Anda di halaman 1dari 7

LBM 1 MODUL PENCERNAAN

SARIAWAN BERULANG PADA RONGGA MULUT


Terminology

Ulserasi : pembentukan atau perkembangan ulkus


Eritematouse : warna kemerahan akibat congesti pembuluh kapiler
Mucosa bukal : membran mukosa yang berhubungan langsung dengan
ginggiva dan dental
Halitosis : bau mulut yang khas karena tidak higienis
Palatum : langit-langit mulut (terdapat palatum durum dan palatum mole)
Mucosa labial : membran bibir bagian dalam
HIV : Human imunodeficiency virus

The Fundamental
Anatomi
a. Cavum oris
Merupakan bagian pertama dari traktus digestivus, namun juga berguna
untuk jalan udara pernafasan, dan untuk berbicara.
Batas-batas :

Lateral : Pipi
Depan : Bibir
Atas : Palatum
Bawah : lidah, mukosa dasar mulut
Belakang : arcus palatoglossus dan arcus palatofaringeus (isthmus
faucium)

Cavum oris dapat dibagi menjadi 2 :


Cavum oris propium :bagian mulut yang terletak di sebelah dalam
arcus dentalis dan ginggiva, ke dorsal sampai arcus palatoglossus.
Atapnya dibentuk oleh :

Palatum durum (bagian keras)


Palatum molle (bagian dorasal, lunak)
Bibir merupakan suatu lipatan, disebelah luar terdiri atas kulit
sedangkan sebelah dalam terdiri atas mukosa, diantaranya terdapat
n.Orbicularis oris, vasa labialis,serabut-serabut syaraf jaringan
alveolar ,lemak dan gl.labialis

Lidah merupakan suatu organ yang mobil, menonjol keatas dari


dasar mulut, dan bagian dorsalnya merupakan dinding depan
oropharing. Berfungsi untuk mendorong makanan masuk ke
orofaring.
Memiliki otot2 intrinsik yang berfungsi untuk membentuk lidah dan
otot2 ekdtrinsik yang berfungsi untuk menggerakkan lidah.
Terbagi menjadi 3 bagian : apex, corpus dan radix.
Pada tunica mucosa linguae terdapt penonjolan atau beberapa
papila.
Vascularisasi oleh cabang2 a.lingualis

Saliva merupakan cairan yang jernih (0,5-1,5L/ hari), dihasilkan


oleh berbagai kelenjar didalam mulut.Berfungsi untuk membasahi
lidah dan dinding mulut, sehingga mempermudah gerakan lidah dan
menelan makanan. Kelenjar-kelenjar yang menghasilkannya:
o
Glandula oris : gl. Labialis,gl. Buccales,gl.palatinae,gl.
Lingualis (tambahan)
o
Glandula salivarii : gl.parotis, gl.submandibula,gl.sublingua

Palatum merupakan atap dari rongga mulut dan memisahkan


rongga ini dari cavum nasi dan nasofaring.
Memiliki 5 otot.
Vestibulum oris : suatu interval antara bibir , pipi disatu pihak ( luar)
dan arcus dentalis superior dan inferior, ginggiva rahang atas dan
bawah ,pada pihak lainnya ( dalam ) yang berbentuk tapal kuda

Cavum oris dibentuk oleh :


