (BBI) dengan rumus Brocca yangdimodifikasi adalah sbb:

Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm - 100) x 1 kg.


20

Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm, rumus

dimodifikasi menjadi :
Berat badan ideal (BBI) = (TB dalam cm - 100) x 1 kg.
BB Normal : BB ideal 10 %
Kurus : < BBI - 10 %
Gemuk : > BBI + 10 %

Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa Tubuh (IMT).


Indeks massa tubuh dapat dihitung dengan rumus:

IMT = BB (kg) / TB (m2)

Klasifikasi IMT

BB Kurang
BB Normal
BB Lebih

< 18,5
18,5-22,9
23,0

Keterangan:
o Dengan risiko 23,0-24,9
o Obes I 25,0-29,9
21

o Obes II > 30
*WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia-Pacific Perspective: Redefining Obesity and its
Treatment.

Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain :

Jenis Kelamin
Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria. Kebutuhan kalori wanita sebesar
25 kal/kg BB dan untuk pria sebesar 30 kal/ kg BB.
Umur
Untuk pasien usia di atas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5% untuk dekade antara
40 dan 59 tahun, dikurangi 10% untuk dekade antara 60 dan 69 tahun dan dikurangi 20%,

di atas usia 70 tahun.


Aktivitas Fisik atau Pekerjaan
Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan intensitas aktivitas fisik. Penambahan
sejumlah 10% dari kebutuhan basal diberikan pada kedaaan istirahat, 20% pada pasien
dengan aktivitas ringan, 30% dengan aktivitas sedang, dan 50% dengan aktivitas sangat

berat.
Berat Badan
Bila kegemukan dikurangi sekitar 20-30% tergantung kepada tingkat kegemukan.Bila
kurus ditambah sekitar 20-30% sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan BB. Untuk
tujuan penurunan berat badan jumlah kalori yang diberikan paling sedikit 1000-1200 kkal
perhari untuk wanita dan 1200-1600 kkal perhari untuk pria.
22

Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut di atas dibagi dalam 3
porsi besar untuk makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi
makanan ringan (10-15%) di antaranya. Untuk meningkatkan kepatuhan pasien, sejauh
mungkin perubahan dilakukan sesuai dengan kebiasaan. Untuk penyandang diabetes
yangmengidap penyakit lain, pola pengaturan makan disesuaikan dengan

penyakit

penyertanya.

3. Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30
menit,sifatnya sesuai CRIPE (Continuous, Rhithmical, Interval, Progressive training). Sedapat
mungkin mencapai zona sasaran 75-85 % denyut nadi maksimal (220/umur), disesuaikandengan
kemampuan dan kondisi penyakit penyerta. Sebagai contoh olahraga ringan adalah berjalan kaki
biasa selama 30 menit, olahraga sedang adalah berjalan selama 20 menit dan olahraga berat
misalnya joging.

4. Terapi farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani (gaya
hidup sehat).Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.
Profil obat antihiperglikemia oral yang tersedia di Indonesia
Golongan Obat

Cara Kerja Utama

Efek Samping

Penurunan

Sulfonilurea

Meningkatkan sekresi insulin

Utama
BB naik

HbA1c
1-2%

hipoglikemia
23

Glinid
Metformin

Meningkatkan sekresi insulin

BB naik

0,5 - 1,5 %

Menekan produksi glukosa hati

hipoglikemia
Dispepsia, diare,

1-2%

dan menambah sensitifitas

asidosis laktat

terhadap insulin
Penghambat Alfa-

Menghambat absorpsi glukosa

Flatulen, tinja

Glukosidase
Ttiazolidindion

0,5 - 0,8 %

lembek
Menambah sensitifitas terhadap

Edema

0,5 - 1,4 %

Sebah, Muntah

0,5 - 0,8 %

Menghambat penyerapan

Dehidrasi, Infeksi

0,8 - 1 %

kembali glukosa di tubuli distal

saluran kemih

Insulin
Penghambat DPP-IV

Meningkatkan sekresi insulin,


menghambat sekresi glukagon

Penghambat SGLT-2

Obat Antihiperglikemia Oral


Golongan

Generik

Nama

mg / tab

Dagang
Sulfonilurea

Glibenclamid

Condiabet

Glidanil

Harmida

2,5 - 5

Renabetic

Daonil

Gluconil

Padonil
Glucotrol-

5
5-10.

