PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang dinyatakan
dengan adanya konsentrasi gula darah tinggi dalam darah (hiperglikemia), diakibatkan defisiensi
insulin relatif maupun absolut. Penyakit DM mengalami peningkatan terus menerus dari tahun ke
tahun. WHO memprediksi kenaikan jumlah penderita Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM) dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Berdasarkan
Data Badan Pusat Statistik, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang berusia di atas 20
tahun adalah sebesar 133 juta jiwa, dengan prevalensi DM pada daerah urban sebesar 14,7% dan
daerah rural sebesar 7,2 %. Pada tahun 2030 diperkirakan ada 12 juta penyandang diabetes di
daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural (Soegondo et. al, 2006).
Keadaan sosio ekonomi masyarakat Indonesia yang semakin maju serta pelayanan
kesehatan yang makin baik dan merata, diperkirakan tingkat kejadian penyakit DM akan makin
meningkat. Penyakit ini dapat menyerang segala lapisan umur dan sosio ekonomi. Penelitian
epidemiologis di Indonesia mendapatkan prevalensi DM sebesar 1,5-2,3 % pada penduduk usia
lebih besar dari 15 tahun. Pada suatu penelitian di Manado didapatkan prevalensi 6,1%.
Penelitian di Jakarta pada tahun 1993 menunjukkan prevalensi 5,7% (Hiswani,2009).
Melihat tendensi kenaikan kekerapan diabetes secara global yang tadi dibicarakan
terutama disebabkan oleh karena peningkatan kemakmuran suatu populasi, maka dengan
demikian dapat di mengerti bila suatu saat atau lebih tepat lagi dalam kurun waktu 1 atau 2
dekade yang akan datang kekerapan DM di Indonesia akan meningkat drastis. Ini sesuai dengan
1
perkiraan yang dikemukakan oleh WHO seperti tampak pada tabel 1, Indonesia akan menempati
peringkat nomor 5 sedunia dengan jumlah pengidap diabetes sebanyak 12.4 juta orang pada
tahun 2025, naik 2 tingkat dibanding tahun 1995.
Dari angka angka diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam jangka waktu 30 tahun
penduduk Indonesia akan naik sebesar 40% dengan peningkatan jumlah pasien diabetes yang
jauh lebih besar yaitu 86 138% yang disebabkan oleh karena:
Faktor demografi
Gaya hidup ke barat baratan
Berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi
Meningkatnya pelayanan kesehatan hingga umur pasien diabetes menjadi lebih
panjang. (Sudoyo,et.al 2006)
Diabetes adalah salah satu penyakit yang paling sering diderita dan penyakit kronik yang
serius di Indonesia saat ini. Setengah dari jumlah kasus DM tidak terdiagnosa karena pada
umumnya diabetes tidak disertai gejala sampai terjadinya komplikasi. Prevalensi penyakit
diabetes meningkat karena terjadi perubahan gaya hidup, kenaikan jumlah kalori yang dimakan,
kurangnya aktifitas fisik dan meningkatnya jumlah populasi manusia usia lanjut (Hiswani,2009).
Efek kronik dari penyakit DM menyebabkan kerusakan organ menyeluruh secara
anatomis maupun fungsional. Komplikasi kronik penyakit DM menyebabkan kelainan pada
makrovaskular, mikrovaskular, gastrointestinal, genito urinari, dermatologi, infeksi, katarak,
glaukoma dan sistem muskulo skeletal (Harrison, 2007).
II.
Tujuan Tutorial
A. Tujuan Umum
Tutorial ini disusun untuk mengetahui dan mempelajari tentang Diabetes Melitus,
gejala-gejala klasik Diabetes Melitus
B. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui penatalaksanaan pada Diabetes Melitus
Untuk mengetahui komplikasi pada Diabetes Melitus
BAB II
STATUS PASIEN
3
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. S
Tanggal Lahir
: 20 September 1964
Umur
: 51 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Status
: Menikah
Alamat
Tgl Masuk RS
: 13/12/2015
B. ANAMNESIS
Autoanamnesis Pada Tanggal 14 Desember 2015
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
Sejak 4 hari yang lalu pasien mengeluh lemas, merasa sering haus, lapar dan buang air
kecil. Sejak 2 hari yang lalu pasien mengeluhkan juga BAB cair sebanyak > 5x/hari dengan
konsistensi cair. Muntah dengan konsistensi cair dengan isi makanan 3x/hari. Sehari yang lalu
pasien demam terus-menerus, pusing, perut kembung, melilit, nyeri ulu hati, nafsu makan
menurun, badan dan sendi-sendi nyeri. BAK tidak ada keluhan.
Riwayat diabetes melitus (+) dan hipertensi (+) pada ibu pasien, asma(-), sakit kuning(-)
Riwayat Pengobatan
Pasien pernah mengobati diare dengan diapet namun tak kunjung sembuh.
Meminum obat-obatan jangka panjang disangkal.
Riwayat Hipertensi (+) sejak 5 tahun yang lalu, didiagnosa hipertensi ketika os berobat ke
puskesmas dan diberikan obat antihipertensi yaitu captopril 6,25 mg diminum sehari satu
diminum secara teratur, diminum ketika berobat ke puskesmas atau rumah sakit.
