24. Strain aging dari atom asing Efek atom asing Logam murni Gambar. 2.7
Pengaruh unsur paduan/atom asing terhadap batas lelah.2.2.4 Pengaruh Fasa ke2 Fasa ke-2 yang keras akan menghalangi gerakan dislokasisehingga akan
meningkatkan kekuatan logam. Parameter fasa ke-2yang berpengaruh tersebut
adalah: bentuk, ukuran dan distribusinya. Sebagai contoh baja yang memiliki
struktur Ferit-Perlit denganbentuk sementit lamelar dan speroidal, maka
kekuatan statiknyarelatif sama tetapi batas lelahnya dapat berbeda. Fasa ke-2
denganbentuk lamelar akan memiliki batas lelah yang relatif lebih
rendah(Gambar. 2.8), hal ini dikaitkan dengan bentuk tersebut akan lebihpeka
terhadap efek takikan, hal yang serupa terjadi pula pada fasaperlit atau karbida
yang kasar, fasa alpha bebas dan austenit sisa. Sementit speroidal Sementit
lamelar Gambar. 2.8 Pengaruh bentuk karbida terhadap batas lelah.Copyright
2007 by Abrianto AkuanTeknik Metalurgi-UNJANI 22
25. 2.2.5 Pengaruh Pengerasan Regangan Logam yang dikeraskan atau diperkuat
melalui mekanismepengerasan regangan, akan meningkatkan kekuatan statik
dansikliknya, hal ini dikarenakan penjalaran retakan akan menjadi lebihlambat
pada logam yang telah mengalami pengerasan regangan(Gambar 2.9).Gambar.
2.9 Pengaruh pengerolan dingin terhadap kurva S-N baja.2.2.6 Pengaruh Struktur
Mikro Struktur mikro merupakan satu faktor disamping komposisikimia yang
sangat menentukan kekuatan logam, baik kekuatan statikmaupun sikliknya
(Gambar 2.10). Sebagai contoh baja yang memilikistruktur Martensit akan
memiliki kekuatan statik yang relatif tinggiakan tetapi kekuatan lelahnya relatif
lebih rendah (karena bersifatgetas) dibandingkan baja dengan struktur Martensit
temper (karenaada peristiwa strain aging pada ujung retakan). Batas lelah baja
akanlebih tinggi lagi jika struktur yang dimilikinya adalah fasa Bainit.Copyright
2007 by Abrianto AkuanTeknik Metalurgi-UNJANI 23
26. Gambar. 2.10 Pengaruh struktur mikro terhadap rasio kelelahan.2.2.7
Pengaruh Surface Finish Kelelahan logam merupakan suatu fenomena
permukaan,sehingga kondisi permukaan (surface finish) logam akan
sangatmempengaruhi batas lelahnya. Kondisi permukaan tersebut
sangatditentukan oleh perlakuan permukaan seperti: Plating, dimana proses
ini akan menghasilkan tegangan sisa tarik pada permukaan logam. Thermal
(proses diffusi), seperti karburisasi, nitriding, dan lainnya dapat menimbulkan
tegangan sisa tekan pada permukaan logam. Mechanical, misalnya shot
peening, dapat menghasilkan tegangan sisa tekan pada permukaan
logam.Dengan demikian proses perlakuan permukaan dapat
menghasilkantegangan sisa ataupun ketidakkontinyuan (takik, fillet, retak)
