Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Menara
Menara adalah sebuah struktur buatan manusia dan tingginya lebih dari
lebarnya. Menara selalu dibangun untuk menjadi sebuah mercu sebuah tanda
organisasi. Justru itu menara dibangun dengan indah dan cantik. Tetapi tujuan
utama pembangunan menara adalah untuk memelihara ruang tanah. Menara
merupakan tiang penyangga yang fungsi utamanya adalah untuk menopang rotor,
nasel dan semua komponen turbin angin yang berada di atasnya.
Menara dapat berupa tipe latis (lattice) atau pipa (tubular) baik yang dibantu
dengan penopang tali pancang maupun yang self supporting. Dan menara yang
sedang di rencanakan saat ini adalah menara pendukung untuk turbin angin
kebutuhan rumah tangga, dengan penggerak memakai generator yang bisa
mengangkat daya antara 400Watt. Pemanfaatan potensi energi terbarukan saat ini
semakin banyak mendapat perhatian di kalangan ilmuan maupun sektor industri.
Hal ini disebabkan karena kekhawatiran akan timbulnya krisis energi yang
disebabkan menipisnya bahan bakar fosil yang terkandung di alam serta efek
negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan bahan bakar fosil berupa pencemaran
udara dan pemanasan global.
Menurut Blueprint Pengelolaan Energi Nasional yang dikeluarkan oleh
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM) pada tahun 2005,
cadangan minyak bumi di Indonesia pada tahun 2004 diperkirakan akan habis
dalam kurun waktu 18 tahun dengan rasio cadangan/produksi pada tahun tersebut.
Sedangkan gas diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 61 tahun dan batubara
147 tahun.
Produk karya rekayasa pembangkit listrik sederhana yang menjadi
pembahasan kali ini adalah pembangkit listrik sederhana energi angin. Angin
yang menggerakkan turbin angin, akan memutarkan dinamo dan menghasilkan
listrik. Kestabilan daya listrik dapat diperoleh dengan cara menyimpan energy
listrik pada baterai/akumulator (DC) melalui kontrol panel.
Beban listrik yang membutuhkan arus listrik DC dapat langsung menggunakan
listrik hasil pembangkitan, sedangkan beban listrik yang membutuhkan arus listrik
6

AC (standar PLN), melalui inverter arus listrik DC dialirkan agar diperoleh arus
listrik AC yang digunakan untuk beban di antaranya berupa mesin listrik, pompa
air, penerangan umum

2.2. Kecepatan Angin


Kecepatan angin ditentukan oleh perbedaan tekanan udara antara tempat
asal dan tujuan angin dan resistensi medan yang dilaluinya.

2.3. Kecepatan Angin Dasar


Kecepatan angin dasar (V), yang digunakan dalam menentukan beban angin
desain di bangunan gedung dan struktur lain harus ditentukan dari Instansi yang
berwenang, sesuai dengan kategori risiko bangunan gedung dan struktur. Angin
harus diasumsikan datang dari segala arah horizontal.Kecepatan angin dasar harus
diperbesar jika catatan atau pengalaman menunjukkan bahwa kecepatan angin
lebih tinggi daripada yang ditentukan.

2.4. Perkiraan Kecepatan Angin Dasar dari Data Iklim Daerah

Di daerah rawan badai, data iklim daerahhanya dapat digunakan sebagai


pengganti dari kecepatan angin dasar yang diberikan bila:

1. prosedur analisis statistik nilai ekstrem teruji digunakan dalam mengurangi


data
2. panjang rekaman, kesalahan pengambilan contoh,waktu rata-rata, tinggi
anemometer, kualitas data, dan eksposur dataran dari anemometer telah
diperhitungkan.

Diperbolehkan mereduksi kecepatan angin dasar apabila diperlukan. Dalam


wilayah rawan-badai, kecepatan angin yang berasal dari teknik simulasi hanya
dapat digunakan sebagai pengganti dari kecepatan angin dasar bila prosedur
analisis statistik nilai ekstrem dan prosedur simulasi teruji digunakan.