Os pernah dirawat di rumah sakit 1 tahun yang lalu dengan diabetes mellitus dan
pengobatan tak terkontrol.
Riwayat Alergi
Riwayat Psikososial
Pasien mengaku makan teratur, 3x/hari namun pasien jarang makan sembarangan.
Pasien lebih banyak minum air putih karena sering merasa haus
Merokok (-), Alkohol (-)
Kopi (+) 1x/hari
C. PEMERIKSAAN FISIS
Keadaan umum
Kesadaran
: composmentis
Antropometri
TB
: 165 cm
BB sebelum sakit
: 75 kg
BB ketika sakit
: 72 kg
IMT
Tanda-tanda vital
TD
: 170/110 mmHg
Nadi
: 96x/menit
Pernafasan
: 20x/menit
Suhu
: 37,00C
Status Generalis
Kepala
mudah dicabut
Telinga
Mulut
Leher
Thoraks
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Batas Atas
Batas Kanan
Batas Kiri
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Ekstremitas atas :
Akral hangat (+), CRT < 2 detik (+/+), Edema (-/-), sianosis (-/-).
Ekstremitas bawah :
Akral hangat (+), CRT < 2 detik (+/+), Edema (-/-), sianosis (-/-).
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal
13-12-2015
13/12/2015
Pemeriksaan
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Jumlah Leukosit
Hematokrit
Trombosit
LED
Htung Jenis Leukosit
Basofil
Eosinofil
N. Batang
N. Segmen
Limfosit
Monosit
Elektrolit
Natrium darah
Kalium darah
Clorida darah
Kimia Klinik
SGOT
SGPT
GDS
Hasil
Satuan
Nilai Normal
12,4
12
36,6
243
96
g/dL
103/mL
%
103/mL
mm/jam
11,3 15,5
4,3 10,4
36 46
132 402
0 - 20
0
4
2
69
20
5
%
%
%
%
%
%
0 0,3
24
15
51 67
20 30
26
137
3.3
108
mEq/L
mEq/L
mEq/L
134 146
3,4 4,5
96 - 108
16
15
286
U/I
U/I
mg/ dl
<31
<31
70- 200
E. RESUME
Seorang Laki laki 51 tahun, datang dengan keluhan lemas, merasa sering haus, lapar
dan buang air kecil. BAB cair > 5x dalam sehari, konsistensi cair tanpa darah dan lendir.
2 hari SMRS os mengeluh mual disertai muntah dengan konsistensi cair isi makanan,
sebanyak 3 x perhari, nyeri ulu hati. Sehari SMRS pasien demam tinggi, kembung,
8
malaise, anoreksia. Hipertensi (+) sejak 5 tahun yang lalu dan mendapatkan terapi
Captopril 6,25 mg. Diabetes mellitus (+) sejak 5 tahun yang lalu mendapatkan terapi
metformin. Riwayat diabetes mellitus (+) pada ibu pasien, hipertensi (+) pada ibu pasien.
Os sering minum Kopi (+) 1x/hari.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 170/110 mmHg, mukosa bibir kering,
nyeri tekan epigastrium (+), bising usus meningkat. Pemeriksaan lain dalam batas
normal.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 12000 L, LED = 96 mm/jam,
neutrophil segmen = 69%, GDS = 286 mg/dL
F. DIAGNOSIS KERJA
GEA dengan dehidrasi ringan
Diabetes Mellitus Type 2
Hipertensi stage II
G. PENGKAJIAN MASALAH
1. Diabetes Mellitus Type II
S : Tn. S, 51 tahun datang dengan keluhan lemas dan Os mengeluh merasa sering
haus, sering lapar dan sering buang air kecil. Riwayat diabetes mellitus (+) sejak 5
tahun yang lalu. Riwayat diabetes mellitus (+) pada ibu pasien.
O : GDS meningkat yaitu 286 mg/dL.
A : Diabetes Mellitus type II
P : - Insulin rapid : Sliding scale Humalog 8 U/I
- Glimepirid 1 x 2 mg
- Koreksi IMT (26,4) edukasi pola makan dan kegiatan olahraga
- Memakan makanan sehat sesuai kebutuhan kalori perhari
- Periksa GDP dan GD2PP, HbA1c.
2. GEA dengan dehidrasi ringan
9
S : BAB cair>5x dalam sehari, konsistensi cair tanpa darah dan lendir. Mual disertai
muntah dengan konsistensi cair isi makanan, sebanyak 3 x perhari disertai nyeri ulu
hati.Demam tinggi, kembung, malaise, anoreksia. mengeluh mual disertai muntah
sejak 2 hari SMRS.
O : Mukosa bibir kering, nyeri tekan epigastrium, BU (+) meningkat. Leukosit= 12
ribu/l, K = 3.3 mmol/L
A : Gastroentritis Akut dengan dehidrasi ringan
P : - Infus RL 20 tetes per menit/8 jam
- Probiotik 1x1
- Ceftriaxone 2 x 1 g
- Ranitidin Inj 1 x 50 mg
- Domperidon 3 x 10 mg
- Menjelaskan kepada pasien tentang hidup bersih dan memasak makanan
terlebih dahulu sebelum dimakan
3. Hipertensi Stage II
S : Pusing . pasien mempunyai riwayat hipertensi (+) sejak 5 tahun yang lalu.
