Anda di halaman 1dari 20

Pasang Surut

1. Definisi Pasang Surut

Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik


turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda
angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan
menurut Dronkers (1964) pasang surut laut merupakan suatu fenomena
pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan
oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda
astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa
lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.

Pasang Surut, yogi suardi

Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer
(atmospheric tide), pasang surut laut (oceanic tide) dan pasang surut bumi padat
(tide of the solid earth).
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal.
Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi
secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak.
Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua
kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang
surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya
tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan
dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan
pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan
bidang orbital bulan dan matahari.

2. Teori Pasang Surut


2.1 Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory)
Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton (16421727). Teori ini menerangkan sifat-sifat pasut secara kualitatif. Teori terjadi
pada bumi ideal yang seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh
kelembaman (Inertia) diabaikan. Teori ini menyatakan bahwa naik-turunnya
permukaan laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut (King, 1966).
Untuk memahami gaya pembangkit passng surut dilakukan dengan memisahkan
pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2 yaitu, sistem bumi-bulan dan
sistem bumi matahari.

Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan
densitas yang sama dan naik turun muka laut sebanding dengan gaya
pembangkit pasang surut atau GPP (Tide Generating Force) yaitu Resultante
gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini berkaitan dengan hubungan
antara laut, massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya pembangkit pasut
ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air rendah pada dua lokasi
(Gross, 1987).

2.2 Teori Pasut Dinamik (Dynamical Theory)


Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang
homogen masih diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang
konstan, tetapi gaya-gaya tarik periodik dapat membangkitkan gelombang
dengan periode sesuai dengan konstitue-konstituennya. Gelombang pasut yang
terbentuk dipengaruhi oleh GPP, kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi
bumi, dan pengaruh gesekan dasar. Teori ini pertama kali dikembangkan oleh
Laplace (1796-1825). Teori ini melengkapi teori kesetimbangan sehingga sifatsifat pasut dapat diketahui secara kuantitatif. Menurut teori dinamis, gaya
pembangkit pasut menghasilkan gelombang pasut (tide wive) yang periodenya
sebanding dengan gaya pembangkit pasut. Karena terbentuknya gelombang,
maka terdapat faktor lain yang perlu diperhitungkan selain GPP. Menurut Defant
(1958), faktor-faktor tersebut adalah :
Kedalaman perairan dan luas perairan
Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis)
Gesekan dasar
Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di permukaan bumi akan
berubah arah (Coriolis Effect). Di belahan bumi utara benda membelok ke
kanan, sedangkan di belahan bumi selatan benda membelok ke kiri. Pengaruh
ini tidak terjadi di equator, tetapi semakin meningkat sejalan dengan garis
lintang dan mencapai maksimum pada kedua kutub. Besarnya juga bervariasi
tergantung pada kecepatan pergerakan benda tersebut.
Menurut Mac Millan (1966) berkaitan dengan dengan fenomeana pasut, gaya
Coriolis mempengaruhi arus pasut. Faktor gesekan dasar dapat mengurangi
tunggang pasut dan menyebabkan keterlambatan fase (Phase lag) serta
mengakibatkan persamaan gelombang pasut menjadi non linier semakin dangkal
perairan maka semaikin besar pengaruh gesekannya.

3. Faktor Penyebab Terjadinya Pasang Surut


Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori
kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap
matahari, revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori
dinamis adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya
coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang
dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topogafi dasar laut, lebar
selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri
pasang surut yang berlainan (Wyrtki, 1961).

Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal.
Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi
secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak.
Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua
kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang
surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya
tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan
dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan
pasang surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi
dan bidang orbital bulan dan matahari (Priyana,1994)
Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap bumi
yang besarnya tergantung kepada besarnya masa benda yang saling tarik
menarik tersebut. Bulan memberikan gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar
dibanding matahari. Hal ini disebabkan karena walaupun masa bulan lebih kecil
dari matahari, tetapi posisinya lebih dekat ke bumi. Gaya-gaya ini
mengakibatkan air laut, yang menyusun 71% permukaan bumi, menggelembung
pada sumbu yang menghadap ke bulan. Pasang surut terbentuk karena rotasi
bumi yang berada di bawah muka air yang menggelembung ini, yang
mengakibatkan kenaikan dan penurunan permukaan laut di wilayah pesisir
secara periodik. Gaya tarik gravitasi matahari juga memiliki efek yang sama
namun dengan derajat yang lebih kecil. Daerah-daerah pesisir mengalami dua
kali pasang dan dua kali surut selama periode sedikit di atas 24 jam
(Priyana,1994)

4. Tipe Pasang Surut


Perairan laut memberikan respon yang berbeda terhadap gaya pembangkit
pasang surut,sehingga terjadi tipe pasut yang berlainan di sepanjang pesisir.
Menurut Dronkers (1964), ada tiga tipe pasut yang dapat diketahui, yaitu :
1. Pasang surut diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan
satu kali surut. Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa.
2. pasang surut semi diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan
dua kali surut yang hampir sama tingginya.
3. pasang surut campuran. Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan
melintasi khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika
deklinasi bulan mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.

Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu :


1.Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam
satu hari, ini terdapat di Selat Karimata
2.Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya
hampir sama dalam satu hari, ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut
Andaman.

3.Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal)
Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut
tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda
dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai
Utara Jawa Barat.
4.Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi
Diurnal)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari
tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki
tinggi dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan Jawa dan Indonesia
Bagian Timur

5. Arus Pasut
Gerakan air vertikal yang berhubungan dengan naik dan turunnya pasang surut,
diiringi oleh gerakan air horizontal yang disebut dengan arus pasang surut.
Permukaan air laut senantiasa berubah-ubah setiap saat karena gerakan pasut,
keadaan ini juga terjadi pada tempat-tempat sempit seperti teluk dan selat,
sehingga menimbulkan arus pasut(Tidal current). Gerakan arus pasut dari laut
lepas yang merambat ke perairan pantai akan mengalami perubahan, faktor
yang mempengaruhinya antara lain adalah berkurangnya kedalaman (Mihardja
et,. al 1994).
Menurut King (1962), arus yang terjadi di laut teluk dan laguna adalah akibat
massa air mengalir dari permukaan yang lebih tinggi ke permukaan yang lebih
rendah yang disebabkan oleh pasut. Arus pasang surut adalah arus yang cukup
dominan pada perairan teluk yang memiliki karakteristik pasang (Flood) dan
surut atau ebb. Pada waktu gelombang pasut merambat memasuki perairan
dangkal, seperti muara sungai atau teluk, maka badan air kawasan ini akan
bereaksi terhadap aksi dari perairan lepas.
Pada daerah-daerah di mana arus pasang surut cukup kuat, tarikan gesekan
pada dasar laut menghasilkan potongan arus vertikal, dan resultan turbulensi
menyebabkan bercampurnya lapisan air bawah secara vertikal. Pada daerah
lain, di mana arus pasang surut lebih lemah, pencampuran sedikit terjadi,
dengan demikian stratifikasi (lapisan-lapisan air dengan kepadatan berbeda)
dapat terjadi. Perbatasan antar daerah-daerah kontras dari perairan yang
bercampur dan terstratifikasi seringkali secara jelas didefinisikan, sehingga
terdapat perbedaan lateral yang ditandai dalam kepadatan air pada setiap sisi
batas.

6. Alat-alat Pengukuran Pasang Surut


Beberapa alat prngukuran pasang surut diantaranya adalah sebagai berikut :
1.Tide Staff.

Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi meter.
Biasanya digunakan pada pengukuran pasang surut di lapangan.Tide Staff
(papan Pasut) merupakan alat pengukur pasut paling sederhana yang umumnya
digunakan untuk mengamati ketinggian muka laut atau tinggi gelombang air
laut. Bahan yang digunakan biasanya terbuat dari kayu, alumunium atau bahan
lain yang di cat anti karat.
Syarat pemasangan papan pasut adalah :
1.Saat pasang tertinggi tidak terendam air dan pada surut terendah masih
tergenang oleh air
2.Jangan dipasang pada gelombang pecah karena akan bias atau pada daerah
aliran sungai (aliran debit air).
3.Jangan dipasang didaerah dekat kapal bersandar
menyebabkan air bergerak secara tidak teratur

atau

aktivitas

yang

4.Dipasang pada daerah yang terlindung dan pada tempat yang mudah untuk
diamati dan dipasang tegak lurus
5.Cari tempat yang mudah untuk pemasangan misalnya
papan mudah dikaitkan

dermaga sehingga

6.Dekat dengan bench mark atau titik referensi lain yang ada sehingga data
pasang surut mudah untuk diikatkan terhadap titik referensi
7.Tanah dan dasar laut atau sungai tempat didirikannya papan harus stabil
8.Tempat didirikannya papan harus dibuat pengaman dari arus dan sampah

2.Tide gauge.
Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka laut secara mekanik
dan otomatis.
Alat ini memiliki sensor yang dapat mengukur ketinggian
permukaan air laut yang kemudian direkam ke dalam komputer. Tide gauge
terdiri dari dua jenis yaitu :
Floating tide gauge (self registering)
Prinsip kerja alat ini berdasarkan naik turunnya permukaan air laut yang dapat
diketahui melalui pelampung yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording
unit). Pengamatan pasut dengan alat ini banyak dilakukan, namun yang lebih
banyak dipakai adalah dengan cara rambu pasut.

