Anda di halaman 1dari 7

B.

Data yang diperlukan untuk mencari endapan


batubara
1 Survey Tinjau
Survey tinjau merupakan tahap eksplorasi batubara yang paling awal dengan tujuan
untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang mengandung endapan batubara yang prospek
untuk diselidiki lebih lanjut. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi studi geologi
regional, interpretasi potret udara, geofisika, dan peninjauan lapangan pendahuluan. Sebelum
dilakukan kegiatan survey tinjau, perlu dilakukan:
Studi Literatur, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadap data dan
peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-catatan lama, laporan-laporan
temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi ditentukan
langkah berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi metalografi dari peta
geologi regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan
endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah
terjadi, dan tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan.
Survey dan Pemetaan, jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia,
maka survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat
dimulai (peta skala 1 : 200.000 sampai 1 : 50.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu
dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi,
maka hal ini sangat menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk mencari
tanda-tanda endapan yang dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil conto
dari singkapan-singkapan yang penting
2. Prospeksi
Pada tahap ini, dilakukan pemilihan lokasi daerah yang mengandung endapan
batubara yang potensial untuk dikembangkan dengan tujuan untuk mengidentifikasi sebaran
dan potensi endapan batubara yang akan menjadi target eksplorasi selanjutnya. Pemboran uji
pada tahap ini bertujuan untuk mempelajari stratigrafi regional atau litologi, khususnya di
daerah yang mempunyai indikasi adanya endapan batubara. Jarak antar titik bor berkisar dari
1000 sampai 3000 meter. Pada tahap ini peta yang dipakai mulai dari 1:50.000 sampai
1:25.000

3.

Eksplorasi Pendahuluan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh gambaran awal tentang endapan

batubara yang meliputi jarak titik pengamatan, ketebalan, kemiringan lapisan, bentuk,
korelasi lapisan, sebaran, struktur geologi dan sedimen, kuantitas dan kualitasnya. Jarak antar
titik bor berkisar 500 1000 meter, skala peta yang digunakan mulai dari 1: 25.000 sampai
1:10.000. Sesuai dengan Keputusan Direktur Jendral Pertambangan Umum No.
661.K/201/DDJP/1996

tentang

Pemberian

Kuasa

Pertambangan,

Laporan

Kuasa

Pertambangan Penyelidikan Umum perlu dilampiri dengan beberapa peta:

Peta lokasi/situasi

Peta geologi lintasan dan singkapan (skala 1:25.000)

Peta kegiatan penyelidikan umum, termasuk lokasi sumur uji, parit uji, pengambilan contoh
batubara (skala 1:10.000)

Peta anomali geofisika, bila dilakukan (skala 1:10.000)

Peta penyebaran endapan batubara dan daerah prospek (skala 1:10.000)

Peta wilayah rencana peningkatan Kuasa Pertambangan

Penampang sumur uji

Penampang parit uji

Penampang lubang bor


Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan, gambaran
mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei
yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut
mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi selanjutnya.

4.

Eksplorasi Rinci
Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada
mempunyai prospek yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail (White,
1997). Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang lebih dekat (jarak
antar titik bor 200 meter), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk
mendapatkan data yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume
cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Dari sampling yang
rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan
yang kecil (<20%). Sebelum dilakukan kegiatan ini, dilakukan terlebih dahulu studi

kelayakan dan amdal, geoteknik, serta geohidrologi. Skala peta yang digunakan adalah
1:2.000 sampai 1:500. Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai kedalaman,
ketebalan, kemiringan, dan penyebaran cadangan secara 3-Dimensi (panjang-lebar-tebal)
serta data mengenai kekuatan batuan sampling, kondisi air tanah, dan penyebaran struktur
(kalau ada) akan sangat memudahkan perencanaan kemajuan tambang, lebar/ukuran bahwa
bukaan atau kemiringan lereng tambang. Juga penting untuk merencanakan produksi
bulanan/tahunan dan pemilihan peralatan tambang maupun prioritas bantu lainnya. Sesuai
dengan Keputusan Direktur Jendral Pertambangan Umum No. 661.K/201/DDJP/1996 tentang
Pemberian Kuasa Pertambangan, Laporan Kuasa Pertambangan Eksplorasi perlu dilampiri
dengan ebberapa peta:

Peta lokasi/situasi

Peta topografi (skala 1:500 sampai 1:2.000)