Di luar daerah wilayah rawan-badai, bila kecepatan angin dasar diperkirakan dari
data iklim regional, kecepatan angin dasar tidak boleh kurang dari kecepatan
angin yang terkait dengan interval ulang rata-rata yang disyaratkan, dan estimasi
harus disesuaikan untuk kesetaraan dengan kecepatan tiupan angin 3-detik pada
7

33 ft (10 m) di atas tanah pada Eksposur C. Analisis data harus dilakukan dalam
kasus ini.
2.5. Arah Angin

Faktor Arah Angin (Kd) , didapatkan dari Tabel 2.1. Faktor ini hanya akan
dimasukkan dalam menentukan beban angin ketika kombinasi beban yang
ditentukan digunakan untuk desain. Pengaruh arah angin dalam menentukan
beban angin harus didasarkan pada analisis untuk kecepatan angin.

Tabel 2.1 Faktor Arah Angin (Kd)

( Sumber : SNI 1727:2013)

2.6. Keuntungan dan Kerugian Energi Angin


2.6.1. Keuntungan energi angin
Keuntungan energi angin yaitu :
1. Tersedia selalu
2. Mudah.
3. Murah
4. Meriah
5. Dapat berkonstribusi dalam ketahanan energi dunia di masa depan.
6. Merupakan sumber energi yang ramah lingkungan dan bebas polusi.
7. Tidak menghasilkan gas rumah kaca dan tidak menghasilan limbah
beracun.
8

2.6.2. Kerugian yang membuat energi angin


Kerugian energi angin, hal pertama yang harus disebutkan adalah
ketersediaan angin. Di beberapa tempat angin kencang sering ditemui yang
membuat pemanfaatan energi angin menjadi sangat mudah, sementara di
beberapa tempat angin tidak cukup kuat untuk menciptakan listrik yang
memadai. Selain itu kerugian dari pembangkit tenaga angin yaitu membuat
bising, karena pembangkit tenaga angin menggerakkan rotor yang di turbin
angin yang digerakkan oleh baling turbin angin. Kerugian lainnya dari
tenaga angin adalah bangunan pembangkit listrik tenaga angin dapat
mempengaruhi lingkungan . Fasilitas listrik tenaga angin juga perlu
direncanakan dengan hati-hati, lokasi dan pengoperasiannya harus
meminimalkan dampak negatif pada populasi burung dan satwa liar.

2.6.3. Sumber Energi Angin


Angin disebabkan oleh pemanasan sinar matahari yang tidak merata
di atas permukaan bumi. Udara yang lebih panas akan mengembang
menjadi ringan dan bergerak naik ke atas, sedangkan udara yang lebih
dingin akan lebih berat dan bergerak menempati daerah tersebut.Perbedaan
tekanan atmosfer pada suatu daerah yang disebabkan oleh perbedaan
temperatur akan menghasilkan sebuah gaya. Perbedaan dalam tekanan
dinyatakan dalam istilah gradien tekanan merupakan laju perubahan tekanan
karena perbedaan jarak. Gaya gradien merupakan gaya yang bekerja dalam
arah dari tekanan lebih tinggi ketekanan yang lebih rendah. Arah gaya
gradien tekanan di atmosfer tegak lurus permukaan isobar. Beberapa
karakteristik angin :

2.7. Jenis – jenis Menara Turbin Angin


2.7.1. Free Standing atau Guy-wired
Penggunaan guy-wired dapat menurunkan biaya awal pembuatan
menara karena bahan yang digunakan relatif lebih sedikit. Banyak turbin
angin skala kecil menggunakan tower jenis ini karena alasan tersebut,
9

namun perlu adanya biaya operasional jika menggunakan menara sistem ini.
Selain itu, menara model guywired membutuhkan tapak lahan yang lebih
besar dan fondasi tambahan untuk menahan kabel penyangga dan dapat
menimbulkan resiko masalah dengan aksesibilitas lahan. Contoh menara
free standing atau guy wired dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4. Menara free standing atau guy wired

