Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN HASIL SGD 5

LBM 4 BLOK 17
Management pencabutan gigi

Nama Kelompok :
1. Novian eko p.
2. Nidaus sulha
3. Muhammad Muslim A.
4. Putrid airlinda
5. Inas mayda
6. bety
7. nur habibah

8. ika dewi
9. nadia putri
10. hera nisa kurnia
11. putri
12. trisna

Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Tahun Ajaran 2014/2015
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan Laporan Hasil SGD 5 LBM 4 BLOK 17
mengenai pencabutan. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas SGD yang telah
dilaksanakan.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu kami dalam mengerjakan laporan ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman mahasiswa yang juga sudah bersusah payah membantu baik langsung maupun
tidak langsung dalam pembuatan laporan ini.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik
dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima
masukan,saran dan usul guna penyempurnaan laporan ini ini.
Untuk itu semoga laporan yang kami buat ini dapat menjadi acuan agar kita menjadi
lebih mendalami mengenai pembelajaran ini. Amin.
Jazakumullhahi khoiro jaza
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Semarang, 7 November 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
PENJABARAN PEMBELAJARAN........................................................................................4
BAB I........................................................................................................................................5
PENDAHULUAN....................................................................................................................5
1.1

Latar Belakang...........................................................................................................5

1.2

Tujuan.........................................................................................................................5

1.3

Rumusan Masalah......................................................................................................5

BAB II.......................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.......................................................................................................................7
BAB III...................................................................................................................................26
CONSEP MAPPING..............................................................................................................26
BAB IV...................................................................................................................................27
PENUTUP...............................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................28

Step 1
Pencabutan gigi:suatu proses pengeluaran gigi dari yulang alveolar ,prosedur bedah yang dapat
dilakukan dengan tang ,elevator,pendekatan trans alveolar,oprasi bedah yang dilakukan dengan
memahami bentuk anatomi dari perlekatanya di rahang
Hipertensi:tingginya tekanan darah sistol lebih dari 140mmhg diastolnya lebih dari
90mmhg,klasifikasinya ada 4 :normal120/80,pre hipertensi sistolik :120-139 diastolik : 8089,hipertensi derajat 1 sistolik : 140-159 mmhg diatolik : 90-99 mmhg , derajat 2 sistol : >160
diastol : > 100
Diabetes militus:merupakan peningkatan kadar gula dalam darah
gejalanya:polidipsi:haus,poliuria:buang air kecil,polifagia:lapar ,pasien diabetes penurunan berat
badan ,biasanya dipengaruhi produksi insulin dalam tubuh ada tipe 1 dari lahir dan 2 didapatkan
setelah lahir
Step2
1. Bagaimana penatalaksanaan pasien hipertensi dalam sekenario
2. Indikasi dan kontra indikasi pencabutan
3. Prosedur pencabutan
4. Macam metode dalam pencabutan gigi
5. Komplikasi pencabutan gigi
6. Apa saja obat hipertensi
7. Efek apa yang di timbulkan saat pencabutan pada keadaan pasien hipertensi
8. Hal apa yang dilakukan pada saat akan dilakukan pencabutan
9. Pencegahan agar tidak terjadi komplikasi pencabutan
10.Bagaimana penatalaksanaan pada pasien dm terkontrol
11.Edukasi yang diberikan kepada pasien setelah ekstraksi
12.Pada skenario instrumen apa saja yng digunakan pada prosedur pencabutan
13.Perbedaan dari prosedur pencabutan sisa akar dengan yang masih ada
mahkotanya
14.teknik Anastesi apa yang digunakan

Apa yang perlu di perhatikan saat melakukan anastesi pada pasien dengan penyakit sistemik

BAB 2

PEMBAHASAN
Step3
1. Indikasi dan kontra indikasi pencabutan?
indikasi
Gigi yang sudah karies,gigi dengan pulpa nonvital ,gigi
supranumerary,sisa akar perwatan orto,
Gigi perawatan prostetik gigi tiruan,gigi malposisi,gigi dengan
fraktur,impaksi
Gigi penyakit periodontal yang parah
Gigi terkait lesipatologis,terapi pra radiasi
Sebelum perawatan radioterapi gigi di esktraksi pada gigi yang
mengalami prognosis buruk untuk mencegah osteoradionekrosis
Gigi sisa akar kalo dibiarkan akan menjadi jar neoplastik kalodibiarkan
jadi kista
Gigi pada garis fraktur
Gigi fokal infeksi
Kontra indikasinya di kasih alasanya kenapa kok gak boleh ?
Diabetes:pasien dg dm tak terkontrol lebih rentan mengalami infeksi pada
luka bekas ekstraksi dan dapat meluas kejaringan sekitarnya.
Kehamilan:pada trimester pertama karena keadaan sering lemah dan masa
pembetnukan janin,punya faktor resiko tinggi yg timbul ketika hamil.kontra
Kontrasistemik:tidak mutlak tapi harus dibawah ahli dan terkontrol spt dm
dan jantung untuk menghindari komplikasi.
kelainan jantung
Kelainan darah:purpura henorargik:riwayat perdarahandan pemeriksaan
darah dan proto,leukimia(mbak bibah)jaundice:prolonged hemorargik,dirujuk
keahli dulu,atau dg vit.k,toksis goiter:tremor,takikardi dan keringat
berlebih.pencabutan menyebabkan krisis tiroid.
Diabetes
Penyakit ginjal
Penyakit hepar
Sifilis:daya tahan rendah,ekstraksi mudah infeksi.
Nefritis:tambah buruk;konsul dulu kespesialis
Alergi pada anestesi
Pasien radiasi
Psikosis
Lokal:radang akut
Infeksi akut
Malignansi:daya resisten kurang thd infeksi
Perawatan konser dan endo

Sistemik :hipertensikenapa gak boleh? dm,usia yng tua penyembuhan


lambat,kehamilan trisemester pertama dan ketiga ,menstruasi,pasien
dengan alergi anastesi lokal
Lokal: gigi terlibat pada area tumor
Selulitis
Infeksi akut:perikoronitis akut