Riwayat, hipertensi (+) pada ibu pasien.
O : Tekanan Darah: 170/110 mmHg, Nadi: 96x/menit
A : Hipertensi Stage II
P : - Captopril 2 x 6,25 mg
- Amlodipine 1 x 5 mg
- EKG, Cholesterol total, LDL, HDL, Trigliserida
10
O
TD : 140/80
A
GEA
berkurang, 2x/hari
mmHg,
dehidrasi
N: 90x/m
ringan +
RR : 18 x/m
hipertensi
muntah (-),nyeri
S : 36,3 c
stage II +
GDS : 174
Diabetes
mg/Dl
Mellitus type
2
TD : 130/70
GEA
mmHg,
dehidrasi
(-), demam
N: 84 x/m
ringan +
(-),muntah
RR : 20 x/m
hipertensi
S : 36,7 c,
stage II +
(-)
SGOT 16 U/I,
Diabetes
SGPT 15 U/I,
Mellitus type
Natrium 137
P
Rencana pemeriksaan
penunjang ; Check
HR, Elektrolit, SGOT
SGPT, Ureum
Kreatinin, GDP,
HbA1c,
Penatalaksanaan:
IVFD RL 2360 cc / 24
jam
Domperidon 3 x 10
mg (oral)
Ceftriaxone 2 x 1 g
Amlodipine 2 x 5 mg
Glimepirid 1 x 2 mg
Inj. Ranitidin 2 x 50
mg
Terapi lanjutkan
mEq, Kalium
3,3 mEq,
Clorida 108
mEq.
11
GDS: 151
mg/dL
16/12/2015
BAB cair(-),
TD : 130/80
GEA
lemas (+),
mmHg,
dehidrasi
mual(-),demam
N: 82 x/m
ringan +
(-),muntah
RR : 20 x/m
hipertensi
S : 36,4 C,
stage II +
(-)
Leukosit : 10,8
Diabetes
103/LGDS: 139
Mellitus type
mg/Dl
IVFD RL 20 tpm
Domperidon 3 x 10
mg (oral)
Ceftriaxone 2 x 1 g
Amlodipine 2 x 5 mg
Glimepirid 1 x 2 mg
12
BAB III
PEMBAHASAN
1. ASPEK DIAGNOSTIK
Alur Diagnostik Diabetes Melitus Tipe II
ANAMNESIS
LABORATORIUM
Curiga DM
Konfirmasi
diagnosis
Pada kasus ini laki-laki 51 tahun terdiagnosis DM sejak 5 tahun yang lalu, berobat tidak teratur.
Gejala yang timbul pada saat di diagnosis DM sering haus, lapar dan BAK. Riwayat diabetes
mellitus (+) pada ibu pasien.
13
Jangka pendek: menghilangkan keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman,
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan darah,
berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara komperhensif.
hipoglikemia)
Riwayat infeksi sebelumnya, terutama infeksi kulit, gigi, dan traktus urogenitalis serta
kaki
14
Gejala dan riwayat pengobatan komplikasi kronik (komplikasi pada ginjal, mata, saluran
pencernaan, dll.)
Pengobatan lain yang mungkin berpengaruh terhadap glukosa darah
Faktor risiko: merokok, hipertensi, riwayat penyakit jantung koroner, obesitas, dan
Pemeriksaan Fisik
pemeriksaan neurologis
Tanda-tanda penyakit lain yang dapat menimbulkan DM tipe-lain
Jasmani lengkap
Mikroalbuminuria
Kreatinin
Albumin / globulin dan ALT
Kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dantrigliserida
EKG
Foto sinar-X dada
Funduskopi
Pilar penatalaksanaan DM
Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani selama beberapa
waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi
farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan atau suntikan insulin. Pada keadaan
tertentu, OHO dapat segera diberikan secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai indikasi.
Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis, stres berat, berat badan
yang menurun dengan cepat, dan adanya ketonuria, insulin dapat segera diberikan.
(PERKENI,2011)
1. Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai bagian dari
upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari pengelolaan DM. materi
edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat awal dan materi edukasi tingkat lanjutan.
16
a. Materi edukasi pada tingkat awal dilaksanankan pada pelayanan kesehatan primer
yang meliputi:
Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan
Penyulit DM dan risikonya
Intervensi farmakologis dan non farmakologis serta target pengobatan
Inteeraksi antara asupan makanan, aktivitas fisik dan OHO atau insulin serta
obat-obatan lain.
Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau
urin mandiri.
Mengenal gejala dan penanganan awal hipoglikemi.
Pentingnya latihan jasmani yang teratur.
b. Materi edukasi pada tingkat lanjut dilaksanakan di pelayanan kesehatan sekunder
atau tersier yang meliputi:
Mengenal dan mencegah penyulit akut DM.
Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM.
Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain.