Pressure tide gauge (self registering)


Prinsip kerja pressure tide gauge hampir sama dengan floating tide gauge,
namun perubahan naik-turunnya air laut direkam melalui perubahan tekanan
pada dasar laut yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit). Alat
ini dipasang sedemikian rupa sehingga selalu berada di bawah permukaan air
laut tersurut, namun alat ini jarang sekali dipakai untuk pengamatan pasang
surut.

3.Satelit.
Sistem satelit altimetri berkembang sejak tahun 1975 saat diluncurkannya
sistem satelit Geos-3. Pada saat ini secara umum sistem satelit altimetri
mempunyai tiga objektif ilmiah jangka panjang yaitu mengamati sirkulasi lautan
global, memantau volume dari lempengan es kutub, dan mengamati perubahan
muka laut rata-rata (MSL) global. Prinsip Dasar Satelit Altimetri adalah satelit
altimetri dilengkapi dengan pemancar pulsa radar (transmiter), penerima pulsa
radar yang sensitif (receiver), serta jam berakurasi tinggi. Pada sistem ini,
altimeter radar yang dibawa oleh satelit memancarkan pulsa-pulsa gelombang
elektromagnetik (radar) kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan
balik oleh permukaan laut dan diterima kembali oleh satelit.
Prinsip penentuan perubahan kedudukan muka laut dengan teknik altimetri yaitu
pada dasarnya satelit altimetri bertugas mengukur jarak vertikal dari satelit ke
permukaan laut. Karena tinggi satelit di atas permukaan ellipsoid referensi
diketahui maka tinggi muka laut (Sea Surface Height atau SSH) saat pengukuran
dapat ditentukan sebagai selisih antara tinggi satelit dengan jarak vertikal.
Variasi muka laut periode pendek harus dihilangkan sehingga fenomena
kenaikan muka laut dapat terlihat melalui analisis deret waktu (time series
analysis). Analisis deret waktu dilakukan karena kita akan melihat variasi
temporal periode panjang dan fenomena sekularnya (http://gdl.geoph.itb.ac.id)

7. Pasang Surut di Perairan Indonesia


Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh dua lautan yaitu
Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik serta posisinya yang berada di garis
katulistiwa sehingga kondisi pasang surut, angin, gelombang, dan arus laut
cukup besar. Hasil pengukuran tinggi pasang surut di wilayah laut Indonesia
menunjukkan beberapa wilayah lepas laut pesisir daerah Indonesia memiliki
pasang surut cukup tinggi. Gambar 15 memperlihatkan peta pasang surut
wilayah lautan Indonesia. Dari gambar tersebut tampak beberapa wilayah lepas
laut pesisir Indonesia yang memiliki pasang surut cukup tinggi antara lain
wilayah laut di timur Riau, laut dan muara sungai antara Sumatera Selatan dan
Bangka, laut dan selat di sekitar pulau Madura, pesisir Kalimantan Timur, dan
muara sungai di selatan pulau Papua (muara sungai Digul) (Sumotarto, 2003).

Keadaan pasang surut di perairan Nusantara ditentukan oleh penjalaran pasang


surut dari Samudra Pasifik dan Hindia serta morfologi pantai dan batimeri
perairan yang kompleks dimana terdapat banyak selat, palung dan laut yang
dangkal dan laut dalam. Keadaan perairan tersebut membentuk pola pasang
surut yang beragam.
Di Selat Malaka pasang surut setengah harian
(semidiurnal) mendominasi tipe pasut di daerah tersebut.
Berdasarkan
pengamatan pasang surut di Kabil, Pulau Batam diperoleh bilangan Formzhal
sebesar 0,69 sehingga pasang surut di Pulau Batam dan Selat Malaka pada
umumnya adalah pasut bertipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol.
Pasang surut harian (diurnal) terdapat di Selat Karimata dan Laut Jawa.
Berdasarkan pengamatan pasut di Tanjung Priok diperoleh bilangan Formzhal
sebesar 3,80. Jadi tipe pasut di Teluk Jakarta dan laut Jawa pada umumnya
adalah pasut bertipe tunggal. Tunggang pasang surut di perairan Indonesia

bervariasi antara 1 sampai dengan 6 meter. Di Laut Jawa umumnya tunggang


pasang surut antara 1 1,5 m kecuali di Selat madura yang mencapai 3 meter.
Tunggang pasang surut 6 meter di jumpai di Papua (Diposaptono, 2007).