Malignasi oral seperti tumor dan kanker ,ditakutkan mempercepat


keganasan ,pada sifilis penyembuhan lama
Gigi dengan riwayat radiasi karena vaskularisasinya sudah tidak baik
Kehamilan:karena pada fase pertumbuhan,wanita mengalanmi
berbagai perubahan pada tubuhnya seperti perubahan system cardio
vaskuler pernafasan ,trisemester pertama sang ibu akan kena
syndrome hypotensi supinasi dan takut keguguran,trisemester 3 bayi
lahir prematur
Terlalu muda(mengalami masalah sedasi anastesi umum) atau terlalu
tua(masalah penyembuhan ,nutrisi,kooperatif pasien)
Factor sistemik(hipertensi,jantung dm)
Dental(infeksi ro)

II.2.1. Indikasi Pencabutan Gigi (8,9)


Gigi mungkin perlu di cabut untuk berbagai alasan, misalnya karena sakit gigi itu sendiri,
sakit pada gigi yang mempengaruhi jaringan di sekitarnya, atau letak gigi yang salah. Di bawah
ini adalah beberapa contoh indikasi dari pencabutan gigi: (8)
a. Karies yang parah (9)
Alasan paling umum dan yang dapat diterima secara luas untuk pencabutan gigi
adalah karies yang tidak dapat dihilangkan.Sejauh ini gigi yang karies merupakan alasan
yang tepat bagi dokter gigi dan pasien untuk dilakukan tindakan pencabutan.
b. Nekrosis pulpa (9)
Sebagai dasar pemikiran, yang ke-dua ini berkaitan erat dengan pencabutan gigi
adalah adanya nekrosis pulpa atau pulpa irreversibel yang tidak diindikasikan untuk
perawatan endodontik.Mungkin dikarenakan jumlah pasien yang menurun atau perawatan
endodontik saluran akar yang berliku-liku, kalsifikasi dan tidak dapat diobati dengan tekhnik
endodontik standar.Dengan kondisi ini, perawatan endodontik yang telah dilakukan ternyata
gagal untuk menghilangkan rasa sakit sehingga diindikasikan untuk pencabutan.
c. Penyakit periodontal yang parah (9)
Alasan umum untuk pencabutan gigi adalah adanya penyakit periodontal yang parah.
Jika periodontitis dewasa yang parah telah ada selama beberapa waktu, maka akan nampak
kehilangan tulang yang berlebihan dan mobilitas gigi yang irreversibel. Dalam situasi seperti
ini, gigi yang mengalami mobilitas yang tinggi harus dicabut.
d. Alasan orthodontik (9)
Pasien yang akan menjalani perawatan ortodonsi sering membutuhkan pencabutan
gigi untuk memberikan ruang untuk keselarasan gigi. Gigi yang paling sering diekstraksi
adalah premolar satu rahang atas dan bawah, tapi premolar ke-dua dan gigi insisivus juga
kadang-kadang memerlukan pencabutan dengan alasan yang sama.
e. Gigi yang mengalami malposisi (9)
Gigi yang mengalami malposisi dapat diindikasikan untuk pencabutan dalam situasi
yang parah.Jika gigi mengalami trauma jaringan lunak dan tidak dapat ditangani oleh
perawatan ortodonsi, gigi tersebut harus diekstraksi.Contoh umum ini adalah molar ketiga
rahang atas yang keluar kearah bukal yang parah dan menyebabkan ulserasi dan trauma

jaringan lunak di pipi.Dalam situasi gigi yang mengalami malposisi ini dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan pencabutan.
f. Gigi yang retak (9)
Indikasi ini jelas untuk dilakukan pencabutan gigi karena gigi yang telah
retak.Pencabutan gigi yang retak bisa sangat sakit dan rumit dengan tekhnik yang lebih
konservatif.Bahkan prosedur restoratif endodontik dan kompleks tidak dapat mengurangi
rasa sakit akibat gigi yang retak tersebut.
g. Pra-prostetik ekstraksi (9)
Kadang-kadang, gigi mengganggu desain dan penempatan yang tepat dari peralatan
prostetik seperti gigitiruan penuh, gigitiruan sebagian lepasan atau gigitiruan cekat.Ketika hal
ini terjadi, pencabutan sangat diperlukan.
h. Gigi impaksi (9)
Gigi yang impaksi harus dipertimbangkan untuk dilakukan pencabutan. Jika terdapat
sebagian gigi yang impaksi maka oklusi fungsional tidak akan optimal karena ruang yang
tidak memadai, maka harus dilakukan bedah pengangkatan gigi impaksi tersebut. Namun,
jika dalam mengeluarkan gigi yang impaksi terdapat kontraindikasi seperti pada kasus
kompromi medis, impaksi tulang penuh pada pasien yang berusia diatas 35 tahun atau pada
pasien dengan usia lanjut, maka gigi impaksi tersebut dapat dibiarkan.
i. Supernumary gigi (9)
Gigi yang mengalami supernumary biasanya merupakan gigi impaksi yang harus
dicabut.Gigi supernumary dapat mengganggu erupsi gigi dan memiliki potensi untuk
menyebabkan resorpsi gigi tersebut.
j. Gigi yang terkait dengan lesi patologis (9)
Gigi yang terkait dengan lesi patologis mungkin memerlukan pencabutan.Dalam
beberapa situasi, gigi dapat dipertahankan dan terapi terapi endodontik dapat
dilakukan.Namun, jika mempertahankan gigi dengan operasi lengkap pengangkatan lesi, gigi
tersebut harus dicabut.
k. Terapi pra-radiasi (9)
Pasien yang menerima terapi radiasi untuk berbagai tumor oral harus memiliki
pertimbangan yang serius terhadap gigi untuk dilakukan pencabutan.
l. Gigi yang mengalami fraktur rahang (9)
Pasien yang mempertahankan fraktur mandibula atau proses alveolar kadang-kadang
harus merelakan giginya untuk dicabut. Dalam sebagian besar kondisi gigi yang terlibat
dalam garis fraktur dapat dipertahankan, tetapi jika gigi terluka maka pencabutan mungkin
diperlukan untuk mencegah infeksi.
m. Estetik (9)
Terkadang pasien memerlukan pencabutan gigi untuk alasan estetik.Contoh kondisi
seperti ini adalah yang berwarna karena tetracycline atau fluorosis, atau mungkin malposisi
yang berlebihan sangat menonjol. Meskipun ada tekhnik lain seperti bonding yang dapat
meringankan masalah pewarnaan dan prosedur ortodonsi atau osteotomy dapat digunakan