Perilaku hidup sehat bagi penyandang DM memenuhi anjuran:
a. Mengikuti pola makan sehat
b. Meningkatkan kegiatan jasmani dan latihan jasmani yang teratur
c. Menggunakan obat DM dan obat lainnya pada keadaan khusus secara aman dan
teratur.
d. Melakukan pemantauan glukosa darah mandiri (PGDM) dan memanfaatkan hasil
pemantauan untuk menilai keberhasilan pengobatan.
Terapi Nutrisi Medis (TNM) merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes secara total.
Kunci keberhasilan TNM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter,ahli
gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan keluarganya). Setiap penyandang diabetes
sebaiknya mendapat TNM sesuai dengan kebutuhannya guna mencapai sasaran terapi. Prinsip
pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran makan untuk
masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori danzat gizi
masing-masing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan
makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang
menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.
Lemak
18
lemak trans antara lain: daging berlemak dan susu penuh (whole milk).
Anjuran konsumsi kolesterol < 200 mg/hari.
Protein
ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu, dan tempe.
Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/Kg BB
perhari atau 10% dari kebutuhan energi dan 65% hendaknya bernilai biologik tinggi.
Natrium
Anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama dengan anjuran untuk
masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3000 mg atau sama dengan 6-7 gram (1 sendok
Serat
19
kesehatan.
Anjuran konsumsi serat adalah 25 g/hari.
Pemanis alternatif
Pemanis dikelompokkan menjadi pemanis berkalori dan pemanis tak berkalori. Termasuk
B. Kebutuhan kalori
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan penyandang
diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya
25-30 kalori/kgBB ideal, ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa faktor seperti: jenis
kelamin, umur, aktivitas, berat badan, dll.
Perhitungan berat badan Ideal (BBI) dengan rumus Brocca yangdimodifikasi adalah sbb:
Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm, rumus
dimodifikasi menjadi :
Berat badan ideal (BBI) = (TB dalam cm - 100) x 1 kg.
BB Normal : BB ideal 10 %
Kurus : < BBI - 10 %
Gemuk : > BBI + 10 %
Klasifikasi IMT
BB Kurang
BB Normal
BB Lebih
< 18,5
18,5-22,9
23,0
Keterangan:
o Dengan risiko 23,0-24,9
o Obes I 25,0-29,9
21
o Obes II > 30
*WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia-Pacific Perspective: Redefining Obesity and its
Treatment.
Jenis Kelamin
Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria. Kebutuhan kalori wanita sebesar
25 kal/kg BB dan untuk pria sebesar 30 kal/ kg BB.
Umur
Untuk pasien usia di atas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5% untuk dekade antara
40 dan 59 tahun, dikurangi 10% untuk dekade antara 60 dan 69 tahun dan dikurangi 20%,
berat.
Berat Badan
Bila kegemukan dikurangi sekitar 20-30% tergantung kepada tingkat kegemukan.Bila
kurus ditambah sekitar 20-30% sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan BB. Untuk
tujuan penurunan berat badan jumlah kalori yang diberikan paling sedikit 1000-1200 kkal
perhari untuk wanita dan 1200-1600 kkal perhari untuk pria.
22
Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut di atas dibagi dalam 3
porsi besar untuk makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi
makanan ringan (10-15%) di antaranya. Untuk meningkatkan kepatuhan pasien, sejauh
mungkin perubahan dilakukan sesuai dengan kebiasaan. Untuk penyandang diabetes
yangmengidap penyakit lain, pola pengaturan makan disesuaikan dengan
penyakit
penyertanya.
3. Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30
menit,sifatnya sesuai CRIPE (Continuous, Rhithmical, Interval, Progressive training). Sedapat
mungkin mencapai zona sasaran 75-85 % denyut nadi maksimal (220/umur), disesuaikandengan
kemampuan dan kondisi penyakit penyerta. Sebagai contoh olahraga ringan adalah berjalan kaki
biasa selama 30 menit, olahraga sedang adalah berjalan selama 20 menit dan olahraga berat
misalnya joging.
4. Terapi farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani (gaya
hidup sehat).Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.
Profil obat antihiperglikemia oral yang tersedia di Indonesia
Golongan Obat
Efek Samping
Penurunan
Sulfonilurea
Utama
BB naik
HbA1c
1-2%
hipoglikemia
23
Glinid
Metformin
BB naik
0,5 - 1,5 %
hipoglikemia
Dispepsia, diare,
1-2%
asidosis laktat
terhadap insulin
Penghambat Alfa-
Flatulen, tinja
Glukosidase
Ttiazolidindion
0,5 - 0,8 %
lembek
Menambah sensitifitas terhadap
Edema
0,5 - 1,4 %
Sebah, Muntah
0,5 - 0,8 %
Menghambat penyerapan
Dehidrasi, Infeksi
0,8 - 1 %
saluran kemih
Insulin
Penghambat DPP-IV
Penghambat SGLT-2
Generik
Nama
mg / tab
Dagang
Sulfonilurea
Glibenclamid
Condiabet
Glidanil
Harmida
2,5 - 5
Renabetic
Daonil
Gluconil
Padonil
Glucotrol-
5
5-10.
Glupizide
Dosis
Harian
(mg)
2,5 - 20
Lama
Kerja
(jam)
12 - 24.
Frek / Waktu
hari
1-2.