padapermukaan logam yang akan sangat mempengaruhi batas lelah darilogam
yang bersangkutan (Gambar 2.11 sampai 2.13). Disamping ituproses perlakuan
permukaan yang dapat menghasilkan kekasaranpermukaan tertentu pada baja
akan menghasilkan suatu faktorCopyright 2007 by Abrianto AkuanTeknik
Metalurgi-UNJANI 24
27. koreksi permukaan dari komponen baja seperti yang ditunjukkan
padaGambar 2.14 dan 2.15. Gambar. 2.11 Pengaruh pelapisan chrom terhadap
kurva S-N baja 4140. Gambar. 2.12 Pengaruh pelapisan nikel terhadap kurva S-N
baja. Gambar. 2.13 Pengaruh shot peening terhadap kurva S-N baja lapis
nikel.Copyright 2007 by Abrianto AkuanTeknik Metalurgi-UNJANI 25
28. Gambar. 2.14 Faktor koreksi kondisi permukaan pada komponen baja.
Gambar. 2.15 Faktor koreksi kekasaran permukaan (RA : root mean square atau
AA : Arithmetic Average) dan kekuatan dari komponen baja. Proses elektroplating
nikel atau chrom dapat menyebabkanpenurunan kekuatan lelah hingga 60 % dan
semakin tebal lapisanakan semakin menurunkan kekuatan lelahnya, hal ini
disebabkan olehkarena timbulnya tegangan sisa tarik pada permukaan logam
yangdilapis yang relatif cukup tinggi. Solusi untuk menghindari pengaruhburuk
dari proses ini adalah:Copyright 2007 by Abrianto AkuanTeknik MetalurgiUNJANI 26
29. 1. Dilakukan proses nitriding sebelum proses elektroplating. 2. Dilakukan
proses shot peening sebelum atau setelah proses elektroplating. 3. Dilakukan
proses stress relieving (baja = 260oC dan aluminium = 121oC) setelah proses
elektroplating.Proses elektroplating cadmium dan seng tidak begitu
berpengaruhterhadap kekuatan lelah, tetapi semua jenis proses elektroplating
jikakurang kontrolnya dapat menimbulkan penggetasan hidrogen
yangmempengaruhi kekuatan logamnya. Pada Gambar 2.16 dan 2.17
ditunjukkan skematis distribusitegangan sisa pada batang yang dikenai
pembebanan lentur (bending)dan beban aksial tarik.Gambar. 2.16 Tegangan sisa
pada batang tanpa takikan yang dikenai beban lentur. Gambar. 2.17 Tegangan
sisa pada batang bertakik yang dikenai beban tarik.Copyright 2007 by
Abrianto AkuanTeknik Metalurgi-UNJANI 27
30. Berdasarkan Gambar 2.16 diatas dapat dijelaskan keadaantegangan
(Gambar 2.16e) pada permukaan batang yang mengalamibeban lentur (Gambar
2.16d) yaitu sebagai berikut: 1. Pada titik1, permukaan batang mendekati titik
luluh dan distribusi tegangan linier (Gambar 2.16a). 2. Jika beban lentur
meningkat hingga titik 2, permukaan batang mulai mengalami luluh atau
deformasi plastis (Gambar 2.16b). 3. Jika momen menurun hingga titik 3, maka
batang akan memiliki distribusi tegangan sisa (Gambar 2.16c).Contoh lain dari
tegangan sisa ini ditunjukkan pada Gambar. 2.17 daribatang pelat yang
mengalami beban tarik siklik (Gambar 2.17d) dandapat dijelaskan sebagai
berikut: 1. Pada titik 1 akan menyebabkan luluh atau deformasi plastis pada
ujung takikan dari material (Gambar 2.17b) dan jika beban dihilangkan (titik 2),
maka material akan mendapat tegangan sisa tekan (Gambar 2.17c). 2. Jika
terjadi beban siklik (titik 3 dan 4), maka tegangan pada ujung retakan akan
mengalami siklik pula (Gambar 2.17e). Metoda lain untuk menghasilkan
tegangan sisa adalah denganpemberian teganga awal (prestressing atau
presetting) yang dapatmenyebabkan peningkatan kekuatan lelah dari batang
bertakikdengan pembebanan aksial seperti ditunjukkan pada Tabel 2.3 berikutini.
