dia tak mungkin mampu meraih impian tersebut? Sesak ketika harus megingat
bahwa tak ada lagi ibu yang akan terus menerus mengatakan kamu akan baik
baik aja, nak yang kamu butuhkan hanyalah sedikit lebih sabar, pasti ada jalan
atau its okay sayang, semua akan baik baik aja. Tenang dan bersabarlah.
Bagaimana jika kenyataan bahwa impian tersebut berseberangan dengan
perwatakan bapaknya sendiri? Sedih, sesak, tak tahu harus bagaimana. Mungkin
yang berada dalam benak anak tersebut sekarang dia sangat merindukan ibunya.
Ibu satu satu nya orang yang akan berfikir dalam kacamata objektivitas anak dan
akan berusaha untuk mencarikan jalan bagi anaknya. Cerita seperti ini berlaku pula
sebaliknya.
Buat kamu semua, percayalah bahwa ditinggalkan oleh salah satu orang tua kalian
adalah hal termenyedihkan dalam hidup. Saat dimana perekonomian, harga diri,
kepercayaan diri, eksistensi satu demi satu tumbang. Bagaimana jika dan hanya jika
ayah hanya satu satu nya ornag yang menjadi tulang punggung income keluarga.
Atau ketika keduanya adalah pensupport proses keberjalan dan role mengepulnya
asap dapur dirumah. Bayangkan jika hal tersebut kemudian mencederai
perekonomian kelurga. Sanggupkah? Disaat harga sembako yang semakin tinggi,
inflasi mata uang yang semakin tak terkendali, kebutuhan2 lainnya seperti
pernikahan, hajatan, resepsi, pendidikan menjadi hal yang juga harus difikirkan. Apa
semua akan baik baik saja ketika salah satu pilar penyokongnya tumbang? Jelas,
hidup pasti akan lebih sempit bahkan bias jadi terhimpit.