Anda di halaman 1dari 7

SNTMUT - 2014

ISBN: 978-602-70012-0-6

PENGARUH TEMPERING MENGGUNAKAN PEMANAS INDUKSI TERHADAP


NILAI KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO MATERIAL BAJA ST-60
PASCA QUENCHING
A.P. Bayuseno*, E. Yohana, M. Dzulfikar, D.I. Prasetyo, M. Khafidh dan R. Ismail*
Jurusan Teknik Mesin Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudharto, Kampus UNDIP Tembalang Semarang 50275
*Email: abayuseno@yahoo.com dan r_ismail@undip.ac.id
Abstrak
Salah satu fungsi penting alat pemanas induksi (induction heating) adalah pengerasan
permukaan pada logam. Meskipun pengerasan menggunakan pemanas induksi telah
berkembang pesat di luar negeri ternyata metode ini masih belum populer di Jawa Tengah.
Sejumlah Industri Kecil dan Menengah di Jawa Tengah masih terbatas menggunakan
proses pengerasan menggunakan furnace sehingga peningkatan kekerasan dialami seluruh
bagian logam. Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan proses quenching menggunakan
metode pemanas induksi untuk pengerasan permukaan. Nilai kekerasan yang dihasilkan
pada proses quenching masih terlalu tinggi (55-60 HRC) sehingga perlu diturunkan
menggunakan proses tempering hingga mencapai nilai kekerasan yang diharapkan (50
HRC). Tujuan dari penelitian ini adalah eksperimen proses tempering menggunakan alat
induction heating pada material baja ST-60 yang telah mengalami proses quenching. Variasi
yang dilakukan adalah nilai temperatur pemanasan dan durasi waktu penahanan
pemanasan. Spesimen dianalisa dengan uji kekerasan makro dan uji mikrografi. Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa nilai kekerasan mengalami penurunan menjadi 50 HRC
sesuai dengan target dan hasil uji mikrografi menunjukkan perbedaan struktur mikro
martensite di tepi benda uji dan fearite-pearlite di tengah benda uji.
Kata kunci: pemanas induksi, pengerasan permukaan, quenching, tempering.

Pendahuluan
Pemanas induksi merupakan teknologi praktis yang telah banyak dikembangkan
pada berbagai aplikasi industri, misalnya pengerasan permukaan pada industri komponen
otomotif, pengelasan pada industri manufaktur logam, teknologi pemanasan pada industri
pengecoran dan teknologi pemanasan pada industri pembentukan logam (Rudnev, 2003).
Pada teknologi pengerasan logam di berbagai industri, keuntungan yang dimiliki teknologi
pemanas induksi adalah akurasi titik/lokasi pemanasan dan temperatur pemanasan
(Bowyer, 1987). Akibat pemanasan yang bersifat selektif maka energi yang diperlukan
lebih sedikit daripada pemanasan pada keseluruhan produk, waktu yang dibutuhkan lebih
singkat dan mengurangi distorsi panas yang berlebihan.
Baja karbon menengah memenuhi persyaratan untuk mendapatkan pengerasan
secara langsung. Pengerasan dilakukan dengan memanaskan benda kerja hingga
temperatur austenisasi dilanjutkan dengan proses pencelupan di dalam media pendingin.
Teknik ini dapat digunakan untuk pengerasan roda gigi, poros engkol, batang katup, pin,
rel dll. Penelitian dan industri di luar negeri menunjukkan bahwa teknologi ini telah
berkembang sangat pesat (Rudnev, dkk., 2003). Meski demikian masih sedikit penelitian
dan aplikasi pemanas induksi di dalam negeri, baik di universitas maupun di IKM. Pada
survei lapangan yang dilakukan tim peneliti di beberapa industri kecil dan menengah
(IKM) produk logam yang terletak di Tegal, Jawa Tengah menunjukkan bahwa teknologi
pemanas induksi (induction heating) belum berkembang dengan baik. Tegal yang terletak
di sisi utara Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu tolok ukur perkembangan
industri manufaktur logam IKM nasional. Pada kenyataannya, proses pengerasan yang
dikenal di Tegal masih sebatas penggunaan tungku pemanas atau dapur peleburan.
Salah satu produk yang memerlukan pengerasan permukaan adalah pin kereta api
yang dipesan oleh Balai Yasa PT. KAI. Kebutuhan PT. KAI adalah mengeraskan
permukaan pin yang akan digunakan pada gerbong kereta api. Selama ini IKM di Tegal
masih mengeraskan permukaan menggunakan tungku sehingga mengeraskan hampir
Proceedings Seminar Nasional Teknik Mesin Universitas Trisakti
Gd. Hery Hartanto, Teknik Mesin - FTI - Usakti, 20 Februari 2014

