Oleh :
Annisa Inayati
G99141013 /L 2-2015
Rindy Saputri
G00151044/ A 11-2016
Sri Retnowati
G00151045/ A 12-2016
Pembimbing :
BAB I
STATUS PENDERITA
I IDENTITAS PENDERITA
Nama
: An. H
Usia
: 2 tahun 2 bulan
Tanggal Lahir
: 8 Oktober 2013
Berat Badan
: 13 kg
Tinggi Badan
: 100 cm
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Sukoharjo
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tumbuh Kembang
1. Definisi
Tumbuh kembang mencakup 2 peristiwa yang saling berkaitan, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah
perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ,
maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat, ukuran panjang,
umur tulang, dan keseimbangan metabolik. Perkembangan adalah
bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil proses pematangan.1
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan peristiwa yang terjadi
secara simultan. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan
hasil interaksi kematangan susunan saraf
dipengaruhinya,
misalnya
perkembangan
neuromuskular,
perkembangan
menimbulkan
perubahan,
pertumbuhan
dan
berkorelasi
dengan
pertumbuhan,
perkembangan
berlangsung
secara
terus
menerus
terutama
Misalnya
dapat
digunakan
HSQ
(Home
Screening
Questionaire)
d. Evaluasi penglihatan dan pendengaran anak
Tes penglihatan untuk anak umur kurang dari 3 tahun dengan tes
fiksasi, umur 2 tahun-3 tahun dengan kartu gambar dari Allen dan di
atas,
dibuat
suatu
kesimpulan
diagnosis
dari
gangguan
: 4 6 tahun.
2 - 8 tahun
b. Tes Prestasi
1) Gray oral reading test-revised (GORT-R)
Fungsi : Tes baca standar, yang hasilnya menunjukkan tingkat
terendah 1.4 atau gagal. Skor maksimum adalah tingkat sekolah
menengah.
Umur: kelas 1-12 (SD kelas 1 SMA kelas 3)
Catatan : diberikan secara individual dan hasilnya menunjukkan
korelasi yang tinggi dengan tingkatan sekolah.
2) WRAT (Wide Range Achievement Test)
Fungsi : untuk mengukur prestasi pelajar dalam bidang : berhitung,
mengeja, perbendaharaan kata-kata, dan pemahaman membaca.
Umur : 5 tahun dewasa
Catatan : Tes ini diberikan secara kelompok dan hasilnya
mempunyai korelasi dengan tingkat sekolah yang sebenarnya.
3) Peabody Individual Achievement Test
Fungsi :Untuk identifikasi kata-kata : mengeja, ilmu pasti,
membaca, dan informasi umum
Umur : 5-18 tahun
c. Tes Psikomotorik
1) Brazelton Newborn Behaviour Assesment Scale
Fungsi : Menaksir kondisi bayi, refleks dan interaksi
Umur : Neonatus
2) Uzgiris-Hunt Ordinal Scales
Fungsi : Menaksir stadium sensorimotor menurut Piaget
Umur : 0-2 tahun
3) Gesell Infant dan Catell Infant Scale
Fungsi : Terutama menaksir perkembangan motorik pada tahun
pertama dengan beberapa perkembangan sosial dan bahasa
Umur : 4 minggu 3 /6 tahun
4) Bayley Infant Scale of Development
taksiran
kasar
bagaimana
kemampuannya.
c. Pentingnya deteksi dini perkembangan
anak
menggunakan
yang
berhubungan
dengan
kemampuan
mandiri,
yang
berhubungan
dengan
kemampuan
anak
untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagianbagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat.
3) Sektor Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti
perintah dan berbicara spontan
4) Sektor Gross motor (gerakan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh
f. Prosedur Denver II
Dilakukan 2 tahap yaitu :
1) Tahap I : Secara periodik dilakukan pada anak yang berusia 3-6
bulan, 9-12 bulan, 18-24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun.
2) Tahap II : dilakukan pada anak yang dicurigai ada hambatan
perkembangan pada tahap I kemudian dilakukan evaluasi diagnostik
yang lengkap.
g.
Penentuan Umur
Patokan : 1 bulan = 30 hari, 1 tahun = 12 bulan, umur kurang dari 15
hari dibulatkan ke bawah, umur lebih dari atau sama dengan 15 hari
dibulatkan ke atas. Bila anak lahir prematur dilakukan pengurangan
umur, misal : prematur 6 minggu dikurangi 1 bulan 2 minggu. Tetapi
bila anak lahir maju atau mundur 2 minggu tidak dilakukan
penyesuaian umur.