Tabel.2.3 Batas lelah dari pelat berlubang dengan pembebanan aksial.Copyright
2007 by Abrianto AkuanTeknik Metalurgi-UNJANI 28
31. Presetting ini umumnya diterapkan pada komponen pegas ulirdan pegas
daun dimana pemberian beban awal ini harus memiliki arahyang sama dengan
panas Terak, slag atau inklusi Dan lain-lain. Gambar. 2.21 Cacat-cacat
coran.Copyright 2007 by Abrianto AkuanTeknik Metalurgi-UNJANI 41
44. 2.3.2 Pengaruh Proses Pembentukan Logam hasil proses pembentukan akan
memiliki batas lelahyang lebih tinggi dari benda coran, namun cacat-cacat dari
suatuproses pembentukan akan sangat merugikan pula terhadap bataslelah
logam yang dihasilkan. Cacat-cacat tersebut antara lain: Cacat laps atau
seams (berupa lipatan) pada permukaan produk tempa atau roll. Oksida yang
terjebak pada lipatan di permukaan produk tempa atau roll. Permukaan yang
kasar. Dan lain-lain. Pada Gambar 2.22, Tabel 2.6 dan Gambar 2.23
ditunjukkanpengaruh proses pembentukan terhadap ketahanan lelah baja,
danpada Gambar 2.24 ditunjukkan pula pengaruh anisotrop yangdihasilkan dari
proses pembentukan logam serta Gambar 2.25memperlihatkan jenis-jenis cacat
proses pembentukan. Gambar. 2.22 Pengaruh pengerolan dingin terhadap kurva
S-N baja.Copyright 2007 by Abrianto AkuanTeknik Metalurgi-UNJANI 42
45. Tabel. 2.6 Kekuatan lelah pada 105siklus dari baut baja AISI 8635 Gambar.
2.23 Pengaruh penempaan terhadap batas lelah baja. Gambar. 2.24 Pengaruh
anisotrop terhadap ketahanan patah.Copyright 2007 by Abrianto AkuanTeknik
Metalurgi-UNJANI 43
46. Gambar. 2.25 Cacat-cacat proses tempa dan ekstrusi.2.3.2 Pengaruh Proses
Pengelasan Proses pengelasan melibatkan pencairan dan pembekuan,
makasegala jenis cacat-cacat coran dapat terjadi didaerah logam las.Sedangkan
daerah terpengaruh panas (Heat Affected Zone) dapatterjadi perubahan struktur
mikro yang menghasilkan fasa getas danbutir kasar, hal ini akan sangat
merugikan ketahanan lelahsambungan lasan disamping adanya tegangan sisa
tarik pada daerahtersebut. Pada Gambar 2.26 ditunjukkan jenis-jenis cacat
lasan.Copyright 2007 by Abrianto AkuanTeknik Metalurgi-UNJANI 44
47. Gambar. 2.26 Cacat-cacat lasan.2.3.3 Pengaruh Proses Pemesinan Kondisi
permukaan logam sangat berpengaruh terhadap umurlelahnya, permukaan yang
kasar merupakan tempat yang teganganlokalnya tinggi sehingga dapat menjadi
lokasi awal retak lelah.Dengan demikian proses pemesinan yang menentukan
kekasaranpermukaan logam akan menentukan pula terhadap ketahananlelahnya
disamping timbulnya tegangan sisa sebagai akibat deformasiplastis pada saat
pembentukan geram dalam operasi pemesinantersebut (Gambar. 2.27), bahkan
jika tegangan sisa tarik muncul yangcukup besar seperti dalam proses
penggerindaan yang cukup berat,dapat menimbulkan retak rambut (Gambar
2.28). Gambar. 2.27 Pengaruh proses penggerindaan terhadap kurva S-N
baja.Copyright 2007 by Abrianto AkuanTeknik Metalurgi-UNJANI 45
48. Gambar. 2.28 Cacat-cacat proses pemesinan.2.3.5 Pengaruh Proses
Perlakuan Panas Pengaruh dari proses perlakuan panas yang dapat
menurunkankekuatan lelah adalah: Over heating yang menyebabkan butir
kasar. Over heating yang menyebabkan pencairan fasa bertitik cair rendah.
Retak quench. Tegangan sisa Dekarburisasi (Tabel 2.7). Dan lain-lain.
Tabel. 2.7 Pengaruh dekarburisasi terhadap batas lelah.Copyright 2007 by
Abrianto AkuanTeknik Metalurgi-UNJANI 46
49. 2.4 Pengaruh Temperatur Operasi Pada temperatur tinggi, kekuatan logam
akan menurunsehingga deformasi plastis akan lebih mudah terjadi dan batas
lelahmenjadi tidak jelas (hilang) yang disebabkan oleh karena pengaruhmobilitas
dislokasi (lihat Gambar 2.29). Room Temperature High Temperature (750oC)
Gambar 2.29. Pengaruh temperatur terhadap batas lelah baja.2.5 Pengaruh
Kondisi Lingkungan Kondisi lingkungan yang korosif akan menyerang
permukaanlogam dan menghasilkan lapisan oksida atau produk korosi.
