LAPORAN KASUS
STATUS OBSTETRI
Tanggal Pemeriksaan : 30 November 2015
Ruangan : Semangka
: Ny. N
Umur
: 19 tahun
Umur
: 20 tahun
Alamat
Alamat
Pekerjaan
: IRT
Pekerjaan
: Tani
Agama
: Islam
Agama
: Islam
ANAMNESIS
P1
A1
Menarche
: 11 tahun
Perkawinan
: I, 2 tahun
17
Saat masuk rumah sakit, perdarahan nifas berwarna merah segar dengan volume
sedang (2 kali ganti popok dewasa). Pasien mengeluh demam dan nyeri perut
bagian bawah. Buang air kecil biasa, tidak ada nyeri berkemih, dan buang air
besar biasa.
Riwayat Obstetri :
1. Abortus, usia kehamilan 2 bulan dan tidak dilakukan tindakan kuret.
2. Perempuan, lahir cukup bulan secara spontan, berat badan sekitar 3 kg,
ditolong bidan, usia 4 hari, sehat.
Pasien rutin mengikuti antenatal care (ANC) atau perawatan antenatal di PKM
Tompe. Pemeriksaan hemoglobin terakhir (usia kehamilan 36 minggu) adalah 8,9
g/dl.
Riwayat Penyakit Dahulu :
-
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum (KU) : Sakit sedang
Kesadaran
Nadi
: 88 kali/menit
Respirasi
: 22 kali/menit
Suhu
: 38,5 C
: composmentis
Kepala Leher
Konjungtiva pucat (+/+), sklera ikterus (-/-)
Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Toraks
18
Portio
: konsistensi lunak
Pembukaan : 2 cm
Pelepasan
Ekstremitas
Edema tungkai bawah (-/-), pucat (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin
Hemoglobin
: 4,2 g/dl
Eritrosit
: 1,5 x 106/mm3
Hematokrit
: 14%
Trombosit
: 109.000/mm3
Leukosit
: 17.700/mm3
HbsAg
: non reaktif
RESUME
19
Pasien P1A1, 19 tahun, Pasien masuk RS Madani dengan keluhan lemas, pusing,
dan pucat. Pasien pasca persalinan hari ke 4. Menurut keluarga pasien, ketuban
merembes sejak 3 hari sebelum persalinan. Pasien juga demam sejak 3 hari
sebelum persalinan. Pasien partus spontan ditolong bidan yang berlangsung
sekitar 1 jam. Menurut bidan penolong, perdarahan pasca persalinan sekitar
300cc. Pasien mendapat perasat kristeller (manuver menekan korpus uterus untuk
menolong persalinan) dari bidan penolong. Perdarahan nifas berwarna merah
segar dengan volume sedang (2 kali ganti popok dewasa). Pasien mengeluh
demam, nyeri perut bagian bawah. Buang air kecil biasa dan buang air besar
biasa.
Riwayat Obstetri pasien pernah abortus, usia kehamilan 2 bulan dan tidak
dilakukan tindakan kuret. Persalinan kedua 4 hari sebelum masuk RS dengan bayi
perempuan, lahir cukup bulan secara spontan, ditolong bidan, BBL sekitar 3kg,
usia 4 hari, sehat. Pasien rutin mengikuti antenatal care (ANC) ) atau perawatan
antenatal di PKM Tompe. Pemeriksaan hemoglobin terakhir (usia kehamilan 36
minggu) adalah 8,9 g/dl.
Keadaan umum sakit sedang, composmentis, tekanan darah 100/50 mmHg, nadi
88 kali/menit, respirasi 22 kali/menit, suhu 38,5C. Pemeriksaan fisik didapatkan
konjungtiva pucat(+/+), TFU Tidak teraba, nyeri tekan abdomen bagian bawah.
Pada pemeriksaan dalam didapatkan portio lunak, pembukaan 2 cm, dan
pelepasan darah. Pemeriksaan darah rutin ditemukan kesan penurunan jumlah
hemoglobin 4,2 g/dl, eritrosit 1,5 x 10 6/mm2, hematokrit 14%, dan trombosit
109.000/mm2.
DIAGNOSIS
P1A1 pasca persalinan aterm HIV + Perdarahan pasca persalinan + Anemia
PENATALAKSANAAN
-
20
Transfusi
whole
blood
(eritrosit,
leukosit,
dan
trombosit
yang
TANGGAL FOLLOW UP
28/11/2015 S:
Perdarahan pervaginam(+) sedikit, nyeri perut bagian bawah(+),
demam(+), menggigil(+), pusing(+), lemas (+). BAB belum. BAK
biasa.