MET01 - 1

SNTMUT - 2014

ISBN: 978-602-70012-0-6

seluruh bagian permukaan pin. Kontribusi pemerintah dan peneliti dari universitas sangat
diharapkan dalam membantu dan mendukung IKM untuk mengatasi permasalahan dan
memenangkan persaingan di era perdagangan bebas. Penelitian ini merupakan bentuk
kontribusi dari peneliti di universitas untuk membantu masalah di IKM mengenai
penerapan teknologi induction heating yang belum berkembang dengan baik.
Beberapa penelitian pendahuluan telah dilakukan berkaitan dengan simulasi dan
pemodelan pengerasan permukaan (Ismail, 2009a, Ismail, 2009b dan Jamari 2011), uji
coba pengerasan permukaan menggunakan pemanas induksi pada roda gigi (Ismail,
2011) dan pemanfaatan pemanas induksi untuk beberapa keperluan IKM (Ismail, 2013).
Untuk kasus pin yang terbuat dari material ST 60, Ismail dkk. (2014) telah meneliti
pengerasan quenching menggunakan alat pemanas induksi dan menghasilkan nilai
kekerasan permukaan yang berkisar antara 55-60 HRC. Nilai kekerasan pin yang
dibutuhkan adalah 50 HRC sehingga dibutuhkan proses penurunan kekerasan
menggunakan metode tempering. Penurunan kekerasan permukaan dapat dilakukan
menggunakan alat pemanas induksi.
Temperatur adalah faktor lingkungan terpenting untuk mengubah sifat material.
Pengaturan temperatur sering digunakan untuk memperoleh sifat yang diinginkan dengan
merubah struktur mikronya. Tempering didefinisikan sebagai proses pemanasan logam
setelah dikeraskan di bawah temperatur kritis yang dilanjutkan dengan proses
pendinginan udara. Dari proses tempering akan dihasilkan penurunan kekerasan,
penurunan kekuatan tarik, peningkatan keuletan dan peningkatan ketangguhan baja.
Meskipun proses ini menghasilkan baja yang lebih lunak, proses ini berbeda dengan
proses anil (annealing) karena dalam tempering sifat-sifat fisis dapat dikendalikan
dengan cermat (Ashby, 1998). Tujuan dari penelitian ini adalah menyajikan laporan teknis
dari penggunaan induction heating terhadap nilai kekerasan makro dan struktur mikro
material ST 60 akibat proses tempering dengan variasi nilai temperatur dan lama waktu
penahanan.
Metodologi Penelitian
Material Benda Uji
Material yang digunakan sebagai benda uji adalah baja karbon menengah ST-60
(kadar karbon berkisar 0,45 0,5 %) yang telah di-quenching sebagaimana dilaporkan
pada penelitian sebelumnya (Ismail, dkk., 2014). Peletakan benda uji pada koil pemanas
dan dimensi benda uji ditunjukkan pada Gambar 1.
54,
27 mm

2
9

10 mm
2 mm

Gambar 1. Posisi benda uji pada koil pemanas induksi dan dimensi benda uji
Peralatan Percobaan
Peralatan utama yang digunakan adalah sebuah alat induction heating yang secara
umum terdiri dari inverter, trafo, pompa untuk mengalirkan air pendingin serta koil
pemanas yang berfungsi mengalirkan eddy current pada benda uji (Gambar 1). Gambar 2
menunjukkan alat induction heating yang digunakan dalam penelitian ini. Pengukur
temperatur yang digunakan adalah termometer inframerah serta termokopel dan display.
Pengukuran kekerasan dan gambar mikrografi didapatkan dengan menggunakan alat uji
kekerasan Rockwell dan mikroskop optik Olympus di Laboratorium Bahan dan Teknik
Jurusan Teknik Mesin UNDIP.