Umumnyaoksida adalah sebagai lapis lindung dan dapat mencegah
kerusakankorosi selanjutnya, tetapi pembebanan siklik dapat
menyebabkanpecahnya lapisan tersebut dan kerusakan korosi berikutnya
sehinggatimbul korosi sumuran yang berfungsi sebagai takikan. Hal itulah
yangmenyebabkan penurunan kekuatan lelah, pengaruh lingkungan korosifini
menurunkan kekuatan lelah logam hingga 10 % serta dapatmenyebabkan batas
lelah menjadi tidak jelas (hilang) seperti yangditunjukkan pada Gambar 2.30,
2.31 dan Tabel 2.8 dan 2.9 berikutini.Copyright 2007 by Abrianto AkuanTeknik
Metalurgi-UNJANI 47
50. Gambar 2.30. Pengaruh lingkungan terhadap kurva S-N baja. Gambar 2.31.
Pengaruh kekuatan tarik terhadap korosi-lelah berbagai jenis baja.Tabel. 2.8
Kekuatan lelah baja pada beberapa kondisi lingkungan.Tabel. 2.9 Pengaruh
perlakuan permukaan terhadap korosi-lelah baja.Copyright 2007 by Abrianto
AkuanTeknik Metalurgi-UNJANI 48
51. Gambar. 2.32 Pengaruh lingkungan dan variabel metalurgis lainnya terhadap
batas lelah.Latihan:2.1 Batang silinder berdiameter 2,5 in dan memiliki
kekasaranpermukaan 125 in terbuat dari bahan baja AISI 1035
dengankekuatan tarik, Su = 92 Ksi. Tentukanlah beban yang akanmenghasilkan
umur tak berhingga untuk kondisi: pembebanan aksialbolak-balik (R=-1) dan
pembebanan puntir bolak-balik (R=-1).2.2 Gambarlah grafik hubungan antara
kekuatan lelah, Se dengankekuatan tarik, Su dengan berbagai kondisi
permukaan hasil perlakuanproses: Hot Rolling, Machining, Forging dan Poleshing.
(GunakanlahGambar. 2.14).2.3 Suatu baja paduan memiliki kekuatan tarik, Su =
100 ksi. Bajatersebut diproses shot peening sehingga menghasilkan tegangan
sisa-50 ksi yang menyebabkan peningkatan kekerasan dari 200 BHNmenjadi 250
BHN serta peningkatan kekasaran permukaan dari 5menjadi 50 in. Estimasilah
kekuatan lelah baja tersebut sebelumdan setelah perlakuan shot
peening.Copyright 2007 by Abrianto AkuanTeknik Metalurgi-UNJANI 49
52. 2.4 Poros baja kondisi A hasil proses pemesinan akan diganti olehporos baja
kondisi B hasil proses forging. Tentukanlah diameter dariporos pengganti
tersebut yang akan dipakai pada pembebanan puntirbolak-balik yang
menghasilkan umur 106 siklus.Poros A: Su = 80 Ksi Surface finish, AA = 125 in
(machined) Diameter = 1,5 inPoros B: Su = 90 Ksi Surface finish, AA = as
forgedCopyright 2007 by Abrianto AkuanTeknik Metalurgi-UNJANI 50
53. III. KONSEP S-N Konsep tegangan-siklus (S-N) merupakan pendekatan
pertamauntuk memahami fenomena kelelahan logam. Konsep ini secara
luasdipergunakan dalam aplikasi perancangan material dimana teganganyang
terjadi dalam daerah elastik dan umur lelah cukup panjang.Metoda S-N ini tidak
dapat dipakai dalam kondisi sebaliknya(tegangan dalam daerah plastis dan umur
lelah relatif pendek), hal inidapat dilihat pada Gambar 3.1. Umur lelah yang
diperhitungkan dalammetoda S-N ini adalah umur lelah tahap I (inisiasi retak
lelah) danumur lelah II (propagasi retakan). Total = Elastic and Plastic HCF Elastic
LCF Plastic LCF atau PCS HCF atau ECS HCS=High Cycles Stress/Strain LCF=Low
Cycles Fatigue LCS=Low Cycles Stress/Strain PCS=Plastic Cycles Strain
HCF=High Cycles Fatigue ECS=Elastic Cycles Strain Gambar. 3.1 Pembagian
daerah umur lelah dalam kurva S-N.Batas daerah pada Gambar 41 tersebut
diatas adalah antara 10105tergantung jenis materialnya (baja: 104
siklus).Copyright 2007 by Abrianto AkuanTeknik Metalurgi-UNJANI 51
54. Dasar dari metoda S-N ini adalah diagram Wohler atau diagramS-N yang
secara experimen didapat dari pengujian lelah lentur putardengan tegangan
yang bekerja berfluktuasi secara sinusiodal antarategangan tarik dan tekan,
sebagai contoh adalah pada pengujian R.RMoore dengan 4 titik pembebanan
pada frekwensi 1750 rpm terhadapspesimen silindris berdiameter 0,250,3 in.
