TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Menara
Menara adalah sebuah struktur buatan manusia dan tingginya lebih dari
lebarnya. Menara selalu dibangun untuk menjadi sebuah mercu sebuah tanda
organisasi. Justru itu menara dibangun dengan indah dan cantik. Tetapi tujuan
utama pembangunan menara adalah untuk memelihara ruang tanah. Menara
merupakan tiang penyangga yang fungsi utamanya adalah untuk menopang rotor,
nasel dan semua komponen turbin angin yang berada di atasnya.
Menara dapat berupa tipe latis (lattice) atau pipa (tubular) baik yang dibantu
dengan penopang tali pancang maupun yang self supporting. Dan menara yang
sedang di rencanakan saat ini adalah menara pendukung untuk turbin angin
kebutuhan rumah tangga, dengan penggerak memakai generator yang bisa
mengangkat daya antara 400Watt. Pemanfaatan potensi energi terbarukan saat ini
semakin banyak mendapat perhatian di kalangan ilmuan maupun sektor industri.
Hal ini disebabkan karena kekhawatiran akan timbulnya krisis energi yang
disebabkan menipisnya bahan bakar fosil yang terkandung di alam serta efek
negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan bahan bakar fosil berupa pencemaran
udara dan pemanasan global.
Menurut Blueprint Pengelolaan Energi Nasional yang dikeluarkan oleh
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM) pada tahun 2005,
cadangan minyak bumi di Indonesia pada tahun 2004 diperkirakan akan habis
dalam kurun waktu 18 tahun dengan rasio cadangan/produksi pada tahun tersebut.
Sedangkan gas diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 61 tahun dan batubara
147 tahun.
Produk karya rekayasa pembangkit listrik sederhana yang menjadi
pembahasan kali ini adalah pembangkit listrik sederhana energi angin. Angin
yang menggerakkan turbin angin, akan memutarkan dinamo dan menghasilkan
listrik. Kestabilan daya listrik dapat diperoleh dengan cara menyimpan energy
listrik pada baterai/akumulator (DC) melalui kontrol panel.
Beban listrik yang membutuhkan arus listrik DC dapat langsung menggunakan
listrik hasil pembangkitan, sedangkan beban listrik yang membutuhkan arus listrik
6
AC (standar PLN), melalui inverter arus listrik DC dialirkan agar diperoleh arus
listrik AC yang digunakan untuk beban di antaranya berupa mesin listrik, pompa
air, penerangan umum
Di luar daerah wilayah rawan-badai, bila kecepatan angin dasar diperkirakan dari
data iklim regional, kecepatan angin dasar tidak boleh kurang dari kecepatan
angin yang terkait dengan interval ulang rata-rata yang disyaratkan, dan estimasi
harus disesuaikan untuk kesetaraan dengan kecepatan tiupan angin 3-detik pada
7
33 ft (10 m) di atas tanah pada Eksposur C. Analisis data harus dilakukan dalam
kasus ini.
2.5. Arah Angin
Faktor Arah Angin (Kd) , didapatkan dari Tabel 2.1. Faktor ini hanya akan
dimasukkan dalam menentukan beban angin ketika kombinasi beban yang
ditentukan digunakan untuk desain. Pengaruh arah angin dalam menentukan
beban angin harus didasarkan pada analisis untuk kecepatan angin.
namun perlu adanya biaya operasional jika menggunakan menara sistem ini.
Selain itu, menara model guywired membutuhkan tapak lahan yang lebih
besar dan fondasi tambahan untuk menahan kabel penyangga dan dapat
menimbulkan resiko masalah dengan aksesibilitas lahan. Contoh menara
free standing atau guy wired dapat dilihat pada gambar 2.4.
Menara lattice terbuat dari kerangka baja yang dibaut atau di las
bersama-sama. Biaya yang dibutuhkan untuk membuat sebuah menara
lattice sedikit dibandingkan dengan menara tubular karena bahan yang lebih
sedikit. Walaupun biaya awal lebih rendah tetapi jenis menara ini, biaya
perakitan dan pemeliharaannya lebih tinggi karena setiap baut perlu
dilakukan pemeriksaan secara berkala. Selain itu, biaya pondasi menara
lattice lebih rendah daripada model menara tubular. Faktor lain adalah
kurang menariknya menara model lattice dari segi estetika. Keuntungan lain
dari model ini adalah bahan yang tebagi tiap segmennya sehingga
10
X (angka keempat) menyataken jenis selaput dan jenis arus yang cocok
dipakai untuk pengelasan lihat table.