Glupizide

Dosis
Harian
(mg)
2,5 - 20

Lama
Kerja
(jam)
12 - 24.

Frek / Waktu
hari
1-2.

Sebelum
Makan

5-10.

12 - 16.

1
24

XL
Glicazide

Diamicron

30 - 60

30 - 120

24

MR
Diamicron

80

40 - 320

10-20.

1-2.

MR
Glucored
Linodiab
Pedab
Glikamel
Glukolos
Meltika
Glicab
Glurenorm
Actaryl
Amaryl
Diaglime
Gluvas
Metrix
Primaryl
Simryl
Versibet
Amadiab
Anpiride
Glimetic
Mapryl
Paride

25

Relide
Velacom 2 /
Velacom 3
Glinide
Repaglinid Dexanorm 0,5 - 1,2
1 - 16.
4
e
Nateglinide
Starlix
60 - 120 180
- 4
360
Thiazolidinedio Pioglitazone Actos
15 - 30
15 - 45
24
ne
Gliabetes
30

Penghambat
AlfaGlukosidase

Acarbose

Prabetic

15 - 30

Deculin

15 - 30

Pionix

15 - 30

Acrios

50 - 100

Glubose

100
300

2 - 4.
3
1

Tidak
bergantun
g jadwal
makan

bersama
suapan
pertama

Eclid
Glucobay

Biguanide

Metformin

500 - 3000 6 - 8.

1 - 3.

bersama/

Adecco

500

Efomet

500 - 850

sesudah

Formell

500 - 850

makan

Gludepatic

500

Gradiab

500 - 850

Metphar

500

Zendiab

500

Diafac

500

Forbetes

500 - 850
500 - 850 1000
500 - 850
500 - 850

Glucophage
Glucotika
Glufor

26

Glunor

500 - 850

Heskopaq

500 - 850

Nevox

500

Glumin

500

Glucophage
XR

500 - 700

Metformin XR Glumin XR
Glunor XR
Nevox XR

Vildagliptin
Penghambat
DPP-IV

Penghambat
SGLT-2

500 - 2000 24
500

Galvus

50

50 - 100

Sitagliptin

Lanuvia

25 - 50 100

25 - 100

Saxagliptin

Onglyza

Linagliptin

Trajenta

Dapaglifiozin

Forxigra

1 - 2.

5 - 10.

5 - 10.

12 - 24.

1-2.

24

24

Tidak
bergantung
jadwal
makan
Tidak
bergantung
jadwal
makan

1,25/250
Glibenclamide*
Glucovance

2,5/500

Metformin
5/500
Glimepiride
Obat
Kombinasi
Tetap

1/250
Amaryl M

Metformin
Pioglitazone

2/500
*

Metformin
Sitagliptin

15/500
Pionix M
Actosmet

15/850
15/850
50/500

*
Janumet

50/850

12 - 14.

1 - 2.

Mengacu
dosis

1 - 2.

bersama/

maksimum
sesudah
masingmasing

18 - 24

1 - 2.

makan

1 - 2.

komponen
2

Metformin
50/1000
27

50/500
Vildagliptin

*
Galvusmet

50/850

12 - 24.