2.7.2. Menara Lattice

Menara lattice terbuat dari kerangka baja yang dibaut atau di las
bersama-sama. Biaya yang dibutuhkan untuk membuat sebuah menara
lattice sedikit dibandingkan dengan menara tubular karena bahan yang lebih
sedikit. Walaupun biaya awal lebih rendah tetapi jenis menara ini, biaya
perakitan dan pemeliharaannya lebih tinggi karena setiap baut perlu
dilakukan pemeriksaan secara berkala. Selain itu, biaya pondasi menara
lattice lebih rendah daripada model menara tubular. Faktor lain adalah
kurang menariknya menara model lattice dari segi estetika. Keuntungan lain
dari model ini adalah bahan yang tebagi tiap segmennya sehingga
10

memudahkan dalam akomodasi ke lokasi perakitan. Lattice toweratausering


disebut SST (self support tower) adalah menara konvensional yang berupa
menara rangka yang dirancang dengan konsep rangka kokoh, kuat terhadap
tekanan angin dan keadaan geografis dari area di Mana menara tersebut
didirikan. Menara ini memiliki tipe 4 kaki (rectangular) dan 3 kaki
(triangle) denganmenggunakanprofilbaja siku atau pipa. Lattice tower
memilikiketinggian yang sudah ditentukan berkisar antara 30 m sampai
dengan 120 m. Misal SST 42 madalahlattice toweryangmemiliki ketinggian
42 m. Menara ini berdiri langsung di atas tanah (Greenfield).

Contoh menara lattice dapat dilihat pada gambar 2.5.

Gambar 2.5. Menara lattice

2.7.3. Menara Tubular


Struktur menara tubular memiliki penampang melintang berbentuk
pipa. Menara tubular dibangun mengerucut dengan bagian struktur paling
bawah paling besar dan berkurang seiring penambahan tinggi struktur.
Menara tubular dibuat dengan ketebalan dinding yang berbeda tiap ruasnya
untuk menghemat bahan tetap dengan memperhatikan aspek strukturalnya.
11

Sistem pengaku baut digunakan untuk menggabungkan antar ruas menara


dan bagian struktur pondasi dengan struktur menara.
Beberapa keunggulan dari menara tubular antara lain, ruang dalam
rongga struktur menara dapat digunakan untuk ruang penyimpanan yang
aman untuk berbagai perangkat listrik sehingga melindungi dari kontak
langsung dengan cuaca luar dan dari tindakan pencurian. Ruang tersebut
juga dapat digunakan menjadi ruang tertutup untuk mengakses turbin angin
dalam kondisi cuaca buruk sehingga dapat menjaga keselamatan teknisi.
Menara model tubular memiliki nilai estetika lebih jika dibandingkan
dengan model lainnya dan tidak membutuhkan pemeriksaan berkala pada
sambungan baut seperti pada model menara lattice. Kelemahan menara
model tubular adalah biaya pembangunan yang relatif lebih mahal dan
akomodasi dari bagian struktur menara yang lebih sulit karena bagian
menara diproduksi lalu di bawa ke lokasi turbin angin yang akan dibangun.
Contoh menara tubular dapat dilihat pada gambar 2.6.

Gambar 2.6. Menara Tubular


12

2.7.4. Menara Hybrid

Struktur menara ini adalah penggabungan dari beberapa model


konfigurasi struktur menara turbin angin. Menara hybrid mengabungkan
antara tabung baja, rangka baja, dan guy-wired. Desain tersebut dapat
mengatasi keterbatasan dari ukuran tabung baja dari sistem menara tubular
yang maksimal hanya 4,3 m.

Contoh menara hybrid dapat dilihat pada gambar 2.7.