untuk memperbaiki tonjolan yang parah, namun pasien lebih memilih untuk rekonstruksi
ekstraksi dan prostetik.
n. Ekonomis (9)
Indikasi terakhir untuk pencabutan gigi adalah faktor ekonomi.Semua indikasi untuk
ekstraksi yang telah disebutkan diatas dapat menjadi kuat jika pasien tidak mau atau tidak
mampu secara finansial untuk mendukung keputusan dalam mempertahankan gigi
tersebut.Ketidakmampuan pasien untuk membayar prosedur tersebut memungkinkan untuk
dilakukan pencabutan gigi.
II.2.2. Kontraindikasi Pencabutan Gigi (4)
a. Kontaindikasi sistemik
Kelainan jantung
Kelainan darah. Pasien yang mengidap kelainan darah seperti leukemia, haemoragic
purpura, hemophilia dan anemia
Diabetes melitus tidak terkontrol sangat mempengaruhi penyembuhan luka.
Pasien dengan penyakit ginjal (nephritis) pada kasus ini bila dilakukan ekstraksi gigi
akan menyebabkan keadaan akut
Penyakit hepar (hepatitis).
Pasien dengan penyakit syphilis, karena pada saat itu daya tahan terutama tubuh
sangat rendah sehingga mudah terjadi infeksi dan penyembuhan akan memakan
waktu yang lama.
Alergi pada anastesi local
Rahang yang baru saja telah diradiasi, pada keadaan ini suplai darah menurun
sehingga rasa sakit hebat dan bisa fatal.
Toxic goiter
Kehamilan. pada trimester ke-dua karena obat-obatan pada saat itu mempunyai efek
rendah terhadap janin.
Psychosis dan neurosis pasien yang mempunyai mental yang tidak stabil karena dapat
berpengaruh pada saat dilakukan ekstraksi gigi
Terapi dengan antikoagulan.
b. Kontraindikasi lokal
Radang akut. Keradangan akut dengan cellulitis, terlebih dahulu keradangannya harus
dikontrol untuk mencegah penyebaran yang lebih luas. Jadi tidak boleh langsung
dicabut.
Infeksi akut. Pericoronitis akut, penyakit ini sering terjadi pada saat M3 RB erupsi
terlebih dahulu
Malignancy oral. Adanya keganasan (kanker, tumor dll), dikhawatirkan pencabutan
akan menyebabkan pertumbuhan lebih cepat dari keganasan itu. Sehingga luka bekas
ekstraksi gigi sulit sembuh. Jadi keganasannya harus diatasi terlebih dahulu.
Gigi yang masih dapat dirawat/dipertahankan dengan perawatan konservasi,
endodontik dan sebagainya

2. Prosedur pencabutan
Soap :subyektif(kondisi) obyektif(umum vital sign) assesment,plan
treatment
Inform consent-vital sign-povidone iodine 10%- Di anastesi di cek
apakah bekerja apa gak-posisi operator gig ra depan kanan ,posterior
rb kanan merangkul-memilih tang yang sesuai-prinsip elevator gak
boleh goyang sebelahnya-tindakan luksasi gigi cara rotasi bukal palatal
bukal lingual secara perlahan mencabut gigi sesuai arah sumbu gigi
Dilakukan suturing,antibiotik ,analgetik dan edukasi post ekstraksi
Pasien dilarang kumur kencang kencang ,usahakan istirahat,tidak
boleh menggosok gigi 24jam,makan dan minum jangan terlalu
panas,berikan obat anti biotic dan analgesic,hindari minum bersoda
krn soda melepaskan gumpalan darah pada bekas oprasi
Menggit tampon selama 30 45 menit,hindari merokok 3-4 hari,minum
antibiotic sesuai anjuran dokter,dilarang menghisap atau meniup
darah bekas pencabutan
Hindari menyentuh luka pencabutan,hindari makanan keras
Makan yg lunak 12 jam pertama ,dijaga oh agar bersih,berkumur
dengan air hangat secara pelan2 selama 4jam untuk meredakan
sakit,kompres es kalo ada pembengkakan muncul 48 jam ini
berlangsung 4-6 hari aplikasikan kompres es pada 12 jam pertama
untuk mengontrol pembengkakan dan mengurangi ketidak nyamanan
penggunaanya intermiten 20-30 menit
Penggunaan antibiotic tidak selalu di butuhkan tapi biasanya antibiotic
penggunanya 5 hari
3. Pada skenario instrumen apa saja yng digunakan pada prosedur pencabutan
Tang :ra lebih lurus ,rb agak membentuk sudut kayak paruh
buruh,mahkota tidak mengatup,sisa akr mengatup
Elevator:digunakan untuk alat pengungkit
Curet:menghilangkan jaringan patologis periapikal
Scalpel:pisau untuk merobek mukosa pada abses ukuran 11
Knabel tang/bone ronguer:saat pencabutan ada tulang yang menonjol
bisa di patahkan dengan alat ini
Suturing membutuhkan needle holder sama clam
Bone file:

Penyakit sistemik mungkin merupakan faktor penentu yang mempengaruhi


pemilihan anastesi.Setiap penyakit yang mengganggu efisiensi pernapasan atau
jalan napas merupakan kontra indikasi terhadap anastesi umum pada kursi dental.
Sementara beberapa penulis menyarankan untuk tidak memakai adrenalin dalam
larutan anastesi lokal yang digunakan pada pasien-pasien yang menderita
penyakit kardiovaskuler. Namun pendapat yang lazim adalah bahwa adrenalin
dalam jumlah kecil yang diberikan untuk penggunaan di bidang gigi dalam
kenyataannya menguntungkan, oleh karena adrenalin ini menyebabkan lebih
terjamin, lebih lama, dan lebih dalam anastesinya, sehingga mengurangi jumlah
adrenalin yang disekresikan oleh pasien itu sendiri sebagai reaksinya terhadap
rasa sakit dan rasa takut.

