rumah sakit
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke poli RSUS dengan keluhan buang air kecil berwarna merah
sejak 4 hari SMRS. Awalnya 1 hari yang lalu ibu pasien mengatakan saat bangun tidur ibu
pasien melihat mata anaknya tampak bengkak dan berkurang saat beraktifitas, kemudian
ibu pasien mengatakan bahwa teringat dulu kakak pasien juga pernah mengalami kedua
mata bengkak disertai BAK warna merah. Ibu pasien kemudian memeriksa BAK anaknya
dan ternyata berwarna merah juga. BAK dikatakan berwarna merah tua seperti air teh
yang pekat. Kemudian ibu pasien bertanya kepada anaknya sejak kapan BAK berwarna
merah, kemudian anak menjawab sudah sejak 4 hari yang lalu. Pasien menyangkal
adanya nyeri saat berkemih atau perasaan tidak puas, tidak sakit atau anyang-anyangan
saat berkemih. Ibu pasien mengatakan bahwa 1 hari yang lalu anak pasien dikatakan
sedikit demam, tetapi ibu pasien tidak mengukur suhu karena tidak mempunyai
termometer, tidak diberikan obat dan demam turun sendiri.
Sejak dua atau tiga minggu yang lalu (ibu pasien lupa kapan tepatnya), anak
pasien terdapat gatal-gatal pada kedua kaki, gatal dikatakan sepanjang hari karena ibu
pasien serng melihat anaknya menggaruk. Gatal tidak diberikan obat apapun karena ibu
pasien berpikir hanya digigit nyamuk, setelah 3-4 hari gatal seperti meninggal bekas yang
lumayan besar, berwarna kemerahan awalnya dan ada cairan yang sedikit keluar.
Kemudia setelah itu ibu pasien mengatakan hanya diberikan minyak gosok saja. Warna
kemudian berubah menjadi kehitaman dan dirasakan gatal berkurang tetapi masih
dikatakan terkadang gatal hingga sekarang. Ibu pasien menyangkal adanya demam, batuk,
pilek atau sakit tenggorokan dalam satu bulan terakhir.
Nafsu makan pasien menurun sejak 1 minggu yang lalu. Frekuensi berkemih
pasien dikatak 2-3 kali tergantung berapa banyak minum (ibu pasien mengatakan ini
normal karena biasanya juga 2-3 kali), tetapi beberapa hari ini anak pasien kurang
minum.
Riwayat penyakit dahulu
Tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya
Ibu pasien mengatakan anak pasien belum pernah mengalami hal ini
sebelumnya
Riwayat asma disangkal
Riwayat alergi disangkal ibu pasien
Riwayat penyakit keluarga
Ibu pasien mempunyai riwayat tekanan darah tinggi sejak 5 tahun yang lalu,
tetapi tidak rutin mengkonsumsi obat hanya jika saat periksa di puskesmas saja
bulan kemudian.
Riwayat alergi dan asma disangkal
Riwayat kehamilan dan persalinan
Anak kelima, bayi cukup bulan (38-39 minggu), kehamilan tanpa komplikasi,
lahir pervaginam dibantu oleh bidan, dengan berat badan lahir 2900 gram,
panjang lahir dan lingkar kepala ibu pasien tidak ingat , langsung menangis
tidak ada kelainan.
Riwayat nutrisi
Pasien menerima nutris peroral sehari 3 kali makanan keluarga (nasi, tempe,
tahu, sayur, ayam dan telur) dan snack 2 kali (buah, roti, jajan warung). Pasien
suka minuman dingin dan bersoda dibanding minum air putih
Riwayat tumbuh kembang
Pasien sudah bersekolah kelas 2 SD dan dapat mengikuti pelajaran.
Pertumbuhan dikatakan sama seperti anak sebayanya.
Riwayat Imunisasi
Diakatakan pasien tidak pernah mendapatkan imunisasi apapun. Tidak pernah
secara minum ataupun suntik. Setelah lahir pasien langsung dibawa pulang
dan tidak pernah mengikuti imunisasi. Di sekolah pasien juga tidak pernah
disuntik menurut pengakuan ibunya.