Peta kegiatan eksplorasi, meliputi lokasi singkapan batubara, sumur uji, parit uji, pemboran,
dan pengambilan contoh batubara (skala 1:2.000 sampai 1:10.000)

Peta geologi daerah (skala 1:500 sampai 1:2.000)

Peta penyebaran endapan batubara (skala 1:500 sampai 1:2.000)

Peta perhitungan 2 dimensi batubara (skala 1:500 sampai 1:2.000)

Peta penyebaran kualitas, antara lain nilai kalori, kandungan abu, dan kandungan sulphur
(skala 1:500 sampai 1:2.000)

Peta isopach tanah penutup (skala 1:500 sampai 1:2.000)

Peta isopach ketebalan lapisan batubara (skala 1:500 sampai 1:2.000)

Peta kontur struktur (skala 1:500 sampai 1:2.000)

Penampang geologi

Penampang bor

Penampang/sketsa singkapan batubara

Penampang perhitungan cadangan batubara

Fotokopi hasil analisis contoh batubara dari laboratorium

Peta wilayah rencana peningkatan dan atau penciutan Kuasa Pertambangan

Dari uraian tentang tahapan kegiatan eksplorasi diatas, dapat disimpulkan bahwa
kegiatan penyelidikan lapangan bertujuan untuk mendapatkan data tentang sifat fisik-

mekanik batuan, struktur geologi dan kondisi air tanah sampai dengan kedalaman rencana
penambangan. Secara spesifik harus dibuat laporan struktur geologi meliputi litologi,
geometri dan kemiringan dari formasi lapisan batubara, geometri dan komposisi struktur
major seperti patahan, serta domain dan orientasi dari bidang-bidang diskontinuitas.
Demikian juga dengan data geoteknik terutama sifat fisik dan mekanik dari over burden,
interburden, lapisan batubara dan batuan alas. Gambaran tentang data level air tanah,
permeabelitas dan aliran air tanah artesis yang diperoleh pada waktu kegiatan pengeboran dan
pemasangan piezometer perlu juga dibuat dalam laporan tertulis.
1.1. Kegitan Eksplorasi Awal
Pada tahapan eksplorasi awal, ada beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu:
a. Pemetaan Geologi dan Topografi
Untuk kegiatan eksplorasi awal, digunakan peta yang memiliki skala 1: 25000 untuk
peta geologi lintasan dan singkapan serta peta dengan skala 1:10000 untuk kegiatan
penyelidikan umum.
b.Parit Uji (Trenching)
Parit Uji (Trenching) adalah salah satu metoda lain untuk memperoleh ketebalan
secara absolut. Teknis pembuatan trenching ini tidak jauh berbeda dengan pembuatan test pit
yaitu dengan cara membuat puritan sepanjang/searah dengan down dip singkapan batubara
(secara horizontal), berdimensi lebar 50 cm dengan kedalaman parit tergantung dari posisi
kontak antara lapisan penutup (soil) dengan batubara,sedangkan panjang paritan disesuaikan
dengan kebutuhan di lapangan.

c. Membuat penampang sumur uji


Test pit (sumur uji) merupakan salah satu cara dalam pencarian endapan atau
pemastian kemenerusan lapisan dalam arah vertikal. Pembuatan sumur uji ini dilakukan jika
dibutuhkan kedalaman yang lebih (> 2,5 m). Pada umumnya suatu deretan (series) sumur uji
dibuat searah jurus, sehingga pola endapan dapat dikorelasikan dalam arah vertikal dan
horisontal.
Sumur uji ini umum dilakukan pada eksplorasi endapan-endapan yang berhubungan
dengan pelapukan dan endapan-endapan berlapis.

Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan kemenerusan
lapisan dalam arah kemiringan, variasi litologi atap dan lantai, ketebalan lapisan, dan
karakteristik variasi endapan secara vertikal, serta dapat digunakan sebagai lokasi sampling.
Biasanya sumur uji dibuat dengan kedalaman sampai menembus keseluruhan lapisan endapan
yang dicari, misalnya batubara dan mineralisasi berupa urat (vein).

Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan (lateritik atau residual), pembuatan sumur
uji ditujukan untuk mendapatkan batas-batas zona lapisan (zona tanah, zona residual, zona
lateritik), ketebalan masing- masing zona, variasi vertikal masing-masing zona, serta pada
deretan sumur uji dapat dilakukan pemodelan bentuk endapan.
Apabila sumur uji telah dibuat, maka kita harus mencatat data litologi dari satu sumur
uji dengan yang lain, kemudian dikorelasikan dengan menggunakan software.
d.Pemboran
Kegiatan pemboran dimaksudkan untuk melacak secara spesifik mengenai
penyebaran batubara baik ke arah down strike maupun down dip dari masing-masing
singkapan yang telah ditemukan. Hasil data pemboran diharapkan dapat mengetahui
mengenai bentukan batubara bawah permukaan (coal modelling sub-surface) sehingga dapat
diketahui sumberdaya (resources) batubara yang ada.

Proses pemboran dilakukan dengan 2 unit mesin bor jenis portable yang sangat
populer yakni TonedanBell. Dua cara pemboran yang dilakukan selama pelaksanaan
program ini adalah pemboran putar (RotaryDrilling) lubang terbuka (Open Hole Drilling) dan
pemboran inti pemboran dengan bor besar dilokasi penyelidikan akan dilakukan pemboran
dengan sistim Touch Coring (TC) dengan total kedalam 800 meter dengan rincian 612,16
meter dilakukan dengan pemboran Open Hole dan 187,84 meter dengan pemboran Coring.
e. Membuat penampang lubang bor dengan metode logging
Metode logging pada dasarnya adalah suatu operasi yang bertujuan untuk
mendapatkan sifat-sifat fisik batuan reservoir sebagai fungsi kedalaman lubang bor yang
dinyatakan dalam bentuk grafik. Operasi ini menggunakan suatu instrument khusus (sonde)
yang diturunkan kedalam lubang bor menggunakan kabel (wire line) pada saat lubang bor
terisi fluida pemboran.
Tujuan logging adalah menentukan besaran-besaran fisik dari batuan reservoir yang
didasarkan pada sifat fisik batuan reservoir itu sendiri. Di dalam pemilihan kombinasi
logging, log dibagi menjadi Lithologi tool, resistivity tool, dan porosity tool.
1.2. Kegiatan Eksplorasi Rinci
Untuk kegiatan eksplorasi rinci, beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu:
a) Untuk kegiatan pada eksplorasi rinci, digunakan peta dengan skala 1:500 hingga 1:2000.
b) Pemboran, merupakan kegiatan lanjutan. Membuat lubang bor untuk mendapatkan data yang
lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran
kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan

cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil (<20%). Sebelum
dilakukan kegiatan ini, dilakukan terlebih dahulu studi kelayakan dan amdal, geoteknik, serta
geohidrologi.
c) Percontoan, merupakan kegiatan lanjutan dari ekplorasi terdahulu. Yakni pembuatan sumur
uji/trenching guna mendapatkan data-data yang lebih teliti.
d) Penampangan (logging), merupakan kegiatan perekaman data-data hasil dari pemboran. Data
tersebut merupakan data sifat-sifat batuan di bawah permukaan.
1.3. Metode Eksplorasi
a. Konvensional
Pemetaan (geologi) permukaan dan bawah permukaan: pengamatan secara langsung
terhadap objek penyelidikan.Untuk pemetaan pada eksplorasi pendahuluan skala 1:10.000
dan untuk pemetaan eksplorasi rinci 1:2.000. Metode ini juga biasa disebut dengan metode
geologi (tak langsung).
Metode ini dapat dilakukan dengan survei indrajauh, baik dari ruang angkasa seperti
analisa citra satelit dengan berbagai band dan dari udara yaknik analisa foto udara, citra radar
dan sebagainya. Selain itu, dilakukan dengan melakukan survei geologi permukaan seperti
survei geologi tinjau dan survei geologi singkapan.
b. Geofisika
Di interpretasikan berkaitan dengan pola geologi dan pada umumnya digunakan pada
tahap eksplorasi pendahuluan. Bekerja berdasarkan kondisi atau sifat fisik bawah permukaan.
Metode yang sering digunakan untuk eksplorasi bahan galian : elektromagnetik, geolistrik,
magnetik-gravitasi dan seismik. Berdasarkan kontras dan sifat fisik dari batuan
c. Geokimia
Metode yang menggunakan pola dispersi mekanis diterapkan pada mineral yang
relatif stabil pada kondisi permukaan bumi, cocok digunakan didaerah yang kondisi iklimnya
membatasi pelapukan kimiawi. Metode yang didasarkan pada pengenalan pola dispersi
kimiawi. Dapat diperoleh baik pada endapan batubara yang tererosi ataupun yang tidak
tererosi, baik yang lapuk ataupun yang tidak lapuk

Anda mungkin juga menyukai