Penting bahwa setiap pencabutan atau skeling yang dilakukan pada pasien
penderita katup jantung kongenital atau penyakit katup jantung karena reumatik
harus dilakukan hanya dengan perlindungan antibiotik yang memadai.
Pencabutan gigi pada pasien-pasien dengan penyakit jantung yang berat harus
dilakukan di rumah sakit, apapun bentuk anastesi yang digunakan.
Jika tendensi untuk terjadinya perdarahan disebabkan oleh adanya abnormalitas
setempat seperti haemangioma, maka anastesi lokal harus dihindarkan dan
pencabutan hanya dilakukan dirumah sakit dengan fasilitas-fasilitas hematologik
yang lengkap.
Dalam hal ini, pemilihan anastetik lokal juga perlu dipertimbangkan.Lignokain
dan derivate amide aman dan efektif.Efek keracunan dan alergi sangat jarang
terjadi dan hampir tidak ada. Walaupun demikian, lignokain relatif tidak efektif
tanpa penambahan vasokonstriktor, sementara yang lain seperti Prilokain dapat
menahan rasa sakit dalam jangka waktu yang pendek tanpa bantuan apa-apa.
Vasokonstriktor seperti adrenalin dan noradrenalin, memberikan pengaruh pada
system jantung, yang lebih beracun dari anastesi lokal itu sendiri.Noradrenalin
dapat meyebabkan hipertensi yang berbahaya, tidak memiliki keuntungan dan
tidak seharusnya digunakan. Oleh karena itu kita harus menghindari anastesi
lokal yang mengandung vasokonstriktor pada pasien penderita jantung dan
hipertensi. Karena adanya bahaya utama dari adrenalin yang jika masuk ke
sirkulasi bagian-bagian penting, dapat menyebabkan meningkatnya rangsangan
jantung dan detakan jantung.
Sekalipun saat ini prokain jarang digunakan dalam kedokteran gigi, namun patut
dicatat bahwa bahan anastesi lokal ini tidak boleh digunakan pada pasien-pasien
yang mendapat sulfonamide untuk perawatan terhadap penyakit sistemiknya.
Oleh karena obat-obatan kelompok antibakterial ini mengandung cincin asam
para aminobenzoat yang sama seperti pada prokain, yang secara teoritis bahwa
dapat menetralisir sebagian efek-efek dari yang satu terhadap yang lainnya jika
diberikan bersamaan. Sekalipun fenomena ini tidak pernah terbukti secara klinik
namun kombinasi ini sebaiknya dihindarkan.Pasien-pasien yang memiliki riwayat
hipersensitif terhadap sulfonamide tidak boleh diberi bahan anastesi lokal yang
mengandung cincin asam paraminobenzoat.

4. Macam metode dalam pencabutan gigi


Intra alveolar:menggunakan tang dan ben yg ditekan masuk ke dalam
ligamen periodontal diantara akar gigi dengan
Trans alveolar:metode pencabutan yang dilakukan dengan terlebih
dahulu mengambil tulang penyangga gigi contoh gigi impaksi
,dilakukan jika gigi tidak dapat dicabut dengan intra alveolar karena
gigi ankylosis germinasi /dilaserasi

Jarang terjadi kesulitan dalam melakukan pencabutan gigi insisivus kecuali kalau giginya
berjejal, konfigurasi akar rumit, atau gigi sudah dirawat endodontik. Gigi insisivus atas dicabut

dengan menggunakan tang #150, dengan pinch grasp dan tekanan lateral (fasial/lingual) serta
rotasional. Tekanan lateral lebih ditingkatkan pada arah fasial, sedangkan tekanan rotasional
lebih ditekankan kearah mesial. Tekanan tersebut diindikasikan karena biasanya pembelokan
ujung akar gigi-gigi insisivus adalah kearah distal, bidang labialnya tipis dan arah
pengungkitannya ke facial. Insisivus bawah dicabut dari posisi kanan/kiri belakang dengan
menggunakan tang #150 dan sling grasp. Tekanan permulaan adalah lateral dengan penekanan
kearah facial. Ketika mobilitas pertama dirasakan, tekanan rotasional dikombinasikan dengan
lateral sangat efektif. Pengungkitan insisivus bawah dilakukan kearah facial, dengan
perkecualian insisivus yang berinklinasi lingual dan berjejal-jejal.Untuk keadaan tersebut
digunakan #74 atau #74N dari kanan/kiri depan. Tang tersebut beradaptasi dengan baik terhadap
insisivus dan digunakan dengan gerak menggoyah perlahan. Karena insisivus bawah tidak
tertanam terlalu kuat, pengungkitan yang perlahan dan tekanan yang terkontrol akan mengurangi
kemungkinan fraktur.
II.4.2.Caninus
a. Pencabutan gigi caninus atas
Caninus sangat sukar dicabut.Akarnya panjang dan tulang servikal yang menutupinya
padat dan tebal. Gigi kaninus atas dicabut dengan cara pinch grasp untuk mendeteksi awal
terjadinya ekspansi atau fraktur bidang fasial dan mengatur tekanan selama proses
pencabutan. Tang #150 dipegang dengan telapak tangan keatas merupakan perpaduan yang
sangat cocok dengan metode diatas. Ada alternative untuk gigi kaninus atas, yaitu dengan
menggunakan tang kaninus atas khusus, #1. Pegangannya lebih panjang dan paruh tang
beradaptasi lebih baik dengan akar kaninus. Apabila tang sudah ditempatkan dengan baik
pada gigi tersebut, paruh masuk cukup dalam, dipegang pada ujung pegangan dan control
tekanan cukup baik, maka tekanan pengungkitan dapat dihantarkan. Tekanan pencabutan
utama adalah ke lateral terutama fasial, karena gigi terungkit kearah tersebut. Tekanan
rotasional digunakan untuk melengkapi tekanan lateral, biasanya dilakukan setelah terjadi
sedikit luksasi.
b. Pencabutan gigi kaninus bawah
Kaninus bawah dicabut dengan tang #151, yang dipegang dengan telapak tangan ke
bawah dan sling grasp. Seperti gigi kaninus atas, akarnya panjang, sehingga memerlukan
tekanan terkontrol yang cukup kuat untuk mengekspansi alveolusnya. Selama proses
pencabutan gigi ini, tekanan yang diberikan adalah tekanan lateral fasial, karena arah
pengeluaran gigi adalah fasial. Tekanan rotasional bias juga bermanfaat.
c. Prosedur pembedahan (open procedure)
Didasarkan atas pertimbangan mengenai pasien, dan kesempurnaan rencana
perawatan, maka penentuan untuk memilih atau menunda prosedur pembedahan untuk
mencabut gigi-gigi kaninus sebaiknya sudah dibicarakan sebelum pencabutan.Apabila dirasa
bahwa untuk pencabutan tersebut diperlukan tekanan tang yang besar untuk luksasi/ekspansi
alveolar, sebaiknya dilakukan prosedur pembukaan flap.
II.4.3. Premolar
a. Pencabutan gigi premolar atas