Contoh :
1) Tanggal test : 19 Oktober 2008
Tanggal lahir : 5 April 2006
Berarti umurnya : 2 tahun 6 bulan 14 hari dibulatkan menjadi 2
tahun 6 bulan
2. Tanggal test : 19 Oktober 2008
Tanggal lahir : 27 Desember 2004
Berarti umurnya 3 tahun 9 bulan 22 hari dibulatkan menjadi 3 tahun
10 bulan
gagal atau menolak pada item dalam garis umur yang berada
diantara 75 %-90 %. Tulis C di sebelah kanan kotak
4)Penilaian Delayed/keterlambatan
Bila gagal/ menolak pada item yang berada di sebelah kiri garis
umur
5)Penilaian Tidak ada Kesempatan
Pada item tes yang orang tua melaporkan bahwa anak tidak ada
kesempatan untuk melakukan atau mencoba diskor sebagai Tak.
Item ini tidak perlu diinterpretasikan
k. Hasil Interpretasi Denver II
1. Normal
a. tidak ada delayed (keterlambatan)
b. paling banyak 1 caution (peringatan)
lakukan ulangan pemeriksaan pada control berikutnya
2. Suspect
Terdapat 2 atau lebih caution dan atau terdapat 1 atau lebih delayed
Lakukan uji ulang 1-2 minggu kemudian untuk menghilangkan
faktor sesaat
3. Untestable (tidak dapat diuji) :
a. Skor R pada 1 atau lebih item di sebelah kiri garis umur
b. Skor R pada 1 atau lebih item pada area 75-90 %
4. Referal considerations (rujuk ke ahli)
Setelah uji ulang ditemukan suspect atau untestable dengan
mempertimbangkan juga keadaan klinis
B. Global Developmental Delay
1. Definisi
Global
perkembangan
developmental
delay
global
merupakan
(KPG)
(GDD)atau
keadaan
keterlambatan
keterlambatan
keterlambatan
perkembangan
umum
antara
lain
Komentar
atau
Teridentifikasi dalam
20% dari mereka yang
tanpa
tanda-tanda
neurologis,
kelainan
dismorfik, atau riwayat
keluarga
Sindrom
yang
diidentifikasi,
Sindrom Down
mudah
misalnya
mukopolisakaridosis, distrofi
muskularis tipe Duchenne,
tuberus
sklerosis,
neurofibromatosis tipe 1, dan
delesi subtelomerik.
Misalnya,
siklus/daur urea
Endokrin
Traumatik
Anak-anak
memerlukan
kebutuhan dasarnya seperti
makanan,
pakaian,
kehangatan,
cinta,
dan
stimulasi
untuk
dapat
berkembang secara normal
Ini
mungkin
merupakan
faktor yang berkontribusi dan
ada
bersamaan
dengan
patologi lain dan merupakan
kondisi
yaitu
ketika
kebutuhan
anak
diluar
kapasitas orangtua untuk
Metabolik
Teridentifikasi dalam
1% dari mereka yang
tanpa
tanda-tanda
neurologis,
kelainan
dismorfik, atau riwayat
keluarga
Penyebab
lingkungan
dari
kelainan
dapat
menyediakan/memenuhinya
Malformasi serebral
Palsi Serebral
Kelainan
Perkembangan
Koordinasi
(Dispraksia)
Kelainan
motorik
dapat
mengganggu perkembangan
secara umum
Meningitis neonatal
Infeksi
Toksin
dan
4. Deteksi Dini
Untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami KPG, perlu
data / laporan atau keluhan orang tua dan pemeriksaan deteksi dini atau
skrining perkembangan pada anak. Pemeriksaan skrining perkembangan
penting dilakukan dan harus dilakukan dengan menggunakan alat
skrining perkembangan yang benar. Dengan mengetahui secara dini,
maka dapat dicari penyebab keterlambatannya dan segera dilakukan
intervensi yang tepat.
