I 3 Persamaan Gelombang Schrodinger
I 3 Persamaan Gelombang Schrodinger
www.darpublic.com
mv 2
+ E p ( x)
2
E=
atau
p2
+ E p ( x)
2m
(1)
p2
+ E p ( x) E
2m
(2)
H(p,x) adalah sebuah fungsi yang disebut fungsi Hamilton (dari William Rowan Hamilton
1805 1865; matematikawan Irlandia), dengan p dan x adalah peubah-peubah bebas.
Turunan parsial fungsi ini terhadap p dan x masing-masing adalah
H ( p, x) p
=
p
m
dan
H ( p, x) dE p ( x)
=
x
dx
(3)
Peubah dalam fungsi Hamilton, yaitu p dan x, menyatakan momentum dan posisi
dalam relasi fisika maka kita peroleh
H ( p, x) p
dx
= = ve =
p
m
dt
dan
E p ( x)
H ( p, x)
dv dp
=
= F ( x) = m
=
x
x
dt dt
(4.a)
(4.b)
Jadi turunan H(p,x) terhadap p memberikan turunan x terhadap t dan turunan H(p,x)
terhadap x memberikan turunan p terhadap t; dan kita pahami bahwa p di sini adalah
momentum, suatu besaran fisis dan bukan lagi sebuah peubah-bebas dalam fungsi
Hamilton.
Sudaryatno Sudirham, Persamaan Gelombang Schrdinger
1/12
Darpublic
www.darpublic.com
dx p
= ;
dt m
F =m
d 2x
=m
dt
dv dp
=
dt dt
u=
e j[( )t (k ) x] A0 e j ( t k x)
n
jn e j[( )t (k ) x] A0 e j ( t k x) + e j[( )t (k ) x] j0 A0 e j ( t k x)
n
e j[( )t (k ) x] A0 e j ( t k x)
n
(5.a)
Dalam selang sempit k maka n / 0 1 ; dan jika ruas kiri dan kanan (5.a) dikalikan
dengan h dan mengingat bahwa energi E = h maka kita akan memperoleh
h
u = j (h 0 )u = jEu atau
t
jh
u = Eu
t
(5.b)
2/12
Darpublic
www.darpublic.com
E adalah energi total elektron. Akan tetapi jika kita melihat (5.b) sebagai suatu persamaan
matematik maka kita dapat mengatakan bahwa E merupakan sebuah operator yang
beroperasi pada fungsi gelombang u dan
E jh
(5.c)
( jk n )e j[( )t (k ) x] A0 e j ( t k x ) + e j[( )t ( k ) x] ( jk 0 ) A0 e j ( t k x )
n
k
= jk 0 n
k 0
e j[( )t (k ) x ] A0 e j ( t k x)
n
Untuk k n / k 0 1 , dan jika ruas kiri dan kanan kita kalikan dengan h akan kita peroleh
h
jh
u = pu
x
(5.d)
Seperti halnya untuk E pada (5.b), p pada (5.d) kita pandang sebagai operator
p jh
(5.e)
Dengan demikian kita mendapatkan operator untuk E pada (5.c) dan p pada (5.e).
Jika fungsi gelombang kita sebut dan mengoperasikan H(p,x) pada fungsi gelombang
ini, maka
H ( p, x) = E atau
p2
+ E p ( x ) = E ;
2 m
2m jh x jh x + E p ( x) = E atau
h2 2
+ E p ( x ) = E
2m x 2
(6)
h2 2
+ E p ( x, y, z ) = E
2m
(7)
3/12
Darpublic
www.darpublic.com
h 2 1 2 ( x)
1 T (t )
+ E p ( x ) = jh
2
2m ( x) x
T (t ) t
(8)
Ruas kiri dari (8) merupakan fungsi x saja sedangkan ruas kanan merupakan fungsi t
saja. Karena kedua ruas merupakan fungsi dengan peubah yang berbeda maka kedua ruas
harus sama dengan suatu nilai konstan khusus, yang biasa disebut eigenvalue.