Sebelum
Makan
5-10.
12 - 16.
1
24
XL
Glicazide
Diamicron
30 - 60
30 - 120
24
MR
Diamicron
80
40 - 320
10-20.
1-2.
MR
Glucored
Linodiab
Pedab
Glikamel
Glukolos
Meltika
Glicab
Glurenorm
Actaryl
Amaryl
Diaglime
Gluvas
Metrix
Primaryl
Simryl
Versibet
Amadiab
Anpiride
Glimetic
Mapryl
Paride
25
Relide
Velacom 2 /
Velacom 3
Glinide
Repaglinid Dexanorm 0,5 - 1,2
1 - 16.
4
e
Nateglinide
Starlix
60 - 120 180
- 4
360
Thiazolidinedio Pioglitazone Actos
15 - 30
15 - 45
24
ne
Gliabetes
30
Penghambat
AlfaGlukosidase
Acarbose
Prabetic
15 - 30
Deculin
15 - 30
Pionix
15 - 30
Acrios
50 - 100
Glubose
100
300
2 - 4.
3
1
Tidak
bergantun
g jadwal
makan
bersama
suapan
pertama
Eclid
Glucobay
Biguanide
Metformin
500 - 3000 6 - 8.
1 - 3.
bersama/
Adecco
500
Efomet
500 - 850
sesudah
Formell
500 - 850
makan
Gludepatic
500
Gradiab
500 - 850
Metphar
500
Zendiab
500
Diafac
500
Forbetes
500 - 850
500 - 850 1000
500 - 850
500 - 850
Glucophage
Glucotika
Glufor
26
Glunor
500 - 850
Heskopaq
500 - 850
Nevox
500
Glumin
500
Glucophage
XR
500 - 700
Metformin XR Glumin XR
Glunor XR
Nevox XR
Vildagliptin
Penghambat
DPP-IV
Penghambat
SGLT-2
500 - 2000 24
500
Galvus
50
50 - 100
Sitagliptin
Lanuvia
25 - 50 100
25 - 100
Saxagliptin
Onglyza
Linagliptin
Trajenta
Dapaglifiozin
Forxigra
1 - 2.
5 - 10.
5 - 10.
12 - 24.
1-2.
24
24
Tidak
bergantung
jadwal
makan
Tidak
bergantung
jadwal
makan
1,25/250
Glibenclamide*
Glucovance
2,5/500
Metformin
5/500
Glimepiride
Obat
Kombinasi
Tetap
1/250
Amaryl M
Metformin
Pioglitazone
2/500
*
Metformin
Sitagliptin
15/500
Pionix M
Actosmet
15/850
15/850
50/500
*
Janumet
50/850
12 - 14.
1 - 2.
Mengacu
dosis
1 - 2.
bersama/
maksimum
sesudah
masingmasing
18 - 24
1 - 2.
makan
1 - 2.
komponen
2
Metformin
50/1000
27
50/500
Vildagliptin
*
Galvusmet
50/850
12 - 24.
Metformin
50/1000
Saxagliptin
* Kombiglyze
5/500
Metformin
XR
2,5/500
Linagliptin
*
Trajenta Duo 2,5/850
Metformin
2,5/1000
Obat
Keuntungan
Kerugian
Biaya
Biguanide
Metformin
Tidak Menyebabkan
Efek samping
Rendah
hipoglikemia,
gastrointestinal, risiko
Menurunkan kejadian
CVD
Sulfonilurea
Glibenclamide,
Glipizide,
Gliclazide,
Metiglinides
dehidrasi
risiko hipoglikemia, berat Sedang
Glimepiride
Repaglinide
badan meningkat
menurunkan komplikasi
mikrovaskuler
Menurunkan glukosa
Risiko hipoglikemia,
postprandial
Sedang
28
TZD
Pioglitazone
Tidak menyebabkan
berat badan
Sedang
Penghambat
Acarbose
Tidak menyebabkan
Efektivitas penurunan
Alfa-
hipoglikemia, 1 Gula
glukosidase
Darah postprandial, 1
amping gastrointestinal,
CVD event
Sedang
sering dilakukan
Penghambat
Sitagliptin,
Tidak Menyebabkan
GPP-4
Vildagliptin,
Saxagliptin,
dengan baik
Linagliptin
Angioedema, Urtica,
Tinggi
Penghambat
SGLT2
Dapagliflozin,
Tidak Menyebabkan
Infeksi urogenital,
Canaglifozin*,
Empaglifozin*
Peningkatan LDL,
Peningkatan Creatinin
Tinggi
(transient)
29
Insulin
Hipoglikemia, Berat
: Lispro, Aspart,
Efektif menurunkan
Glulisine
glukosa darah,
mitogenik, Dalam
Bervariasi
Intermediate acting :
pasien
Human NPH
Basal insulin analogs
: Glargine, Detemir,
Degludec*
Premixed (beberapa
tipe)
Jenis Insulin
Awitan (onset)
Puncak Efek
Lama Kerja
Kemasan
4-6 jam
Pen / cartridge
pen, vial pen
1-2 jam
Vial,
Actrapid
cartridge
pen/
30
1,5-4 jam
4-10 jam
8-12 jam
Insulatard
Vial,
pen/
cartridge
Insuman Basal
Jenis Insulin
Awitan
(onset)
Puncak
Efek
Lama
Kerja
Kemasan
1-3 jam
Hampir
tanpa
puncak
12-24 jam
Hampir
tanpa
puncak
Sampai 48
jam
Pen
30-60 menit
30-60 menit
1-4 jam
1-4 jam
5. Algoritma Tatalaksana DM
31
6. Sasaran Pengendalian DM
Parameter
Sasaran
IMT (kg/m2)
18,5 <23*
< 140
< 90
80 130 **
32
< 180 **
HbA1c (%)
Trigliserida (mg/dL)
< 150
7. Komplikasi
Kronik
Akut
1. Hipoglikemik
2. Ketoasidosis
3. Hiperosmolar non
ketotik
4. Asidosis Laktat
5. Infeksi Berat
Mikrovaskular:
1. Retinopati
2. Nefropati
3. Neuropati
Makrovaskular:
1. PJK
2. Penyakit pembuluh
darah perifer
3. Stroke
33
Analisa Kasus
Analisis pada kasus ini pasien diberikan edukasi:
Edukasi
1. Untuk meningkatkan kegiatan jasmani seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging dan
berenang, dilakukan selama30 - 45 menit atau 3 5 kali dalam seminggu, jeda anatara
latihan tidak boleh lebih dari 2 hari berturut-turut. Lakukan pemeriksaan glukosa darah
sebelum melakukan aktivitas jaasmani.
