Penduduk Indonesia merupakan yang terpadat di Asia Tenggara dengan populasi sekitar 230 juta pada saat ini, dan diperkirakan mencapai 240 juta pada tahun 2010 dengan rata-rata pertumbuhan populasi 1,5 persen per tahun. Salah satu asupan protein hewani yang mengandung zat nutrisi lengkap dan sangat dibutuhkan manusia, khususnya anakanak adalah susu, dimana saat ini produksi dalam negeri baru memenuhi sepertiga, sedangkan dua pertiganya masih harus diimpor. Total permintaan susu pada tahun 2006 adalah 2,1 juta ton, dimana penyediaan baru mencapai sekitar 489 ribu ton (DITJEN PETERNAKAN, 2006). Rata-rata konsumsi susu masyarakat Indonesia saat ini adalah 7 kg per tahun, atau sekitar 10 20 tetes per hari. Menurut Dirjen Industri Agro, Kementerian Perindustrian, Panggah Susanto (2015), kebutuhan bahan baku susu segar dalam negeri (SSDN) untuk susu olahan dalam negeri saat ini sekitar 3,3 juta ton per tahun, dengan pasokan bahan baku susu segar dalam negeri 690 ribu ton per tahun (21 persen) dan sisanya sesebsar 2,61 juta ton (79 persen) masih harus diimpor dalam bentuk skim milk powder, anhydrous milk fat, dan butter milk powder dari berbagai negara seperti Australia, New Zealand, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Untuk menjaga dan meningkatkan keamanan terhadap konsumsi susu nasional pemerintah telah banyak membuat kebijakan. Kebijakan tersebut telah banyak diaplikasikan salah satunya diantaranya adalah implementasi terhadap susu impor dengan menerapkan tarif bea masuk. Pemerintah menetapkan tarif bea masuk sebesar lima persen atas impor tujuh produk-produk susu tertentu terhitung sejak 28 Mei 2009 lalu. Hal tersebut dituangkan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor: 101/PMK.011/2009 per 28 Mei 2009. Sebelumnya, tarif bea masuk produk-produk susu dimaksud sebesar nol persen sesuai PMK Nomor: 19/PMK.011/2009 per 13 Februari 2009. Pengembangan kawasan peternakan sapi perah dapat dilakukan dengan empat pendekatan, yaitu pendekatan agroekosistem, sistem agribisnis, terpadu, dan partisipatif. Selain itu terdapat beberapa program pengembangan persusuan nasional yaitu dapat dilaksanakan sebagai berikut (Farid dan Sukesi, 2011) Kata Kunci: Kebijakan, Konsumsi Susu, Tarif bea masuk