O:
KU
Kesadaran
TD
N
P
S
Mata/leher
Toraks
: sakit sedang
: composmentis
: 100/70 mmHg
: 98x/menit
: 28 x/menit
: 38,90C
: Konjungtiva pucat (+/+)
: pergerakan dada simetris bilateral, bunyi napas
vesikuler (+/+), bunyi tambahan (-), bunyi jantung
I/II murni reguler.
Abdomen : Kontraksi uterus belum teraba, nyeri tekan perut
bagian bawah (+)
Ekstremitas : Edema tungkai (-/-), pucat
Lokia
: rubra, berbau busuk(-), volume sedang
Hasil Lab:
Hemoglobin
Eritrosit
Hematokrit
Trombosit
Leukosit
: 7,1 g/dl
: 2,48 x 106/mm3
: 22,1%
: 163.000/mm3
: 16.800/mm3
A:
P1A1 pasca persalinan aterm HV + Perdarahan pasca persalinan +
Anemia Perawatan H1
P:
- IVFD Ringer laktat 28 tpm
21
29/11/2015
S:
sesak napas (+), Perdarahan pervaginam(+) sedikit, warna
hitam(+), dan berbau busuk(+), nyeri perut bagian bawah(+),
demam(+), menggigil (+), pusing (+), lemas (+). BAB belum.
BAK biasa.
O:
KU
: sakit berat
Kesadaran : apatis (E4, V2, M4)
TD
: 80/palpasi mmHg
N
: 140x/menit
P
: 38 x/menit
S
: 40,50C
Mata/leher : Konjungtiva pucat (+/+)
Toraks
: pergerakan dada simetris bilateral, bunyi napas
vesikuler, bunyi tambahan (-), bunyi jantung I/II
murni reguler.
Abdomen : Kontraksi uterus belum teraba, nyeri tekan perut
bagian bawah (+)
Ekstremitas : akral dingin (+/+), pucat
Lokia
: jumlah sedikit, berwarna hitam, dan berbau busuk.
USG
Kesan: uterus pasca persalinan
A:
P1A1 pasca persalinan aterm HVI + Infeksi nifas + Anemia
Perawatan H2
P:
- O2 4 L/menit
- IVFD Ringer laktat30 tpm
- Transfusi packed red cell (sel darah merah dimampatkan)
500cc (2 bag)
- Inj. Seftriakson 1 gr/8 jam/ IV
- Infus Metronidazol 500mg/8 jam/IV
22
30/11/2015
S:
sesak napas (+), Perdarahan pervaginam(+) sedikit, warna
hitam(+), dan berbau busuk(+), nyeri perut bagian bawah(+),
demam(+), menggigil (+), lemas (+). BAK via kateter, BAB(+).
O:
KU
: sakit berat
Kesadaran : apatis (E4, V2, M4)
TD
: 150/70 mmHg
N
: 120x/menit
P
: 38 x/menit
S
: 40,50C
Urin/24 jam: 700 cc
Mata/leher : Konjungtiva pucat (+/+)
Toraks
: pergerakan dada simetris bilateral, bunyi napas
vesikuler, bunyi tambahan (-), bunyi jantung I/II
murni reguler.
Payudara
:
- Kiri : konsistensi keras(-), warna kemerahan(-), produksi
ASI(-)
- Kanan : konsistensi keras(-), warna kemerahan(-), produksi
ASI(-)
Abdomen
Hasil lab
Hemoglobin : 9,6 g/dl
Eritrosit
: 3,5 x 106/mm3
Hematokrit : 30,8%
Trombosit : 90.800/mm3
Leukosit
: 17.200/mm3
Albumin : 2,9 mg/dl
23
A:
P1A1 pasca persalinan aterm HVII
Perawatan H3
P:
1/12/2015
O2 4 L/menit
IVFD Ringer laktat30 tpm
Inj. Seftriakson 1 gr/8 jam/ IV
Infus Metronidazol 500mg/8 jam/IV
Infus parasetamol 500mg/8 jam/IV
VIP albumin 3x2 tab
S:
makan dan minum(-), sesak napas(+), nyeri perut bagian bawah(+),
demam(+), menggigil(+), lemas(+). BAK via kateter, BAB(+).
O:
KU
: sakit berat
Kesadaran : apatis (E4, V2, M4)
TD
: 120/60 mmHg
N
: 120x/menit
P
: 42 x/menit
S
: 410C
Urin/24 jam: 500 cc (pekat, berwarna coklat)
Mata/leher : Konjungtiva pucat (+/+)
Wajah
: Edema
Toraks
: pergerakan dada simetris bilateral, bunyi napas
Vesikuler (+/+, bunyi tambahan (-), bunyi jantung
I/II murni reguler.