Siklon dan Antisiklon


Siklon merupakan angin yang masuk ke daerah pusat tekanan rendah (daerah
depresi) yang dikelilingi oleh wilayah-wilayah pusat tekanan tinggi kemudian
berputar mengelilingi garis-garis isobar. Arah putaran siklon di Belahan Bumi
Utara berbeda dengan di Belahan Bumi Selatan. Gerakan siklon di Belahan Bumi
Utara berlawanan dengan arah putaran jarum jam, sedangkan di Belahan Bumi
Selatan searah dengan jarum jam. Siklon bergerak dengan kecepatan tinggi,
sehingga dapat menghancurkan wilayah-wilayah yang dilaluinya. Sebagai contoh
pada 1991, siklon tropik yang menerpa pantai Bangladesh bergerak dengan
kecepatan sekitar 235 km/jam sehingga menimbulkan badai dan gelombang
pasang dengan ketinggian mencapai 6 meter. Penduduk yang meninggal dunia
akibat bencana tersebut mencapai 125.000 orang.

Kebalikan dari siklon adalah antisiklon, yaitu angin yang bergerak keluar dari
daerah pusat tekanan tinggi berputar mengelilingi garis-garis isobar menuju
daerah-daerah tekanan rendah di sekitarnya. Di Belahan Bumi Utara, gerakan
antisiklon searah dengan putaran jarum jam, sedangkan di Belahan Bumi Selatan
berlawanan dengan arah jarum jam. Berbeda dengan siklon, massa udara
antisiklon memiliki kecepatan gerak tidak terlalu tinggi.

Secara umum, siklon dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.


Siklon Tropik, terjadi di wilayah-wilayah antara lintang 10 LU10 LS. Sebagian
besar siklon tropik terjadi pada akhir musim panas menjelang musim gugur.
Beberapa contoh fenomena siklon tropik, antara lain Hurricane (Samudera
Atlantik dan Pasifik Timur), Cathrine (Amerika Serikat), Typhoon (Samudera
Atlantik Barat sekitar Kepulauan Jepang), Bagieros (pantai Filipina), Willy-Willies
(pantai Australia), dan Lena (Samudra Hindia).
Siklon Ekstra Tropik, terjadi di daerah iklim sedang antara lintang 3565, baik
lintang utara maupun selatan. Badai ini terjadi akibat pertemuan massa udara
panas yang datang dari wilayah subtropik dengan massa udara dingin yang
datang dari daerah kutub. Pertemuan kedua massa udara tersebut dinamakan
bidang front.
Tubrukan dua massa udara antara massa kutub dingin dan tropik hangat di front
kutub

Sebuah depresi terbentuk ketika udara hangat mendorong udara dingin

Udara dingin bersatu dengan udara hangat dalam bentuk spiral. Front kutub
terbelah menjadi dua

Front dingin terperangkap dan bersatu dengan front hangat


Tornado, merupakan siklon lokal di Amerika Serikat dengan putaran angin yang
relatif kecil tapi memiliki kecepatan gerak yang sangat tinggi sehingga sering
kali menghancurkan daerah-daerah yang dilaluinya.
Angin Darat dan Angin Laut
Angin darat dan angin laut merupakan jenis angin lokal yang terjadi di wilayah
pantai dan sekitarnya. Massa daratan mempunyai sifat fisik cepat menerima
panas dan cepat pula melepaskan, massa lautan lambat dalam menyerap panas
dan lambat pula melepaskannya.

Sifat ini menyebabkan perbedaan tekanan udara pada kedua tempat tersebut
dalam waktu yang bersamaan. Pada siang hari daratan lebih cepat menerima
panas, sehingga udara menjadi panas lalu memuai dan bertekanan lebih rendah
dari lautan. Perbedaan tekanan ini menyebabkan bertiupnya angin dari laut ke
darat. Angin dari laut ke darat ini disebut angin laut.

Pada malam hari, daratan lebih cepat melepaskan panas dan lautan lebih
lambat. Hal ini menyebabkan temperatur udara di atas laut lebih hangat
dibandingkan di daratan. Sebagai akibatnya, tekanan udara di daratan lebih
tinggi dibandingkan di laut. Perbedaan tekanan udara ini menyebabkan udara
bergerak dari darat ke laut menjadi angin darat. Pergerakan angin darat dan
angin laut ini dipergunakan oleh nelayan yang masih mengandalkan layar untuk
pulang dan pergi mencari ikan di laut.