Metformin
50/1000
Saxagliptin

* Kombiglyze
5/500

Metformin

XR
2,5/500

Linagliptin

*
Trajenta Duo 2,5/850

Metformin
2,5/1000

Keuntungan, Kerugian dan Biaya Obat Anti Hiperglikemik


Sumber: Standard of Medical Care in Diabetes - ADA 2015
Kelas

Obat

Keuntungan

Kerugian

Biaya

Biguanide

Metformin

Tidak Menyebabkan

Efek samping

Rendah

hipoglikemia,

gastrointestinal, risiko

Menurunkan kejadian

asidosis laktat, definisi

CVD

vitamin B12, Kontra


Indikasi pada CVD,
asidosis, hipoksia,

Sulfonilurea

Glibenclamide,
Glipizide,
Gliclazide,

Metiglinides

dehidrasi
risiko hipoglikemia, berat Sedang

Glimepiride
Repaglinide

Efek hipoglikemia kuat,

badan meningkat

menurunkan komplikasi
mikrovaskuler
Menurunkan glukosa

Risiko hipoglikemia,

postprandial

Berat badan meningkat

Sedang

28

TZD

Pioglitazone

Tidak menyebabkan

berat badan

Sedang

hipoglikemia, 1 HDL, 1 meningkatkan edema,


TG, 1 CVD event

gagal jantung, risiko


fraktur meningkat pada
wanita menopause

Penghambat

Acarbose

Tidak menyebabkan

Efektivitas penurunan

Alfa-

hipoglikemia, 1 Gula

A1C sedang, efeks

glukosidase

Darah postprandial, 1

amping gastrointestinal,

CVD event

penyesuaian dosis harus

Sedang

sering dilakukan
Penghambat

Sitagliptin,

Tidak Menyebabkan

GPP-4

Vildagliptin,

hipoglikemia, Ditoleransi atau efek dermatologis

Saxagliptin,

dengan baik

Linagliptin

Angioedema, Urtica,

Tinggi

lain yang dimediasi


respon imun, Pancreatitis
akut, Hospitalisasi akibat
gagal jantung

Penghambat
SGLT2

Dapagliflozin,

Tidak Menyebabkan

Infeksi urogenital,

Canaglifozin*,

hipoglikemia, Penurunan Poliuria, Hipovolemia/

Empaglifozin*

Berat Badan, Penurunan hipotensi/ Pusing,


Tekanan Darah, Efektif

Peningkatan LDL,

untuk semua fase DM

Peningkatan Creatinin

Tinggi

(transient)

29

Insulin

Rapid-acting analogs Responnya universal,

Hipoglikemia, Berat

: Lispro, Aspart,

Efektif menurunkan

badan meningkat, Efek

Glulisine

glukosa darah,

mitogenik, Dalam

Bervariasi

Short-acting: Human menurunkan komplikasi sediaan injeksi, Tidak


Regular

mikrovaskuler (UKPDS) nyaman, Perlu pelatihan

Intermediate acting :

pasien

Human NPH
Basal insulin analogs
: Glargine, Detemir,
Degludec*
Premixed (beberapa
tipe)

Jenis Insulin

Awitan (onset)

Puncak Efek

Lama Kerja

Kemasan

4-6 jam

Pen / cartridge
pen, vial pen

Insulin analog kerja cepat (rapid-acting)


Insulin
Lispro 5-15 menit
(Humalog )
Insulin
Aspart
(Novorapid )
Insulin Glulisin
(Apidra )

1-2 jam

Insulin manusia kerja pendek = insulin regular (Short-Acting)


Humulin R
30-60 menit
2-4 jam
6-8 jam

Vial,

Actrapid

cartridge

pen/

30

Insulin manusia kerja menengah = NPH (intermediate-acting)


Humulin N

1,5-4 jam

4-10 jam

8-12 jam

Insulatard

Vial,

pen/

cartridge

Insuman Basal

Jenis Insulin

Awitan
(onset)

Puncak
Efek

Lama
Kerja

Kemasan

Insulin analog kerja panjang (long-acting)


Insulin Gargline (Lantus )
Insulin Determir (Levemir )
Lantus 300

1-3 jam

Hampir
tanpa
puncak

12-24 jam

Hampir
tanpa
puncak

Sampai 48
jam

Pen

Insulin analog kerja ultra pendek (Ultra Long-Acting)


Degludec (Tresiba )

30-60 menit

Insulin manusia campuran (Human Premixed)


70/30 Humulin (70% NPH, 30% reguler)
70/30 Mixtard (70% NPH, 30% reguler)

30-60 menit

1-4 jam

Insulin analog campuran (Human Premixed)


75/25 Humalogmix (75 % protamine 12-30
lispro, 25% lispro)
menit
70/30 Novomix (70% protamine
aspart, 305 aspart)
50/50 Premix

1-4 jam

5. Algoritma Tatalaksana DM

31

6. Sasaran Pengendalian DM

Parameter

Sasaran

IMT (kg/m2)

18,5 <23*

Tekanan darah sistolik (mmHg)