Kurva hasil pengujian iniditunjukkan pada Gambar 3.2, 3.3 dan 3.4 berikut ini.
Gambar. 3.2 Kurva S-N baja AISI 1045. Gambar. 3.3 Kurva S-N aluminium 2024T4.Gambar. 3.4 Kurva S-N beberapa baja yang diplot dalam rasio Se/Su.Copyright
2007 by Abrianto AkuanTeknik Metalurgi-UNJANI 52
55. Kekuatan lelah atau batas lelah (endurance limit), Se adalahtegangan yang
memberikan umur tak berhingga. Sebagai Contohpada nilai batas lelah baja AISI
1045 seperti yang ditunjukkan padaGambar 3.2 diatas yaitu sebesar 50 ksi.
Kebanyakan jenis bajadengan kekuatan tarik dibawah 200 ksi memiliki nilai batas
lelahsebesar 0,5 dari kekuatan tariknya, hal ini ditunjukkan pada Gambar2.7 dan
Gambar 3.4 diatas. Tegangan dibawah batas lelah akan menyebabkan logam
amanterhadap kelelahan, hal ini disebabkan karena gerakan dislokasinyaakan
terhambat oleh atom-atom asing interstisi sehingga tidak akanmenghasilkan PSB
(Presistant Slip Band). Batas lelah logam-logamBCC (Body Centered Cubic) akan
tidak jelas sehingga kurvanyamenjadi kontinyu jika mengalami kondisi sebagai
berikut: Over load periodik (sehingga dislokasi mengalami unlock atau unpin).
Lingkungan yang korosif. Temperatur tinggi (sehingga mobilitas dislokasi
tinggi). Pada logam-logam FCC (Face centered Cubic), batas lelahnyatidak jelas
atau kurvanya kontinyu (Gambar 3.5), sehingga kekuatanlelahnya ditentukan
dari nilai tegangan yang memberikan umur:5X108 siklus. BCC Metals FCC
MetalsCopyright 2007 by Abrianto AkuanTeknik Metalurgi-UNJANI 53
56. Gambar. 3.5 Perbandingan kurva S-N pada logam BCC dan FCC. Kurva S-N
baja dapat diestimasi dari rasio kelelahan sepertiyang ditunjukkan pada Gambar
2.7 dan 3.4 yaitu ditunjukkan padaGambar 3.6 berikut ini. Gambar. 3.6 Estimasi
kurva S-N untuk Baja.Hubungan tegangan siklik, S dan umur lelah, N (siklus):S =
10C Nb (untuk: 103 < N < 106) (3.1)atau:N = 10-C/b S1/b (untuk: 103 < N <
106) (3.2)Eksponen C dan b ditentukan sebagai berikut:b = - 1/3 log (S1000/Se)
(3.3)C = log {(S1000)2/Se} (3.4)Batas lelah:Se = 0,5 Su (Su 200 ksi atau 1379
Mpa) (3.5)Se = 0,25 BHN (BHN 400) (3.6)Se = 100 ksi atau 689,5 Mpa (3.7)
(Su > 200 ksi atau 1379 Mpa)Copyright 2007 by Abrianto AkuanTeknik
Metalurgi-UNJANI 54
57. Tegangan siklik yang menghasilkan umur 1000 siklus:S1000 = 0,9 Su
(3.8)Estimasi hubungan S-N (untuk: 103 < N < 106) adalah:S = 1,62 Su N-0,085
(3.9)atauS = 0,81 BHN N-0,085 (3.10)Berdasarkan persamaan garis lurus