Gambar 2.7. Menara Hybrid


13

2.8. Macam Dan Jenis Elektroda Cara Pemakaiannya


2.8.1. Elektroda Berselaput
Elektroda berselaput yang dipakai pada Ias busur listrik
mempunyai perbedaan komposisi selaput maupun kawat Inti. Pelapisan
fluksi pada kawat inti dapat dengah cara destrusi, semprot atau celup.
Ukuran standar diameter kawat inti dari 1,5 mm sampai 7 mm dengan pan-
jang antara 350 sampai 450 mm. Jenis-jenis selaput fluksi pada elektroda
misalnya selulosa, kalsium karbonat (Ca C03), titanium dioksida (rutil),
kaolin, kalium oksida mangan, oksida besi, serbuk besi, besi silikon, besi
mangan dan sebagainya dengan persentase yang berbeda-beda, untuk tiap
jenis elektroda.

Tebal selaput elektroda berkisar antara 70% sampai 50% dari


diameter elektroda tergantung dari jenis selaput. Pada waktu pengelasan,
selaput elektroda ini akan turut mencair dan menghasilkan gas CO2 yang
melindungi cairan las, busur listrik dan sebagian benda kerja terhadap
udara luar. Udara luar yang mengandung O2 dan N akan dapat
mempengaruhi sifat mekanik dari logam Ias. Cairan selaput yang disebut
terak akan terapung dan membeku melapisi permukaan las yang masih
panas.
2.8.2. Klasifikasi Elektroda
Elektroda baja lunak dan baja paduan rendah untuk las busur listrik
manurut klasifikasi AWS (American Welding Society) dinyatakan dengan
tanda E XXXX yang artInya sebagai berikut :

 E : menyatakan elaktroda busur listrik


 XX (dua angka) : sesudah E menyatakan kekuatan tarik deposit las
dalam ribuan Ib/in2 lihat table.
 X (angka ketiga) : menyatakan posisi pangelasan.
 angka 1 untuk pengelasan segala posisi. angka 2 untuk pengelasan
posisi datar di bawah tangan
14

 X (angka keempat) menyataken jenis selaput dan jenis arus yang cocok
dipakai untuk pengelasan lihat table.

Contoh : E 6013 Artinya:

 Kekuatan tarik minimum den deposit las adalah 60.000 Ib/in2 atau 42
kg/mm2
 Dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi
 Jenis selaput elektroda Rutil-Kalium dan pengelasan dengan arus AC
atau DC + atau DC –

2.9. Elektroda Baja Lunak


Dan bermacam-macam jenis elektroda baja lunak perbedaannya
hanyalah pada jenis selaputnya. Sedang kan kawat intinya sama.
2.9.1. E 6010 dan E 6011
Elektroda ini adalah jenis elektroda selaput selulosa yang dapat
dipakai untuk pengelesan dengan penembusan yang dalam. Pengelasan
dapat pada segala posisi dan terak yang tipis dapat dengan mudah
dibersihkan. Deposit las biasanya mempunyai sifat sifat mekanik yang
baik dan dapat dipakai untuk pekerjaan dengan pengujian Radiografi.
Selaput selulosa dengan kebasahan 5% pada waktu pengelasan akan
menghasilkan gas pelindung. E 6011 mengandung Kalium untuk
mambantu menstabilkan busur listrik bila dipakai arus AC.

2.9.2. E 6012 dan E 6013


Kedua elektroda ini termasuk jenis selaput rutil yang dapat
manghasilkan penembusan sedang. Keduanya dapat dipakai untuk
pengelasan segala posisi, tetapi kebanyakan jenis E 6013 sangat baik untuk
posisi pengelesan tegak arah ke bawah. Jenis E 6012 umumnya dapat di-
pakai pada ampere yang relatif lebih tinggi dari E 6013. E 6013 yang
15

mengandung lebih benyak Kalium memudahkan pemakaian pada voltage


mesin yang rendah. Elektroda dengan diameter kecil kebanyakan dipakai
untuk pangelasan pelat tipis.