< 140

Tekanan darah diastolik (mmHg)

< 90

Glukosa darah prepandial kapiler (mg/dL)

80 130 **

32

Glukosa darah 1-2 jam PP kapiler (mg/dL)

< 180 **

HbA1c (%)

< 7 (atau individual)

Kolesterol LDL (mg/dL)

< 100 (< 70 bila risiko KV sangat tinggi)

Kolesterol HDL (mg/dL)

Laki-laki: > 40; Perempuan: >50

Trigliserida (mg/dL)

< 150

7. Komplikasi

Kronik

Akut

1. Hipoglikemik
2. Ketoasidosis
3. Hiperosmolar non
ketotik
4. Asidosis Laktat
5. Infeksi Berat

Mikrovaskular:
1. Retinopati
2. Nefropati
3. Neuropati

Makrovaskular:
1. PJK
2. Penyakit pembuluh
darah perifer
3. Stroke

33

Analisa Kasus
Analisis pada kasus ini pasien diberikan edukasi:
Edukasi
1. Untuk meningkatkan kegiatan jasmani seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging dan
berenang, dilakukan selama30 - 45 menit atau 3 5 kali dalam seminggu, jeda anatara
latihan tidak boleh lebih dari 2 hari berturut-turut. Lakukan pemeriksaan glukosa darah
sebelum melakukan aktivitas jaasmani.
2. Rutin melakukan cek gula darah mandiri.
3. Minum obat DM secara teratur.

Berat Badan Ideal


Pada pasien ini BB 72 kg, TB 165 cm, IMT = 26, 44 pasien termasuk obesitas 1. Untuk itu
pasien dianjurkan untuk mengurangi BB sesuai berat badan ideal pasien
BBI = 90% x (165-100) x 1 kg
= 90% x 65
= 58,5 kg
Jadi pasien harus menurunkan berat badan sebanyak 13,5 kg.

Kebutuhan kalori
Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori yaitu:
1. Jenis kelamin
34

Pada pasien ini berjenis kelamin laki-laki, jadi kebutuhan kalori 30 kkal/kgBB.
30 x 58,5 = 1755 kkal.
2. Usia
Pada pasien ini, usia pasien 51 tahun maka kebutuhan kalori dikurangi 5%.
5% x 1755 = 87,75 kkal
1755 87, 75 = 1667,25 kkal.
3. Aktivitas fisik dan pekerjaan
Pada pasien ini, sedang dalam kondisi dirawat artinya pasien dalam keadaan istirahat
maka kebutuhan kalori ditambah sebanyak 10%.
17,55 + 1667,25 = 1684,8 kkal.
4. Berat Badan
Pada kasus ini pasien tergolong kedalam obesitas 1, maka kebutuhan kalori dikurangi
20%.
1684,8 35,1 = 1650 kkal/hari.
Makan pagi = 410 kkal
Makan siang = 495 kkal
Makan sore = 410 kkal
Untuk makanan ringan = 335 kkal.

Parameter

Sasaran

Pada Kasus

IMT (kg/m2)

18,5 <23*

26,44

Tekanan darah sistolik


(mmHg)

< 140

130

Tekanan darah diastolik


(mmHg)

< 90

80

Glukosa darah prepandial


kapiler (mg/dL)

80 130 **

Glukosa darah 1-2 jam PP


kapiler (mg/dL)

< 180 **

HbA1c (%)

< 7 (atau individual)

Kolesterol LDL (mg/dL)

< 100 (< 70 bila risiko KV


sangat tinggi)

35

Kolesterol HDL (mg/dL)

Laki-laki: > 40;


Perempuan: >50

Trigliserida (mg/dL)

< 150
Gastroenteritis

1. Definisi
Merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan baik oleh virus maupun
bakteri pada traktus intestinal (Guyton & Hall, 2006). Gastroenteritis atau diare adalah
defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa lendir dalam tinja. Diare akut
adalah diare yang timbul secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari
(Mansjoer,dkk, 2000 dalam Wicaksono, 2011).
2.