Proceedings Seminar Nasional Teknik Mesin Universitas Trisakti


Gd. Hery Hartanto, Teknik Mesin - FTI - Usakti, 20 Februari 2014

MET01 - 2

SNTMUT - 2014

ISBN: 978-602-70012-0-6

Gambar 2. Alat pemanas induksi


Prosedur Pengujian
Pengujian ini diawali penyiapan spesimen yang sudah dilakukan proses quenching
dengan media pendingin oli, menggunakan frekuensi induksi sebesar 55 60 KHz
dengan tebal pengerasan antara 3-6 mm sebagaimana dijelaskan Ismail dkk. (2014).
Langkah berikutnya adalah membuat koil sebagai media pemanas induksi untuk proses
tempering. Pada tahap eksperimen, benda uji ST-60 hasil quenching diletakkan di tengahtengah koil pemanas dan dipanaskan dengan variasi temperatur waktu pemanasan. Tiga
buah variasi pemanasan yang dipilih adalah: (i) temperatur 300oC dengan waktu penahan
20 detik, (ii) temperatur 300oC dengan waktu penahan 40 detik dan (iii) temperatur 350oC
dengan waktu penahan 20 detik. Hal ini dipilih untuk mendapatkan pengaturan yang
sesuai agar kekerasan pada benda uji sesuai yang diinginkan yaitu sekitar 50 HRC.
Setelah selesai masa pemanasan induksi, material dibiarkan di udara terbuka agar
temperatur turun secara alamiah mencapai temperatur ruang. Prosedur selanjutnya
adalah melakukan pengujian nilai kekerasan dan uji mikrografi.
Hasil dan Pembahasan
Temperatur
Gambar 3 menunjukkan tiga variasi temperatur dan lama penahanan yang
dilakukan pada penelitian ini menggunakan alat pemanas induksi. Untuk mencapai
temperatur temper yang diharapkan dibutuhkan waktu sekitar 35 40 detik.

Gambar 3. Variasi temperatur dan lama penahanan proses tempering: Spesimen 1


dengan T = 300oC dan t = 20 detik, Spesimen 2 dengan T = 300oC dan t = 40 detik dan
Spesimen 3 dengan T = 350oC dan t = 20 detik

Proceedings Seminar Nasional Teknik Mesin Universitas Trisakti


Gd. Hery Hartanto, Teknik Mesin - FTI - Usakti, 20 Februari 2014

MET01 - 3

SNTMUT - 2014

ISBN: 978-602-70012-0-6

(a)

(b)

Gambar 4. Pengujian nilai kekerasan pada benda uji: (a) skema rencana lokasi
pengujian kekerasan dan (b) hasil pengujian kekerasan pada benda uji ST-60

(a)

(c)

(e)

(b)

(d)

(f)

Gambar 5. Distribusi kekerasan pada benda uji hasil quenching (a, c dan e) dan distrubusi
kekerasan benda uji hasil proses tempering (b, d dan f) untuk Spesimen 1, 2 dan 3.
Proceedings Seminar Nasional Teknik Mesin Universitas Trisakti
Gd. Hery Hartanto, Teknik Mesin - FTI - Usakti, 20 Februari 2014

MET01 - 4

SNTMUT - 2014

ISBN: 978-602-70012-0-6

Kekerasan
Gambar 4 menunjukkan lokasi pengujian kekerasan benda uji. Total terdapat 8
lokasi pengujian dimana masing-masing sisi permukaan benda uji terdapat 4 lokasi
pengujian (lokasi A, B, C dan D). Pada setiap lokasi pengujian terdiri dari 10 titik sebagai
fungsi keadalaman pengerasan. Hasil pengujian distribusi kekerasan hasil quenching
terlihat pada Gambar 5 (a, c dan e) sedangkan hasil pengujian distrubusi kekerasan hasil
tempering terlihat pada Gambar 5 (b, d dan f).
Gambar 5 (a-b) menunjukkan perbedaan kekerasan yang terjadi pada Spesimen 1,
pasca proses quenching (a) dan pasca proses tempering (b). Pada tepi benda uji,
kekerasan material mengalami penurunan dari sekitar 55 HRC pada quenching menjadi
sekitar 45 HRC setelah tempering. Gambar 5 (c-d) menunjukkan perbedaan kekerasan
yang terjadi pada Spesimen 2, pasca proses quenching (c) dan pasca proses tempering
(d) dengan nilai kekerasan mengalami penurunan dari sekitar 57 HRC menjadi sekitar 52
HRC. Gambar 5 (e-f) menunjukkan perbedaan kekerasan yang terjadi pada Spesimen 3,
pasca proses quenching (e) dan pasca proses tempering (f) dengan nilai kekerasan
mengalami penurunan dari sekitar 56 HRC menjadi sekitar 50 HRC. Ketiga variasi
pengujian yang telah dilaksanakan menghasilkan nilai kekerasan akhir berkisar antara 45
52 HRC dan memenuhi range kekerasan yang ditargetkan. Meski demikian proses
pengerasan permukaan menggunakan pemanas induksi memerlukan pengulangan data
yang lebih banyak sehingga didapatkan kisaran yang nilai kekerasan yang lebih tepat.
Struktur mikro
Pengujian struktur mikro berguna untuk mengetahui perubahan struktur yang terjadi
pada material dari tepi sampai tengah material. Gambar 6 (a-d) menunjukkan evo-

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 6. Evolusi struktur mikro pada Spesimen 3: (a) jarak 2 mm dari tepi, (b)
jarak 4 mm dari tepi (c), jarak 6 mm dari tepi dan (d) jarak 8 mm dari tepi