Tanggal 28/10/2015
Keadaan umum
Kesadaran
Tanda vital
o Tekanan darah
o Nadi
o Laju nafas
o Suhu
Antropometri
o Berat badan
o Tinggi badan
o Berat badan ideal
o BB/U
o TB/U
o BB/TB
o Kesan
Status Generalis
Sistem
Kulit/skin
Deskripsi
Warna kulit sawo matang
Terdapat beberapa lesi pada kedua tungkai,
berbentuk makula hiperpigmentasi dengan
Kepala
berwana
hitam,
tidak
mudah
dicabut
Mata
Hidung
Inspeksi
Bentuk
normal,
simetris,
Telinga
perdarahan (-)
Aurikulum : ukuran normal, bentuk normal
simetris kanan dan kiri, tidak tampak
hiperemis
Liang
telinga
lapang,
hiperemis
(-/-),
(-/-)
Bibir tidak sianosis dan tidak kering
Tenggorokan
Leher
Paru
Jantung
mengi (-/-)
Iktus kordis tidak teraba
Bunyi jantung S1/S2 regular, murmur (-),
Abdomen
gallop (-)
Inspeksi : Datar, supel
Palpasi : nyeri tekan (-), hepatomegali (-),
splenomegali (-)
Perkusi : Timpani, CVA (-)
Genitalia
Ektremitas
Kelenjar getah bening
retroarikular,
oksipital,
submental,
servikal,
Pasien anak laki-laki berusia 8 tahun 6 bulan datang dengan keluhan hematuria sejak
4 hari SMRS. Hematuria berwarna merah pekat seperti teh. Polakisuri (-) dan disuria (-). Satu
hari SMRS terdapat edema kedua palpebra saat bangun tidur, berkurang saat beraktifitas dan
terdapat demam. Pasien juga mengalami pruritus pada kedua kaki sejak 2-3 minggu yang
lalu, berwarna merah kemudian mejadi kehitaman.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan pada kulit terlihat makula hiperpigmentasi dengan
hipopigmatasi pada tengahnya dan edema kedua palpebra (minimal). Ketok CVA (-) dan
pemeriksaan lainnya dalam batas normal.
1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Result
11.19 g/dL
36.08%
4.57 x 106/L
12.43 x 103/L
Reference range
10.80-15.60 g/dL
33.00%-45.00%
3.80-5.80 x 106/L
4.50-13.50 x 103/L
1%
5%
3%
53%
32%
6%
0-1%
1-3%
2-6%
50-70%
25-40%
2-8%
362.30 x 103/L
50 mm/hours
78.89 fL
24.46 pg
31.01 g/dL
143 mmol/L
4.1 mmol/L
112 mmol/L
150.00-440.00 x 103/L
0-15 mm/hours
69.00-73.00 fL
22.00-34.00 pg
32.00-36.00 g/dL
137-145 mmol/L
3.6-5.0 mmol/L
98-107 mmol/L
Result
Reference range
Reddish
Slightly cloudy
1.010
6.00
125 cells/L (+2)
Negative
100 mg/dL (+2)
Negative
Clear
1.000-1.030
4.50-8.00
Negative
Negative
Negative
Negative
Glucose
Keton
Urobilinogen
Bilirubin
Occult blood
Macroscopic
Erythrocyte
Leucocyte
Epithel
Casts
Crystal
Other
Negative
0.20 mg/dL
Negative
200 cells/L
Negative
0.10-1.00 mg.dL
Negative
Negative
Many
Many
(+1)
Negative
Negative
Bacteria (+1)
0-3 cells/L
0-10 cells/L
(+1)
