BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
: membran timpani
Batas depan
: tuba eustakhius
Batas bawah
Batas belakang
Batas atas
Batas dalam
window),
tingkap
bundar
(round
window)
dan
promontorium.
terhadap liang telinga akan tetapi miring yang arahnya dari belakang luar ke muka
dalam dan membuat sudut 450 dari dataran sagital dan horizontal. Membran
timpani berbentuk kerucut, dimana bagian puncak dari kerucut menonjol ke arah
kavum timpani yang dinamakan umbo. Dari umbo ke muka bawah tampak refleks
cahaya (cone of ligt).
Membran timpani mempunyai tiga lapisan yaitu :
a. Stratum kutaneum (lapisan epitel) berasal dari liang telinga.
b. Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum timpani.
c. Stratum fibrosum (lamina propria) yang letaknya antara stratum kutaneum
dan mukosum.
Secara Anatomis membran timpani dibagi dalam 2 bagian :
a.
Pars tensa
Bagian terbesar dari membran timpani yang merupakan permukaan
yang tegang dan bergetar, sekelilingnya menebal dan melekat pada anulus
fibrosus pada sulkus timpanikus bagian tulang dari tulang temporal.
b.
Membran timpani terletak dalam saluran yang dibentuk oleh tulang dinamakan
sulkus timpanikus. Akan tetapi bagian atas muka tidak terdapat sulkus ini dan
bagian ini disebut insisura timpanika (rivini). Permukaan luar dari membran
timpani disarafi oleh cabang nervus aurikulo temporalis dari nervus mandibula
dan nervus vagus. Permukaan dalam disarafi oleh nervus timpani cabang dari
nervus glossofaringeal.
Aliran darah membran timpani berasal dari permukaan luar dan dalam.
Pembuluh-pembuluh epidermal berasal dari aurikula yang merupakan cabang dari
arteri maksilaris interna. Permukaan mukosa telinga tengah didarahi oleh arteri
timpani anterior cabang dari arteri maksilaris interna dan oleh stilomastoid cabang
dari arteri aurikula posterior.
b.
c.
d.
3. Prosesus mastoideus
terdiri dari
2 bagian yaitu :
a.
pendek
(1/3 bagian).
b.
Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3
bagian).
Fungsi Tuba Eustakhius adalah ventilasi, drenase sekret dan menghalangi
masuknya sekret dari nasofaring ke telinga tengah.Ventilasi berguna untuk
menjaga agar tekanan di telinga tengah selalu sama dengan tekanan udara luar.
Adanya fungsi ventilasi tuba dapat dibuktikan dengan melakukan perasat
Valsava dan perasat Toynbee.
Perasat Valsava meniupkan dengan keras dari hidung sambil mulut dipencet
serta mulut ditutup. Bila Tuba terbuka maka akan terasa ada udara yang masuk
ke telinga tengah yang menekan membran timpani ke arah lateral. Perasat ini
tidak boleh dilakukan kalau ada infeksi pada jalur nafas atas.
Perasat Toynbee dilakukan dengan cara menelan ludah sampai hidung
dipencet serta mulut ditutup. Bila tuba terbuka maka akan terasa membran
timpani tertarik ke medial. Perasat ini lebih fisiologis.
proses
depolarisasi
sel
rambut,
sehingga
melepaskan
10
otitis media spesifik, yaitu otitis media tuberkulosa, otitis media sifilitik, dan
otitis media adhesiva.
Otitis Media Akut adalah peradangan telinga tengah yang mengenai
sebagian atau seluruh periosteum dan terjadi dalam waktu kurang dari 3
minggu. Telinga tengah adalah organ yang memiliki penghalang yang
biasanya dalam keadaan steril. Tetapi pada suatu keadaan jika terdapat infeksi
bakteri pada nasofariong dan faring, secara alamiah teradapat mekanisme
pencegahan penjalaran bakteri memasuki telinga tengah oleh ezim pelindung
dan bulu-bulu halus yang dimiliki oleh tuba eustachii.
2.2.2 Etiologi
Otitis media akut terjadi akibat tidak berfungsingnya sistem pelindung, hal
ini karena sumbatan atau peradangan pada tuba eustachii yang merupakan
faktor utama terjadinya otitis media. Pada anak-anak semakin seringnya
terserang infeksi saluran pernafasan atas, kemungkinan terjadi otitis media
akut juga semakin sering. Pada anak-anak, OMA dipermudah karena tuba
eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horisontal.
