Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya disebabkan oleh
berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti; gondok, herpez simplek dan herpez
zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus
dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh koteks
cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap virus bervariasi
tergantung pada jenis sel yang terlibat.
Pencegahan
Meningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan mengerti dengan baik faktor
predisposisi seperti otitis media atau infeksi saluran napas (seperti TBC) dimana dapat
menyebabkan meningitis serosa. Dalam hal ini yang paling penting adalah pengobatan tuntas
(antibiotik) walaupun gejala-gejala infeksi tersebut telah hilang.
Setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai harus cepat diatasi. Untuk
mengidentifikasi faktor atau janis organisme penyebab dan dengan cepat memberikan terapi
sesuai dengan organisme penyebab untuk melindungi komplikasi yang serius.
Pengkajian Pasien dengan meningitis
Riwayat penyakit dan pengobatan
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis kuman
penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai
serangan, sembuh atau bertambah buruk. Setelah itu yang perlu diketahui adalah status kesehatan
masa lalu untuk mengetahui adanya faktor presdiposisi seperti infeksi saluran napas, atau fraktur
tulang tengkorak, dll.
1.
2.
3.
Manifestasi/Gejala Klinik
Dibagi dalam 3 stadium :
Keluhan non spesifik
Pada awal penyakit : Kelemahan umum, Apatis, Anoreksia, Nausea, Demam (subfebril),
Nyeri kepala yang kumat-kumatan, Nyeri pada otot-otot. Bingun yang kumat-kumatan,
perubahan daya mengingat, perubahan tingkah laku dan kaku kuduk biasanya terjadi 1 3
minggu sesudah keluhan
Stadium rangsang meningeal
Sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit klien terjadi Nyeri kepala bertambah,
Vomiting, Irritabel, Kebingungan bertambah, kelumpuhan syaraf otak, Hidrosefalus,
Penurunan kesadaran (stupor), Adanya disfungsi pada saraf III, IV, dan VI, Papil edema
yang ringan. Reaksi pupil terhadap cahaya. Photofobia apabila cahaya diarahkan pada mata
klien, Terjadi vaskulitis dan gangguan fokal, Pergerakan motorik pada masa awal penyakit
biasanya normal dan pada tahap lanjutan bisa terjadi hemiparese, hemiplegia, dan penurunan
tonus otot serta kemungkinan Kejang yang bisa disebabkan oleh iritasi dari korteks cerebri
atau hiponatremia. Refleks Brudzinski dan refleks Kernig (+) pada bakterial meningitis dan
tidak terdapat pada virus meningitis. Takikardia
Stadium lanjut
Kebingungan bertambah, delirium berfluktuasi dan gejala fokal makin menghebat dan
nyata.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak. Analisa
cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa. Punksi Lumbal :
tekanan meningkat, jumlah sel meningkat sampai ribuan terutama polimorfonuklear, kadar
protein meningkat, kadar glukosa menurun. Punksi Lumbal tidak bisa dikerjakan pada klien
dengan kesadaran menurun/peningkatan tekanan intra kranial lebih baik CT scan. Pemeriksaan
darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat diatas nilai normal. Serum
elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit
terutama hiponatremi. Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak.
Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien
meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal.
Pemeriksaan Radiografi
CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau penyakit saraf lainnya.
Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah.
Pengobatan
Pengobatab biasanya diberikan antibiotik yang paling sesuai.
Untuk setiap mikroorganisme penyebab meningitis :
dosis total sehari
Antibiotik
Organisme
untuk dewasa
Penicilin G
Pneumoccocci
20 juta U/hr
Meningoccocci
Streptoccocci
Ampicillin
18 gr/hr
Cefotaxime
12 gr/hr
Ceftazidime
6 gr/hr
Ceftriaxone
4 gr/hr
Chlorampenikol
Haemofilus
4 gr/hr
Influenza
Amikacin
15 mg/kg/hr
Bactrim
10 mg/kg/hr
Metronidazole
1 2 gr/hr
Sulbenicillin
12 gr/hr
Cloxacillin
12 gr/hr
Gentamicyn
Klebsiella
Pseudomonas
Proleus
Terapi TBC
Micobacterium
Tuber culosis
5 - 10 mg/kg/hr
INH
15 - 20 mg/kg/hr
Rifampisin
30 - 35 mg/kg/hr
Pyrazinamide
15 mg/kg/hr i.m.