5. Gejala Klinis
Mengetahui adanya KPG memerlukan usaha karena memerlukan
perhatian dalam beberapa hal. Padahal beberapa pasien seringkali merasa
tidak nyaman bila di perhatikan. Akhirnya membuat orang tua sekaligus
dokter untuk agar lebih jeli dalam melihat gejala dan hal yang dilakukan
oleh pasien tersebut. Skrining prosedur yang dilakukan dokter, dapat
membantu menggali gejala dan akan berbeda jika skrining dilakukan
dalam sekali kunjungan dengan skrining dengan beberapa kali kunjungan
karena data mengenai panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas
dan berat badan. Mengacu pada pengertian KPG yang berpatokan pada
kegagalan perkembangan dua atau lebih domain motorik kasar, motorik
halus, bicara, bahasa, kognitif, sosial, personal dan kebiasaan sehari-hari
dimana belum diketahui penyebab dari kegagalan perkembangan ini.
Terdapat hal spesifik yang dapat mengarahkan kepada diagnosa klinik
KPG terkait ketidakmampuan anak dalam perkembangan milestonesyang
seharusnya, yaitu10,11:
a.
Anak tidak dapat duduk di lantai tanpa bantuan pada umur 8 bulan
b.
c.
d.
e.
f.
atau
makrosefali)
adalah
bagian
penting
dalam
dalam
pemeriksaan
yang
cepat.10
Sebagai
tambahan,
skrining yang dilakukan pada anak yang sehat. Hal ini penting dan
dilakukan dengan periodik. Adapun beberapa pemeriksaan penunjangnya
antara lain11,12:
1) Skrining metabolik
Skrining metabolik meliputi pemeriksaan: serum asam amino, serum
glukosa, bikarbonat, laktat, piruvat, amonia, dan creatinin kinase.
Skrining metabolik rutin untuk bayi baru lahir dengan gangguan
metabolisme tidak dianjurkan sebagai evaluasi inisial pada KPG.
Pemeriksaan metabolik dilakukan hanya bila didapatkan riwayat dari
anamnesis atau temuan pemeriksaan fisik yang mengarah pada suatu
etiologi yang spesifik. Sebagai contohnya, bila anak-anak dicurigai
memiliki masalah dengan gangguan motorik atau disabilitas kognitif,
pemeriksaan asam amino dan asam organik dapat dilakukan. Anak
dengan gangguan tonus otot harus diskrining dengan menggunakan
kreatinin phospokinase atau aldolase untuk melihat adanya kemungkin
penyakit muscular dystrophy.
2) Tes sitogenetik
Tes sitogenetik rutin dilakukan pada anak dengan KPG meskipun tidak
ditemukan dismorfik atau pada anak dengan gejala klinis yang
menunjukkan suatu sindrom yang spesifik. Uji mutasi Fragile X,
dilakukan bila adanya riwayat keluarga dengan KPG. Meskipun
skrining untuk Fragile X lebih sering dilakukan anak laki-laki karena
insiden yang lebih tinggi dan severitas yang lebih buruk, skrining pada
wanita juga mungkin saja dilakukan bila terdapat indikasi yang
jelas.Diagnosis Rett syndrome perlu dipertimbangkan pada wanita
dengan retardasi mental sedang hingga berat yang tidak dapat
dijelaskan.
3) Skrining tiroid
Pemeriksaan tiroid pada kondisi bayi baru lahir dengan hipotiroid
kongenital perlu dilakukan. Namun, skrining tiroid pada anak dengan
KPG hanya dilakukan bila terdapat klinis yang jelas mengarahkan pada
disfungsi tiroid.
4) EEG
Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada anak dengan KPG yang
memiliki riwayat epilepsia tau sindrom epileptik yang spesifik (LandauKleffner). Belum terdapat data yang cukup mengenai pemeriksaan ini
sehingga belum dapat digunakan sebagai rekomendasi pemeriksaan
pada anak dengan KPG tanpa riwayat epilepsi.
5) Imaging
Pemeriksaan imaging direkomendasikan sebagai pemeriksaan rutin pada
KPG (terlebih bila ada temuan fisik berupa mikrosefali). Bila tersedia
MRI harus lebih dipilih dibandingkan CT scan jika sudah ditegakkan
diagnosis secara klinis sebelumnya.
7. Diagnosis Banding
a. Retardasi Mental
Suatu keadaan yang dimulai saat masa anak-anak yang ditandai
dengan keterbatasan dalam intelegensi dan kemampuan adaptasi.