Ost. Mandibularis dan Ost. Maxillaris

Situs Colli, bagian anatomi FK UNDIP

RAS
Recurrent aphthous stomatitis (RAS) adalah lesi mukosa rongga mulut yang paling sering terjadi, ditandai
dengan ulser yang timbul berulang di mukosa mulut pasien dengan tanpa adanya gejala dari penyakit lain.(2)
Berdasarkan manifestasi klinis terdapat tiga kategori RAS :
1) Minor RAS (MiRAS), terjadi lebih dari 80% dari semua kasus RAS yang ditandai oleh ulser bulat atau oval,
dangkal dengan diameter < 10 mm dan dikelilingi oleh pinggiran yang eritematus. MiRAS biasanya mengenai
daerah-daerah non-keratin seperti mukosa labial, mukosa bukal dan dasar mulut, tetapi tidak mengenai daerah
keratin seperti gingiva, palatum atau dorsum lidah. Sebagian besar terjadi pada masa anak-anak. Lesi berulang
dengan frekuensi yang bermacam-macam, dalam beberapa waktu 1-5 ulser bisa muncul dan sembuh dalam
waktu 10-14 hari tanpa meninggalkan bekas.(3,4)
2) Major RAS (MaRAS), biasa juga disebut periadenitis mucosa necrotica recurrens yang diderita oleh kira-kira
10% penderita RAS. Bentuk lesi serupa dengan minor RAS, tetapi ulser berdiameter > 10 mm, tunggal atau
jamak dengan menimbulkan rasa sakit. Demam, disfagia dan malaise terkadang muncul pada awal munculnya
penyakit. Sering terdapat pada bibir, palatum molle dan dapat terjadi pada bagian mana saja dari mukosa mulut.
Ulser berlangsung selama 6 minggu atau lebih dan sembuh dengan meninggalkan jaringan parut.(3,5)
3) Herpetiform RAS (HuRAS), terdapat hanya 5-10% dari semua kasus RAS. Nama ini digunakan karena mirip
dengan lesi intraoral pada infeksi virus herpes simplex primer (HSV), tetapi HSV tidak mempunyai peran etiologi
pada HuRAS atau dalam setiap bentuk ulser RAS lainnya. Bentuk lesi ini ditandai dengan ulser-ulser kecil,
berbentuk bulat, sakit, penyebarannya luas dan dapat menyebar di rongga mulut. 100 ulser kecil bisa muncul
pada satu waktu, dengan diameter 1-3 mm, bila pecah bersatu ukuran lesi menjadi lebih besar. Ulser akan
sembuh dalam waktu 10-14 hari tanpa meninggalkan bekas.(3,5,6)
Faktor Penyebab RAS (5,7)
Faktor herediter, misalnya kesamaan yang tinggi pada anak kembar, dan pada anak-anak yang kedua
orangtuanya menderita RAS

Hematologik defisiensi terutama zat besi, folat, vitamin B12


Alergi terhadap makanan seperti susu, keju, gandum dan terigu
Gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi). Terbentuknya RAS ini pada fase luteal dari
siklus haid pada beberapa penderita wanita
Abnormalitas immunologis atau hipersensitif terhadap organisme oral seperti
Streptococcus sanguis
Trauma lokal
Stress psikologis
Pada penderita yang sering merokok juga bisa menjadi penyebab dari RAS. Pembentukan ulser pada perokok
yang dahulunya bebas simtom, ketika kebiasaan merokok dihentikan
Manifestasi Klinis
Lesi pada mukosa oral didahului dengan timbulnya gejala seperti terbakar (prodormal burning) pada 2-48 jam
sebelum ulser muncul. Selama periode initial akan terbentuk daerah kemerahan pada area lokasi. Setelah
beberapa jam, timbul papul, ulserasi, dan berkembang menjadi lebih besar setelah 48-72 jam.
Lesi bulat, simetris, dan dangkal, tetapi tidak tampak jaringan yang sobek dari vesikel yang pecah. Mukosa bukal
dan labial merupakan tempat yang paling sering terdapat ulser. Namun ulser juga dapat terjadi pada palatum dan
gingiva.(5)
Terapi
Perawatan RAS biasanya berupa perawatan suportif. Tujuan utama dari perawatan ini adalah untuk mengurangi
rasa sakit dan mempercepat penyembuhan. Obat-obat yang biasa digunakan adalah kortikosteroid topikal,
analgesik, dan antimikroba. Untuk kasus ringan dapat diaplikasikan obat topikal seperti orabase. Sebagai pereda
rasa sakit dapat diberikan topikal anestesi.
Kasus berat dapat diaplikasikan preparat kortikosteroid topikal, seperti triamcinolon atau fluorometholon (2-3 kali
sehari setelah makan dan menjelang tidur). Tetrasiklin obat kumur dan gel dapat mempersingkat waktu
penyembuhan ulser. Pada pasien ulser major atau multiple ulser minor yang parah yang tidak responsif terhadap
terapi topikal, diberikan terapi sistemik.(5)
Untuk menghindari terjadinya RAS, diantaranya dengan menjaga kebersihan rongga mulut serta mengkonsumsi
nutrisi yang cukup, terutama pada makanan yang mengandung vitamin B12 dan zat besi. Selain itu, dianjurkan
juga untuk menghindari stres.(7)
2. Vitamin B12
Vitamin B12 (kobalamin) adalah vitamin larut air yang sangat penting. Berbeda dengan vitamin larut air lainnya
tidak cepat dikeluarkan dalam urin, tetapi dikumpulkan dan disimpan dalam hati, ginjal dan beberapa jaringan
tubuh lainnya. Kekurangan vitamin B12 tidak saja terjadi karena asupannya yang kurang. Asupan vitamin lain
berlebihan pun dapat mengakibatkan defisiensi B12. Misalnya, karena berlebihan mengkonsumsi vitamin C.(8,9)
Banyak sekali fungsi kobalamin dalam tubuh. Vitamin ini dikenal sebagai penjaga nafsu makan dan mencegah
terjadinya anemia (kurang darah) dengan membentuk sel darah merah. Karena peranannya dalam pembentukan
sel, defisiensi kobalamin bisa mengganggu pembentukan sel darah merah, sehingga menimbulkan
berkurangnya jumlah sel darah merah. Akibatnya, terjadi anemia. Gejalanya meliputi kelelahan, kehilangan nafsu
makan, diare, dan murung.(8,9)
Defisiensi berat vitamin B12 potensial menyebabkan bentuk anemia fatal yang disebut Pernicious anemia.
Vitamin B12 hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit, timbulnya gejala defisiensi berat itu perlu waktu lima tahun
atau lebih. Ketika gejalanya muncul ke permukaan, biasanya pada usia pertengahan, defisiensi itu lebih karena
penyakit pencernaan atau gangguan penyerapan daripada karena menu yang miskin B12, kecuali bagi yang
vegetarian berat.(8,9)
Vitamin B12 berfungsi sebagai pendonor metil dan bekerja sebagai asam folat untuk sintesa DNA dan sel darah
merah serta mencegah kerusakan sistem saraf dengan membantu pembentukan mielin pada urat saraf.(8,9)
Karena berperan dalam melindungi fungsi saraf, defisiensi kobalamin bisa menimbulkan pembentukan sel saraf
terganggu, dan mengakibatkan kerusakan sistem saraf. Gejalanya, kehilangan daya ingat dan orientasi,
gampang bingung, delusi (berkhayal), kelelahan, kehilangan keseimbangan, refleks menurun, mati rasa, geli di
tangan dan kaki, serta pendengaran terganggu.
Sumber utama kobalamin antara lain daging beserta produk olahannya, ginjal, hati, kerang, ketam, kepiting, ikan
(salmon, tuna), berbagai makanan laut (seafood) lain, unggas, dan telur. Termasuk susu dan produk olahannya.
Sumber lainnya adalah miso (produk fermentasi kedelai, semacam tauco) dan tempe (terutama yang dibuat
secara tradisional). Pada tempe buatan pabrik tidak ditemukan kobalamin. Bagi kaum vegetarian yang akan
meningkatkan jumlah vitamin B12, dapat makan sereal ataupun susu kedelai yang diperkaya dengan vitamin dan

