PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Makanan schootel adalah makanan yang bahan dasarnya selalu daging. Fenomena
schootel membuat orang Indonesia merasa ingin mencoba, pada dasarnya makanan ini
termasuk makanan asing. Pasalnya meskipun terlihat sepele, berbumbu biasa, ternyata
bikin schootel perlu trik dan pemahamam komplate soal daging. Oleh karena itu
schootel sekarang sudah tidak asing lagi ditelinga kita banyak yang membuat aneka
macam schootel yang terbuat hanya dari daging dan banyak juga orang berlomba
untuk menciptakan schootel makanan yang lezat dengan inovasi yang baru. Konsumsi
makanan schootel dimasyarakat sangat melonjak, karena ketertarikan dengan olahan
daging yang khas. Kali ini fenomena schootel akan mencul kembali dengan inovasi
yang baru yaitu schootel yang bahan dasar dari daging yang ditambah dengan mie.
Proses pembuatan schootel mie kemungkinan ada hubungannya dengan mikroba.
Cemaran mikroba dapat terjadi pada saat penerimaan bahan mentah, penyiapan bahan
(pencucian daging), penyimpanan suhu ruang, pembuatan adonan, pengukusan,
pengemasan schootel. Hal ini tidak terlepas dari penjamah, sehingga personal higiene
penjamah harus diperhatikan karena bagian tubuh yang sering menjadi sumber
kontaminasi adalah tangan, kuku, kulit, rambut dan saluran pernafasan.
HACCP adalah suatu pendekatan untuk mengenal dan mengukur bahaya yang
spesifik sebagai upaya pencegahan dan pengawasan pengolahan makanan untu
menjamin keamanan makanan. HACCP merupakan suatu alat yang dipakai untuk
menilai tingkat bahaya, menduga perkiraan risiko dan menetapkan ukuran yang tepat
dalam pengawasan, dengan menitikberatan pada pencegahan dan pengendalian proses
dari pada pengujian produk akhir yang biasanya dilakukan dalam cara pengawasan
tradisional (Muryoto, 2002).
Usaha untuk mengetahui faktor risiko yang mempengaruhi pembuatan schootel
mie mempunyai arti penting untuk mencegah terjadinya pencemaran makanan pada
schootel mie. Hal ini sesuai dengan HACCP (Hazard Analysis and Critical Control
Points) dalam rangka mencegah dan mengendalikan tahap-tahap rawan terhadap
risiko keamanan makanan selama proses pengolahan makanan. Oleh karena itulah,
peneliti bermaksud untuk melakukan penerapan instruksi HACCP pada tahap
pemilihan daging, mie, telur ayam, bawang bombay, bawang putih, wortel, tepung
sagu, tepung tapioka, merica, gula merah, bawang merah, jeruk nipis, garam, tahap
pencucian daging, penggilingan, pembuatan adonan, pembungkusan adonan,
pengukusan schootel, pengemasan schootel dan pembekuan di freezer.
B. TUJUAN PENELITIAN HACCP
1. TUJUAN UMUM
Untuk melihat dan mengetahui gambaran sistem keamanan dan pengendalian
mutu schootel mie.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Mengidentifikasi alur proses pembuatan schootel mie.
b. Mengidentifikasi Hazzard pada setiap proses pembuatan schootel mie.
c. Menentukan titik kritis yang mungkin ada dalam proses pembuatan schootel
mie.
d. Menentukan tindakan pengendalian yang dapat dilakukan untuk bahaya yang
mungkin timbul pada proses pembuatan schootel mie.
e. Mengidentifikasi pengendalian titik kritis pada proses pembuatan schootel
mie.
f. Menentukan batas kritis pada proses pembuatan schootel mie.
g. Menentukan tindakan pemantauan yang harus dilakukan dalam proses
pembuatan schootel mie.
h. Menentukan tindakan koreksi yang harus dilakukan pada proses pembuatan
schootel mie.
C. MANFAAT HASIL
1. BAGI MAHASISWA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hazzard Analysis Critical Control Point (HACCP) dikembangkan pada awal
tahun 1970-an sebagai suatu sistem untuk meyakinkan keamanan produk makanan.
Dalam HAACCP yang bertanggung jawab adalah produsen makanan untuk menentukan
aspek kritis dalam produksi bahan pangan.
Metode HACCP digunakan untuk meningkatkan efisiensi pengendalian melalui
pendekatan yang ilmiah dan sistematis terhadap seluruh produsen untuk meyakinkan
3
keamanan pangan. Dan juga untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap dan akurat
tentang keaktifan pengendalian pengolahan untuk jangka waktu yang lama.