Mengapa angin dapat menumbangkan pohon?


Angin mempunyai kecepatan dan energi yang dapat mendorong benda-benda
yang dilewatinya. Kecepatan angin dinyatakan dalam km/jam, m/detik, atau
dalam knot ( 1 knot = 1 mil/jam = 1,8 km/jam ). Dalam pelayaran lazimnya
menggunakan ukuran kecepatan knot dan dalam penerbangan selain knot juga
digunakan ukuran km/jam atau m/detik.
Angin mempunyai energi yang besarnya setara dengan kecepatannya; makin
kencang makin besar energi yang dibawanya. Berkaitan dengan energi tersebut
oleh Admiral Beaufort dari angkan laut Inggris pada awal abad-19 angin
dibedakan tingkatnya menurut dampak yang ditimbulkan, dan menyusunnya
dalam skala yang selanjutnya dikenal dengan skala Beaufort. Kenudian pada
tahun 1906 G.C. Simpson dalam Meteorological Office Publication no. 180,
London, mengemukakan hubungan antara skala Beaufort dan kecepatan angin
dalam rumus : V = 0,836 B3 /2, dengan V = kecepatan angin dinyatakan dalam
m/dt, dan B besarnya skala. Dengan skala Beaufort dikenali tanda-tanda seperti
berikut :
Skala Beaufort 0 : Keadaan tenang; asap dari cerobong industri kelihatan

Skala Beaufort 12: Angin sangat kencang yang kecepatannya lebih dari 60 knot.
Di darat banyak menimbulkan pohon tumbang dan di laut menimbulkan
gelombang sangat tinggi.
Berdasarkan kecepatannya angin diberi tingkatan yang diberi nama:

Angin teduh, adalah angin yang kecepatannya kurang dari 1 knot.

Angin ribut, adalah angin yang luar biasa kekuatannya lebih dari 28 knot.

Angin ribut kuat, adalah angin ribut yang kecepatannya 41 sampai 47 knot.

Angin ribut hebat, adalah angin ribut yang kecepatannya lebih dari 48 knot.

Angin ribut lemah, adalah angin ribut yang kecepatannya 25 sampai 33 knot.

Angin ribut sedang, adalah angin ribut yang kecepatannya 25 sampai 33 knot.

Bebagai nama angin juga diberikan berdasarkan sifat fisis dan berdasarkan teori
atau disebut angin teoritik, antara lain :.
Angin geostrofik adalah angin mendatar yang secara teori dihasilkan dari adanya
keseimbangan antara gaya Corioli dan landaian mendatar tekanan. Dalam fisika
keseimbangan tersebut dinyatakan dengan rumus : Vg = g/f p/n; dengan g
= percepatan gravitas bumi, f = faktor Corioli, p = tekanan atmosfer, dan p/n
= landaian tekanan sepanjang arah garis n tegaklurus isobar. Angin geostrofikk
arahnya hampir sejajar dengan arah isobar.

Angin alobar adalah (1). Komponen angin yang secara teori dihasilkan oleh
ketidak seragaman perubahan lokal dari tekanan mengikut waktu. (2). Kecepatan
angin yang timbul dari adanya keseimbangan antara gaya Corioli dan
percepatan angin geostrofik.

Angin isalobar, adalah angin yang secara teori ditimbulkan oleh perubahan lokal
tekanan mengikut waktu.

Angin landaian adalah komponen kecepatan angin yang tegaklurus garis kontur
tekanan tetap di suatu titik pada peta ketinggian. Secara teori angin landaian
(Vgr) dihasilkan dari adanya keseimbangan antara gaya Corioli dan gaya

sentripetal dengan landaian mendatar tekanan, dan dinyatakan dengan rumus :


Vgr2/R + f Vgr = g p/n; dengan R = jejari lengkungan lintasan, f = faktor
Corioli, g = percepatan gravitas bumi, p/n = landaian tekanan tegaklurus
isobar.

Angin langkisau adalah angin kuat yang mendadak terjadi dalam waktu singkat
yang kemudian diikuti keadaan tenang (ta ada angin); umumnya hanya
disebutkan langkisau saja.

Angin membujur setara adalah angin khayalan, dalam penerbangan, yang


diwujudkan seperti angin sebenarnya dengan kecepatan seragam sebesar
kecepatan rata-rata pesawat terbang terhadap bumi dan selalu sejajar dengan
lintasannya.

Angin pilin adalah badai angin kecil dengan udara di dalamnya berputar
mengelilingi pusat yang bertekanan rendah; kadang-kadang putaran udara
menjulur ke atas sampai beberapa ratus meter dan menimbulkan pilin debu bila
terjadi di padang pasir.