Epidemiologi
Penyakit Diare Akut (DA) atau Gastroenteritis Akut (GEA) masih merupakan
penyebab utama kesakitan dan kematian anak di Indonesia dengan mortalitas 70-80%
terutama pada anak dibawah umur lima tahun (Balita) dengan puncak umur antara 6-24
bulan (Subianto, 2001 dalam Wicaksono, 2011). Di beberapa rumah sakit di Indonesia,
data menunjukkan bahwa diare akut karena infeksi menempati peringkat pertama sampai
dengan keempat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah sakit

3.

Etiologi
Ditinjau dari sudut patofisiologisnya, maka penyebab gastroenteritis akut (diare
akut) ini dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a. Diare Sekresi (secretory diarrhoea), disebabkan oleh:
1) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen:
a) Infeksi bakteri misalnya Escherichia coli, Shigella dysentriae.
b) Infeksi virus misalnya Rotavirus, Norwalk.
c) Infeksi Parasit misalnya Entamoeba hystolitica, Giardiosis lambia.
36

2) Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia, makanan,
gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi.
Diare Osmotik (Osmotic diarrhoea), disebabkan oleh :
1) Malabsorbsi makanan (karbohidrat, lemah, protein, vitamin dan mineral).
2) KKP (Kekurangan Kalori Protein).
4.

Patofisiologi
Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi
karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan
gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi,gangguan
keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi
pada sel epitel, penetrasi ke lamina propia serta kerusakan mikrovili yang dapat
menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorbsi,dan apabila tidak mendapatkan
penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus, Adenovirus
enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherichia
coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa
mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi
enterotoksin atau sitotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada
Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu penderita
ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan
minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah
gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan
elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan moltilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah
kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa
37

(Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),
hipoglikemia dangangguan sirkulasi darah.
5. Manifestasi Klinis
Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan/atau
demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare yang berlangsung
beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian
karena kekurangan cairan di badan yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau
karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan
cairan seseorang merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering,
tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala
ini disebabkan deplesi air yang isotonik. Karena kehilangan bikarbonas, perbandingan
bikarbonas berkurang, yang mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan
merangsang pusat pernapasan sehingga frekwensi nafas lebih cepat dan lebih dalam
(kussmaul). Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH
dapat naik kembali normal. Pada keadaan asidosis metabolik yang tidak dikompensasi,
bikarbonat standard juga rendah, pCO2 normal dan base excess sangat negatif.
Gangguan kardiovaskular pada hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan
tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien
mulai gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis. Karena
kehilangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan
darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun dan akan timbul anuria. Bila keadaan ini
tidak segera diatasi akan timbul penyulit berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang berarti
pada saat tersebut kita menghadapi gagal ginjal akut. Bila keadaan asidosis metabolik
menjadi lebih berat, akan terjadi kepincangan pembagian darah dengan pemusatan yang
lebih banyak dalam sirkulasi paru-paru. Observasi ini penting karena dapat menyebabkan
edema paru pada pasien yang menerima rehidrasi cairan intravena tanpa alkali.

38

6. Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik: keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis sampai koma,suhu
tubuh tinggi,nadi cepat dan lemah,pernapasan agak cepat.
Inspeksi : mata cekung, membrane mukosa kering,berat badan menurun,anus kemerahan.
Perkusi : adanya distensi abdomen.
Palpasi : Turgor kulit kurang elastis.
Auskultasi : terdengarnya bising usus
2. Pemeriksaan laboratorium.
a. Pemeriksaan tinja.
b. Pemeriksaan

gangguan

keseimbangan

asam

basa

dalam

darah

astrup,bila

memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup,bila


memungkinkan.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
d. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui jasad renik atau
parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
e. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya biasanya tidak
membantu untuk evaluasi diare akut infeksi.
7. Diagnosis
Diagnosis

biasanya

ditegakkan

berdasarkan

gejala-gejalanya

meskipun

penyebabnya belum bisa ditentukan dari gejalanya. Jika gejalanya berat dan lebih dari 48
jam, maka dilakukan pemeriksaan laboratorium terhadap contoh feses untuk mencari
adanya sel darah putih dan bakteri, virus atau parasit. Pemeriksaan laboratorium dari
muntah, makanan atau darah juga dapat membantu menemukan penyebabnya. Lter:
1) Anamnesis : umur, frekuensi diare, lamanya diare
39