Result
200 IU/mL (+)
Reference range
Negative
A:
P:
GNAPS H+2 1. IVFD D5 NS
Hipertensi
1000ml/hari
Gr
II 2.Amoxicilin
3x500mg
(IV)
(perbaikan)
H+2
3.Furosemide 2x20mg
(IV) H+2
4.Pantau
TD/4jam
(terlampir
dibelakang)
5.Edukasi ibu pasien
untuk mengurangi
St. Generalis:
Mata: CA -/-, SI -/-, RCL +/
+, RCTL +/+, edema
palpebra -/-
minum. (500cc)
A:
P:
GNAPS H+3 1. IVFD D5 NS
Hipertensi
1000ml/hari
2.Amoxicilin
Gr
II
3x500mg
(IV)
(perbaikan)
H+3
3.Furosemide 2x20mg
(IV) H+3
4.Pantau
TD/4jam
(terlampir
dibelakang)
5.Edukasi ibu pasien
untuk mengurangi
minum. (500cc)
A:
P:
GNAPS H+4 1. IVFD D5 NS
Hipertensi
1000ml/hari
2.Amoxicilin
Gr
II
3x500mg
(IV)
(perbaikan)
H+4
3.Furosemide 2x20mg
(IV) H+4
4.Captopril 2x6,25mg
5.Edukasi ibu pasien
untuk mengurangi
THT: dbn
Thorax: Ves +/+, ro -/-, wh
-/-, bj S1/S2 reg, m (-), G
(-)
Abdomen: Supel, BU (+),
organomegali (-), CVA(-)
Ext: Akral hangat, CRT <3
detik, edema (-/-)
Kulit: Regio tungkai bawah
dx/sin tampak makula
hiperpigmentasi dengan
hipopigmentasi central.
Input: 1900cc
Output: 1800cc
Balance: +100cc
Diuresis: 3,26cc/kgBB/jam
Tanggal 2/11/2015 pkl. 06:35
S: warna BAK sudah jernih, O: KU/KS : SS/CM
hanya dikatakan tidak bening TD:
100/60,
HR:
atau kuning masih sedikit 82x/menit, RR: 18x/menit,
merah muda. Mual (-), T: 36,7oC
pusing (-)
St. Generalis:
Mata: CA -/-, SI -/-, RCL +/
+, RCTL +/+, edema
palpebra -/THT: dbn
Thorax: Ves +/+, ro -/-, wh
-/-, bj S1/S2 reg, m (-), G
(-)
Abdomen: Supel, BU (+),
organomegali (-), CVA(-)
Ext: Akral hangat, CRT <3
detik, edema (-/-)
Kulit: Regio tungkai bawah
dx/sin tampak makula
hiperpigmentasi dengan
hipopigmentasi central.
Input: Output: Balance: Diuresis: - cc/kgBB/jam
minum. (500cc)
6.Besuk rencana pulng
jika TD <120/70
dan keluhan tidak
ada.
A:
P:
GNAPS H+5 1.Amoxicilin
Hipertensi
3x500mg(IV) H+4
2.Furosemide
2x20mg
Gr
II
(IV) H+4
(perbaikan)
3.Captopril 2x6,25mg
4.Rawat jalan. Kontrol
satu minggu.
Tanggal 29/10/2015
04.00
08.00
12.00
16.00
20.00
24.00
Tanggal 30/10/2015
04.00
08.00
12.00
16.00
20.00
24.00
130/90
120/80
130/70
120/80
120/70
120/90
120/90
120/90
110/70
120/80
110/80
pada 45,8% kasus sedangkan melalui kulit sebesar 31,6%.1 Gejala klinik GNAPS sangat
bervariasi dari bentuk asimtomatik sampai gejala yang khas. Bentuk asimtomatik lebih
banyak daripada bentuk simtomatik baik sporadik maupun epidemik. Bentuk asimtomatik
diketahui bila terdapat kelainan sedimen urin terutama hematuria mikroskopik yang disertai
riwayat kontak dengan penderita GNAPS simtomatik.