Angin puyuh, adalah putaran kuat turus udara berbentuk juntaian yang terdapat
pada bagian bawah awan Kumulonimbus dan hampir selalu tampak sebagai
awan corong. Pusarnya bergaris tengah beberapa ratus meter. Biasanya berputar
siklonal (mengiri bila dilihat dari atas) dengan kecepatan sekitar 150 500
km/jam. Angin puyuh termasuk fenomena atmosfer skala lokal yang mempunyai
potensi kekuatan sangat merusak. Di Indonesia angin puyuh disebut juga puting
beliung.

Angin semu, adalah angin yang arah dan kecepatannya diukur dari benda yang
bergerak. Besar arah dan kecepatannya sama dengan beda vektor antara angin
sebenarnya dan kecepatan benda yang bergerak.

Angin sakal setara, sama dengan angin membujur setara.

Angin termal adalah angin yang secara teori diturunkan dari perbedaan suhu dan
tekanan dalam lapisan atmosfer yang rumusnya :

Dalam praktik angin termal dinyatakan sebagai beda vektor angin di suatu paras
dan vektor angin paada paras dibawahnya. Misalkan pada paras 500 mb vektor
angin V5 dan pada paras 700 mb V7 maka angin termal dalam lapisan antara
paras 700 mb dan 500 mb ditulis :

VT = V5 V7
Di lintang tengah dan tinggi belahan bumi utara, di sekitar daerah dingin, arah
angin termal adalah siklonik (mengiri), dan di sekitar daerah panas antisiklonik
(menganan). Sebaliknya di belahan bumi selatan, di sekitar daerah dingin arah
angin termal adalah antisiklonik (mengiri), dan di sekitar daerah panas siklonik
(menganan). Meskipun penaksiran tersebut hanya untuk lintang tengah dan
tinggi, tetapi dapat digunakan untuk menaksir imbasnya di kawasan tropik atau
Indonesia.
Dengan angin termal dapat ditaksir adanya lataan suhu atau energi dan arah
penjalarannya. Dalam lapisan batas (dari permukaan sampai sekitar 3 km atau
paras 700 mb) , proyeksi ujung vektor angin termal membentuk garis spiral yang
disebut spiral Ekman. Bila bentuk spiral sangat lengkung dalam lapisan tersebut
udara bergolak-galik besar.

Angin sebagai petunjuk cuaca.


Dari angin dapat dikenali bebagai fenomena cuaca. Misalnya, di daerah
mengumpulnya angina di dekat permukaan bumi udara cenderung bergerak ke
atas sehingga menimbulkan banyak awan dan hujan. Sebaliknya di daerah
angina menyebar udara cenderung bergerak ke bawah sehingga di atas daerah
tersebut awan sulit tumbuh. Bila ngin kencang terus-menerus bertiup di atas
lautan dapat menimbulkan gelombang besar. Bila di suatu daerah arah angina
sejajar tetapi kearah samping kecepatannya banyak berbeda menimbulkan
gesekan sehingga udara berputar; demikian pula dapat menimbulkan putaran
bila arah angina di suatu sisi berlawanan arah dengan angin di sisi sebelah.

Mendeskripsikan sifat-sifat fisik atmosfer


A. Atmosfer
Dalam kehidupan sehari-hari, istilah atmosfer biasa dikenal sebagai udara yang
berada di sekitar kita dengan ketinggian hingga 1.000 kilometer. Atmosfer
terbentuk sewaktu Bumi ini tumbuh, gas-gas yang terjebak di dalam
planetesimal tadi lepas sehingga menyelimuti bola Bumi. Lama-kelamaan, gas
oksigen dilepaskan oleh tumbuhan pertama di Bumi sehingga udara di atmosfer
purba bertambah tebal hingga saat ini. Atmosfer sangat dibutuhkan bagi
kehidupan di Bumi ini. Udara merupakan sumber daya alam yang digunakan oleh
semua makhluk hidup di Bumi untuk bernapas. Bahkan, kita terlindungi dari batu
meteor-meteor yang hendak jatuh ke Bumi karena atmosferlah batu-batu meteor
tersebut tidak jatuh ke Bumi. Selain itu, atmosfer juga mempunyai peranan