mineral.(9)
3. Perawatan RAS dengan Vitamin B12
Berdasarkan penelitian dari Ilia Volkov, Inna Rudoy, Roni Peleg dan Yan Press, diperoleh hasil bahwa vitamin
B12 dapat digunakan untuk perawatan RAS. Pada penelitian ini, 15 pasien penderita RAS dirawat dengan
vitamin B12 selama 4 tahun. Pasien ditanya apakah ulser berulang. Sebelum dilakukan terapi vitamin B12 telah
dilakukan penilaian terhadap jumlah darah dan vitamin B12 plasma serta asam folat dapat diperkirakan.
Digunakan satu dari dua terapi yang dianjurkan yaitu:
(1) Injeksi vitamin B12 IM (1000 mcg per minggu untuk bulan pertama dan kemudian 1000 mcg per bulan) untuk
pasien dengan level serum vitamin B12 dibawah 100 pg/ml, pasien dengan neuropathy peripheral atau anemia
makrocytik, dan pasien berasal dari golongan sosioekonomi bawah.
(2) Tablet vitamin B12 sublingual (1000 mcg) per hari.
Tidak ada perawatan lain yang diberikan untuk penderita RAS selama perawatan dan pada waktu follow-up.
Periode follow-up mulai dari 3 bulan sampai 4 tahun.
Hasil dari penelitian tersebut :
Sembilan pasien (60%) adalah laki-laki. Usia rata-rata umur 15-86 tahun. Populasi pasien berasal dari etnik
heterogen yaitu 8 bangsa Yahudi dan 7 suku Badui.
Sebelas dari 15 pasien (73%) dirawat dengan injeksi IM, dalam banyak kasus dihubungkan dengan
pertimbangan sosial ekonomi. Hasil dari perawatan dilihat pada tabel 1 dan gambar 4. Sebelas pasien dilaporkan
sembuh cepat dari RAS selama perawatan dan empat dilaporkan terjadi pengurangan frekuensi dan keparahan
RAS. Dua dari empat pasien tidak melaporkan kesembuhan perawatan dengan vitamin B12 sublingual. Dua
pasien lainnya yang dirawat dengan vitamin B12 IM, mempunyai periode waktu sembuh lama (lebih dari 2
bulan). Apabila dua pasien ini mendapat injeksi IM maka ulser tersebut akan hilang sepenuhnya.(1)
KESIMPULAN
Recurrent aphthous stomatitis (RAS) adalah lesi mukosa rongga mulut yang paling sering terjadi, ditandai
dengan ulser yang timbul berulang di mukosa mulut pasien dengan tanpa adanya gejala dari penyakit lain.
Secara klinis kondisi RAS dibagi menjadi 3 tipe yaitu minor, major dan herpetiform.
Berdasarkan penelitian, perawatan dengan vitamin B12 dapat efektif untuk pasien-pasien yang menderita
RAS, tanpa melihat level serum vitamin B12.
Untuk menghindari terjadinya RAS, diantaranya dengan menjaga kebersihan rongga mulut serta
mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama pada makanan yang mengandung vitamin B12 dan zat besi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilia Volkov, Inna Rudoy, Roni Peleg, and Yan Press. Successful treatment of recurrent aphthous stomatitis of
any origin with vitamin B12 (irrespective of its blood level): [internet]. Available from: http://www.ispub.com
2. Recurrent Aphthous Stomatitis: [internet]. Available from: http://www.healthmantra.com
3. Recurrent Aphthous Ulceration: [internet]. Available from: http://www.google.com
4. Ginat W Mirowski. Aphthous Stomatitis: [internet]. Available from: http://www.emedicine.com
5. Stomatitis Aphtosa Rekuren: [internet]. Available from: http://www.excellent.telkom.com
6. Crispian Scully. Meir Gorsky, and Francina Lozada-Nur. The diagnosis and management of recurrent aphthous
stomatitis: [internet]. Available from: http://www.jada.ada.org/
7. Stomatitis Aphtosa: [internet]. Available from: http://www.fkuii.org/
8. Hans R. Larsen. Vitamin B12: [internet]. Available from: http://www.yourhealthbase.com/
9. Kekurangan vitamin B12 hambat pertumbuhan: [internet]. Available from: http://www.listbot.com
DAFTAR ISTILAH
Abnormalitas : kualitas atau kenyataan tidak normal.
Alergi : keadaan hipersensitif yang didapat karena terpapar terhadap suatu alergen tertentu dan pada waktu
dipaparkan kembali memperlihatkan peningkatan kemampuan bereaksi.
Anemia makrocytik : nama yang dipakai suatu golongan anemia yang tidandai dengan sel darah merah lebih
besar dari normal, tidak ada daerah pucat sentral yang biasanya ada dan volume eritrosit rata-rata serta