Gigi premolar atas dicabut dengan tang #150 dipegang dengan telapak keatas dan
dengan pinch grasp. Premolar pertama dicabut dengan tekanan lateral, kearah bukal yang
merupakan arah pengeluaran gigi.Karena premolar pertama atas ini sering mempunyai dua
akar, maka gerakan rotasional dihindarkan.Aplikasi tekanan yang hati-hati pada gigi ini, dan
perhatian khusus pada waktu mengeluarkan gigi, mengurangi insidens fraktur akar. Ujung
akar premolar pertama atas yang mengarah ke palatal menyulitkan pencabutan, dan fraktur
pada gigi ini bias diperkecil dengan membatasi gerak kearah lingual. Gigi premolar kedua
biasanya mempunyai akar tunggal dan dicabut dengan cara yang sama seperti dengan
kaninus atas. Akarnya lebih pendek dan akar bukalnya lebih tipis dari pada gigi kaninus.Tang
#150 digunakan kembali dengan tekanan lateral, yaitu bukal serta lingual.Pada waktu
mengeluarkan gigi kearah bukal, digunakan kombinasi tekanan rotasional dan oklusal.
b. Pencabutan gigi premolar bawah
Tekhnik pencabutan gigi premolar bawah sangat mirip dengan pencabutan insisivus
bawah.Tang #151 dipegang dengan telapak tangan kebawah dan sling grasp. Tekanan yang
terutama diperlukan adalah lateral/bukal, tetapi akhirnya bias dikombinasikan dengan
tekanan rotasi. Pengeluaran gigi premolar bawah, adalah kearah bukal.
c. Pencabutan untuk tujuan ortodonsi
Pencabutan gigi premolar sering merupakan persyaratan perawatan ortodonsi.Gigigigi ini biasanya diambil dari orang muda, kadang-kadang akarnya belum sempurna atau
baru saja lengkap.Pencabutan premolar dengan hanya menggunakan tang, dengan
menghindari penggunaan elevator sangat dianjurkan.Tempat tumpuan yang minimal bagi
elevator dapat mengakibatkan luksasi yang tidak disengaja atau bahkan tercabutnya gigi
didekatnya pada pasien muda.
II.4.4. Molar
Untuk mengekspansi alveolus pada gigi molar diperlukan tekanan terkontrol yang
besar.Kunci keberhasilan pencabutan gigi-gigi molar adalah keterampilan menggunakan elevator
untuk luksasi dan ekspansi alveolus, sebelum menggunakan tang.Tekanan yang diperlukan untuk
mencabut molar biasanya lebih besar dari pada gigi premolar.
a. Pencabutan gigi molar atas
Gigi molar atas dicabut dengan menggunakan tang #150, #53 atau #210, dipegang
dengan telapak tangan ke atas dan pinch grasp.apabila ukuran mahkotanya cocok, lebih
sering dipakai #53 daripada #150, karena adaptasi akar lebih baik dengan paruh anatomi.
Tang #210 walaupun ideal untuk pencabutan molar ketiga atas, dianggap universal dan dapat
digunakan untuk mencabut molar pertama dan kedua kanan dan kiri atas. Tekanan
pencabutan utama adalah kea rah bukal, yaitu arah pengeluaran gigi.
b. Pencabutan gigi molar bawah
Tang yang digunakan untuk pencabutan gigi molar bawah adalah #151, #23, #222.
Tang #151 mempunyai kekurangan yang sama dengan #150 atas bila digunakan untuk
pencabutan molar, yaitu paruh tangnya sempit sehingga menghalangi adaptasi anatomi yang
baik terhadap akar. Tang #17 bawah mempunyai paruh yang lebih lebar, yang didesain untuk
memegang bifurkasi dan merupakan pilihan yang baik bila mahkotanya cocok. Tang #23

(cowhorn) penggunaanya berbeda dengan tang mandibula yang lain, dalam hal tekanan
mencengkram yang dilakukan sepanjang proses pencabutan. Tekanan ini dikombinasikan
dengan tekanan lateral, yaitu kearah bukal dan lingual, akan menyebabkan terungkitnya
bifurkasi molar bawah dari alveolus, atau fraktur pada bifurkasi. Tang #222, seperti tang
#210 maksila, adalah spesifik untuk molar ketiga, tetapi sering digunakan pula untuk
pencabutan gigi M1 dan M2. Tekanan lateral permulaan untuk pencabutan gigi molar adalah
kearah lingual. Tulang bukal yang tebal menghalangi gerakan ke bukal dan pada awal
pencabutan gerak ini hanya mengimbangi tekanan lingual yang lebih efektif.Gigi molar
sering dikeluarkan kearah lingual.
II.4.5. Gigi susu
Gigi susu dicabut menggunakan tang #150 atau #151 (#150S atau #151S). Gigi molar
susu atas mempunyai akar yang memancar, yang menyulitkan pencabutannya. Apabila
permasalahan tersebut ditambah adanya resorpsi, maka tekanan yang berlebihan sebaiknya
dihindari. Seperti pada pencabutan semua gigi atas, digunakan pinch grasp dan telapak
menghadap keatas.
a. Pencabutan gigi-gigi susu bawah
Untuk pencabutan gigi molar susu, digunakan tang #151 dengan sling grasp. Seperti
pada molar atas, biasanya gigi ini mempunyai akar resorpsi yang divergen. Pertimbangan
utama pada pencabutan gigi susu adalah menghindari cedera pada gigi permanen yang
sedang berkembang. Misalnya, tang #23 (cowhorn), bukan merupakan pilihan yang cocok
untuk molar bawah susu. Apabila diperkirakan akan terjadi cedera selama pencabutan dengan
tang, sebaiknya direncanakan pembedahan dan pemotongan gigi susu. Resorpsi akar
menimbulkan masalah dalam menentukan apakah akar ini sudah keluar semuanya ataukah
belum.Apabila ada keraguan, sebaiknya dilakukan foto rontgen.Sedangkan apabila
pengambilan fraktur akar dianggap membahayakan gigi permanen penggantinya, pencabutan
gigi sebaiknya ditunda karena rasio manfaat/resiko tidak menguntungkan.
b. Gigi molar susu yang ankilosis
Gigi molar bawah susu lebih sering mengalami ankilosis/terbenam disbanding dengan
yang diatas. Resorpsi akar dianggap ikut menyebabkan terjadinya ankilosis. Oleh karena itu,
gigi molar susu dan gigi molar permanen yang terkena trauma sering mengalami ankilosis.
Ankilosis bias diperkirakan secara klinis dan dikonfirmasikan secara radiografis atau
sebaliknya. Tidak terlihatnya celah ligament periodontal, dan fusi sementum dengan tulang
alveolus yang nyata, merupakan perubahan radiografis yang berhubungan dengan hal ini.
Penemuan klinis adalah tidak adanya mobilitas dan apabila diketuk akan timbul suara yang
berbeda dengan suara yang samar dari gigi normal. Gigi yang ankilosis biasanya dicabut
secara pembedahan, sering dengan memotong gigi dari tulang dengan menggunakan bur gigi
dan irigasi larutan salin steril.