Kita lihat lebih dahulu ruas kanan, yang akan memberikan persamaan Schrdinger satu
dimensi yang tergantung waktu:
jh
1 T (t )
= a = konstan
T (t ) t
(8.a)
sedangkan S ( x, t ) adalah
S ( x, t ) =
e j ( )t e j (k ) x
n
maka kita dapat mengambil bentuk T(t) sebagai T (t ) = B(t )e jt untuk kita masukkan ke (8.a),
dan kita akan memperoleh
a = jh
= jh
1
B (t )e jt
B (t )e jt
t
jB (t )e jt
B ( t ) e j t
(8.b)
= h = E
Jadi konstanta a pada (8.a) adalah energi total elektron, E. Jika hal ini benar, maka ruas kiri
(8) juga harus sama dengan E, sehingga dapat kita tuliskan sebagai
h 2 1 2 ( x)
+ E p ( x) = E
2m ( x) x 2
atau
h 2 2 ( x)
+ E E p ( x) ( x) = 0
2m x 2
(9)
h2 2
+ E E p ( x, y , z ) = 0
2m
(3.9.a)
Perlu kita sadari bahwa adanya persamaan Schrdinger bebas-waktu bukanlah berarti
bahwa elektron atau partikel yang ingin kita pelajari dengan mengaplikasikan persamaan ini
adalah partikel yang bebas-waktu. Partikel tersebut memiliki kecepatan gerak, dan
kecepatan adalah turunan terhadap waktu dari posisi. Oleh karena itu dalam memberi arti
pada penurunan matematis dari persamaan Schrdinger bebas-waktu, dalam hal-hal
tertentu kita perlu mempertimbangkan faktor waktu, sesuai dengan logika.
Sudaryatno Sudirham, Persamaan Gelombang Schrdinger
4/12
Darpublic
www.darpublic.com
Dengan persamaan Schrdinger bebas-waktu (9) atau (9.a) fungsi gelombang yang
dilibatkan dalam persamaan ini juga fungsi gelombang bebas-waktu, (x). Dari bentuk
gelombang komposit untuk elektron (5)
u = S ( x, t ) A0 e j ( 0t k 0 x ) dengan S ( x, t ) =
e j ( )t e j (k ) x
n
kita dapat mengambil bentuk (x) sebagai ( x) = A( x)e jkx , dengan A(x) adalah selubung
paket gelombang, untuk mencari solusi persamaan Schrdinger.
Persamaan Schrdinger adalah persamaan gelombang dan yang kita maksudkan
adalah gelombang sebagai representasi elektron sebagi partikel. Mencari solusi persamaan
Schrdinger adalah untuk memperoleh fungsi gelombang yang selanjutnya digunakan untuk
melihat bagaimana perilaku atau keadaan elektron. Hubungan antara momentum p dan
energi E dengan besaran-besaran gelombang (k, , f, ) adalah
p = hk = h
2 h
=
E = h = hf
Fungsi Gelombang
Persamaan Schrdinger adalah persamaan diferensial parsial dengan adalah fungsi
gelombang, dengan pengertian bahwa
* dx dy dz
(10)
adalah probabilitas keberadaan elektron dalam volume dx dy dz di sekitar titik (x, y, z); *
adalah konjugat dari . Jadi persamaan Schrdinger tidak menentukan posisi elektron
melainkan memberikan probabilitas bahwa ia akan ditemukan di sekitar posisi tertentu. Kita
juga tidak dapat mengatakan secara pasti bagaimana elektron bergerak sebagai fungsi
waktu karena posisi dan momentum elektron dibatasi oleh prinsip ketidakpastian
Heisenberg.
Dalam kasus satu dimensi dengan bentuk gelombang
( x) =
2 sin( xk/2)
sin( xk/2)
A0 e jkx dan * ( x) =
kA0 e + jkx
x
( xk/2)
sin( xk / 2)
* = A02
maka
(11)
Apa yang berada dalam tanda kurung pada (11) adalah selubung paket gelombang yang
merupakan fungsi x sedangkan A0 memiliki nilai konstan. Jadi selubung paket gelombang
itulah yang menentukan probabilitas keberadaan elektron.
Persyaratan Fungsi Gelombang
Fungsi gelombang (x ) hasil solusi persamaan Schrdinger harus memenuhi
beberapa persyaratan agar ia mempunyai arti fisis. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai
berikut.
Elektron sebagai suatu yang nyata harus ada di suatu tempat. Oleh karena itu fungsi
gelombang (untuk satu dimensi) harus memenuhi
dx = 1 .
