Anda di halaman 1dari 1

Oleh:

Dian Nur Safariana

125100300111033

Anggri Purnadita

125100300111069

Iftitah Ihvana

125100301111023

Mey Wulandari

125100301111028

Desi Tristia N.

125100301111038

Kebijakan Pangan Komoditas Susu di Indonesia


Penduduk Indonesia merupakan yang terpadat di Asia Tenggara dengan populasi
sekitar 230 juta pada saat ini, dan diperkirakan mencapai 240 juta pada tahun 2010 dengan
rata-rata pertumbuhan populasi 1,5 persen per tahun. Salah satu asupan protein hewani
yang mengandung zat nutrisi lengkap dan sangat dibutuhkan manusia, khususnya anakanak adalah susu, dimana saat ini produksi dalam negeri baru memenuhi sepertiga,
sedangkan dua pertiganya masih harus diimpor. Total permintaan susu pada tahun 2006
adalah 2,1 juta ton, dimana penyediaan baru mencapai sekitar 489 ribu ton (DITJEN
PETERNAKAN, 2006). Rata-rata konsumsi susu masyarakat Indonesia saat ini adalah 7 kg
per tahun, atau sekitar 10 20 tetes per hari.
Menurut Dirjen Industri Agro, Kementerian Perindustrian, Panggah Susanto (2015),
kebutuhan bahan baku susu segar dalam negeri (SSDN) untuk susu olahan dalam negeri
saat ini sekitar 3,3 juta ton per tahun, dengan pasokan bahan baku susu segar dalam negeri
690 ribu ton per tahun (21 persen) dan sisanya sesebsar 2,61 juta ton (79 persen) masih
harus diimpor dalam bentuk skim milk powder, anhydrous milk fat, dan butter milk powder
dari berbagai negara seperti Australia, New Zealand, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
Untuk menjaga dan meningkatkan keamanan terhadap konsumsi susu nasional
pemerintah telah banyak membuat kebijakan. Kebijakan tersebut telah banyak diaplikasikan
salah satunya diantaranya adalah implementasi terhadap susu impor dengan menerapkan
tarif bea masuk. Pemerintah menetapkan tarif bea masuk sebesar lima persen atas impor
tujuh produk-produk susu tertentu terhitung sejak 28 Mei 2009 lalu. Hal tersebut dituangkan
melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor: 101/PMK.011/2009 per 28 Mei 2009.
Sebelumnya, tarif bea masuk produk-produk susu dimaksud sebesar nol persen sesuai PMK
Nomor: 19/PMK.011/2009 per 13 Februari 2009. Pengembangan kawasan peternakan
sapi
perah dapat
dilakukan
dengan
empat
pendekatan,
yaitu pendekatan
agroekosistem, sistem agribisnis, terpadu, dan partisipatif. Selain itu terdapat beberapa
program pengembangan persusuan nasional yaitu dapat dilaksanakan sebagai berikut
(Farid dan Sukesi, 2011)
Kata Kunci: Kebijakan, Konsumsi Susu, Tarif bea masuk

Anda mungkin juga menyukai