Menurut kriteria DSM-IV, retardasi mental adalah fungsi intelektual
yang di bawah rata-rata, terdapat gangguan fungsi adaptasi, onset
sebelum umur 18 tahun. Untuk mengetahui adanya gangguan fungsi
intelegensi, digunakan tes IQ (akurat diatas umur 5 tahun), dengan
klasifikasi hasil:
1) Ringan , yaitu IQ 50-70
2) Sedang, yaitu IQ 40-50
3) Berat, yaitu IQ 20-40
4) Sangat berat, yaitu IQ <20
b. Palsi Serebral atau Cerebral palsy (CP)
Membedakan antara CP dengan KPG, pada CP, ada tiga faktor
resiko awal yaitu bayi lahir prematur (semakin kecil usia, semakin
tinggi faktor risiko), bayi lahir dengan ensefalopati sedang hingga berat
(semakin berat keluhan semakin berat risiko), dan bayi yang lahir
dengan faktor risiko paling ringan. Dua faktor risiko awal tersebut harus
ditunjang dengan MRI untuk melihat gambaran otak. Bila terdapat
gangguan bahasa, penglihatan, pendengaran dan epilepsi, dapat
dicurigai hal tersebut adalah suatu gambaran CP. Selain itu, diagnosis
palsi serebral dapat dilakukan berdasarkan kriteria Levine (dikutip dari
Soetjiningsih, 19957), yaitu pola gerak dan postur; pola gerak oral;
strabismus; tonus otot; evolusi reaksi postural dan kelainannya yang
mudah dikenal; refleks tendon, primitif dan plantar.
c.
d.
8. Penatalaksanaan
Pengobatan bagi anak-anak dengan KPG hingga saat ini masih
belum ditemukan. Hal itu disebabkan oleh karakter anak-anak yang unik,
dimana anak-anak belajar dan berkembang dengan cara mereka sendiri
berdasarkan kemampuan dan kelemahan masing-masing. Sehingga
penanganan KPG dilakukan sebagai suatu intervensi awal disertai
penanganan
pada
faktor-faktor
yang
beresiko
menyebabkannya.
kondisi
dari
anak
tersebut.
Salah
satunya,
metode
atau
melompat.
Kemampuan
motorik
halus
yakni
barang-barang,
berasal
dari
berarti
air
hidrodinamik
sehingga
tidak
diklasifikasikan
sebagai
tunggal yang terletak di garis tengah dan memiliki tiga lubang keluar,
sepasang foramen Luschka di sebelah lateral dan sebuah foramen
magendie di tengah. Lubang-lubang ini berjalan menuju ke sebuah
system yang saling berhubungan dan ruang subaraknoid yang mengalami
pembesaran fokal dan disebut sisterna.
Sisterna pada fosa posterior berhubungan dengan ruang subaraknoid
diatas konveksitas serebrum melalui jalur yang melintasi tentorium.
Ruang subaraknoid spinalis berhubungan dengan ruang subaraknoid
intrakranium melalui sisterna basalis.
Aliran CSS netto adalah dari ventrikel lateral menuju ventrikel
ketiga kemudian ke ventrikel keempat lalu ke sisterna basalis, tentorium,
dan ruang subaraknoid di atas konveksitas serebrum ke daerah sinus
sagitalis,
tempat
sistemik.Sebagian
terjadinya
besar
penyerapan
penyerapan
CSS
ke
dalam
terjadi
sirkulasi
melalui
vilus
terbentuk
dengan
kecepatan
sekitar
20
mL/jam,
yang
disfungsi
hipofisis).
Gambar
1.
Aliran
LCS,
patofisiologi
hidrosefalus
adalah:
a. Disgenesis serebri
Empat puluh enam persen hidrosefalus pada anak akibat malformasi otak
dan yang terbanyak adalah malformasi Arnold-Chiary. Berbagai
malformasi serebral akibat kegagalan dalam proses pembentukan otak
dapat menyebabkan penimbunan CSS sebagai kompensasi dari tidak
Post meningitis
1)
Foramen
Interventrikularis
Monroe
2)
Serebri
(Sylvius)
3)
IV
4)
5)
mesensefalon
Penyumbatan pada tempat ini akan menyebabkan pelebaran dari seluruh
sistem ventrikel. Akan tetapi apabila obstruksinya pada tingkat
mesensefalon maka pelebaran ventrikel otak tidak selebar seperti jika
obstruksi terjadi di tempat lainnya. Hal ini terjadi karena penimbunan CSS
di sekitar batang otak akan menekan ventrikel otak dari luar.