5/12
Darpublic
www.darpublic.com
Fungsi gelombang (x ) , harus kontinyu sebab jika tidak-kontinyu hal itu dapat
ditafsirkan sebagai rusaknya elektron, suatu hal yang tidak dapat diterima.
Turunan fungsi gelombang terhadap posisi, d / dx , juga harus kontinyu. Kita telah
melihat bahwa turunan fungsi gelombang terhadap posisi terkait dengan momentum
elektron sebagai gelombang. Oleh karena itu persyaratan ini dapat diartikan sebagai
persayaratan kekontinyuan momentum.
Fungsi gelombang harus bernilai tunggal dan terbatas sebab jika tidak, akan berarti
ada lebih dari satu kemungkinan keberadaan elektron.
Fungsi gelombang tidak boleh sama dengan nol di semua posisi sebab kemungkinan
keberadaan elektron haruslah nyata, betapapun kecilnya.
II
III
Ep=
1
Ep=0
2
Ep=
3
0
x
L
Gb.3.2. Elektron dalam sumur potensial (daerah II).
Pada sumur potensial yang dalam, daerah I dan III adalah daerah dimana kemungkinan
keberadaan elektron bisa dianggap nol, 1 ( x) = 0 dan 3 ( x ) = 0 . Persamaan Schrdinger
untuk daerah II adalah, di mana V(x) = 0, menjadi
h 2 2 ( x )
+ E( x) = 0
2m x 2
(12)
Solusi persamaan Schrdinger satu dimensi ini bisa kita duga berbentuk ( x) = Be sx . Jika kita
masukkan solusi dugaan ini ke (12) akan kita dapatkan
h2 2
s + E = 0 yang memberikan dua
2m
nilai s :
s=j
2mE
h
= j , dengan =
2mE
h2
6/12
Darpublic
www.darpublic.com
Hal ini berarti bahwa ada dua solusi; jumlah kedua solusi juga merupakan solusi.
lain adalah bilangan gelombang, k, dengan nilai
k= =
2mE
tidak
(13)
h2
(14)
e jk2 L + e jk2 L
(15)
2
j
= 2 jB2 sin(k 2 L) = 0
n
(dengan n bilangan bulat), sehingga
Persamaan (15) mengharuskan k 2 L = n atau k 2 =
L
2j
= 2 jB 2 sin n x
(16)
n
n
x = K sin 2
L
L
(17)
00
0
a). n =1
00
L
b). n =2
00
L
c). n =3
7/12
Darpublic
www.darpublic.com
E=
n22h 2
2mL2
h 2 n
2m L
(18)
Kita lihat di sini bahwa energi elektron mempunyai nilai-nilai tertentu yang diskrit, yang
ditentukan oleh bilangan bulat n. Nilai diskrit ini terjadi karena pembatasan yang harus
dialami oleh 2, yaitu bahwa ia harus berada dalam sumur potensial. Ia harus bernilai nol di
batas-batas dinding potensial dan hal itu akan terjadi bila lebar sumur potensial L sama
dengan bilangan bulat kali setengah panjang gelombang. Tingkat energi untuk n = 1 kita
sebut tingkat energi yang pertama; tingkat energi yang kedua pada n = 2; tingkat energi
yang ketiga pada n = 3 dan seterusnya. Jika kita kaitkan dengan bentuk gelombangnya,
dapat kita katakan bahwa tingkat-tingkat energi tersebut sesuai dengan jumlah titik simpul
gelombang.
Dengan demikian maka diskritisasi energi elektron terjadi secara wajar melalui
pemecahan persamaan Schdinger. Hal ini berbeda dari pendekatan Bohr yang harus
membuat postulat mengenai momentum sudut yang harus diskrit agar kuantisasi energi
terjadi.
Persamaan (18) memperlihatkan bahwa selisih energi antara satu tingkat dengan
tingkat berikutnya, misalnya antara n = 1 dan n = 2, berbanding terbalik dengan kwadrat
lebar sumur potensial. Makin lebar sumur ini, makin kecil selisih energi tersebut, artinya
tingkat-tingkat energi semakin rapat. Untuk L sama dengan satu satuan misalnya, selisih
energi untuk n=2 dan n=1 adalah E 2 E 1 = 3 h 2 / 8 m dan jika L sepuluh kali lebih lebar maka
selisih ini menjadi E 2 E1 = 0,03 h 2 / 8 m . (lihat Gb.4). Jadi makin besar L maka perbedaan nilai
tingkat-tingkat energi akan semakin kecil dan untuk L yang lebar maka tingkat-tingkat energi
tersebut akan akan sangat rapat sehingga mendekati kontinyu.
n=3
V
n=2
n=1
0
8/12
Darpublic
www.darpublic.com
V
*
a)
L
c)
b)
Ly
x
Gb.7. Sumur tiga dimensi.