2.9.3. E 6020
Elektroda jenis ini dapat menghasilkan penembusan las sedang dan
teraknya mudah dilepas dari lapisan las. Selaput elektroda terutama
mengandung oksida besi dan mangan. Cairan terak yang terlalu cair dan
mudah mengalir menyulitkan pada pengelasan dengan posisi lain dari pada
bawah tangan atau datar pada las sudut.

2.10. Elektroda dengan Selaput Serbuk Besi


Selaput elektroda jenis E 6027, E 7014. E 7018. E 7024 dan E
7028 mengandung serbuk besi untuk meningkatkan efisiensi pengelasan.
Umumnya selaput elektroda akan lebih tebal dengan bertambahnya
persentase serbuk besi. Dengan adanya serbuk besi dan bertambah
tebalnya selaput akan memerlukan ampere yang lebih tinggi.
2.10.1. Elektroda Hydrogen Rendah
Selaput elektroda jenis ini mengandung hydrogen yang rendah
(kurang dari 0,5 %), sehingga deposit las juga dapat bebas dari porositas.
Elektroda ini dipakai untuk pengelasan yang memerlukan mutu tinggi,
bebas porositas, misalnye untuk pengelasan bejana dan pipa yang akan
mengalami tekanan. Jenis-jenis elektroda hydrogen rendah misalnya E
7015, E 7016 dan E 7018.

2.11. Kondisi Pengelasan


Berikut ini diberikan daftar kondisi pengelasan untuk elektroda
Philips baja lunak dan baja paduan rendah.

 Elektroda Untuk Besi Tuang

Elektroda yang dipekai untuk mengelas besi tuang adalah elektroda


Baja, elektroda nikel, elektrode perunggu dan elektroda besi tuang
16

 Elektroda nikel

Elektroda jenis ini dipakai untuk mengelas besi tuang, bila hasil las
masih dikerjakan lagi dengan mesin. Elektroda nikel dapat dipakai dalam
sagala posisi pengelasan. Rigi-rigi las yang dihasilkan elektroda ini pada
besi tuang adalah rata dan halus bila dipakai pada pesawat las DC kutub
terbalik. Karakteristik elektroda nikel dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

 Elektroda Baja
Elektroda jenis ini bila dipakai untuk mengelas besi tuang akan
menghasilkan deposit las yang kuat sehingga tidak dapat dikerjakan
dengan mesin. Dengan demikian elektroda ini dipakai bila hasil las tidak
dikerjakan lagi. Untuk mengelas besi tuang dengan elektroda baja dapat
dipakai pesawat las AC atau DC kutub terbalik.

 Elektroda perunggu
Hasil las dengan memakai elektroda ini tahan terhadap retak,
sehingga panjang las dapat ditambah. Kawat inti dari elektroda dibuat dari
perunggu fosfor dan diberi selaput yang menghasilkan busur stabil.

 Elektroda dengan Hydrogen rendah


Elektroda jenis ini pada dasarnya dipakai untuk baja yang
mengandung karbon kurang dari 1,5%. Tetapi dapat juga dipakai pada
pengelasan besi tuang dengan hasil yang baik. Hasil lasnya tidak dapat
dikerjakan dengan mesin.

 Elektroda Untuk Aluminium.


Aluminium dapat dilas listrik dengan elektroda yang dibuat dari
logam yang sama. Pemilihan elektroda aluminium yang sesuai dengan
pekerjaan didasarkan pada tabel keterangan dari pabrik yang membuatnya.
17

Elektroda aluminium AWS-ASTM AI-43 untuk las busur listrik adalah


dengan pasawat las DC kutub terbalik.

2.12. Elektroda untuk palapis Keras


Tujuan pelapis keras dari segi kondisi pemakaian yaitu agar alat
atau bahan tahan terhadap kikisan, pukulan dan tahan aus. Untuk tujuan itu
maka Elektroda untuk pelapis keras dapat diklasifikasikan dalam tiga
macam Yaitu elektroda tahan kikisan, elektroda tahan pukulan dan
elektroda tahan aus.