Kekuatan tarik minimum den deposit las adalah 60.000 Ib/in2 atau 42
kg/mm2
Dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi
Jenis selaput elektroda Rutil-Kalium dan pengelasan dengan arus AC
atau DC + atau DC –
2.9.3. E 6020
Elektroda jenis ini dapat menghasilkan penembusan las sedang dan
teraknya mudah dilepas dari lapisan las. Selaput elektroda terutama
mengandung oksida besi dan mangan. Cairan terak yang terlalu cair dan
mudah mengalir menyulitkan pada pengelasan dengan posisi lain dari pada
bawah tangan atau datar pada las sudut.
Elektroda nikel
Elektroda jenis ini dipakai untuk mengelas besi tuang, bila hasil las
masih dikerjakan lagi dengan mesin. Elektroda nikel dapat dipakai dalam
sagala posisi pengelasan. Rigi-rigi las yang dihasilkan elektroda ini pada
besi tuang adalah rata dan halus bila dipakai pada pesawat las DC kutub
terbalik. Karakteristik elektroda nikel dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Elektroda Baja
Elektroda jenis ini bila dipakai untuk mengelas besi tuang akan
menghasilkan deposit las yang kuat sehingga tidak dapat dikerjakan
dengan mesin. Dengan demikian elektroda ini dipakai bila hasil las tidak
dikerjakan lagi. Untuk mengelas besi tuang dengan elektroda baja dapat
dipakai pesawat las AC atau DC kutub terbalik.
Elektroda perunggu
Hasil las dengan memakai elektroda ini tahan terhadap retak,
sehingga panjang las dapat ditambah. Kawat inti dari elektroda dibuat dari
perunggu fosfor dan diberi selaput yang menghasilkan busur stabil.
Bila pesawat Ias yang dipakai pesewat Ias AC, menyalakan busur
dilakukan dengan menggoreskan elektroda pada benda kerja lihat Gbr.
Untuk menyalakan busur pada pesawat Ias DC, elektroda disentuhkan
seperti pada Gbr
Bila elektroda harus diganti sebelum pangelasan selesai, maka untuk melanjutkan
pengelasan, busur perlu dinyalakan lagi. Menyalakan busur kembali ini dilakukan
pada tempat kurang lebih 26 mm dimuka las berhenti seperti pada gambar. Jika
busur berhenti di B, busur dinyalakan lagi di A dan kembali ke B untuk
melanjutkan pengelasan. Bilamana busur sudah terjadi, elektroda diangkat sedikit
dari pekerjaan hingga jaraknya ± sama dengan diameter elektroda. Untuk
elektroda diameter 3,25 mm, jarak ujung elektroda dengan permukaan bahan
dasar ± 3,25 mm.
b. Pengaruh panjang busur pada hasil las. Panjang busur (L) Yang normal
adalah kurang lebih sama dengan diameter (D) kawat inti elektroda.
Bila panjang busur tepat (L = D), maka cairan elektroda akan mengalir dan
mengendap dengan baik. Hasilnya :
Bila busur terlalu panjang (L > D), maka timbul bagian-bagian yang
berbentuk bola dari cairan elektroda. Hasilnya :
Alur Spiral
Alur Zig-zag
Alur Segitiga
21
Untuk las catat pada ujung-ujung sambungan biasanya tiga sampai empat
kali tebal pelat dan maximum 35 mm.
Untuk las catat yang berada diantara ujung ujung sambungan, biasanya
dua sampai tiga kali tebal pelat dan maximum 35 mm.
Untuk pelat baja lunak (mild steel) dengan tebal 3,0 mm, jaraknye adalah
160 mm.
Jarak ini bertambah 25 mm untuk setiap pertambahan tebal satu milimeter
hingga jarak maximum 800 mm untuk tebal pelat diatas 33,0 mm.
Bila panjang las kurang dari dua kali jarak normal diatas, cukup dibuat
las catat pada kedua ujungnya. Pada sambungan las T, jarak las catat dibuat
dua kali jarak normal diatas.