hemoglobin eritrosit rata-rata lebih besar.


Disfagia : kesukaran untuk menelan.
Eritematus : ditandai oleh eritema.
Herediter : ditularkan secara genetik dari induk kepada keturunannya.
Hematologik : ilmu yang mempelajari mengenai morfologi darah dan jaringan pembentuk darah.
Hipersensitif : memiliki kemampuan umum atau khusus bereaksi dengan tanda dan gejala karakteristik terhadap
pemberian atau sentuhan dengan bahan tertentu (alergen) dalam jumlah tak berbahaya bagi individu normal.
Idiopatik : keadaan patologik yang timbul spontan bukan karena traumatik atau simpatis.
Imunologi : cabang ilmu biologis yang berkaitan dengan respon organisme terhadap pantangan antigenik,
pengenalan diri sendiri dari bukan dirinya serta semua aspek biologis (in vivo, serologis, in vitro dan kimia fisika
dari fenomena imun).
Malaise : perasaan tak menentu pada tubuh yang tidak nyaman.
Patologik : sifat esensial penyakit khususnya perubahan struktural serta fungsional pada jaringan dan organ
tubuh yang menyebabkan atau disebabkan penyakit.
Periadenitis : inflamasi jaringan sekitar kelenjar.
Prodromal : gejala yang mendahului suatu penyakit.
Suportif : meredakan gejala penyakit tapi tidak menyembuhkan
Sintesa : pembuatan senyawa kimia secara artificial dan penggabungan unsur-unsurnya.

HALITOSIS

Obat kumur effektif :


Alkohol >> = bau mulut >>
Asal makanan
Bawang, jengkol
Ekstra oral
Penyakit sistemik saluran pencernaan permukaan atas
Intra oral
-

Impaksi makanan pada gigi berjejal, caries

Mekanisme mengunyah (otot2 mengunyah/4)


Mekanisme menelan (3 fase : volunteer, pharyngeal, oesophageal)

Anda mungkin juga menyukai