2) Pemeriksaaan fisik
3) Laboratorium : feses, darah, kultur tinja maupun darah, serologi
4) Endoskopi (EGD-Esophagus Gastro Duodenoscopy).
8. Terapi
Panduan pengobatan menurut WHO diare akut dapat dilaksanakan secara sederhana yaitu
dengan terapi cairan dan elektrolit per-oral dan melanjutkan pemberian makanan, sedangkan
terapi non spesifik dengan anti diare tidak direkomendasikan dan terapi antibiotika hanya
diberikan bila ada indikasi. Dalam garis besar pengobatan diare dapat dikategorikan ke dalam
beberapa jenis yaitu :
a. Pengobatan Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
1) jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL (Previous Water
Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin dan pernafasan
NWL (Normal Water Losses).
2) cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung CWL
(Concomitant water losses) (Suharyono dkk., 1994 dalam Wicaksono, 2011)
Ada 2 jenis cairan yaitu:
1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-ORS, tiap 1 liter
mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang
dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30
mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa cairan rehidrasi oral:
a)

Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa, yang dikenal

dengan nama oralit.


b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di atas
misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan lain-lain, disebut CRO
tidak lengkap.

40

2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan rehidrasi parenteral
tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi:
a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam Wicaksana, 2011).
b. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena
40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik. Pemberian
antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses
berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau
penyelamatan

jiwa

pada

diare

infeksi,

diare

pada

pelancong,

dan

pasien immunocompromised.Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari,
3 5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis
tunggal), Ciprofloksacin 500mg,Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral
atauIV).
c. Obat anti diare
- Kelompok antisekresi selektif
Terobosan terbaru dalam milenium ini adalah mulai tersedianya secara luas racecadotrilyang
bermanfaat sekali sebagai penghambat enzim enkephalinase sehingga enkephalin dapat bekerja
kembali secara normal. Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi dari elektrolit sehingga
keseimbangan cairan dapat dikembalikan secara normal.
-

Kelompok opiat

Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan
atropin sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 4 mg/ 3
4x sehari dan lomotil 5mg 3 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan
propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan
mengurangi frekwensi diare.Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan
dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan
sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.
-

Kelompok absorbent

41

Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau smektit diberikan atas dasar
argumentasi bahwa zat ini dapat menyeap bahan infeksius atau toksin-toksin. Melalui efek
tersebut maka sel mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang dapat merangsang
sekresi elektrolit.

42

Zat Hidrofilik Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta,Psyllium, Karaya
(Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan Catechu dapat membentuk kolloid dengan cairan dalam
lumen usus dan akan mengurangi frekwensi dan konsistensi feses tetapi tidak dapat mengurangi
kehilangan cairan dan elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-10 cc/ 2x sehari dilarutkan dalam air
atau diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet.
-

Probiotik
Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria atau Saccharomyces
boulardii, bila mengalami peningkatan jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek yang
positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna. Syarat penggunaan dan
keberhasilan mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah yang adekuat.
9. Komplikasi
a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovolemik
c. Kejang
d. Bakterimia
e. Malnutrisi
f. Hipoglikemia
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis,
suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
b. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit buruk, suara
serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
c. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda
dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku
sampai sianosis.
43

Algoritma Guidline Hipertensi JNC 8


Dewasa umur 18 tahun tekanan darah tinggi
Menjalankan modifikasi lifestyle
Menentukan sasaran tekanan darah, memulai terapi tekanan darah minimal berdasarkan
algoritma
Populasi umum
Dengan DM atau
(tidak DM atau
CKD
CKD)
Umur 60

Umur < 60

Tekanan darah
target < 150/90

Tekanan darah
target < 140/90

Semua umur
Dengan
diabetes Tanpa
CKD
Tekanan darah
target < 140/90

Nonblack
Dimulai thiazide, ACEI, ARB,
atau CCB tunggal atau
kombinasi

Semua umur
dan
menunjukkan
CKD dengan
atau tanpa
Tekanan darah
target < 140/90

Black
Dimulai ACEI atau
ARB, tunggal atau
kombinasi dengan
golongan lain

Dimulai thiazide atau


CCB tunggal atau
kombinasi

Yes

Pada tekanan darah target?