Kuman penyebab OMA adalah bakteri piogenik:
Streptococcus Pneumoniae (38%)
Haemophilus Influenzae (27%)
Moraxella catarrhalis (11%)
Staphylococcus aureus (2%)
2.2.3 Epidemiologi
11
Otitis media pada anak-anak sering kali disertai dengan infeksi pada
saluran pernapasan atas. Pada penelitian terhadap 112 pasien ISPA (6-35
bulan), didapatkan 30% mengalami otitis media akut dan 8% sinusitis.
Epidemiologi seluruh dunia terjadinya otitis media berusia 1 thn sekitar 62%,
sedangkan anak-anak berusia 3 thn sekitar 83%. Di Amerika Serikat,
diperkirakan 75% anak mengalami minimal satu episode otitis media sebelum
usia 3 tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau
lebih. Di Inggris setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode
sebelum usia sepuluh tahun.
Resiko kekambuhan otitis media terjadi pada beberapa faktor, antara lain
usia <5 tahun, otitis prone (pasien yang mengalami otitis pertama kali pada
usia <6 bulan, 3 kali dalam 6 bulan terakhir), infeksi pernapasan, perokok, dan
laki-laki.
2.2.4 Patogenesis
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti
radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran
Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat
menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di
sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk
melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan
mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam
telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius
menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di
belakang gendang telinga. Jika lendir dan nanah bertambah banyak,
12
13
14
a. Pada bayi atau anak-anak tuba lebih pendek, lebih lebar, dan
kedudukannya lebih horizontal dari tuba orang dewasa sehingga ISPA
lebih mudah menyebar ke telinga tengah (gambar 4).
b. Panjang tuba orang dewasa 37,5 mm dan pada anak-anak di bawah
umur 9 bulan adalah 17,5 mm (gambar 4). Ini meningkatkan peluang
refluks dari nasofaring yang mengganggu drainase melalui tuba
Eustachius.
c. Insidens terjadinya otitis media pada anak yang berumur lebih tua
lebih berkurang. Hal ini terjadi karena tuba telah berkembang
sempurna dan diameter tuba Eustachius meningkat sehingga jarang
terjadi obstruksi dan disfungsi tuba.
d. Sistem pertahanan tubuh anak masih rendah sehingga mudah terkena
ISPA lalu terinfeksi ke telinga tengah
e. Adenoid merupakan salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang
berperan dalam kekebalan tubuh. Pada anak, adenoid relatif lebih besar
dibanding orang dewasa. Posisi adenoid yang berdekatan dengan
muara tuba Eustachius menyebabkan adenoid yang besar mengganggu
terbukanya tuba Eustachius. Selain itu, adenoid dapat terinfeksi akibat
ISPA dan dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba Eustachius.
15
16
Gejala yang timbul bervariasi bergantung pada stadium dan usia pasien.
Pada anak, keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga dan suhu tubuh
tinggi serta ada riwayat batuk pilek sebelumnya. Anak juga gelisah, sulit tidur,
tiba-tiba menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang, dan kadang-kadang anak
memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka
sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun, dan anak tertidur tenang.
Pada anak yang lebih besar atau dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula
gangguan pendengaran dan rasa penuh dalam telinga.
Diagnosis terhadap OMA tidak sulit, dengan melihat gejala klinis dan
keadaan membran timpani biasanya diagnosis sudah dapat ditegakkan.
Penilaian membran timpani dapat dilihat melalui pemeriksaan lampu kepala
dan otoskopi. Perforasi yang terdapat pada membran timpani bermacammacam, antara lain perforasi sentral, marginal, atik, subtotal, dan total.
2.2.7
Penatalaksanaan
Terapi OMA tergantung pada stadiumnya. Pada stadium oklusi, tujuan
17
thn atau dewasa.. selain itu, sumber infeksi juga harus diobati dengan
memberikan antibiotik.