2. Rutin melakukan cek gula darah mandiri.
3. Minum obat DM secara teratur.
Kebutuhan kalori
Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori yaitu:
1. Jenis kelamin
34
Pada pasien ini berjenis kelamin laki-laki, jadi kebutuhan kalori 30 kkal/kgBB.
30 x 58,5 = 1755 kkal.
2. Usia
Pada pasien ini, usia pasien 51 tahun maka kebutuhan kalori dikurangi 5%.
5% x 1755 = 87,75 kkal
1755 87, 75 = 1667,25 kkal.
3. Aktivitas fisik dan pekerjaan
Pada pasien ini, sedang dalam kondisi dirawat artinya pasien dalam keadaan istirahat
maka kebutuhan kalori ditambah sebanyak 10%.
17,55 + 1667,25 = 1684,8 kkal.
4. Berat Badan
Pada kasus ini pasien tergolong kedalam obesitas 1, maka kebutuhan kalori dikurangi
20%.
1684,8 35,1 = 1650 kkal/hari.
Makan pagi = 410 kkal
Makan siang = 495 kkal
Makan sore = 410 kkal
Untuk makanan ringan = 335 kkal.
Parameter
Sasaran
Pada Kasus
IMT (kg/m2)
18,5 <23*
26,44
< 140
130
< 90
80
80 130 **
< 180 **
HbA1c (%)
35
Trigliserida (mg/dL)
< 150
Gastroenteritis
1. Definisi
Merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan baik oleh virus maupun
bakteri pada traktus intestinal (Guyton & Hall, 2006). Gastroenteritis atau diare adalah
defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa lendir dalam tinja. Diare akut
adalah diare yang timbul secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari
(Mansjoer,dkk, 2000 dalam Wicaksono, 2011).
2.
Epidemiologi
Penyakit Diare Akut (DA) atau Gastroenteritis Akut (GEA) masih merupakan
penyebab utama kesakitan dan kematian anak di Indonesia dengan mortalitas 70-80%
terutama pada anak dibawah umur lima tahun (Balita) dengan puncak umur antara 6-24
bulan (Subianto, 2001 dalam Wicaksono, 2011). Di beberapa rumah sakit di Indonesia,
data menunjukkan bahwa diare akut karena infeksi menempati peringkat pertama sampai
dengan keempat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah sakit
3.
Etiologi
Ditinjau dari sudut patofisiologisnya, maka penyebab gastroenteritis akut (diare
akut) ini dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a. Diare Sekresi (secretory diarrhoea), disebabkan oleh:
1) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen:
a) Infeksi bakteri misalnya Escherichia coli, Shigella dysentriae.
b) Infeksi virus misalnya Rotavirus, Norwalk.
c) Infeksi Parasit misalnya Entamoeba hystolitica, Giardiosis lambia.
36
2) Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia, makanan,
gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi.
Diare Osmotik (Osmotic diarrhoea), disebabkan oleh :
1) Malabsorbsi makanan (karbohidrat, lemah, protein, vitamin dan mineral).
2) KKP (Kekurangan Kalori Protein).
4.
Patofisiologi
Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi
karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan
gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi,gangguan
keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi
pada sel epitel, penetrasi ke lamina propia serta kerusakan mikrovili yang dapat
menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorbsi,dan apabila tidak mendapatkan
penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus, Adenovirus
enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherichia
coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa
mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi
enterotoksin atau sitotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada
Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu penderita
ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan
minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah
gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan
elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan moltilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah
kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa
37
(Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),
hipoglikemia dangangguan sirkulasi darah.