 Elektroda tahan kikisan.


Elektroda jenis ini dibuat dari tabung chrom karbida yang diisi
dengan serbuk-serbuk karbida. Elektroda dengan diameter 3,25 mm – 6,5
mm dipakai peda pesawat las AC atau DC kutub terbalik. Elektroda ini
dapat dipakai untuk pelapis keras permukaan pada sisi potong yang tipis,
peluas lubang dan beberapa type pisau.

 Elektroda tahan pukulan.


Elektroda ini dapat dipakai pada pesawat las AC atau DC kutub
terbalik. Dipakai untuk pelapis keras bagian pemecah dan palu.

 Elektroda tahan keausan.


Elektroda ini dibuat dari paduan-paduan non ferro yang mengandung
Cobalt, Wolfram dan Chrom. Biasanya dipakai untuk pelapis keras permukaan
katup buang dan dudukan katup dimana temperatur dan keausan sangat tinggi.

2.13. Memilih Besarnya Arus Listrik


Besarnya arus listrik untuk pengelasan tergantung pada ukuran
diameter dan macam elektroda. Pada prakteknya dipilih ampere
pertengahan. Sebagai contoh; untuk elektroda. E 6010 ampere minimum dan
maximum adalah 80 amp. sampai 120 amp. Sehingga dalam hal ini ampere
pertengahan 100 amp.
18

a. Cara-cara Menyalakan Busur


Untuk mamperoleh busur yang baik di perlukan pangaturan arur (ampere)
yang tepat sesuai dengan type dan ukuran elektroda, Menyalahkan busurd
apat dilakukan dengan 2 (dua) cara.

 Bila pesawat Ias yang dipakai pesewat Ias AC, menyalakan busur
dilakukan dengan menggoreskan elektroda pada benda kerja lihat Gbr.
 Untuk menyalakan busur pada pesawat Ias DC, elektroda disentuhkan
seperti pada Gbr

Bila elektroda harus diganti sebelum pangelasan selesai, maka untuk melanjutkan
pengelasan, busur perlu dinyalakan lagi. Menyalakan busur kembali ini dilakukan
pada tempat kurang lebih 26 mm dimuka las berhenti seperti pada gambar. Jika
busur berhenti di B, busur dinyalakan lagi di A dan kembali ke B untuk
melanjutkan pengelasan. Bilamana busur sudah terjadi, elektroda diangkat sedikit
dari pekerjaan hingga jaraknya ± sama dengan diameter elektroda. Untuk
elektroda diameter 3,25 mm, jarak ujung elektroda dengan permukaan bahan
dasar ± 3,25 mm.

b. Pengaruh panjang busur pada hasil las. Panjang busur (L) Yang normal
adalah kurang lebih sama dengan diameter (D) kawat inti elektroda.
Bila panjang busur tepat (L = D), maka cairan elektroda akan mengalir dan
mengendap dengan baik. Hasilnya :

o rigi-rigi las yang halus dan baik.


o tembusan las yang baik
o perpaduan dengan bahan dasar baik
o percikan teraknya halus.
19

Bila busur terlalu panjang (L > D), maka timbul bagian-bagian yang
berbentuk bola dari cairan elektroda. Hasilnya :

o rigi-rigi las kasar


o tembusan las dangkal
o percikan teraknya kasar dan keluar dari jalur las.

Bila busur terlalu pendek, akan sukar memeliharanya, bisa terjadi


pembekuan ujung elektroda pada pengelasan (lihat gambar 158 c).
Hasilnya :

o rigi las tidak merata


o tembusan las tidak baik
o percikan teraknya kasar dan berbentuk bola.

c. Pengaruh Besar Arus.