(Y=mX+C) dari Gambar 3.6diatas, estimasi hubungan S-N (untuk: 103 < N < 106
atauSe<S<S1000) adalah:S=-[(S1000 Se)/(106 103)] N + S1000=-(S1000
Se) 10-6 N + S1000=-(0,9 Su 0,5 Su) 10-6 N + 0,9 Su=-0,4 Su 10-6 N + 0,9
Su=Su (0,9 0,4 10-6 N)S/Su=k=0,9 0,4 10-6 N0,4 10-6 N = 0,9 kmaka:N =
[(0,9-k)/0,4] 106 (3.11)Untuk N>106 siklus:Sa/Sb = (Nb/Na)R (3.12)dimana:Sa =
Kekuatan lelah pada umur NaCopyright 2007 by Abrianto AkuanTeknik
Metalurgi-UNJANI 55
58. Sb = Kekuatan lelah pada umur NbNa = Umur lelah pada kekuatan lelah
SaNb = Umur lelah pada kekuatan lelah SbR = Rasio tegangan = min /
maxPada tegangan siklik, S atau SN sebesar tegangan patah sebenarnya,f
maka umur lelah adalah sebesar 1 atau siklus.Hubungan tegangan
maksimum, max dengan batas lelah dankekuatan tarik, dapat dirumuskan
sebagai berikut:max = (2 Se Su) / {Se + Su + R (Se Su)} (3.13)Contoh Soal
3.1:Suatu komponen baja dengan Su = 150 ksi dan Se = 60 ksimengalami
pembebanan siklik dengan tegangan maksimum 110 ksidan tegangan minimum
10 ksi. Dengan menggunakan persamaanGoodman, tentukan umur komponen
baja tersebut.Jawab:max = 110 Ksimin = 10 Ksia = ( 110 10 ) : 2 = 50
Ksim = (110 + 10 ) : 2 = 60 Ksidari persamaan Goodman:a /Se + m /Su =
1a /SN + m /Su = 150/SN + 60/150 = 1SN = 83 KsiCopyright 2007 by
Abrianto AkuanTeknik Metalurgi-UNJANI 56
59. Jika diplot pada Diagram haigh: a S1000=0,9Su=110 83 Se=0,5Su=60 m
60 Su=150Maka umur komponen akan berada pada siklus antara 103
106dengan nilai tegangan siklik sebesar 83 Ksi.Jika diplot pada Diagram S-N: S
(Ksi) 110 83 60 N (siklus) 103 106dapat dihitung berdasarkan persamaan S-N:S
= 1,62 . Su . N-0,085Copyright 2007 by Abrianto AkuanTeknik MetalurgiUNJANI 57
60. 83 = 1,62 . 150 . N-0,085N = 3,1 . 105 SiklusContoh Soal 3.2:Suatu batang
komponen baja dengan kekuatan tarik, Su = 114 Ksimemiliki lebar 1 inch dan
tebal inch dan pada kedua sisinyaterdapat takikan lingkaran dengan radius
1/10 inch.Tentukan umur lelah komponen tersebut jika dikenai beban
berulang(R=-1) dengan amplitudo beban 10 Kips.Jawab. Penampang sisa, Anet =
. 0,8 = 0,2 in2 Maka: Snet = P/Anet = 10 Kips / 0,2 in2 = 50 Ksi Berdasarkan
persamaan S-N, sehingga: S = 1,62 . Su . N-0,085 50 = 1,62 . 114 . N-0,085 N =
4,7 . 106 SiklusLatihan:3.1 Baja dengan kekuatan tarik, Su = 100 Ksi.
Prediksikanlahtegangan siklik yang diijinkan yang akan memberikan umur: 103
dan106 siklus. Ulangi prediksi tersebut untuk baja dengan kekuatan tarik220 Ksi.