Produksi
Meningkat
-
Sirkulasi
Normal
Absorpsi
Normal
Terhambat
Menurun
Papiloma plexus
choroideus
Normal
Aquaductus Silvii
Foramen Magendi
Luscha
dan
( Sind. Dandy
Walker)
Ventrikel III
Ventrikel IV
Ruang Sub Arakhnoid
Trauma
SAH
Gangguan
pembentukan
arakhnoid
Post meningitis
Protein CSS >>
villi
5. Gejala Klinis
Gejala yang menonjol pada hidrosefalus adalah bertambah besarnya
ukuran lingkar kepala anak dibanding ukuran normal. Di mana ukuran
lingkar kepala terus bertambah besar, sutura-sutura melebar demikian
juga fontanela mayor dan minor melebar dan menonjol atau tegang.
Beberapa penderita hidrosefalus kongenital dengan ukuran kepala yang
besar saat dilahirkan sehingga sering mempersulit proses persalinan,
bahkan beberapa kasus memerlukan operasi seksio sesaria. Tetapi
sebagian besar anak-anak dengan hidrosefalus tipe ini dilahirkan dengan
ukuran kepala yang normal. Baru pada saat perkembangan secara cepat
terjadi perubahan proporsi ukuran kepalanya.
Akibat penonjolan lobus frontalis, bentuk kepala cenderung menjadi
brakhisefalik, kecuali pada sindrom Dandy-Walker di mana kepala
cenderung berbentuk dolikhosefalik, karena desakan dari lobus
oksipitalis akibat pembesaran fossa posterior.
Sering dijumpai adanya Setting Sun Appearance / Sign, yaitu adanya
retraksi dari kelopak mata dan sklera menonjol keluar karena adanya
penekanan ke depan bawah dari isi ruang orbita, serta gangguan gerak
bola mata ke atas, sehingga bola mata nampak seperti matahari terbenam.
Kulit kepala tampak tipis dan dijumpai adanya pelebaran vena-vena
subkutan. Pada perkusi kepala anak akan terdengar suara cracked pot,
berupa seperti suara kaca retak. Selain itu juga dijumpai gejala-gejala lain
seperti gangguan tingkat kesadaran, muntah-muntah, retardasi mental,
kegagalan untuk tumbuh secara optimal.
Pada pasien-pasien tipe ini biasanya tidak dijumpai adanya papil
edema, tapi pada tahap akhir diskus optikus tampak pucat dan
penglihatan kabur. Secara pelan sikap tubuh anak menjadi fleksi pada
lengan dan fleksi atau ekstensi pada tungkai. Gerakan anak menjadi
lemah,
dan
kadang-kadang
lengan
jadi
gemetar.
1.
Lingkar
Kepala
35 cm
41 cm
44 cm
46 cm
47 cm
bulan
18
bulan
48,5
cm
mg/kg/bb/hari
Acetazolamide
bekerja
dengan
cara
pada
penurunan
volume
darah.
Loop
diuretik
juga
memungkinkan
aspirasi
dari
CSS
untuk
dilakukan analisis.
3. Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang
terletak proksimal dengan tipe bola atau diagfragma (Hakim, Pudenz,
Pitz, Holter) maupun yang terletak di distal dengan katup berbentuk celah
(Pudenz). Katup akan membuka pada tekanan tertentu.
4. Ventriculo-Atrial Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke dalam
atrium kanan jantung melalui v. jugularis interna .
5. Ventriculo-Peritoneal Shunt.
a. Slang silastik ditanam dalam lapisan subkutan.
b. Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang peritoneum.
Pada anak-anak, dengan kumparan silang yang banyak, memungkinkan
tidak
diperlukan adanya revisi walaupun badan anak tumbuh memanjang.
Komplikasi Shunting
a. Infeksi
Berupa peritonitis, meningitis atau peradangan sepanjang saluran
subkutan. Pada pasien-pasien dengan VA Shunt. Bakteri aleni dapat
mengawali
terjadinya Shunt
Nephritis yang
biasanya
disebabkan
pasien Post
shunting mengeluh
sakit
kepala
dan vomiting pada posisi duduk dan berdiri, hal ini ternyata disebabkan
karena tekanan CSS yang rendah, keadaan ini dapat diperbaiki dengan
jalan:
- Intake cairan yang banyak.