5. Manifestasi Klinis
Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan/atau
demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare yang berlangsung
beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian
karena kekurangan cairan di badan yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau
karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan
cairan seseorang merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering,
tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala
ini disebabkan deplesi air yang isotonik. Karena kehilangan bikarbonas, perbandingan
bikarbonas berkurang, yang mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan
merangsang pusat pernapasan sehingga frekwensi nafas lebih cepat dan lebih dalam
(kussmaul). Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH
dapat naik kembali normal. Pada keadaan asidosis metabolik yang tidak dikompensasi,
bikarbonat standard juga rendah, pCO2 normal dan base excess sangat negatif.
Gangguan kardiovaskular pada hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan
tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien
mulai gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis. Karena
kehilangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan
darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun dan akan timbul anuria. Bila keadaan ini
tidak segera diatasi akan timbul penyulit berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang berarti
pada saat tersebut kita menghadapi gagal ginjal akut. Bila keadaan asidosis metabolik
menjadi lebih berat, akan terjadi kepincangan pembagian darah dengan pemusatan yang
lebih banyak dalam sirkulasi paru-paru. Observasi ini penting karena dapat menyebabkan
edema paru pada pasien yang menerima rehidrasi cairan intravena tanpa alkali.
38
6. Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik: keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis sampai koma,suhu
tubuh tinggi,nadi cepat dan lemah,pernapasan agak cepat.
Inspeksi : mata cekung, membrane mukosa kering,berat badan menurun,anus kemerahan.
Perkusi : adanya distensi abdomen.
Palpasi : Turgor kulit kurang elastis.
Auskultasi : terdengarnya bising usus
2. Pemeriksaan laboratorium.
a. Pemeriksaan tinja.
b. Pemeriksaan
gangguan
keseimbangan
asam
basa
dalam
darah
astrup,bila
biasanya
ditegakkan
berdasarkan
gejala-gejalanya
meskipun
penyebabnya belum bisa ditentukan dari gejalanya. Jika gejalanya berat dan lebih dari 48
jam, maka dilakukan pemeriksaan laboratorium terhadap contoh feses untuk mencari
adanya sel darah putih dan bakteri, virus atau parasit. Pemeriksaan laboratorium dari
muntah, makanan atau darah juga dapat membantu menemukan penyebabnya. Lter:
1) Anamnesis : umur, frekuensi diare, lamanya diare
39
2) Pemeriksaaan fisik
3) Laboratorium : feses, darah, kultur tinja maupun darah, serologi
4) Endoskopi (EGD-Esophagus Gastro Duodenoscopy).
8. Terapi
Panduan pengobatan menurut WHO diare akut dapat dilaksanakan secara sederhana yaitu
dengan terapi cairan dan elektrolit per-oral dan melanjutkan pemberian makanan, sedangkan
terapi non spesifik dengan anti diare tidak direkomendasikan dan terapi antibiotika hanya
diberikan bila ada indikasi. Dalam garis besar pengobatan diare dapat dikategorikan ke dalam
beberapa jenis yaitu :
a. Pengobatan Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
1) jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL (Previous Water
Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin dan pernafasan
NWL (Normal Water Losses).
2) cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung CWL
(Concomitant water losses) (Suharyono dkk., 1994 dalam Wicaksono, 2011)
Ada 2 jenis cairan yaitu:
1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-ORS, tiap 1 liter
mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang
dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30
mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa cairan rehidrasi oral:
a)
Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa, yang dikenal
40
2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan rehidrasi parenteral
tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi:
a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam Wicaksana, 2011).
b. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena
40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik. Pemberian
antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses
berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau
penyelamatan
jiwa
pada
diare
infeksi,
diare
pada
pelancong,
dan
pasien immunocompromised.Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari,
3 5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis
tunggal), Ciprofloksacin 500mg,Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral
atauIV).
c. Obat anti diare
- Kelompok antisekresi selektif
Terobosan terbaru dalam milenium ini adalah mulai tersedianya secara luas racecadotrilyang
bermanfaat sekali sebagai penghambat enzim enkephalinase sehingga enkephalin dapat bekerja
kembali secara normal. Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi dari elektrolit sehingga
keseimbangan cairan dapat dikembalikan secara normal.
-
Kelompok opiat
Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan
atropin sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 4 mg/ 3
4x sehari dan lomotil 5mg 3 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan
propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan
mengurangi frekwensi diare.Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan
dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan
sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.
-
Kelompok absorbent
41
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau smektit diberikan atas dasar
argumentasi bahwa zat ini dapat menyeap bahan infeksius atau toksin-toksin. Melalui efek
tersebut maka sel mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang dapat merangsang
sekresi elektrolit.
42
Zat Hidrofilik Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta,Psyllium, Karaya
(Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan Catechu dapat membentuk kolloid dengan cairan dalam
lumen usus dan akan mengurangi frekwensi dan konsistensi feses tetapi tidak dapat mengurangi
kehilangan cairan dan elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-10 cc/ 2x sehari dilarutkan dalam air
atau diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet.
-
Probiotik
Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria atau Saccharomyces
boulardii, bila mengalami peningkatan jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek yang
positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna. Syarat penggunaan dan
keberhasilan mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah yang adekuat.