A. PENGERTIAN HACCP
HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) adalah suatu sistem jaminan
mutu yang mendasarkan kepada kesadaran atau penghayatan bahwa hazard (bahaya)
dapat timbul pada berbagai titik atau tahap produksi tertentu tetapi dapat dilakukan
pengendalian untuk mengontrol bahaya-bahaya tersebut. Atau dimanakah letak
bahaya dari makanan atau minuman yang dihailkan oleh suatu industri, serta
melakukan evaluasi apakah seluruh proses yang dilakukan adalah proses yang aman,
dan bagaimana kita mengendalikan ancaman bahaya yang mungkin timbul.
Peneliti akan mengamati proses pembuatan schootel mie, mengidentifikasi
hazzard, dan menentukan titik kritis pada proses pembuatan schootel mie.
Menetapkan batas kritis yang harus dicapai untuk menjamin bahwa CCP berada
dalam kendali.
4. Menetapkan sistem monitoring setiap CCP
Menetapkan sistem pemantauan pengendalian (monitoring) dari CCP dengan cara
pengujian atau pengamatan.
5. Menetapkan tindakan koreksi untuk penyimpangan yang terjadi.
Menetapkan tindakan perbaikan yang dilaksanakan jika hasil pemantauan
menunjukan bahwa CCP tertentu tidak terkendali.
6. Menetapkan prosedur verifikasi
Menetapkan prosedur verifikasi yang mencakup dari pengujian tambahan dan
prosedur penyesuaian yang menyatakan bahwa sistem HACCP berjalan efektif.
7. Menetapkan penyimpanan catatan dan dokumentasi
Mengembangkan dokumentasi mengenai semua prosedur dan pencatatan yang
tepat untuk prinsip-prinsip ini dan penerapannya.
C. MANFAAT HACCP
1. Menentukan faktor-faktor yang secara langsung mempengaruhi keamanan sebuah
produk.
2. Meningkatkan kepercayaan konsumen / pasien
3. Dapat membuat para produsen makanan mencapai efisiensi sumber daya teknis
semaksimal mungkin.
4. Menjamin keamanan yang lebih efektif dan ekonomis dibandingkan dengan
pengawasan tradisional atau dengan pengujian yang dilakukan pada hasil akhir
produk.
5. Mencegah/mengurangi terjadinya kerusakkan produksi atau ketidakamanan
pangan, yang tidak mudah bila hanya dilakukan pada sistem pengujian akhir
produk saja.
6. Memberikan efisiensi manajemen keamanan pangan, karena sistemnya sistematik
dan mudah dipelajari, sehingga dapat diterapkan pada semua tingkat bisnis
pangan.
D. ISTILAH DALAM HACCP
BAB III
METODE PENELITIAN
A. RUANG LINGKUP
Penelitian ini meliputi pengambilan data yang dilakukan di Unit Gizi Rumah Sakit
Islam Pondok Kopi dengan sasaran pembuatan schootel mie.
Alasan memilih schootel mie karena pada proses pengolahan kemungkinan
ada hubungannya dengan mikroba. Cemaran mikroba dapat terjadi pada saat
penerimaan bahan mentah, penyiapan bahan (pencucian daging), penggilingan,
10
Batas kritis adalah suatu kriteria yang harus dipenuhi untuk setiap tindakan
pencegahan yang ditujukan untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya
sampai batas aman. Batas kritis ditetapkan untuk menjamin bahwa CCP dapat
dikendalikan dengan baik.
9) Monitoring (P4)
Kegiatan pemantauan (monitoring) adalah pengujian dan pengamatan terencana
dan terjadwal terhadap efektifitas proses mengendalikan CCP dan titik kritis
untuk menjamin bahwa titik kritis tersebut menjamin keamanan produk.
10) Tetapkan Tindakan Koreksi untuk Penyimpangan yang mungkin terjadi (P5)
Tindakan koreksi dilakukan apabila terjadi penyimpangan terhadap batas kritis
suatu CCP. Tindakan koreksi yang dilakukan jika terjadi penyimpangan, sangat
tergantung pada tingkat risiko produk pangan. Tindakan koreksi yang dapat
dilakukan selain menghentikan proses produksi antara lain mengeliminasi produk
dan kerja ulang produk, serta tindakan pencegahan seperti memverifikasi setiap
perubahan yang telah diterapkan dalam proses
dan memastikannya agar tetap efektif.
11) Tetapkan Prosedur Verifikasi (P6)
Verifikasi adalah metode, prosedur dan uji yang digunakan untuk menentukan
bahwa sistem HACCP telah sesuai dengan rencana HACCP yang ditetapkan.
Dengan verifikasi maka diharapkan bahwa kesesuaian program HACCP dapat
diperiksa dan efektifitas pelaksanaan HACCP dapat dijamin. Beberapa kegiatan
verifikasi misalnya:
-
12