Streptomicyn
interval pemberian
2 4 jam
4 jam
4 jam
4 jam
6 jam
6 jam
12 jam
8 jam
12 jam
4 jam
4 jam
24 jam
24 jam
6 8 jam
12 24 jam
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah :
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
2. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema
serebral yang mengubah/menghentikan aliran darah arteri/vena.
3. Sakit kepala berhubungan dengan adanya iritasi lapisan otak.
4. Resiko terjadinya injuri berhubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental dan
penurunan tingkat kesadaran.
5. Resiko tinggi terhadap trauma / cedera berhubungan dengan defisit sensorik motorik.
6. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi tracheobronchial.
7. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesukaran
mengunyah dan menelan.
8. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang resiko potogen.
9. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelumpuhan anggota gerak.
10. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelumpuhan anggota gerak.
11. Gangguan komunikasi berhubungan dengan aphasia.
12. Cemas berhubungan dengan ancaman terhadap status kesehatan.
13. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan.
1.
Kesadaran meningkat
Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan intrakranial
yang meningkat.
Rencana Tindakan
INTERVENSI
Pasien bed rest total dengan posisi tidur
terlentang tanpa bantal
Monitor tanda-tanda status neurologis
dengan GCS.
Monitor tanda-tanda vital seperti TD,
Nadi, Suhu, Resoirasi dan hati-hati pada
hipertensi sistolik
RASIONALISASI
Perubahan pada tekanan intakranial akan
dapat meyebabkan resiko untuk
terjadinya herniasi otak
Dapat mengurangi kerusakan otak lebih
lanjt
Pada keadaan normal autoregulasi
mempertahankan keadaan tekanan darah
sistemik berubah secara fluktuasi.
Kegagalan autoreguler akan
menyebabkan kerusakan vaskuler
cerebral yang dapat dimanifestasikan
dengan peningkatan sistolik dan diiukuti
oleh penurunan tekanan diastolik.
Sedangkan peningkatan suhu dapat
menggambarkan perjalanan infeksi.
hipertermi dapat menyebabkan
peningkatan IWL dan meningkatkan
resiko dehidrasi terutama pada pasien
yang tidak sadra, nausea yang
menurunkan intake per oral
Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan
intrakranial dan intraabdomen.
Mengeluarkan napas sewaktu bergerak
atau merubah posisi dapat melindungi diri
dari efek valsava
Meminimalkan fluktuasi pada beban
vaskuler dan tekanan intrakranial, vetriksi
cairan dan cairan dapat menurunkan
edema cerebral
2.
RASIONALISASI
Menurukan reaksi terhadap rangsangan
ekternal atau kesensitifan terhadap cahaya
dan menganjurkan pasien untuk
beristirahat
Dapat menyebabkan vasokontriksi
pembuluh darah otak
Dapat membantu relaksasi otot-otot yang
tegang dan dapat menurunkan rasa sakit /
disconfort
Mungkin diperlukan untuk menurunkan
rasa sakit. Catatan : Narkotika merupakan
kontraindikasi karena berdampak pada
status neurologis sehingga sukar untuk
dikaji.
3.
Resiko terjadinya injuri berhubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental dan
penurunan tingkat kesadaran
Tujuan:
Pasien bebas dari injuri yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran
Rencana Tindakan
INTERVENSI
Independent
monitor kejang pada tangan, kaki, mulut
dan otot-otot muka lainnya
Persiapkan lingkungan yang aman seperti
batasan ranjang, papan pengaman, dan
alat suction selalu berada dekat pasien.
Pertahankan bedrest total selama fae akut
RASIONALISASI
Gambaran tribalitas sistem saraf pusat
memerlukan evaluasi yang sesuai dengan
intervensi yang tepat untuk mencegah
terjadinya komplikasi.
Melindungi pasien bila kejang terjadi
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8, EGC, Jakarta.
Brunner / Suddarth., (1984). Medical Surgical Nursing, JB Lippincot Company, Philadelphia.