No

Dipertahankan lifestyle dan ketaatan


Titrasi medikasi sampai dosis maksimum atau pertimbangkan penambahan obat (ACEI, ARB,
CCB, Thiazide)
Yes
Pada tekanan darah target?
No
Dipertahankan lifestyle dan ketaatan
Menambahkan jenis obat yang belum pernah dipilih( yaitu beta blocker, aldosterone
antagonist, dll) dan titrasi obat diatas sampai maksimal (lihat halaman selanjutnya)
Pada tekanan darah target?

Yes

Terapi lanjut dan

No
Dipertahankan lifestyle dan ketaatan
Titrasi obat sampai dosis maksimum, menambahkan obat lain dan atau rujuk ke spesialis
ginjal hipertensi

44

Jenis Obat

Dieuretik

ACEI/ARB

Pilihan Obat
HCTZ 12.5-50mg, chlorthalidone 12.525mg,
indapamide 1.25-2.5mg, triamterene
100mg

Keterangan
Monitor hipokalemi

ARB: candesartan 8-32mg, valsartan


80-320mg, losartan 50-100mg,
olmesartan 20-40mg, telmisartan 2080mg

Losartan dapat
menurunkan asam
urine, Candesartan
dapat mencegah
terjadinya migrain
Bukan merupakan
lini pertama (lebih
untuk post MI/CHF)
Dapat menyebabkan
keletihan dan
penurunan nadi
Meneybabkan
edema, dihidropiridin
aman
dikombinasikan
dengan beta-bloker
Non-dihidropiridin
dapat menurunkan
nadi dan
menyebabkan
proteinuria
Hidralazine dan
monosidil dapat
menyebakan reflek
takikardi dan retensi
cairan, biasanya
diperlukan diuretik +

Lebih efektif saat


dikombinasikan
K+ dibandingkan spironolactone 25dengan ACEI
50mg,
Spironolactoneamiloride 5-10mg,
ginekomastia dan
triamterene 100mg,
hiperkalemia
Loop dieuretik
mungkin diburuhkan
saat GFR <40
furosemide 20-80mg 2x1, torsemide 10- mL/menit
40mg
ACEI: lisinopril, benazapril, fosinopril
SE: batuk (hanya
dan quinapril 10-40mg, ramipril 5ACEI), angiodema,
10mg, trandolapril 2-8mg
hiperkalemia

Beta-Bloker

metoprolol succinate 50-100mg dan


tartrate 50-100mg 2x1, nebivolol 510mg, propranolol 40-120mg 2x1,
carvedilol 6.25-25mg 2x1, bisoprolol 510mg, labetalol 100-300mg 2x1,

Calcium channel blockers

Dihydropyridines: amlodipine 5-10mg,


nifedipine ER 30-90mg,
Non-dihydropyridines: diltiazem ER
180-360 mg, verapamil 80-120mg
3x1/hari ER 240-480mg

Vasodilators

Hydralazine 25-100mg twice daily,


minoxidil 5-10mg

45

beta-bloker
terazosin 1-5mg, doxazosin 1-4mg
diberikan sebelum tidur
Indikasi
clonidine 0.1-0.2mg 2x1, methyldopa
250-500mg 2x1,
Obat Pilihan

Alpha-bloker dapat
menyebabkan
orthostatis hipotensi
Centrally-acting Agents
Clonidin tersedia
tambahan formulasi
Indikasi
untuk resisten
Heart Failure
ACEI/ARB + BB + diuretic + spironolactone
guanfacine 1-3mg
hipertensi
Post MI/Clinical CAD
ACEI/ARB AND BB
CAD
ACEI, BB, diuretic, CCB
Diabetes
ACEI/ARB, CCB, diuretic
CKD
ACEI/ARB
Recurrent stroke prevention
ACEI, diuretic
Pregnancy
labetolol (first line), nifedipine, methyldopa
Pilihan obat-obatan untuk hipertensi
ACE inhibitor (ACEI)
Angiotensin receptor blocker (ARB)
Thiazide diuretic
Calcium Channel blocker (CCB)
Strategi
A
B
C