- Katup diganti dengan yang terbuka pada tekanan yang tinggi.
e. Asites oleh karena CSS
Asites CSS ataupun pseudokista pertama kali dilaporkan oleh Ames,
kejadian ini diperkirakan 1% dari penderita dengan VP shunt. Adapun
patogenesisnya masih bersifat kontroversial. Diduga sebagai penyebab
kelainan ini adalah pembedahan abdominal sebelumnya, peritonitis,
protein yang tinggi dalam CSS.
Asites CSS biasanya terjadi pada anak dengan tekanan intrakranial di
mana gejala yang timbul dapat berupa distensi perut, nyeri perut, mual
dan
muntah-muntah.
f. Kraniosinostosis
Keadaan
ini
terjadi
sebagai
akibat
dari
3)
4)
5)
6)
Anak kejang
Diazepam rektal 0,5 -0,7mg/kgBB atau 5 mg jika BB<10kg, 10 mg jika BB10kg; boleh diulang setelah 5 menit
6. Terapi
Kejang
Fenitoin IV 10-20 mg/kgBB dengan kecepatan
1mg/kg/menit
1
Kejang berhenti
Kejang tidak berhenti
Lanjutkan dengan dosis 4-8 mg/kg/hari dimulai 12 jam setelah dosis awal
Rawat ICU
Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/ hari dimulai 12 jam
setelah dosis awal. Bila belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat
intensif.
Bila kejang berhenti, tentukan apakah anak termasuk dalam kejang demam
yang memerlukan pengobatan rumatan atau hanya memerlukan pengobatan
intermiten bila demam. Pengobatan rumatan adalah pengobatan yang diberikan
terus menerus
DAFTAR PUSTAKA
1. Alberto J Espay, MD. Hydrocephalus. Emedicine 2010 : 4 available
at www.emedicine.com di akses pada 26 November 2010
2. Caudate structural abnormalities in idiopathic normal
hydrocephalus. Acta Neurol Scand 2007: 116: pages 328332.
pressure
16. Mansjoer Arif, Suprohaita, Wardhani Wahyu Ika, et al. Neurologi Anak,
dalam Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid Kedua. Media
Aesculapius FK Universitas Indonesia, Jakarta. 2000 : 48, 434 437.
17. Melati D, Windiani IGAT, Soetjiningsih. Karakteristik Klinis
Keterlambatan Perkembangan Global Pada Pasien di Poliklinik Anak
RSUP Sanglah Denpasar. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana Bali
18. Mengenal Keterlambatan Perkembangan Umum pada Anak. Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Indonesia. [diunduh 19 Desember 2013]. [Available
from]:
URL:
http
//idai.or.id/public-articles/seputar-kesehatananak/mengenal-keterlambatan-perkembangan-umum-pada-anak.html.
19. Menkes JH. Textbook of Child Neurology. 4th. ed. Philadelphia: Lea &
Febiger 1990; 306-311.
20. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Departemen
Kesehatan RI. 2005.
21. Peter Paul Rickham. 2003. Obituaries. BMJ 2003: 327: 1408-doi: 10.1136/
bmj.327.7428.1408.
22. Price SA, Wilson LM. Vetrikel dan Cairan Cerebrospinalis,
dalamPatofiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 4, Penerbit
Buku Kedokteran EGC: Jakarta, 1994, 915-6
23. Pusponegoro Hardiono D, Widodo Dwi Putro, Ismael Sofyan. Konsensus
Penatalaksanaan Kejang Demam. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan
Dokter Anak Indonesia, Jakarta. 2006 : 1 14.
24. R.Sjamsuhidat, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC,
Jakarta : 2004, 809-810
25. Ropper, Allan H. And Robert H. Brown. 2005. Adams And Victors
Principles Of Neurology: Eight Edition. USA.
26. Rosenow F, Arzimanoglou A, Baulac M (2002). Recent development in
treatment of status epilepticus: a review. Epileptic Disord; 4:S1-11.
27. Saharso Darto. Kejang Demam, dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi
Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak RSU dr. Soetomo, Surabaya. 2006 : 271
273.