Besar arus pada pengelasan mempengaruhi hasil las. Bila arus
terlalu rendah akan menyebabkan sukarnya penyalaan busur listrik dan
busur listrik yang terjadi tidak stabil. Panas yang terjadi tidak cukup untuk
melelehkan elektroda dan bahan dasar sehingga hasilnya merupakan rigi-
rigi las yang kecil dan tidak rata serta penembusan yang kurang dalam.
Sebaliknya bila arus terlalu besar maka elektroda akan mencair
terlalu cepat dan menghasilkan permukaan las yang lebih lebar dan
penembusan yang dalam. Besar arus untuk pengelasan tergantung pada
jenis kawat las yang dipakai, posisi pengelasan serta tebal bahan dasar.
d. Gerakan Elektroda.
Gerakan elektroda pada saat pengelesan ada tiga macam yaitu :

1. Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda. Gerakan ini dilakukan


untuk mengatur jarak busur listrik agar tetap.
2. Gerakan ayunan elektroda. Gerakan ini diperlukan untuk mengatur lebar
jalur las yang dikehendaki. Ayunan keatas menghasilkan alur las yang
kecil, sedangkan ayunan kebawah menghasilkan jalur las yang lebar.
Penembusan las pada ayunan keatas lebih dangkal daripada ayunan
20

kehawah. Ayunan segitiga dipakai pada jenis elektroda Hydrogen rendah


untuk mendapatkan penembusan las yang baik diantara dua celah pelat.

Beberapa bentuk-bentuk ayunan diperlihatkan pada gambar


dibawah ini. Titik-titik pada ujung ayunan menyatakan agar gerakan las
berhenti sejenak pada tempat tersebut untuk memberi kesempatan pada
cairan las untuk mengisi celah sambungan.Tembusan las yang dihasilkan
dengan gerekan ayun tidak sebaik dengan gerakan lurus elektroda. Waktu
yang diperlukan untuk gerakan ayun lebih lama, sehingga dapat
menimbulkan pemuaian atau perubahan bentuk dari bahan dasar. Dengan
alasan ini maka penggunaan gerakan ayun harus memperhatikan tebal
bahan dasar.

Alur Spiral

Alur Zig-zag

Alur Segitiga
21

e. Pengaruh Kecepatan Elektroda Pada Hasil Las.


Kecepatan tangan menarik atau mendorong elektroda waktu
mengelas harus stabil, sehingga menghasilkan rigi-rigi las yang rata dan
halus. Tidak dibolehkan rigi-rigi las yang berbentuk gergaji. Jika elektroda
digerakkan tarlalu lambat, akan dihasilkan jalur yang kuat dan lebar. Hal
ini dapat pula menimbulkan kerusakan sisi las, terutama bila bahan dasar
tipis. Bila elektroda digerakkan terlalu cepat, tembusan lasnya dangkal
oleh karena kurang waktu pemanasan bahan dasar dan kurang waktu untuk
cairan elektroda monembus bahan dasar. Bila kecepatan gerakan elektroda
tepat, daerah perpaduan dengan bahan dasar dan tembusan lasnya baik.

f. Las Catat (Las Ikat)


Las catat (tack weld) adalah las kecil (pendek) yang digunakan-
untuk semua pakerjaan las permulaan sebagai pengikat bagian-bagian
yang akan dilas, untuk mempertahankan posisi benda kerja.
Panjang las catat :

 Untuk las catat pada ujung-ujung sambungan biasanya tiga sampai empat
kali tebal pelat dan maximum 35 mm.

 Untuk las catat yang berada diantara ujung ujung sambungan, biasanya
dua sampai tiga kali tebal pelat dan maximum 35 mm.

Jarak normal, las catat :

 Untuk pelat baja lunak (mild steel) dengan tebal 3,0 mm, jaraknye adalah
160 mm.
 Jarak ini bertambah 25 mm untuk setiap pertambahan tebal satu milimeter
hingga jarak maximum 800 mm untuk tebal pelat diatas 33,0 mm.

Bila panjang las kurang dari dua kali jarak normal diatas, cukup dibuat
las catat pada kedua ujungnya. Pada sambungan las T, jarak las catat dibuat
dua kali jarak normal diatas.

Anda mungkin juga menyukai