Gambarkan pula skematis kurva S-N nya.Copyright 2007 by Abrianto
AkuanTeknik Metalurgi-UNJANI 58
61. 3.2 Estimasikanlah kekerasan minimum (BHN) dari baja yang akandipakai
sebagai suatu komponen yang mendapat tegangan siklik 100 Ksi dan harus
berumur 500.000 siklus.3.3 Estimasikanlah umur lelah (dalam siklus) yang
direncanakanterhadap komponen: batang torak pada mesin otomotif, handle
remsepeda motor dan engsel pintu. Berikanlah penjelasannya.3.4 Suatu baja
dengan kekuatan tarik, Su = 70 Ksi dan kekuatanlelah, Se = 33 Ksi. Tentukanlah
tegangan maksimum (zero to max, R= 0) yang memberikan umur lelah: 103 dan
106 siklus. Gunakanlahpersamaan Goodman dalam prediksi tersebut.3.5 Suatu
komponen mengalami tegangan siklik: max = 75 Ksi danmin = -5 Ksi. Jika
komponen tersebut terbuat dari baja dengankekuatan tarik, Su = 100 Ksi,
prediksikanlah umur lelahnya.3.6 Pendekatan lain dalam memprediksi umur
lelah adalah denganpersamaan Basquin (1910):a = (f - m) (2Nf)bdimana: f
= kekuatan patah sebenarnya (true fracture strength) b = eksponen kekuatan
lelah2Nf = umur kegagalan (cycles to failure)Jika Su = 75 Ksi, f = 120 Ksi dan b
= -0,085. Tentukanlah tegangansiklik yang diijinkan (a) yang dapat bergabung
dengan m sebesar 40ksi dan memberikan umur lelah 5.105 siklus. Bandingkan
pula hasilnyajika prediksi dilakukan melalui persamaan Goodman.Copyright
2007 by Abrianto AkuanTeknik Metalurgi-UNJANI 59
62. IV. KONSEP -N Metoda -N didasarkan pada observasi terhadap
banyakkomponen yang merupakan respon material pada lokasi-lokasi
kritis(takikan). Metoda -N ini memprediksi umur lelah tahap I(pembentukkan
awal retak) saja, hal ini berbeda dengan metoda S-Nyang memprediksi umur
lelah tahap I dan II (penjalaran retak). Padakondisi pembebanan rendah
(HCF/LCS/ECS) akan menghasilkan LoadControlled Test (S-N) dan Strain
Controlled Test (-N) yang equivalen.Metoda -N ini merupakan suatu metoda
yang sangat bergunauntukmengevaluasi umur lelah dari komponen yang
memeiliki takikan.4.1 Perilaku Material4.1.1 Perilaku Tegangan-Regangan
Monotonik Suatu pengujian tarik monotonik pada spesimen uji, padaumumnya
adalah untuk menentukan perilaku tegangan-reganganteknis dari suatu material
(Gambar 4.1).Copyright 2007 by Abrianto AkuanTeknik Metalurgi-UNJANI 60 (a)
(b)
63. Gambar 4.1 (a) Spesimen uji tarik sebelum dan pada saat terdeformasi. (b)
perbandingan tegangan-regangan teknis dan sebenarnya.Keterangan Gambar
4.1 diatas adalah:P=bebanlo=panjang awaldo=diameter awalAo=luas
penampang awall=panjang sebenarnyad=diameter sebenarnyaA=luas
penampang sebenarnyaPersamaan tegangan-regangan:Tegangan teknis, S =
P/Ao (4.1)Regangan teknis, e = l/lo = (l-lo)/lo (4.2)Tegangan sebenarnya, =
P/A (4.3)Regangan sebenarnya, = l dl/l = ln l/lo (4.4) loHubungan teganganregangan teknis dan sebenarnya:l= l-lol=lo - lmaka, =ln [(lo+l)/lo] = ln
(1+l/lo) = ln (1+e) (4.5)Hubungan tersebut berlaku sampai titik maksimum
(necking) dimanapada daerah tersebut deformasi yang terjadi secara
homogensehingga berlaku pula hubungan volume konstan. Maka
hubungantegangan teknis dan sebenarnya pada daerah ini adalah:Ao lo =
AlCopyright 2007 by Abrianto AkuanTeknik Metalurgi-UNJANI 61
76. Tentukan umur lelah komponen tersebut jika dikenai beban berulang(R=-1)