5. Komplikasi pencabutan gigi beserta penatalaksananya dan setelah anastesi

Pembemngkakan saat perdarahan yang hebat pasien sistemik


hipertensi,terjadi infeksi
Dry soket sebab trauma saat ekstraksi ada rasa sakit jaringan keras
karena terkena instrument,fraktur antagonis,alveolar osteotis terjadi
terlepasnya jendulan darah
Sinus maxilar gigi antara m dengan p ,fraktur mandibula pada atropi
mandibula dan osteoporosis,sendi tmj
Kegagalan pemberian anastesi dan cedera jaringan lunak
Bleeding contoh pasien konsumsi aspirin dan anti koagulan ,serosis
hati
Komplikasi pada obat yang berlebihan lidokain dengan epinefrin
Hematom darah yang membeku jadi kebiruan pada mukosa mulut
Kalo terjadi kebocoran pada sinus maxilla :keadaan ini lebih mudah
bila ada lesi periapikal,diatasi dengan menutup soket bagian atas
,penderita tidak boleh meniup niup hidung ,bila tidak berhasil
Komplikasi anastesi local pembentukan hematoma,trismus cara
mengatasi kompres panas dengan solum atau kumur dengan normal
salin hangat diberikan analgetik dan anti inflamasi
Bleeding penanggulangnya penjahitan pada mukoperiosteal untuk
mendekatkan jar lunak ke soket untuk menutup tulng pasien di
instruksikan menggigit tampon 45 menit,mengindari perlukaan pada
pembuluh darah dan tekanan menggunakan clam pada tempat
perdarahan
Nyeri pasca ekstraksi terjadi beberapa hari pasca pencabutan
terutama kasus impaksi dan erupsi penatalaksaanya coldpack dan
pemberian analgesic yang tepat coldpack di berikan 30 menit tiap jam
selama 24 jam pertama,analgesic pake dosis kecil dan tidak dianjurkan
penggunaan analgesik setelah 24 jam

Fraktur tuberositas maxilaris terjadi pada waktu pencabutan gigi m3 ra


dihindari karena tuberositas digunakan untuk retensi gigi palsu,fraktur
bersebelahan selama pencabutan dapat dihindari karena telah
mengalami karies ,restorasi yang besar tidak boleh diaplikasikan pada
gigi bersebelahan ,fraktur maxilla biasanya kesalahn operator,fraktur
tulang alveolar dengan membuang fragment alveolar yang sudah
kehilangan sebagian besar perlekatan periosteal denag menjepit
menggunakan arteri clam lalu bagian yg tajam dihaluskan dengan
bone file
Paralisi nervus facialis yaitu suatu kelumpuhan pd nervus facialis krn
kelumpuhan pada axon dan akan mengakibatkan sebagian wajah
mengalami paralisis
Dislokasipada gigi yang berdekatan dpt dihindari dengan
menggunakan elevator yang tepat sebagian besar tekanan di titik
beratkan pada septum interdental jari di dekatkan pada gigi yang akan
dicabut,dislokasi tmj pasien dengan riwayat dislokasi rekurent
penangananya operator berdiri di depan pasien jari operator menekan
kebawah terus tekan ke arah posterior lalu pasien di ingatkan tidak
membuka mulut terlalu lebar,fraktur mahkota gigi disebabkan tidak
tepat aplikasi tang pada gigi dan tenaga yg berlebihan
penatalaksanaan denganmemberitaukan pasien lalu dicari penyebab
dengan radiografi
Alergi krna anastesi biasanya ruam2 kulit kasih antihistamin
pencegahan riwayat lengkap
Intra operatif:pendarahan fraktur dll,pasca pembedahan infeksi trauma
dll,

Pencabutan dengan tang

Perdarahan
Sedikit perdarahan setelah dilakukan pencabutan gigi merupakan keadaan yang
normal. Perdarahan yang masih terjadi setelah 30-60 menit dilakukan penekanan
dengan menggigit tampon perlu perawatan lanjut hal ini disebut sebagai
perdarahan
primer
(
primary
hemorrhage
).
Dapat pula terjadi perdarahan setelah beberapa hari dilakukan pencabutan disebut
perdarahan sekunder ( secondary hemorrhage ).
Terapi :
a.
Membersihkan Blood clot
b.
Irigasi pada socket dengan isotonik salin
c.
Perdarahan dari gusi diatasi dengan penjahitan
d.
Perdarahan dari tulang dapat diatasi dengan penjahitan rapat dan
ditambahkan diberi pack
e.
Gigit tampon selama 15-30 menit
f.
Diberikan obat-obatan coagulan.

Fraktur akar
Keadaan ini sering terjadi pada pencabutan dengan tang, pada gigi yang mati oleh
karena rapuh, akar gigi yang bengkok, atau adanya hipercementosis dll. Bila akar

yang fraktur amat kecil dan letaknya jauh terbenam dalam tulang dapat dibiarkan
dengan catatan penderita diberitahu keadaan tersebut.

Fraktur tulang alveolar


Dapat terjadi pada waktu pencabutan gigi yang sukar. Bila terasa bahwa terjadi
fraktur tulang alveolar sebaiknya giginya dipisahkan terlebih dahulu dari tulang
yang patah, baru dilanjutkan pencabutan.

Fraktur dari tuberositas maxilaris


Terjdi pada waktu pencabutan gigi molar tiga rahang atas. Perlu dihindari oleh
karena tuberositas diperlukan sebagai retensi pada pembuatan gigi palsu.