mengatur keseimbangan suhu agar tidak terlalu panas pada siang hari dan tidak
terlalu dingin pada malam hari.
Selain atmosfer mengandung gas-gas, seperti neon, helium, hidrogenium,
krypton, dan xenon. Di atmosfer juga terdapat persenyawaan seperti uap air,
ozon, gas CO2 dan NH3
Atmosfer mempunyai beberapa sifat antara lain sebagai berikut :
a. Tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak dapat dirasakan kecuali bentuk angin.
b. Dinamis dan elastis atau dapat mengembang atau mengerut.
c. Transparan terhadap beberapa bentuk radiasi.
d. Mempunyai berat sehingga memiliki tekanan.
a. Karakteristik Lapisan Atmosfer
Atmosfer terdiri atas banyak lapisan. Tiap lapisan mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda.
Lapisan-lapisan atmosfer adalah :
1) Troposfer
Lapisan ini mempunyai ketebalan yang berbeda-beda di tiap wilayah di atas
Bumi. Di atas kutub, tebal lapisan ini sekitar 9 km. Semakin dekat dengan daerah
khatulistiwa lapisan ini semakin tebal hingga mencapai 15 km. Perbedaan
ketebalan ini disebabkan oleh rotasi Bumi, akibatnya terjadi perbedaan kondisi
cuaca antara kutub dan khatulistiwa. Yang istimewa, lapisan ini menjadi tempat
terjadinya proses-proses cuaca, seperti awan, hujan, serta proses-proses
pencemaran lainnya. Pada lapisan ini tinggi rendahnya suatu tempat di
permukaan Bumi berpengaruh terhadap suhu udaranya. Hal ini mengikuti hukum
gradien geothermis, yaitu semakin tinggi (tiap kenaikan 1.000 meter) suatu
tempat di permukaan Bumi, temperatur udaranya akan turun rata-rata sekitar
6C di daerah sekitar khatulistiwa. Peralihan antara lapisan troposfer dengan
stratosfer disebut tropopause.
2) Stratosfer
Lapisan di atas tropopause adalah lapisan stratosfer. Di lapisan ini tidak berlaku
hukum gradien geothermis karena semakin tinggi posisi di tempat ini, suhu akan
semakin naik. Hal ini disebabkan kandungan uap air dan debu hampir tidak ada.
Karakteristik yang menarik pada lapisan ini adalah adanya lapisan ozon yang
sangat bermanfaat bagi kehidupan kita. Ozon melindungi manusia dari radiasi
sinar ultraviolet. Keberadaan ozon sekarang ini semakin menipis karena adanya
pencemaran dari gas CFC (Chloroflourocarbons). Di atas lapisan stratosfer
terdapat lapisan stratopause yang merupakan lapisan peralihan antara stratosfer
dan mesosfer.
3) Mesosfer
Lapisan ini merupakan tempat terbakarnya meteor dari luar angkasa menuju
Bumi sehingga lapisan ini merupakan lapisan pelindung Bumi terhadap benturan
benda atau batuan meteor. Di atas lapisan mesosfer terdapat lapisan mesopause
yang merupakan lapisan peralihan antara mesosfer dan termosfer.

4) Termosfer
Lapisan di atas mesopause adalah lapisan termosfer. Pada lapisan ini terdapat
aurora yang muncul kala fajar atau petang. Lapisan ini penting bagi komunikasi
manusia karena memantulkan gelombang radio ke Bumi sehingga gelombang
radio pendek yang dipancarkan dari suatu tempat dapat diterima di bagian Bumi
yang jauh.
5) Eksosfer
Lapisan ini merupakan lapisan terluar yang mengandung gas hidrogen dan
kerapatannya makin tipis sampai hampir habis di ambang angkasa luar. Cahaya
redup yaitu cahaya zodiakal dan gegenschein muncul pada lapisan eksosfer
yang sebenarnya merupakan pantulan sinar matahari oleh partikel debu meteor
yang banyak jumlahnya dan bergelantungan di angkasa.
b. Cuaca dan Iklim
Cuaca adalah keadaan udara pada suatu saat dan pada suatu tempat atau
daerah yang sempit. Sedangkan iklim adalah keadaan rata-rata cuaca pada
suatu wilayah yang relatif luas dengan waktu yang relatif lama. llmu yang
mempelajari tentang cuaca disebut meteorologi, sedangkan ilmu yang
mempelajari iklim disebut klimatologi. Kondisi cuaca harian diamati oleh suatu
lembaga yang disebut Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG),
Perbedaan Cuaca dan Iklim
Unsur-unsur cuaca dan iklim antara lain sebagai berikut.
a.
b. Suhu udara
Suhu udara diukur dengan termometer. Kertas yang berisi catatan tentang suhu
disebut termogram. Faktor-faktoryang mempengaruhi suhu udara antara lain
sebagai berikut :
1) Sudut datangnya sinar matahari.
2) Jarakdari laut.
3) Tinggi suatu tempat.
Semakin tinggi letak suatu tempat maka suhu udara semakin rendah, Garis-garis
pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai rata-rata
suhu udara sama disebut isoterm.
c. Tekanan udara
Tekanan udara berbeda-beda bergantung pada tempat dan waktu. Besarnya
tekanan udara dinyatakan dengan milibar (mb). Alat untuk mengukur tekanan
udara disebut barometer.
Garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang bertekanan udara
sama disebut isobar.
d. Angin