Depkes RI. (1996). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Diknakes, Jakarta.
Donnad. (1991). Medical Surgical Nursing. WB Saunders.
Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3,
EGC, Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 3, EGC,
Jakarta.
Harsono. (1996). Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi 1, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Harsono. (2000). Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hudak C.M.,Gallo B.M. (1996). Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik. Edisi VI, Volume
II, EGC, Jakarta.
Ignatavicius D.D., Bayne M.V. (1991). Medical Surgical Nursing, A Nursing Process
Approach An HBJ International Edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia.
Ignatavicius D.D., Workman M.L., Mishler M.A. (1995). Medical Surgical Nursing, A Nursing
Process Approach. 2nd edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia.
Juwono, T. (1996). Pemeriksaan Klinik Neurologik Dalam Praktek. EGC, Jakarta.
Lismidar, (1990). Proses Keperawatan, Universitas Indonesia, Jakarta.
Mardjono M., Sidharta P. (1981). Neurologi Klinis Dasar. PT Dian Rakyat, Jakarta.
Price S.A., Wilson L.M. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4,
Buku II, EGC, Jakarta.
Satyanegara. (1998). Ilmu Bedah Saraf, Edisi Ketiga. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
: Subhan
: 010030170 B
: Syaraf A Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo.
: 4 Juni 2002. Jam 08.00 BBWI
: 4 Juni 2002
: 10169216
: Meningoencephalitis.
1. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn Rahmad.
Umur
: 43 Tahun.
Jenis Kelamin
: Laki-laki.
Suku/Bangsa
: Jawa/Indonesia
Agama
: Islam
Status Marietal
: Kawin
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Swasta
Bahasa yang digunakan
: Indonesia
Alamat
: Tanjungsari Rt 31 Sidoarjo.
Cara Masuk
: Lewat Instalasi Rawat Darurat RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Keluhan Utama
: Demam dan Sakit kepala.
2.
3)
4)
3.
3)
Tanda-tanda vital
Suhu
Nadi
Tekanan darah
Respirasi
: 36,8 0C
: 80 X/menit. Kuat dan teratur
: 90/60 mmHg.
: 20 x/menit
Body Systems
(1) Pernafasan (B 1 : Breathing)
Pernafasan melalui hidung. Frekuensi 20 x/menit. Trachea tidak ada kelainan. Terdapat
retraksi dada, napas dangkal. Suara tambahan terdengar bunyi ronchi. Bentuk dada
simestris.
Hasil foto Thorax PA tanggal 3 Juni 2002 :
Cor
: besar dan bentuk normal.
Pulmo
: Tampak infiltrat granuler tersebar di kedua lapanganparu. Kedua sinus
phrenicocostalis tajam.
Kesimpulan : TB Milier.
(2) Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Nadi 80 X/menit kuat dan teratur, tekanan darah 90/60 mmHg, Suhu 36,8 0C. Palpitasi
tidak ada, clubbing fingger tidak ada. Suara jantung normal. Edema : tidak ada.
(3) Persyarafan (B 3 : Brain)
Tingkat kesadaran : Delirium.
GCS : Membuka mata : Spontan (4)
Verbal : Menyuarakan bunyi yang tidak bermakna (2)
Motorik : Melokalisasi nyeri (5)
Kepala dan wajah : tak da kelainan.
Mata : sklera putih, Conjungtiva :merah muda, pupil : isokor.
Leher : tak ada kelaianan.
Reflek batuk ada, tapi tidak keras.
(4) Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)
Terpasang Polly Catheter sejak MRS. Jumlah urine 1200 cc/24 jam.
Warna urine kuning muda.
Bau : Khas.
(5) Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Terpasang NGT sejak MRS. Mulut dan tenggorokan normal, Abdomen normal,
Peristaltik normal, tidak kembung, obstipasi (+), klien sudah beberapa hari belum
buang air besar.
Diet sonde TKTP.
Faal Hati
SGOT
: 55 U/L
Faal Ginjal
Serum Creatinin
Elektrolit
Natrium
Kalium
Clorida
(Subhan)
D ATA
1.
S:
2.