Pada stadium presupurasi, diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan
analgesik. Bila membran timpani sudah hiperemi difus, sebaiknya dilakukan
miringotomi. Antibiotik yang diberikan ialah penisilin atau eritromisin. Jika
terdapat resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavunalat atau
sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin IM agar konsentrasinya
adekuat di dalam darah. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Pada
anak
diberikan
ampisilin
4x50-100
mg/KgBB,
amoksisilin
4x40
Komplikasi
Sebelum ada antibiotik, komplikasi paling sering pada OMA ialah abses
subperiosteal sampai komplikasi yang berat seperti meningitis dan abses otak.
Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan kehilangan
pendengaran permanen.
2.2.9
Pencegahan
18
19
Pada otitis media serosa akut sekret terjadi secara tiba-tiba di telinga tengah
dengan disertai rasa nyeri pada telinga, sedangkan pada keadaan kronik sekret
terbentuknya secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada
telinga yang berlangsung lama (Blakleyp).
2.3.2
Epidemiologi
Infeksi telinga tengah merupakan diagnosa utama yang paling sering
dijumpai pada anak-anak usia kurang dari 15 tahun yang diperiksa di tempat
praktek dokter. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami
setidaknya satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan hampir
setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih.
Di Inggris, setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum
usia 10 tahun. Di negara tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 36 tahun. Pada tahun 1990, 12,8 juta kejadian otitis media terjadi pada anakanak usia di bawah 5 tahun. Anak-anak dengan usia di bawah 2 tahun, 17%
memiliki peluang untuk kambuh kembali. 30-45% anak-anak dengan OMA
dapat menjadi OME setelah 30 hari dan 10% lainnya menjadi OME setelah 90
hari, sedikitnya 3,84 juta kasus OME terjadi pada tahun tersebut; 1,28 juta
kasus menetap setelah 3 bulan. Statistik menunjukkan 80-90% anak
prasekolah pernah menderita OME. Kasus OME berulang (OME rekuren) pun
menunjukkan prevalensi yang cukup tinggi terutama pada anak usia
prasekolah, sekitar 28-38%.
2.3.3
Etiologi
20
Penyebabnya dapat berupa kelainan kongenital, akibat infeksi atau alergi, atau
dapat dapat juga disebabkan akibat blokade tuba (misalnya pada adenoid dan
barotrauma).
Tuba eustachia immature merupakan kelainan kongenital yang dapat
menyebabkan terjadinya timbunan cairan di telinga tengah. Ukuran tuba
eustachius pada anak dan dewasa berlainan dalam hal ukuran. Beberapa anak
mewarisi tuba eustachius yang kecil dari kedua orang tuanya, hal inilah yang
dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya tendensi atau kecenderungan
infeksi telinga tengah dalam keluarga. Selain itu, otitis media serosa juga lebih
sering terjadi pada anak dengan cleft palatal (terdapatnya celah pada daerah
palatum). Hal ini desebabkan karena otot-otot ini tumbuh tidak sempurna pada
anak dengan cleft palate.
Membrana mukosa dari telinga tengah dan tuba eustachius berhubungan
dengan membran mukosa pada hidung, sinus, dan tenggorokan. Infeksi pada
area-area ini menyebabkan pembengkakan membrana mukosa yang mana
dapat mengakibatkan blokade dari tuba eustachius. Sedangkan reaksi alergi
pada hidung dan tenggorokan juga menyebabkan pembengkakan membrana
mukosa dan memblokir tuba eustachius. Reaksi alergi ini sifatnya bisa akut,
seperti pada hay fever tipe reaksi ataupun bersifat kronis seperti pada berbagai
jenis sinusitis kronis. Adenoid dapat menyebabkan otitis media serosa apabila
adenoid ini terletak di daerah nasofaring, yaitu area disekeliling dan diantara
pintu tuba eustachius. Ketika membesar, adenoid dapat memblokir pembukaan
tuba eustachius. Kegagalan fungsi tuba eustachi dapat pula disebabkan oleh
rinitis kronik, sinusitis, tonsilitis kronik, dan tumor nasofaring.
21
Selain itu, otitis media serosa kronis dapat juga terjadi sebagai gejala sisa
dari otitis media akut (OMA) yang tidak sembuh sempurna.Terapi antibiotik
yang tidak adekuat pada OMA dapat menonaktifkan infeksi tetapi tidak dapat
menyebuhkan secara sempurna sehingga akan menyisakan infeksi dengan
grade rendah. Proses ini dapat merangsang mukosa untuk menghasilkan cairan
dalam jumlah banyak. Jumlah sel goblet dan mukus juga bertambah.