Payudara
:
- Kiri : konsistensi keras(-), warna kemerahan(-), produksi
ASI(-)
- Kanan : konsistensi keras(-), warna kemerahan(-), produksi
ASI(-)
Abdomen : Kontraksi uterus teraba 2 jari di atas simfisis
pubis, konsistensi lunak, nyeri tekan abdomen
bagian bawah (+)
Ekstremitas : akral dingin (+/+), pucat
Lokia
: tidak ada
ASI
: -/-
24
A:
P1A1 pasca persalinan aterm HVIII + Infeksi nifas + Anemia
Perawatan H4
P:
- O2 4 L/menit
- IVFD Dextrose 5% 28 tpm
- Inj. Seftriakson 1 gr/8 jam/ IV
- Infus Metronidazol 500mg/8 jam/IV
- Infus parasetamol 500mg/8 jam/IV
- VIP albumin 3x2 tab
- Konsul dokter spesialis penyakit dalam
12.45
2/12/2015
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengan P 1A1 pasca persalinan HIV
disertai perdarahan pasca persalinan dan anemia. Pasien masuk RS Madani
dengan keluhan lemas, pusing, dan pucat. Pasien pasca persalinan hari ke 4.
Menurut keluarga pasien, ketuban merembes dengan sejak 3 hari sebelum
persalinan. Pasien demam sejak 3 hari sebelum persalinan. Pasien partus spontan
25
ditolong bidan yang berlangsung sekitar 1 jam. Menurut bidan penolong pasien,
perdarahan pasca persalinan sekitar 300cc. Pasien mendapat perasat kristeller
manuver menekan korpus uterus untuk menolong persalinan) dari bidan penolong.
Perdarahan nifas hari keempat berwarna merah segar dengan volume sedang (2
kali ganti popok dewasa). Pasien demam sebelum persalinan dan setelah
persalinan. Pemeriksaan hemoglobin terakhir (usia kehamilan 36 minggu) adalah
8,9 g/dl.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan pula keadaan umum sakit sedang,
composmentis, tekanan darah 100/50 mmHg, nadi 88 kali/menit, respirasi 22
kali/menit, suhu 36,5C. Pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva pucat(+/+),
TFU tidak teraba, nyeri tekan abdomen bagian bawah. Pada pemeriksaan dalam
vagina didapatkan portio lunak, pembukaan 2 cm, dan pelepasan darah.
Pemeriksaan darah rutin ditemukan kesan penurunan jumlah hemoglobin 4,2 g/dl,
eritrosit 1,5 x 106/mm2, Hematokrit 14%,, leukosit 17.700/mm2, dan trombosit
109.000/mm2.
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan melebihi 500 ml yang
terjadi setelah bayi lahir. Perdarahan pasca persalinan dini yaitu perdarahan
setelah bayi lahir dalam 24 jam pertama persalinan dan perdarahan pasca
persalinan lanjut yaitu perdarahan setelah 24 jam persalinan.[11]
Secara umum, perdarahan pasca persalinan dapat disebabkan oleh antara
lain.[11]
1. Perdarahan dari tempat implantasi plasenta
a. Hipotonik sampai atonia uterus
1)
Akibat anestesia
2)
hidramnion)
3)
4)
5)
6)
Multipara
7)
Korioamnionitis
8)
b. Sisa plasenta
1)
2)
Plasenta susenturiata
3)
27
Hemoglobin (g/dl)
12,0
Hematokrit (%)
36
11,0
10,5
11,0
33
32
33
Faktor lain mungkin juga menyebabkan kontraksi uterus pada pasien ini
tidak baik. Namun tidak adanya Partograf pada pasien ini membuat penulis sulit
untuk mengidentifikasi penyebab perdarahan pasca persalinan.
Pada perawatan hari ke 2 (29 November 2015), pasien masih demam,
menggigil, perdarahan pervaginam sedikit, berwarna hitam, dan berbau busuk,
nyeri perut bagian bawah. Kesadaran apatis (E4, V2, M4), tekanan darah
80mmHg/palpasi, nadi 140x/menit, laju pernapasan 38 x/menit, suhu 40,5 0C.
Konjungtiva pucat (+/+), kontraksi uterus teraba 2 jari di atas simfisis pubis,
konsistensi lunak, nyeri tekan perut bagian bawah, lokia jumlah sedikit, berwarna
hitam, dan berbau busuk. Pada pemeriksaan darah rutin ditemukan hemoglobin
9,6 g/dl, eritrosit 3,5 x 106/mm2, Hematokrit 30,8%, trombosit 90.800/mm2,
leukosit 16.800/mm2. Pasien didiagnosis infeksi nifas dan Anemia.
Infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan disebut infeksi
nifas. Suhu 38C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2 10 pasca persalinan dan
diukur per oral sedikitnya 4 kali sehari disebut sebagai morbiding puerperalis
(nifas yang abnormal). Kenaikan suhu tubuh yang terjadi di dalam masa nifas,
dianggap sebagai infeksi nifas jika tidak ditemukan sebab-sebab ekstragenital.[4]
29
30
Gram
negatif
tertentu
seperti
Hemophilus
influenzae,
baik terhadap bakteri Gram negatif maupun positif. [13] Metronidazol merupakan
anti-bakteri yang mempunyai aktifitas terhadap semua kokus anaerob dan basil
Gram negatif anaerob, seperti Bakteriodes sp., dan basil Gram positif anaerob
pembentuk spora. Metronidazol secara klinis efektif untuk beberapa macam
infeksi yang disebabkan oleh bakteri anaerob obligat, seperti Bacteriodes,
Clostridium,
dan
bakteri
micro-aerophilic
seperti
Helicobacter
dan
Campylobacter spp.[14]
Kebanyakan infeksi nifas disebabkan oleh bakteri yang aslinya memang
ada di jalan lahir. Beberapa dekade yang lalu pernah dilaporkan epidemi yang
disebabkan Streptokokus -hemoliticus grup A yang berakibat fatal. Pada laporan
lain ditemukan adanya infeksi nifas yang disebabkan oleh infeksi streptokokus
dan faktor risiko utamanya ketuban pecah prematur.[5]
Meskipun pada servik umumnya terdapat bakteri, cavum uteri biasanya
steril sebelum selaput ketuban pecah. Sebagai akibat proses persalinan dan
manipulasi yang dilakukan selama proses persalinan tersebut, cairan ketuban dan
mungkin uterus akan terkontaminasi oleh bakteri aerob dan anaerob. Bakteri
anaerob yang terbanyak adalah Peptostreptococcus sp dan Peptococcus sp. Selain
itu, juga terdapat Bakteriodes sp dan Clostridium sp. Bakteri aerob Gram positif
yang sering adalah Enterococcus dan grup B streptokokus, sedangkan bakteri
Gram negatif yang sering ialah Escherichia coli.[5] Oleh sebab itu, antibiotik yang
telah diberikan diharapkan dapat mengeradikasi atau menghambat aktivitas
bakteri sesuai dengan jenis bakterinya.
Menurut teori, pada penderita metritis sedang dan berat, termasuk
penderita pasca seksio sesarea, perlu diberikan antibiotik dengan spektrum luas
secara intravena, dan biasanya penderita akan membaik dalam waktu 48-72 jam.
Bila setelah 72 jam demam tidak membaik perlu dicari dengan lebih teliti
penyebabnya, karena demam yang menetap ini jarang disebabkan oleh ketahanan
bakteri terhadap antibiotik atau suatu efek samping obat.[5] Biasanya dapat
diberikan ampisilin 2 g IV, kemudian 1 g setiap 6 jam ditambah gentamisin 5
32
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada kasus infeksi nifas yang ditemukan
di RS Madani maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pasien pada kasus ini didiagnosis infeksi nifas berdasarkan gejala klinik
berupa demam dengan suhu 40,50C yang terjadi pada hari ke empat pasca
persalinan, nyeri abdomen dan nyeri parametrial, lokia berbau busuk, dan
leukositosis.
33
2. Pasien pada kasus ini memiliki prognosis yang buruk karena pengobatan
infeksi nifas belum tuntas.
B. Saran
1. Pencegahan infeksi nifas pada persalinan pervaginam dapat dilakukan
dengan menerapkan teknik steril.
2. Diagnosis infeksi nifas harus segera ditegakkan untuk mencegah
terjadinya komplikasi infeksi nifas.
Daftar Pustaka
1. Masa nifas. In: Cunningham FG, et al. Obstetri Williams Edisi 23 Volume I.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2013, p: 674-677.
2. Hadijono RS. Asuhan Nifas Normal. In: Saifuddin AB, Rachimhadhi T, &
Wiknjosastro GH, editors. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka; 2009, p: 358-359.
3. Nifas. In: Benson RC & Pernoll ML. Buku Saku Obstetri & Ginekologi Edisi
9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009, p: 273-292.
34
35
36