GNAPS simtomatik :
1. Periode laten : Pada GNAPS yang khas harus ada periode laten yaitu periode antara
infeksi streptokokus dan timbulnya gejala klinik. Periode ini berkisar 1-3 minggu;
periode 1-2 minggu umumnya terjadi pada GNAPS yang didahului oleh ISPA,
sedangkan periode 3 minggu didahului oleh infeksi kulit/piodermi. Periode ini jarang
terjadi di bawah 1 minggu. Bila periode laten ini berlangsung kurang dari 1 minggu,
maka harus dipikirkan kemungkinan penyakit lain, seperti eksaserbasi dari
glomerulonefritis kronik, lupus eritematosus sistemik, purpura Henoch-Schenlein
atau Benign recurrent haematuria.2,4,6 Pada pasien ini terdapat riwayat gatal-gatal pada
kedua kaki sejak 2-3 minggu yang lalu dan tidak mendapat pengobatan. Kemungkinan
besar pasien ini mengalami infeksi kulit/piodermi.
2. Edema : Merupakan gejala yang paling sering, umumnya pertama kali timbul, dan
menghilang pada akhir minggu pertama. Edema paling sering terjadi di daerah
palpebra (edema palpebra), disusul daerah tungkai. Jika terjadi retensi cairan hebat,
maka edema timbul di daerah perut (asites), dan genitalia eksterna (edema
skrotum/vulva) menyerupai sindrom nefrotik. Distribusi edema bergantung pada 2
faktor, yaitu gaya gravitasi dan tahanan jaringan lokal. Oleh sebab itu, edema pada
palpebra sangat menonjol waktu bangun pagi, karena adanya jaringan longgar pada
daerah tersebut dan menghilang atau berkurang pada siang dan sore hari atau setelah
melakukan kegitan fisik. Hal ini terjadi karena gaya gravitasi. Kadang-kadang terjadi
edema laten, yaitu edema yang tidak tampak dari luar dan baru diketahui setelah
terjadi diuresis dan penurunan berat badan. Edema bersifat pitting sebagai akibat
cairan jaringan yang tertekan masuk ke jaringan interstisial yang dalam waktu singkat
akan kembali ke kedudukan semula. Sesuai dengan teori yang disebutkan, pada pasien
terdapat edema palpebra yang sangat menonjol bila bangun pagi dan berkurang
seiring dengan aktifitas dari pasien ini.1,2
terjadi walaupun tidak ada hipertensi atau gejala miokarditis. Ini berarti bahwa
bendungan terjadi bukan karena hipertensi atau miokarditis, tetapi diduga akibat
retensi Na dan air sehingga terjadi hipervolemia.1
Pada pasien anak MR terdapat beberapa gejala yang terlihat, edema palpebra,
hematuria dan hipertensi. Pada riwayat 2-3 minggu dahulu terdapat tanda-tanda infeksi kulit
ini bisa menjadi fase laten dari infeksi GNAPS. Edema palpebra pada pasien ini sesuai
dengan faktor gravitasi dan aktifitas, jika pasien bangun tidur pagi edema sangat terlihat dan
jika aktifitas pasien banyak edema berkurang bahkan bisa hilang. Hematuria terjadi pada
pasien ini, gejala ini yang seringkali mendapat perhatian lebih dari orang tua anak. Melihat
BAK berwarna merah seperti teh/coca-cola.
Hipertensi pada pasien ini ditegakkan berdasarkan tekanan darah menurut persentil
tinggi dan usia pasien. Usia anak MR 8 tahun dan tinggi pada pasien ini 123 cm, berarti
termasuk dalam persentil 25.
Tabel 3. Tekanan darah anak MR menurut persentil tinggi dan usia
Persentil tekanan darah
Sistolik
Diastolik
Persentil 50
97mmHg
58mmHg
Persentil 90
110mmHg
72mmHg
Persentil 95
114mmHg
77mmHg
Persentil 99
122mmHg
85mmHg
Tabel 4. Klasifikasi Hipertensi pada anak
Klasifikasi
Normal
Pre Hipertensi
Hipertensi stadium I
Hipertensi staium II
Krisis Hipertensi
Pada anak MR saat pertama kali datang di poli mempunyai tekanan darah 140/100mmHg, ini
dapat digolongkan sebagai hipertensi stadium II.