Deskripsi
Mulai 1 obat, titrasi sampai dosis maksimal, dan kemudian tambahkan obat kedua
Mulai 1 obat, kemudian tambahkan obat kedua sebelum mencapai dosis maksimal
pertama
Mulai dengan 2 obat disaat yang bersamaan, sebagai tablet terpisah atau tablet
kombinasi. Mulai terapi kombinasi yang direkomendasikan bila tekanan darah
lebih 20/10 mmHg diatas target

Perubahan lifestyle:
Berhenti merokok
Control gula darah dan lipid
Diet
Makanan sehat
Cukup konsumsi alcohol
Mengurangi intake sodium tidak lebih dari 2,400 mg/hari
Aktifitas fisik
Aktifitas sedang-berat 3 4 hari seminggu rata-rata 40 menit persesi.

46

Beta-1 Selective Beta-blockers aman digunakan pasien dengan COPD, asma, diabetes dan
penyakit vascular perifer:
metoprolol
bisoprolol
betaxolol
acebutolol
Pada kasus ini pasien usia 51 tahun, hipertensi dengan DM tipe 2 sejak 5 tahun lalu. Riwayat
hipertensi pada keluarga yaitu ibu.
Tekanan darah 170/110 mmHg
Terapi captopril 2 x 6,25 mg dan amlodipine 1 x 5 mg

KESIMPULAN

Telah dilaporkan laki-laki, 51 tahun dengan keluhan diare 5 kali sehari, muntah 3 kali
sehari dan nyeri ulu hati. Keluhan polidipsi, poliuri, polifagi, pusing. Riwayat DM tipe 2 dan
hipertensi sejak 5 tahun yang lalu. Riwayat ibu DM tipe 2 dan hipertensi. Pada pemeriksaan
fisik, didapatkan tekanan darah 170/110 mmHg, mukosa bibir kering, pada abdomen bising usu
meningkat dan nyeri tekan epigastrium. Pada pemeriksaan laboratorium leukositosis dan
hiperglikemia. Didagnosis GEA dehidrasi ringan dengan DM tipe 2 dan hipertensi tidak
terkontrol.
47

DAFTAR PUSTAKA
1. Soegondo, Sidartawan. Soewondo, Pradana. Subekti, Imam. 1995. Penatalaksanaan
2.

Diabetes Melitus Terpadu. Cetakan kelima, 2005. Jakarta:Balai Penerbit FKUI.


Suyono, Slamet. Diabetes Melitus di Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
JilidIII, Ed.IV. 2006. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia


3. Fauci, Anthony S. Braunwald, Eugene. Kasper, Dennis L. Hauser, Stephen L.Harrisons
Principle of Internal Medicine. 17th Edition. The McGraw-HillCompanies. 2008.
4. Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid III. Edisi IV. Jakrta: IPD FKUI. 2006.
5. Silabernagi, Stefan. Florian Lang. Penyebab Diabetes Melitus. Teks & Atlas Berwarna
Patofisiologi. 2002. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
6. Hiswani. Peranan Gizi Dalam Diabetes Mellitus.2009
7. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 : PERKENI 2011
48

8. Boon, Nicholas A. Walker, Brian. Davidsons Principles and Practice of


Medicine. 20th Edition. Elsevier. 2006.
9. Price, Sylvia Anderson. Wilson, Lorraine McCarty. Patofisologi Konsep Klinis Prosesproses Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC. 2005
10. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia.
2006. Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Jakarta. 2006
11. Waspadji S. Komplikasi Kronik Diabetes : Mekanise Terjadinya, Diagnosis, dan Strategi
Pengelolaan. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III. Departemen Ilmu Panyakit
Dalam FKUI; 2006; hal. 1920
12. Gustavani R. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi III. Departemen Ilmu Panyakit Dalam FKUI; 2006; hal. 1873
13. Price, Sylvia Aderson. Pankreas: Metabolisme glukosa dan diabetes mellitus.
Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses/ Sylvia Anderson price, Lorraine Mc Carty
Wilson; alih bahasa, Brahm U. Pendit[et.al.]editor bahasa Indonesia. Jakarta;2005;
hal.1259

49

Anda mungkin juga menyukai