O:
Terdapat retraksi dada,
napas dangkal, Suara
tambahan terdengar
bunyi ronchi,
Kesimpulan hasil foto
Thorax PA tanggal 3 Juni
2002 :TB Milier.
S:
3.
4.
KEMUNGKINAN
ETIOLOGI
Sekresi
tracheobronchial.
Kesukaran mengunyah
dan menelan.
O:
Turgor kulit jelek
Membran Mukosa kering
Terpasang NGT sejak
MRS, Diet sonde TKTP,
klien sudah beberapa hari
belum buang air
besar.obstipasi (+),
S:
Kurangnya pengetahuan
Keluarga Klien
tentang resiko potogen.
mengatakan kurang
mengetahui tentang
proses penularan
penyakit serta sifat
penyakit.
O:
Kesimpulan hasil foto
Thorax PA tanggal 3 Juni
2002 :TB Milier. Hasil
pemeriksaan
laboratorium Leukosit :
24.000
S:
kelumpuhan anggota
gerak.
O:
Keadaan Umum : lemah.
Kesadaran yang
menurun, Tingkat
kesadaran : Delirium.
Kemampuan pergerakan
MASALAH
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Kerusakan mobilitas
fisik
5.
O:
6.
S:
Keluarga Klien
mengatakan kurang
mengetahui tentang
proses penyakit, sifat
penyakit, pemeriksaan
diagnostik, tujuan
tindakan perawatan
maupun pengobatan yang
diprogramkan. serta
kurangnya pengetahuan
tentang diet dan
Lamanya perawatan,
banyaknya biaya
perawatan dan
pengobatan.
O:
Kurangnya informasi
tentang proses penyakit
dan penatalaksanaan
perawatan.
Kurangnya
pengetahuan mengenai
kondisi, aturan
pengobatan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi tracheobronchial.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesukaran
mengunyah dan menelan.
3. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang resiko potogen.
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelumpuhan anggota gerak.
5. Cemas berhubungan dengan Ancaman terhadap status kesehatan.
6. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan.
RENCANA TINDAKAN
NO
1.
2.
3.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan Sekresi
tracheobronchial.
TUJUAN
Tujuan :
Tidak terjadi gangguan pada
bersihan jalan napas klien dalam
waktu 7 x 24 jam
Kriteria hasil :
RR teratur, tidak ada stridor,
ronchi, whezing, RR: 16 20 x /
mnt, reflek batuk klien ada.
RENCANA TINDAKAN
1. Observasi kecepatan, ke
suara napas klien.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Identifikasi perubahan p
8.
4.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
6.
Tujuan :
Keluarga Klien tahu mengenai
kondisi dan aturan pengobatan.
Keluarga klien memperoleh
informasi yang jelas dan benar
tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil :
1. Keluarga Klien
menyatakan pemahaman
penyebab masalah.
2. Keluarga Klien mampu
mengidentifikasi tanda dan
gejala yang memerlukan
evaluasi medik.
3. Keluarga Klien mengikuti
program pengobatan dan
menunjukkan perubahan
pola hidup yang perlu untuk
mencegah terulangnya
masalah.
4. Keluarga Klien
memperlihatkan
peningkatan tingkah
pengetahuan mengenai
perawatan diri.
5. Keluarga Klien mengetahui
tentang proses penyakit,
diet, perawatan dan
pengobatannya dan dapat
menjelaskan kembali bila
ditanya.
6. Keluarga Klien dapat
melakukan perawatan diri
sendiri berdasarkan
pengetahuan yang
diperoleh.
1.
2.
Identifikasi kemungkina
komplikasi jangka panjan
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
keluargaklien .
2.
Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
intake makanan yang
kurang.
TINDAKAN KEPERAWATAN
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
3.
Resiko terhadap
transmisi infeksi yang
berhubungan dengan
kurangnya
pengetahuan tentang
resiko potogen.
1.
2.
3.
4.
4.
Kerusakan mobilitas
fisik berhubungan
dengan kelumpuhan
anggota gerak
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
Cemas berhubungan
dengan kurangnya
pengetahuan tentang
penyakitnya.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
6.
Kurangnya
pengetahuan tentang
proses penyakit, diet,
perawatan, dan
pengobatan
berhubungan dengan
kurangnya informasi.
7.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.