Proceedings Seminar Nasional Teknik Mesin Universitas Trisakti


Gd. Hery Hartanto, Teknik Mesin - FTI - Usakti, 20 Februari 2014

MET01 - 5

SNTMUT - 2014

ISBN: 978-602-70012-0-6

lusi struktur mikro yang terjadi pada material dengan perbesaran 100X. Gambar 6 (a)
diambil 2 mm dari tepi benda uji menunjukkan transformasi struktur mikro yang berubah
menjadi martensite, hal ini relevan dengan pengukuran kekerasan yang meningkat tajam.
Gambar 6 (b-c) menunjukkan struktur mikro pada jarak 4 dan 6 mm dari permukaan
benda uji. Perubahan struktur mikro secara bertahap akibat efek dari pemanasan dimana
perlakuan panas pada bagian ini tidak mencapai suhu austenisasi. Kemudian, struktur
mikro dengan fasa mendekati ferite-perlite (Gambar 6 d) sebagai mikro-struktur awal
benda uji ST 60 mulai ditemukan pada kedalaman 8 mm.
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa alat induction heating dapat digunakan untuk
melakukan proses tempering guna menurunkan kekerasan benda uji ST-60 akibat
quenching dari sekitar 55-57 HRC menjadi berkisar 45-52 HRC. Ketiga variasi yang dipilih
pada percobaan ini mampu menghasilkan penurunan kekerasan hingga memenuhi target
yang diharapkan. Proses pengulangan pengujian diperlukan untuk mendapatkan kisaran
penurunan kekerasan yang lebih tepat. Struktur mikro dari material berevolusi dari feritepearlite pada pusat benda uji menjadi martensit pada tepi benda uji. Hal ini sesuai dengan
hasil uji kekerasan dimana kekerasan pada tepi benda uji mengalami peningkatan tajam
sedangkan pada pusat benda uji tidak mengalami peningkatan. Penelitian ini memberikan
kontribusi pada IKM untuk mengembangkan teknologi induksi pada masa mendatang.
Ucapan Terima kasih
Tim peneliti mengucapkan terimakasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Republik Indonesia untuk pendanaan
hibah penelitian MP3EI dengan nomor kontrak 545/SK/UN7.3.3/VI/2013.
Daftar pustaka
M.F. Ashby, D.R.H. Jones, 1998, Engineering Materials 2: An Introduction to
Microstructures, Processing and Design, 2nd Edition, Butterworth Heinemann, Oxford, UK.
E. Bowyer, 1987, Practical Heat Treating, American Society for Metal (ASM), Ohio, US.
R. Ismail, M. Tauviqirrahman, Jamari dan D.J. Schipper, 2009, Finite Element Analysis of
Sliding Contact of a Hard Cylinder on a Layered Elastic-Plastic Solid," Proceedings of
International Conference on Advances Mechanical Engineering (ICAME), Shah Alam,
Malaysia.
R. Ismail, M. Tauviqirrahman, Jamari dan D.J. Schipper, 2009, "The Finite Element Study
of Static Contact on Multilayered Solids," The 6th International Conference on Numerical
Analysis in Engineering, Mataram, Nusa Tenggara Barat, Indonesia.
R. Ismail, Jamari, M. Tauviqirrahman, Sugiyanto dan T. Andromeda, 2011, Surface
Hardening Characterization of Transmission Gears, Prosiding Seminar Nasional Sains
dan Teknologi 2, Universitas Wahid Hasyim, Semarang.
R. Ismail, M. Tauviqirrahman, A.P. Bayuseno, Sugiyanto dan Jamari, 2013, Pemanfaatan
Alat Pemanas Induksi untuk Industri Kecil dan Menengah, Prosiding Seminar Nasional
Mesin dan Teknologi Kejuruan, Universitas Negeri Jakarta, Jakarta.
R. Ismail, D. I. Prasetyo, M. Tauviqirrahman, E. Yohana dan A.P. Bayuseno, 2014,
Induction Hardening of Carbon Steel Material: The Effect of Specimen Diameter,
International Conference on Key of Engineering (ICKEM), Accepted.

Proceedings Seminar Nasional Teknik Mesin Universitas Trisakti


Gd. Hery Hartanto, Teknik Mesin - FTI - Usakti, 20 Februari 2014

MET01 - 6

SNTMUT - 2014

ISBN: 978-602-70012-0-6

Jamari, R. Ismail dan M. Tauviqirrahman, 2011, Modeling of Surface Hardening Layer on


Transmission Gear, International Conference and Exhibition on Sustainable Energy and
Advanced Materials (ICE SEAM 2011) Solo-Indonesia.
V. Rudnev, D. Loveless, R. Cook dan M. Black, 2003, Handbook of Induction Heating,
Marcel Dekker Inc., USA.

Proceedings Seminar Nasional Teknik Mesin Universitas Trisakti


Gd. Hery Hartanto, Teknik Mesin - FTI - Usakti, 20 Februari 2014

MET01 - 7

Anda mungkin juga menyukai