Laboratorium1,2,5,6
Urin :
- Proteinuria :
Secara kualitatif proteinuria berkisar antara negatif sampai dengan ++, jarang terjadi
sampai dengan +++. Bila terdapat proteinuria +++ harus dipertimbangkan adanya gejala
sindrom nefrotik atau hematuria makroskopik. Secara kuantitatif proteinuria biasanya
kurang dari 2 gram/m2 LPB/24 jam, tetapi pada keadaan tertentu dapat melebihi 2
gram/m2 LPB/24 jam. Hilangnya proteinuria tidak selalu bersamaan dengan hilangnya
gejala-gejala klinik, sebab lamanya proteinuria bervariasi antara beberapa minggu sampai
beberapa bulan sesudah gejala klinik menghilang. Sebagai batas 6 bulan, bila lebih dari 6
bulan masih terdapat proteinuria disebut proteinuria menetap yang menunjukkan
kemungkinan suatu glomerulonefritis kronik yang memerlukan biopsi ginjal untuk
membuktikannya.
- Hematuria mikroskopik :
Hematuria mikroskopik merupakan kelainan yang hampir selalu ada, karena itu adanya
eritrosit dalam urin ini merupakan tanda yang paling penting untuk melacak lebih lanjut
kemungkinan suatu glomerulonefritis. Begitu pula dengan torak eritrosit yang dengan
pemeriksaan teliti terdapat pada 60-85% kasus GNAPS. Adanya torak eritrosit ini
merupakan bantuan yang sangat penting pada kasus GNAPS yang tidak jelas, sebab torak
ini menunjukkan adanya suatu peradangan glomerulus (glomerulitis). Meskipun
demikian bentuk torak eritrosit ini dapat pula dijumpai pada penyakit ginjal lain, seperti
nekrosis tubular akut.
Darah
- Reaksi serologis
Infeksi streptokokus pada GNA menyebabkan reaksi serologis terhadap produk-produk
ekstraselular streptokokus, sehingga timbul antibodi yang titernya dapat diukur, seperti
antistreptolisin O (ASO), antihialuronidase (AH ase) dan antideoksiribonuklease (AD
Nase-B). Titer ASO merupakan reaksi serologis yang paling sering diperiksa, karena
mudah dititrasi. Titer ini meningkat 70-80% pada GNAPS. Sedangkan kombinasi titer
ASO, AD Nase-B dan AH ase yang meninggi, hampir 100% menunjukkan adanya infeksi
streptokokus sebelumnya. Kenaikan titer ini dimulai pada hari ke-10 hingga 14 sesudah
infeksi streptokokus dan mencapai puncaknya pada minggu ke- 3 hingga 5 dan mulai
menurun pada bulan ke-2 hingga 6. Titer ASO jelas meningkat pada GNAPS setelah
infeksi saluran pernapasan oleh streptokokus. Titer ASO bisa normal atau tidak
Result
Reference range
Reddish
Slightly cloudy
1.010
6.00
125 cells/L (+2)
Negative
100 mg/dL (+2)
Clear
1.000-1.030
4.50-8.00
Negative
Negative
Negative
Glucose
Keton
Urobilinogen
Bilirubin
Occult blood
Macroscopic
Erythrocyte
Leucocyte
Epithel
Casts
Crystal
Other
Negative
Negative
0.20 mg/dL
Negative
200 cells/L
Negative
Negative
0.10-1.00 mg.dL
Negative
Negative
Many
Many
(+1)
Negative
Negative
Bacteria (+1)
0-3 cells/L
0-10 cells/L
(+1)
Result
200 IU/mL (+)
Reference range
Negative
Dari teori yang dikemukakan diatas bahwa diagnosis pasti GNAPS adalah menggunakan
biakan positif untuk streptokokus hemolitikus grup A. Pada pasien anak MR belum
dilakukan pemmeriksaan ini karena mengingat waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan
hasil untuk itu kita dapat diagnosis GNAPS melalui pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
penunjang yang ada. Jadi untuk anak MR kita dapat diagnosis sebagai GNAPS berdasarkan
pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering dijumpai adalah :
1. Ensefalopati hipertensi (EH).
EH adalah hipertensi berat (hipertensi emergensi) yang pada anak > 6 tahun dapat
melewati tekanan darah 180/120 mmHg. EH dapat diatasi dengan memberikan nifedipin
(0,25 0,5 mg/kgbb/dosis) secara oral atau sublingual pada anak dengan kesadaran
menurun. Bila tekanan darah belum turun dapat diulangi tiap 15 menit hingga 3 kali.