dengan amplitudo beban 10 Kips.Jawab: Penampang sisa, Anet = . 0,8 = 0,2
in2 Maka: Snet = P/Anet = 10 Kips / 0,2 in2 = 50 Ksi Berdasarkan persamaan N: /2 = f (2Nf)b + f (2Nf)c b=-0,085 (diambil nilai rata-ratanya) c =-0,6
(diambil nilai rata-ratanya) f f Su+50 (ksi) = 114+50=164 ksi f f =ln
1/(1-q)=1(diambil untuk logam ulet) = /E + 2(/2K)1/n =maxmin=50-(-50)=100 ksi n n atau n=b/c=-0,085/-0,6=0.142 K=
f/fn=154 ksimaka: = 100/30.103 + 2(100/(2. 154))1/0,142 =
0,0042sehingga:/2 = f/E (2Nf)b + f (2Nf)c0,0021= (164/30.103) (2Nf)0,085 + 1 (2Nf)-0,6maka:2Nf = 70.000 siklus (dihitung dengan teknik
iterasi)Umur tersebut merupakan umur fatik tahap satu yaitu pada
tahappembentukan awal retak.Copyright 2007 by Abrianto AkuanTeknik
Metalurgi-UNJANI 74
77. Latihan:4.1 Suatu logam memiliki sifat mekanik monotonik sebagai berikut:
E=193 Gpa Su=650 Mpa Sy=325 Mpa a. Pada kondisi pembebanan
siklik, apakah material akan bertambah keras atau bertambah lunak? b. Hitung
regangan yang dicapai pada siklus pertama untuk tegangan amplitudo 200
Mpa. c. Tentukan regangan total (stabil) dan amplitudo regangan untuk tegangan
amplitudo 200 Mpa.4.2 Berikut ini disampaikan kurva beban-pertambahan
panjang dari material kuningan dengan nilai modulus elastisitas, E = 100 Gpa
dan data lainnya sebagai berikut: Panjang awal, lo = 167 mm Diameter awal, do
= 3,17 mm Diameter akhir (pada daerah necking), df = 2,55 mm Tentukanlah: a.
kekuatan luluh (0,2 % offset), Sy. b. Kekuatan tarik, Su. c. Prosentase reduksi
penampang, % RA. d. Regangan patah sebenarnya, f. e. Kekuatan patah
sebenarnya, f. f. Konstanta tegangan, K. g. Eksponen pengerasan regangan,n.
h. Tegangan sebenarnya pada beban maksimum. i. Regangan sebenarnya pada
beban maksimum.Copyright 2007 by Abrianto AkuanTeknik Metalurgi-UNJANI
75
78. 4.3 Berikut ini disampaikan data sifat mekanik monotonik beberapa logamlogam teknik. Manakah diantara logam-logam tersebut yang akan mengalami
siklik hardening, softening atau stabil? Tunjukkan pula dari logam-logam tersebut
yang menjadi pilihan terbaik untuk menentukan: a. Beban tarik maksimum
(batang halus). b. Perpanjangan seragam maksimum sebelum necking pada saat
pembebanan tarik. c. Energi maksimum yang diperlukan dari batang halus untuk
terjadinya regangan sebesar 0,001. d. Energi maksimum yang diperlukan untuk
terjadinya patah. e. Regangan elastis minimum pada saat terjadinya necking. f.
Regangan totalmaksimum pada saat necking.Copyright 2007 by Abrianto
AkuanTeknik Metalurgi-UNJANI 76
79. 4.4 Berikut ini disampaikan data parameter tegangan-regangan siklik dan
regangan-siklus dari suatu baja. f = 133 ksi b = -0,095 f = 0,26 c = -0,47 n
= 0,202 K = 174,6 ksi E = 30.103 ksi Tentukanlah umur fatik dari baja tersebut
dengan kondisi regangan sepertiditunjukkan pada Gambar dibawah ini. Kondisi
regangan A: amplitudo konstan. B dan C: memiliki overload awal sebagai
tegangan sisa. Pergunakanlah persamaan regangan-siklus dari Morrow yang
memperhitungkan tegangan rata-rata, o yaitu sebagai berikut: /2 = ((f
English
Franais
Espaol
Portugus (Brasil)
Deutsch
About
Careers
Developers & API
Press
Blog
Terms
Privacy
Copyright
Support
Contact
Linkedin
Twitter
Google Plus
Facebook
RSS Feeds LinkedIn Corporation 2014