2.3.4
Klasifikasi
atas.
- Idiopatik
2. Otitis media serosa kronis (glue ear)
Sekret pada otitis media serosa kronis terbentuk secara bertahap tanpa
rasa nyeri dan lebih sering terjadi pada anak-anak. Sekret tersebut kental
seperti lem sehingga disebut sebagai glue ear.
2.3.5
Patofisiologi
22
23
Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma
yang mengalir dari pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar
terjadi akibat adanya perbadaan tekanan hidrostatik, sedangkan pada otitis
media mukoid, cairan yang ada di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif
dari kelenjar dan kista yang terdapat di dalam mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, dan rongga mastoid. Faktor utama yang berperan disini adalah
terganggunya fungsi tuba eustachius.
Otitis media serosa sering timbul setelah otitis media akut. Cairan yang
telah terakumulasi dibelakang gendang telinga selama infeksi akut dapat tetap
menetap walau infeksi mulai mengalami penyembuhan. Selain itu, otitis
media serosa dapat pula terjadi tanpa didahului oleh infeksi, dan dapat terjadi
akibat penyakit gastroesophagal reflux atau hambatan tuba eustachius oleh
karena infeksi atau adenoid yang membesar. Otitis media serosa sering sekali
terjadi pada anak-anak dengan usia antara 3 bulan sampai 3 tahun.
Seringkali mengikuti infeksi traktus respiratorius bagian atas adalah otitis
media serosa. Sekresi dan inflamasi menyebabkan suatu oklusi relatif dari
tuba eustachius. Normalnya, mukosa telinga tengah mengabsorbpsi udara di
dalam telinga tengah. Apabila udara dalam telinga tengah tidak diganti akibat
obstruksi relatif dari tuba eustachius, maka akibatnya terjadi tekanan negatif
dalam telinga tengah dan menyebabkan suatu efusi yang serius. Efusi pada
telinga tengah ini menjadi suatu media pertumbuhan mikroba dan dengan
adanya ISPA dapat terjadi penyebaran virus-virus dan atau bakteria dari
saluran nafas bagian atas ke telinga bagian tengah.
24
Manifestasi Klinis
Otitis Media Serosa Akut
Gejala yang menonjol pada otitis media serosa akut biasanya pendengaran
berkurang. Selain itu pasien juga dapat mengeluh rasa tersumbat pada telinga
atau suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda, pada telinga yang
sakit (diplacusis binauralis). Kadang-kadang terasa seperti ada cairan yang
bergerak dalam telinga pada saat posisi kepala berubah. Rasa sedikit nyeri di
dalam telinga dapat terjadi pada saat awal tuba terganggu, yang menyebabkan
timbul tekanan negatif pada telinga tengah. Tapi setelah sekret terbentuk,
tekanan negatif ini perlahan-lahan menghilang. Rasa nyeri dalam telinga tidak
pernah ada bila penyebab timbulnya sekret ada virus atau alergi. Tinitus,
vertigo, atau pusing kadang-kadang ada dalam bentuk yang ringan. Pada
otoskopi tampak membrana timpani retraksi. Kadang-kadang tampak
gelembung udara atau permukaan cairan dalam cavum timpani. Tuli konduktif
dapat dibuktikan dengan garpu tala.
25
Meskipun otitis media serosa seringkali muncul tanpa nyeri, cairan yang
terkumpul dalam telinga tengah dapat mengurangi pendengaran, pemahaman
pembicaraan, gangguan perkembangan bahasa, belajar serta gangguan tingkah
laku. Apalagi bila otitis media serosa sering kali terjadi pada anak-anak. Pada
kebanyakan anak, otitis media serosa terjadi secara asimptimatis terutama
pada anak-anak dibawah 2 tahun. Karena anak-anak memerlukan pendengaran
untuk belajar berbicara, maka hilangnya pendengaran akibat cairan di telinga
tengah dapat menyebabkan keterlambatan bicara. Anak-anak mulai belajar
mengucapkan kata pada usia 18 bulan. Apabila kejadian ini berulang selama
berbulan-bulan
pada
tahun-tahun
belajar
bicara,
maka
terjadi
26
27
keterlambatan bicara. Pada otitis media serosa akut juga terjadi diplacusis
binauralis yaitu suara sendiri terdengar lebih nyaring pada telinga yang sakit.