Penurunan tekanan darah harus dilakukan secara bertahap. Bila tekanan darah telah turun
sampai 25%, seterusnya ditambahkan kaptopril (0,3 2 mg/kgbb/hari) dan dipantau
hingga normal.
2. Gangguan ginjal akut (Acute kidney injury/AKI)
Pengobatan konservatif :
a. Dilakukan pengaturan diet untuk mencegah katabolisme dengan memberikan kalori
secukupnya, yaitu 120 kkal/kgbb/hari
b. Mengatur elektrolit :
- Bila terjadi hiponatremia diberi NaCl hipertonik 3%.
- Bila terjadi hipokalemia diberikan :
Calcium Gluconas 10% 0,5 ml/kgbb/hari
NaHCO3 7,5% 3 ml/kgbb/hari
K+ exchange resin 1 g/kgbb/hari
Insulin 0,1 unit/kg & 0,5 1 g glukosa 0,5 g/kgbb
3. Edema paru
Anak biasanya terlihat sesak dan terdengar ronki nyaring, sehingga sering disangka
sebagai bronkopneumoni.
4. Posterior leukoencephalopathy syndrome
Merupakan komplikasi yang jarang dan sering dikacaukan dengan ensefalopati hipertensi,
karena menunjukkan gejala-gejala yang sama seperti sakit kepala, kejang, halusinasi visual,
tetapi tekanan darah masih normal.4
PENGOBATAN
1. Istirahat
Istirahat di tempat tidur terutama bila dijumpai komplikasi yang biasanya timbul dalam
minggu pertama perjalanan penyakit GNAPS. Sesudah fase akut, tidak dianjurkan lagi
istirahat di tempat tidur, tetapi tidak diizinkan kegiatan seperti sebelum sakit. Lamanya
perawatan tergantung pada keadaan penyakit. Dahulu dianjurkan prolonged bed rest
sampai berbulan-bulan dengan alasan proteinuria dan hematuria mikroskopik belum
hilang. Kini lebih progresif, penderita dipulangkan sesudah 10-14 hari perawatan dengan
syarat tidak ada komplikasi. Bila masih dijumpai kelainan laboratorium urin, maka
dilakukan pengamatan lanjut pada waktu berobat jalan. Istirahat yang terlalu lama di
tempat tidur menyebabkan anak tidak dapat bermain dan jauh dari teman-temannya,
sehingga dapat memberikan beban psikologik. Untuk itu pada pasien ini disarankan
untuk dirawat beberapa hari di rumah sakit.
2. Diet
Jumlah garam yang diberikan perlu diperhatikan. Bila edema berat, diberikan makanan
tanpa garam, sedangkan bila edema ringan, pemberian garam dibatasi sebanyak 0,5-1
g/hari. Protein dibatasi bila kadar ureum meninggi, yaitu sebanyak 0,5-1 g/kgbb/hari.
Asupan cairan harus diperhitungkan dengan baik, terutama pada penderita oliguria atau
anuria, yaitu jumlah cairan yang masuk harus seimbang dengan pengeluaran, berarti
asupan cairan = jumlah urin + insensible water loss (20-25 ml/kgbb/hari) + jumlah
keperluan cairan pada setiap kenaikan suhu dari normal (10 ml/kgbb/hari).