Perforasi Sinus Maxilaris


Terjadi pada pencabutan gigi-gigi premolar atau molar rahang atas. Keadaan ini
lebih mudah terjadi pada gigi dengan keadaan adanya infeksi pada apikal karena
tulang antara akar dan sinus terlibat keradangan kronis sehingga rusak.
Biasanya hal ini ditandai dengan adanya cairan yang keluar melalui hidung
bilamana penderita kumur atau minum, kadang kala saat pencabutan tidak
diketahui baik oleh dokter ataupun penderita kalau terjadi perforasi.
Bila terjadi segera diatasi dengan menutup socket dengan jahitan yang rapat bila
perlu tulang bagian bukal dikurangi sehingga dapat dilakukan tarikan pada
mukosa dari bukal untuk menutup.
Penderita dianjurkan tidak meniup-niup hidung kurang lebih selama satu minggu,
jangan kumur terlalu keras.

Terdorongnya akar pada Sinus Maxillaris


Bila terjadi, dapat dicoba untuk mengambil bagian tersebut dengan jalan :
a.
Penderita disuruh meniup dengan lubang hidung ditutup
b.
Diambil dengan ujung alat penghisap ( suction tip ) pada socket )
c.
Bila tidak berhasil perlu dilakukan tindakan pembedahan dengan
merujuk penderita ke dokter ahli.

Alveolitis
Keadaan ini sering terjadi dan menyebabkan rasa sakit yang berkepanjangan
setelah pencabutan gigi. Drysocket ditandai dengan hilangnya rusaknya blood
clot pada socket, dimulai dengan adanya blood clod yang keabu-abuan dan diikuti
rusaknya blood clot sehingga socket terlihat kering.
Terapi :
irigasi dengan H2O2 atau normal saline
pemberian aplikasi lokal pada socket : alvolgyl, iodoform
3
Komplikasi pencabutan pasca bedah

Perdarahan
Control local untuk perdarahan, jika pasien dalam kondisi yang sadar bisa
dilakukan suction dengan menemukan sumber perdarahannya. Setelah ditemukan,

bekuan darah tadi dibersihkan dan diperiksa. Apabila perdarahan berasal dari
dinding alveolus bisa diisi dengan sponge gelatin yang dapat diabsorbsi atau
sponge kolagen mikrofibriliar.

Hematom
Perdarahan setempat yang membeku dan membentuk massa yang padat. Bermula
sebagai pembengkakan rongga mulut yang berwarna merah dan seiring
berjalannya waktu menjadi noda memar berwarna biru dan hitam.
Penanganannya bisa dengan memberi penjelasan kepada pasien tentang
pembengkakan dan menunggu observasi lebih lanjut. Untuk beberapa pasien
tertentu bisa diberikan antibiotic propilaktik karena hematom ini mudah
terinfeksi.

Edema
Merupakan kelanjutan normal dari setiap pencabutan dan pembedahan gigi.
Usaha usaha untuk menangani edema mencakup termal (dingin), fisik
(penekanan) dan obat-obatan. Aplikasi dingin selama 24 jam pertama, penekanan
bisa dengan sebungkus es pada region servikal maupun fasial. Sedangkan untuk
obat obatan bisa yang paling sering digunakan adalah jenis steroid.

Reaksi terhadap obat


Alergi obat sejatinya jarang terjadi bahkan relative jarang. Yang umum adalah
alergi aspirin yang bermanifestasi sebagai ruam kulit (aurtikaria), angiodema, dan
asma. Untuk reaksi akut terhadap antibiotic ( terutama penisilin)ndpat mematikan.
Respon alergi dari obat bisa diatasi dengan antihistamin, epineprin dan steroid.
Akan tetapi reaksi alergi ini paling baik dicegah dengan jalan memeriksa riwayat
pasien secara lengkap.

Subcutan emphysema
Jarang terjadi, biasanya terjadi karena adanya tekanan udara yang masuk jaringan
ikat atau spacia pada wajah dari pemakaian hand piece dengan tekanan udara
tinggi. Terjadi amat cepat, terdapat pembengkakan, akan sembuh dalam 1 sampai
2 minggu tanpa pengobatan.
Berbicara masalah pencabutan gigi tidak terlepas dari beberapa komplikasi
normal yang menyertainya seperti terjadinya perdarahan sesaat, oedem
(pembengkakan) dan timbulnya rasa sakit.Komplikasi sendiri merupakan kejadian
yang merugikan dan timbul diluar perencanaan dokter gigi.Oleh karena itu, kita
selaku dokter gigi harus tetap mewaspadai segala kemungkinan dan berusaha
untuk mengantisipasinya sebaik mungkin.Hal ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya komplikasi lanjutan dengan resiko yang lebih besar pula.(11)
Adapun beberapa faktor penyebab terjadinya komplikasi diantaranya karena
kondisi sistemik dan lokal pasien lalu keahlian, keterampilan dan pengalaman

sang operator serta standar prosedur pelaksanaan juga mempengaruhi. Berbagai


komplikasi dapat terjadi, seperti: (11)
II.5.5. Dry socket(16,17)
Kerusakan bekuan darah ini dapat disebabkan oleh trauma pada saat ekstraksi
(ekstraksi dengan komplikasi), dokter gigi yang kurang berhati-hati, penggunaan
kontrasepsi oral, penggunaan kortikosteroid, dan suplai darah (suplai darah di
rahang bawah lebih sedikit daripada rahang atas).Kurangnya irigasi saat dokter
gigi melakukan tindakan juga dapat menyebabkan dry socket.Gerakan menghisap
dan menyedot seperti kumur-kumur dan merokok segera setelah pencabutan dapat
mengganggu dan merusak bekuan darah.(17)
Selain itu, kontaminasi bakteri adalah faktor penting, oleh karena itu, orang
dengan kebersihan mulut yang buruk lebih beresiko mengalami dry socket paska
pencabutan gigi.Demikian juga pasien yang menderita gingivitis (radang gusi),
periodontitis (peradangan pada jaringan penyangga gusi), dan perikoronitis
(peradangan gusi di sekitar mahkota gigi molar tiga yang impaksi).(17)
II.5.6. Rasa sakit(13)
Rasa sakit pasca operasi akibat trauma jaringan keras dapat berasal dari cederanya
tulang karena terkena instrument atau bur yang terlalu panas selama pembuangan
tulang. Dengan mencegah kesalahan tekhnis dan memperhatikan penghalusan tepi
tulang yang tajam, serta pembersihan soket tulang setelah pencabutan dapat
menghilangkan penyebab rasa sakit setelah pencabutan gigi.