9. Komplikasi
a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovolemik
c. Kejang
d. Bakterimia
e. Malnutrisi
f. Hipoglikemia
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis,
suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
b. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit buruk, suara
serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
c. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda
dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku
sampai sianosis.
43
Umur < 60
Tekanan darah
target < 150/90
Tekanan darah
target < 140/90
Semua umur
Dengan
diabetes Tanpa
CKD
Tekanan darah
target < 140/90
Nonblack
Dimulai thiazide, ACEI, ARB,
atau CCB tunggal atau
kombinasi
Semua umur
dan
menunjukkan
CKD dengan
atau tanpa
Tekanan darah
target < 140/90
Black
Dimulai ACEI atau
ARB, tunggal atau
kombinasi dengan
golongan lain
Yes
Yes
No
Dipertahankan lifestyle dan ketaatan
Titrasi obat sampai dosis maksimum, menambahkan obat lain dan atau rujuk ke spesialis
ginjal hipertensi
44
Jenis Obat
Dieuretik
ACEI/ARB
Pilihan Obat
HCTZ 12.5-50mg, chlorthalidone 12.525mg,
indapamide 1.25-2.5mg, triamterene
100mg
Keterangan
Monitor hipokalemi
Losartan dapat
menurunkan asam
urine, Candesartan
dapat mencegah
terjadinya migrain
Bukan merupakan
lini pertama (lebih
untuk post MI/CHF)
Dapat menyebabkan
keletihan dan
penurunan nadi
Meneybabkan
edema, dihidropiridin
aman
dikombinasikan
dengan beta-bloker
Non-dihidropiridin
dapat menurunkan
nadi dan
menyebabkan
proteinuria
Hidralazine dan
monosidil dapat
menyebakan reflek
takikardi dan retensi
cairan, biasanya
diperlukan diuretik +
Beta-Bloker
Vasodilators
45
beta-bloker
terazosin 1-5mg, doxazosin 1-4mg
diberikan sebelum tidur
Indikasi
clonidine 0.1-0.2mg 2x1, methyldopa
250-500mg 2x1,
Obat Pilihan
Alpha-bloker dapat
menyebabkan
orthostatis hipotensi
Centrally-acting Agents
Clonidin tersedia
tambahan formulasi
Indikasi
untuk resisten
Heart Failure
ACEI/ARB + BB + diuretic + spironolactone
guanfacine 1-3mg
hipertensi
Post MI/Clinical CAD
ACEI/ARB AND BB
CAD
ACEI, BB, diuretic, CCB
Diabetes
ACEI/ARB, CCB, diuretic
CKD
ACEI/ARB
Recurrent stroke prevention
ACEI, diuretic
Pregnancy
labetolol (first line), nifedipine, methyldopa
Pilihan obat-obatan untuk hipertensi
ACE inhibitor (ACEI)
Angiotensin receptor blocker (ARB)
Thiazide diuretic
Calcium Channel blocker (CCB)
Strategi
A
B
C
Deskripsi
Mulai 1 obat, titrasi sampai dosis maksimal, dan kemudian tambahkan obat kedua
Mulai 1 obat, kemudian tambahkan obat kedua sebelum mencapai dosis maksimal
pertama
Mulai dengan 2 obat disaat yang bersamaan, sebagai tablet terpisah atau tablet
kombinasi. Mulai terapi kombinasi yang direkomendasikan bila tekanan darah
lebih 20/10 mmHg diatas target
Perubahan lifestyle:
Berhenti merokok
Control gula darah dan lipid
Diet
Makanan sehat
Cukup konsumsi alcohol
Mengurangi intake sodium tidak lebih dari 2,400 mg/hari
Aktifitas fisik
Aktifitas sedang-berat 3 4 hari seminggu rata-rata 40 menit persesi.
46
Beta-1 Selective Beta-blockers aman digunakan pasien dengan COPD, asma, diabetes dan
penyakit vascular perifer:
metoprolol
bisoprolol
betaxolol
acebutolol
Pada kasus ini pasien usia 51 tahun, hipertensi dengan DM tipe 2 sejak 5 tahun lalu. Riwayat
hipertensi pada keluarga yaitu ibu.
Tekanan darah 170/110 mmHg
Terapi captopril 2 x 6,25 mg dan amlodipine 1 x 5 mg
KESIMPULAN
Telah dilaporkan laki-laki, 51 tahun dengan keluhan diare 5 kali sehari, muntah 3 kali
sehari dan nyeri ulu hati. Keluhan polidipsi, poliuri, polifagi, pusing. Riwayat DM tipe 2 dan
hipertensi sejak 5 tahun yang lalu. Riwayat ibu DM tipe 2 dan hipertensi. Pada pemeriksaan
fisik, didapatkan tekanan darah 170/110 mmHg, mukosa bibir kering, pada abdomen bising usu
meningkat dan nyeri tekan epigastrium. Pada pemeriksaan laboratorium leukositosis dan
hiperglikemia. Didagnosis GEA dehidrasi ringan dengan DM tipe 2 dan hipertensi tidak
terkontrol.
47
DAFTAR PUSTAKA
1. Soegondo, Sidartawan. Soewondo, Pradana. Subekti, Imam. 1995. Penatalaksanaan
2.
49