9/12
Darpublic
www.darpublic.com
h 2 2 2 2
+
+
+ E = 0
2m x 2 y 2 z 2
(19)
dengan adalah fungsi dari x, y, dan z. Kita akan melihat fungsi ini dalam bentuk peubah
terpisah ( x, y, z ) = X ( x)Y ( y ) Z ( z ) . Hal ini tidak selalu dapat terjadi, akan tetapi kita
mengambil langkah ini agar persamaan yang tidak mudah dipecahkan ini menjadi agak
sederhana. Jika turunan kedua fungsi ini kita masukkan ke (26) kemudian kedua ruas dibagi
dengan ( x, y, z ) , dan dikalikan dengan 2m / h 2 maka akan kita peroleh
1 2 X ( x)
1 2Y ( y)
1 2 Z ( z)
2m
E
+
+
=
X ( x) x 2
Y ( y ) y 2
Z ( z ) z 2
h2
(20)
Setiap suku di ruas kiri hanya merupakan fungsi dari satu peubah dan berbeda satu
sama lain; jumlah ketiganya sama dengan suatu nilai konstan. Hal ini hanya akan terjadi jika
masing-masing suku juga sama dengan suatu nilai konstan. Jadi
1 2 X ( x)
2m
1 2 Z ( z)
2m
1 2Y ( y)
2m
;
;
=
E
= 2 Ez
=
E
x
y
2
2
2
2
X ( x) x 2
Z
(
z
)
Y
(
y
)
h
z
h
y
h
(21)
dengan Ex, Ey, dan Ez adalah nilai-nilai konstan dan E = E x + E y + E z . Salah satu persamaan
dari (21) dapat kita tuliskan sebagai
2 X ( x)
x
2m
h2
E x X ( x) = 0
(22)
Persamaan ini adalah persamaan diferensial linier homogen orde kedua yang telah pernah
kita temui pada waktu kita membahas elektron yang terjebak dalam sumur potensial satu
dimensi. Dengan cara pemecahan yang serupa, kita dapatkan
Ex =
n x2 h 2
8mL2x
Ey =
n 2y h 2
8mL2y
Ez =
n z2 h 2
(23)
8mL2z
(24)
Persamaan (24) menunjukkan bahwa energi elektron ditentukan oleh tiga macam bilangan
bulat yang kita sebut bilangan kuantum, yaitu n x , n y , n z .
Bentuk fungsi gelombang dalam kotak potensial adalah
= K sin
n y y
n x x
n z
sin
sin z
Lx
Ly
Lz
(25)
h2
2
8mL
(n
2
x
+ n 2y + n z2
( 3.26)
10/12
Darpublic
www.darpublic.com
Pada persamaan (26) terlihat bahwa makin kecil ukuran kotak potensial, makin jauh jarak
antara satu tingkat energi dengan tingkat energi berikutnya. Tetapi pada kotak potensial
yang besar, tingkat-tingkat energi yang berurutan menjadi sangat berdekatan sehingga
mereka dapat dianggap membentuk spektrum tingkat energi yang kontinyu. (lihat Gb.8.).
12E1
11E1
dE
9E1
6E1
3E1
E1
Kotak Potensial kecil
Energi
Degenerasi
3 E1
(1,1,1)
6 E1
9 E1
11 E1
12 E1
(2,2,2)
14 E1
11/12
Darpublic
www.darpublic.com
Beberapa Konstanta Fisika
Kecepatan rambat cahaya
Bilangan Avogadro
Konstanta gas
Konstanta Planck
Konstanta Boltzmann
Permeabilitas
Permitivitas
Muatan elektron
Massa elektron diam
Magneton Bohr
c
N0
R
h
kB
0
0
e
m0
B
Pustaka
(berurut sesuai pemakaian)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
12/12