Perdarahan pasca ekstraksi umumnya disebabkan oleh faktor lokal, seperti :


- trauma yang berlebihan pada jaringan lunak
- mukosa yang mengalami peradangan pada daerah ekstraksi
- tidak dipatuhinya instruksi pasca ekstraksi oleh pasien
- tindakan pasien seperti penekanan soket oleh lidah dan kebiasaan menghisaphisap
- kumur-kumur yang berlebihan
- memakan makanan yang keras pada daerah ekstraksi

Faktor lokal

Setelah tindakan ekstraksi gigi yang menimbulkan trauma pada pembuluh darah,
hemostasis primer yang terjadi adalah pembentukan platelet plug (gumpalan
darah) yang meliputi luka, disebabkan karena adanya interaksi antara trombosit,
faktor-faktor koagulasi dan dinding pembuluh darah.Selain itu juga ada

vasokonstriksi pembuluh darah.Luka ekstraksi juga memicu clotting cascade


dengan aktivasi thromboplastin, konversi dari prothrombin menjadi thrombin, dan
akhirnya membentuk deposisi fibrin.

Perdarahan pasca ekstraksi gigi biasanya disebabkan oleh faktor lokal, tetapi
kadang

adanya perdarahan ini dapat menjadi tanda adanya penyakit hemoragik.

Beberapa penyakit sistemik yang mempengaruhi terjadinya perdarahan

1.Penyakit kardiovaskuler
Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat, tekanan darah
pasien naik menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong sehingga
terjadi perdarahan.

2. Hipertensi
Bila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor, pembuluh
darah akan menyempit menyebabkan tekanan darah meningkat, pembuluh darah
kecil akan pecah, sehingga terjadi perdarahan. Apabila kita menggunakan anestesi
lokal yang tidak mengandung vasokonstriktor, darah dapat tetap mengalir
sehingga terjadi perdarahan pasca ekstraksi.
Penting juga ditanyakan kepada pasien apakah dia mengkonsumsi obat-obat
tertentu seperti obat antihipertensi, obat-obat pengencer darah, dan obat-obatan
lain karena juga dapat menyebabkan perdarahan.

3. Hemofilli
Pada pasien hemofilli A (hemofilli klasik) ditemukan defisiensi factor VIII. Pada
hemofilli B (penyakit Christmas) terdapat defisiensi faktor IX.Sedangkan pada
von Willebrands disease terjadi kegagalan pembentukan platelet, tetapi penyakit
ini jarang ditemukan.

6. Pencegahan agar tidak terjadi komplikasi pencabutan

Pastikan alat steril


pasien hipertensi obat sedatif peroral malam benzodiazepine 5ml gram
N20,
mencegah edema aplikasi dingin 24 jam pertama post ekstraksi
denagn es batu membuat vasodilatasi lancar sehinnga penyembuhan
cepat
profilaksis sebelum pencabutan mencegah infeksi
desinfeksi povidone iodine
dilakukan irigasi agar soket bersih ,dry soket dilakukan dressing pada
soket terbuka
penekanan bagian oklusal dapat merangsang jendulan darah

7. Bagaimana penatalaksanaan pasien hipertensi dalam sekenario


Tekaanan darah 150 mmhg strategi pencatatan tekanan darah setiap
kunjungan dan catat setelah pemberian anastesi lokal anastesi dengan
adrenalin namun dengan pembatasan bila tekanan tinggi tidak boleh
pake adrenalin
Obat lidokain hidrokoloride 2%,prilocain ,mepifakain hcl 3%
Pakai prokain sebelum tindakan dilakukan profilaksis
Pasien dianjurkan perawatan pada pagi hari
Pasien dianjurkan minum obat hipoglikemi
Tindakan asepsis
8. Efek apa yang di timbulkan saat pencabutan pada keadaan pasien hipertensi
dan dm
Perdarahan (mekanismenya)
Penyembuhan luka secara normal dan tdk normal(dm dan hipertensi)
Proses penyembuhan luka dm fase puncak tidak tertebak lebih lama
berapa harinya tdk diketahui krna dm penurunan ion kalium ,krna sel
basal keratonik tidak diaktifasi tubuh,mnimbulkan imunosupresif

9. Apa saja obat hipertensi


Captopril dan obat gol diuretic(spironolakton dan hidro klorotiasit)
efektif menurunkan darah dosis rendah
Obat vasodilator langsung untuk dilatasi otot arteriol contoh hidralasin
dan monoksida
Diuretic bias menurunkan tekanan darah krna meningkatkan ekskresi
air dan mineral hal ini menyebabkan curah jantuk berkurang ada tiga
gol pertama tiazip,lup diuretic atau furosemik,diuretika hemat kalium
Obat betabloker
Abat antagonis kalsium menghambat masuknya ion kalsium
menyebabkan dilatasi arteri perifer tahanan perifer berkurang
menghambat kontraksi pada otot jantung
Ace inhibitor
Gol arb angiotensi bloker
Ace inhibitor berpengaruh gara2 renin

a. Diuretika : Na peningkatan kekakuan vaskularmempengaruhi pertukaran Na-K pada


peningkatan kalsium intraseluler mempengaruhiPVR.

Contoh : furosemid,
b. Obat-obatan simplatomegalia: bekerja pada susunan saraf
Contoh :clonide
c. Vasodilator: hidralazidine ,minoxidil
d. Obat-obatan penghambat angiotensin : renin bekerja dengan memecah angiostensin I
diubah Oleh Ace (angiostensin converting enzym ) angiostensin II diparu
( vasokonstriktor )
Contoh : untuk menghambat ACE :captropil,lisinopril
10.Teknik

dan bahan Anastesi apa yang digunakan


Gigi ra 21 teknik nasopalatinus pada palatal
Sisa akar 46 dan 47 dengan mandibular blok
Indikasi anastesi pencabutan sisa akar apakah harus mandibular blok
atau tidak pada rahang bawah
Kalo 1 gak usah mandibular blok

BAB III
CONSEP MAPPING

anamnesa
diagnosa

indikasi

Kontra

profilaksis

ekstraksi

edukasi

Anda mungkin juga menyukai