Pasien mengeluhkan terdapat cairan yang terasa bergerak di dalam telinga saat
posisi kepala berubah. Dapat terjadi nyeri telinga pada barotraumas, tetapi jika
penyebabnya virus atau bakteri biasanya pasien tidak merasakan nyeri. Pada
beberapa pasien terdapat vertigo dan tinnitus.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu otoskopi dan tes penala. Pada
pemeriksaan otoskopi dapat terlihat membran timpani yang kelabu atau
menguning yang telah kekurangan pergerakan. Jika membran timpani
translusen, maka dapat terlihat air-fluid level atau gelembung udara kecil pada
telinga tengah.
28
Gambar
2.10 Gambaran
membran
29
untuk
status
telinga
tengah.
Timpanometri
akan
30
informasi
yang
berguna
pada
pengambilan
keputusan
untuk
manajemen terapi.
31
2.3.8
Diagnosa Banding
2.3.9
Penatalaksanaan
Pengobatan otitisGambar
media efusi
tergantungOMA
kepada
penyebab
2.13 Perbedaan
dan
OME yang mendasari
penyakit tersebut.
1. Otitis media serosa akut
Pengobatan dapat secara medikamentosa dan pembedahan. Pada
pengobatan medical diberikan obat vasokonstriktor lokal (tetes
hidung), antihistamin, perasat Valsava, bila tidak ada tanda-tanda
infeksi saluran nafas atas.
Setelah satu atau dua minggu, bila gejala-gejala masih menetap,
dilakukan miringotomi dan bila masih belum sembuh maka dapat
dilakukan miringotomi serta pemasangan pipa ventilasi (Grommet).
Grommet atau ventilation tube merupakan tube kecil yang terbuat dari
plastik yang diinsersikan melalui sebuah lubang kecil pada membran
timpani. Grommet akan membantu drainase cairan yang terkumpul
pada telinga tengah dan ventilasi pada telinga tengah.
Gambar 2.14 Pemasangan pipa Grommet
32
2.
33
timpanostomi,
dapat
mempercepat
perbaikan
pendengaran,
2.
membran
timpani
seperti
menderita otitis media efusi dan tekanan negatif pada telinga tengah.
Prognosis
Anak-anak dengan otitis media efusi memiliki prognosis yang baik untuk
mencapai tahap resolusi sekitar 60% dalam 1 bulan dan 75% setelah 3 bulan.
Namun otitis media efusi memiliki 30-40% kemungkinan rekurensi kembali
setelah diobservasi beberapa tahun menurut sebuah penelitian.
34
Epidemiologi
Otitis media supuratif kronik merupakan penyakit THT yang paling
status kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor yang menjadi dasar
untuk meningkatnya prevalensi OMSK pada negara yang sedang berkembang.
35
Klasifikasi
36
luas dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel
skuamosa juga berperan dalam perkembangan tipe ini. Sekret mukoid kronis
berhubungan dengan hiperplasia goblet sel, metaplasia dari mukosa telinga
tengah pada tipe respirasi dan mukosiliar yang jelek.
b. Tipe atikoantral (tipe ganas/tipe tidak aman/tipe tulang)
Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Perforasi tipe
ini letaknya marginal atau di atik yang lebih sering mengenai pars flaksida.
Karakteristik utama dari tipe ini adalah terbentuknya kantong retraksi yang
berisi tumpukan keratin sampai menghasilkan kolesteatom.
Kolesteatom adalah suatu massa amorf, konsistensi seperti mentega,
berwarna putih, terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah mengalami
nekrotik. Kolesteatom merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
kuman, yang paling sering adalah proteus dan pseudomonas. Hal ini akan
memicu respon imun lokal sehingga akan mencetuskan pelepasan mediator
inflamasi dan sitokin. Sitokin yang dapat ditemui dalam matrik kolesteatom
adalah interleukin-1, interleukin-6, tumor necrosis factor-, dan transforming
growth factor. Zat-zat ini dapat menstimulasi sel-sel keratinosit matriks
kolesteatom
yang
bersifat
hiperproliferatif,
destruktif,
dan
mampu
bakteri.
Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu:
1. Kongenital
37
Didapat (Akuisital)
Kolesteatom yang terbentuk setelah anak lahir, dapat dibagi atas:
timpani pada daerah atik atau pars flasida, timbul akibat adanya proses
invaginasi dari membrane timpani pars flaksida karena adanya tekanan
negatif di telinga tengah akibat gangguan tuba.
38
bersifat
berangiogenesis.
hiperproliferatif,
destruktif
dan
mampu
39
40
41
7. Alergi
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih
tinggi dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya
sebagian penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteri
atau toksin-toksinnya, namun hal ini belum terbukti kebenarannya.
8. Gangguan fungsi tuba eustakhius
Hal ini terjadi pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustakhius sering
tersumbat oleh edema. Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan
perforasi membran timpani menetap pada OMSK :
a)
b)
Berlanjutnya
obstruksi
tuba
eustakhius
yang
mengurangi
2.4.5
Patogenesis
OMSK dimulai dari episode infeksi akut terlebih dahulu. Patofisiologi dari
OMSK dimulai dari adanya iritasi dan inflamasi dari mukosa telinga tengah
yang disebabkan oleh multifaktorial, diantaranya infeksi yang dapat
disebabkan oleh virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan
42
Manifestasi Klinis
Telinga berair (otore)
Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer)
Gangguan pendengaran
Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya
43
daerah yang sakit ataupun kolesteatom dapat menghantar bunyi dengan efektif
ke fenestra ovalis. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif
berat karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga
kolesteatom
bertindak
sebagai
penghantar
suara
sehingga
ambang
merupakan suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena
terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi
akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus
lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada
tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda
berkembang komplikasi OMSK seperti petrositis, subperiosteal abses, atau
trombosis sinus lateralis.
4.
Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya.
44
b.
c.
d.
2.4.7
Diagnosis
Anamnesis (history-taking)
Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita
45
sekret yang keluar dapat bercampur darah. Ada kalanya penderita datang
dengan keluhan kurang pendengaran atau telinga keluar darah.
2.
Pemeriksaan otoskopi
Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari
Pemeriksaan audiologi
Evaluasi audiometri dan pembuatan audiogram nada murni untuk menilai
Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis
Pemeriksaan bakteriologi
46
Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luas infeksi, yang
Bila
fasilitas
memungkinkan
sebaiknya
dilakukan
operasi
47
1.
2. Pemberian antibiotika :
a) Antibiotik topikal
Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dan sekret
yang banyak tanpa dibersihkan dulu adalah tidak efektif. Bila
sekret berkurang atau tidak progresif lagi diberikan obat tetes yang
mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Irigasi dianjurkan
dengan garam faal agar lingkungan bersifat asam yang merupakan
media yang buruk untuk tumbuhnya kuman.
Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik
adalah :
1. Polimiksin B atau polimiksin E
Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif.
2. Neomisin
Obat bakterisid pada kuman gram positif dan negatif. Toksik
terhadap ginjal dan telinga.
3.
Kloramfenikol
Obat ini bersifat bakterisid terhadap basil gram positif dan
negatif kecuali Pseudomonas aeruginosa.
b) Antibiotik sistemik.
48
49
Mastoidektomi radikal
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe bahaya dengan infeksi atau
kolesteatom yang sudah meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan
kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patolgik. Dinding batas
antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid
diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu
ruangan. Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan
patologik dan mencegah komplikasi intrakranial, sementara fungsi
pendengaran tidak diperbaiki. Kerugian operasi ini ialah pasien tidak boleh
berenang seumur hidupnya dan harus kontrol teraut ke dokter.
3.
Miringoplasti
Operasi ini merupakan operasi timpanoplasti yang paling ringan,
50
menetap. Operasi ini dilakukan pada AMSK tipe aman fase tenang dengan
ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani.
5.
Timpanoplasti
Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe aman dengan kerusakan yang
lebih berat atau OMSK tipe aman yang tidak bisa ditenagkan dengan
pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan
penyakit serta memperbaiki pendengaran.
Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani sering kali
harus dilakukan juga rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan
bentuk rekonstruksi tulang pendengaran yang dilakukan maka dikenal
istilah timpanoplasti tipe II, III, IV, dan V. Sebelum rekonstruksi
dikerjakan lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani dengan atau
tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak
jarang operasi ini harus dilakukan 2 tahap dengan jarak waktu 6 s/d 12
bulan.
2.4.9
Komplikasi
51
52
53