3. Antibiotik
Pemberian antibiotik pada GNAPS sampai sekarang masih sering dipertentangkan. Pihak
satu hanya memberi antibiotik bila biakan hapusan tenggorok atau kulit positif untuk
streptokokus, sedangkan pihak lain memberikannya secara rutin dengan alasan biakan
negatif belum dapat menyingkirkan infeksi streptokokus. Biakan negatif dapat terjadi
oleh karena telah mendapat antibiotik sebelum masuk rumah sakit atau akibat periode
laten yang terlalu lama (> 3 minggu). Terapi medikamentosa golongan penisilin diberikan
untuk eradikasi kuman, yaitu Amoksisilin 50 mg/kgbb dibagi dalam 3 dosis selama 10
hari. Jika terdapat alergi terhadap golongan penisilin, dapat diberi eritromisin dosis 30
mg/kgbb/hari. Pada pasien ini telah diberikan antibiotik ampisilin selama 10 hari.
4. Simptomatik
a. Bendungan sirkulasi
Hal paling penting dalam menangani sirkulasi adalah pembatasan cairan, dengan kata
lain asupan harus sesuai dengan keluaran. Bila terjadi edema berat atau tanda-tanda
edema paru akut, harus diberi diuretik, misalnya furosemid. Bila tidak berhasil, maka
dilakukan dialisis peritoneal.
b. Hipertensi
Tidak semua hipertensi harus mendapat pengobatan. Pada hipertensi ringan dengan
istirahat cukup dan pembatasan cairan yang baik, tekanan darah bisa kembali normal
dalam waktu 1 minggu. Pada hipertensi sedang atau berat tanpa tanda-tanda serebral
dapat diberi kaptopril (0,3-2 mg/kgbb/hari) atau furosemid atau kombinasi keduanya.
Selain obat-obat tersebut diatas, pada keadaan asupan oral cukup baik dapat juga
diberi nifedipin secara sublingual dengan dosis 0,25-0,5 mg/kgbb/hari yang dapat
diulangi setiap 30-60 menit bila diperlukan. Pada hipertensi berat atau hipertensi
dengan gejala serebral (ensefalopati hipertensi) dapat diberi klonidin (0,002-0,006
mg/kgbb) yang dapat diulangi hingga 3 kali atau diazoxide 5 mg/kgbb/hari secara
intravena (I.V). Kedua obat tersebut dapat digabung dengan furosemid (1 3
mg/kgbb). Komplikasi ini telah terjadi pada an MR, dan pada awlanya telah diberikan
furosemide tetapi tekanan darah pasien tidak turun atau pada batas normal. Kemudian
diberikan kombinasi kaptopril dan furosemide untuk menurunkan tekanan darah
pasien. Dalam pemberian dua hari tekanan darah anak MR dapat terkontrol hingga
rawat jalan.
c. Gangguan ginjal akut
Hal penting yang harus diperhatikan adalah pembatasan cairan, pemberian kalori yang
cukup dalam bentuk karbohidrat. Bila terjadi asidosis harus diberi natrium bikarbonat
dan bila terdapat hiperkalemia diberi Ca glukonas atau Kayexalate untuk mengikat
kalium.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2. Carapetis JR, Steer AC, Mullolans EK. The Global burden of group A streptococcal
diseases. The Lancet Infectious Diseases. 2005;5: hlm. 68594.
3. Manhan RS, Patwari A, Raina C, Singh A. Acute nephritis in Kashmiri children a clinical
and epidemiological profile. Indian Pediatr. 2009;16: 101521.
4. Iturbe BR, Mezzano S. Acute post infectious glomerulonephritis. Dalam : Avner ED,
Hormon WE, Niaudet P, Yoshikawa N, penyunting. Pediatric Nephrology, Sixth
Completely Review, Updated and Enlarged Edition. Berlin Heidelberg: Springer-Verlag;
2008; hlm. 74355.
5. Bhimma R, Langman CB : Acute Poststreptococcal Glomerulonephritis (diunduh 20
January 2011). Tersedia dari: http : //medicine.medscape.com/article/980685.overview.
6. Rivera F, Anaya S, PerezAlvarez J, de la Niela, Vozmediano MC, Blanco J. Henoch
Schonlein
nephritis
associated
with
streptococcal
infection
and
persistent