Angin adalah aliran udara dari tempat satu ke tempat yang lain. Angin
mempunyai arah dan kecepatan. Untuk rnengetahui arah angin digunakan
bendera angin atau kantong angin. Alat untuk mengukur kecepatan angin
disebut anemometer.
Hasil catatan anemometer disebut anemogram. Satuan kecepatan angin adalah
km/jam atau knot.
e. Kelembaban Udara
Kelembaban udara adalah kandungan uap air dalam udara. Alat untuk mengukur
kelernbaban udara disebut higrometer. Kelembaban udara dinyatakan dengan
satuan gram per meter kubik (g/m3).
f. Curah Hujan
Berubahnya uap air menjadi butir-butir air dan jatuh ke permukaan bumi.
Sesuai dengan unsur-unsur iklim maka hal yang berkaitan dengan lokasi, seperti
letak garis lintang, tinggi tempat, dan sifat wilayah dapat menentukan iklim dan
cuaca. Berdasarkan letak garis lintang dan lokasi wilayah yang semakin
menjauhi garis khatulistiwa atau semakin mendekati daerah kutub, maka iklim
dan udaranya semakin dingin. Berdasarkan letak garis lintang, iklim di muka
bumi dapat diklasifikasikan menjadi empat tipe. Klasifikasi ini disebut klasifikiasi
iklim matahari, antara lain sebagai berikut
1) Iklim Tropik terletak di daerah antara 231/2 LU 23 1/2 LS.
2) Iklim Subtropik terletak antara 23 1/2 35, baik LU maupun LS.
3) Iklim Sedang terletak antara 351/2 66 1/2 , baik LU maupn LS.
4) Iklim Dingin terletak antara 66, 1/2 90, baik LU maupun LS.
Atas dasar klasifikasi iklim di atas, Indonesia termasuk wilayah beriklim tropik.
c. Tipe-Tipe Hujan
Hujan merupakan proses lanjutan dari naiknya massa udara/awan. Uap air yang
terkandung dalam awan tersebut akan berubah menjadi butir-butir air yang
besar dan akhirnya jatuh ke Bumi. Proses terjadinya hujan dan besarnya curah
hujan tidak sama antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Wilayah
yang memiliki curah hujan yang sama pada suatu peta ditunjukkan oleh garis
isohyet. Berdasarkan proses terjadinya, hujan dibedakan menjadi sebagai berikut
:
1) Hujan Orografis
Hujan ini terjadi karena udara yang membawa uap air dari laut dipaksa naik oleh
adanya pegunungan. Wilayah yang tidak turun hujan di sisi lain gunung atau
pegunungan dikenal dengan sebutan daerah bayangan hujan.
2) Hujan Zenithal
Hujan zenithal terjadi karena adanya pertemuan arus konveksi yang membawa
uap air di daerah khatulistiwa. Dengan adanya pertemuan dua arus konveksi
menyebabkan tabrakan dan kedua massa udara naik ke atas.

Hujan Orografis Hujan Zenithal


3) Hujan Frontal
Hujan frontal terjadi karena pertemuan dua massa udara yang berbeda suhunya.
Perbedaan suhu ini menyebabkan massa udara yang panas dipaksa naik ke atas.
Jumlah curah hujan dalam sebulan dapat digunakan untuk menentukan bulan
basah, bulan sedang, dan bulan kering. Bulan basah terjadi jika dalam satu bulan
jumlah curah hujannya lebih dari 100 mm, bulan sedang jika dalam satu bulan
jumlah curah hujannya 60100 mm, dan bulan kering jika dalam satu bulan
jumlah curah hujannya kurang dari 60 mm.
Di Indonesia curah hujan tertinggi terdapat di daerah Kranggan. Daerah ini
terletak di lereng barat Gunung Slamet. Curah hujannya 8.305 mm/ tahun.
Daerah yang lain adalah Tenjo, dekat Baturaden, Jawa Tengah. Jumlah curah
hujannya 7.069 mm/tahun.
Hujan Frontal
Curah hujan paling sedikit terdapat di Palu, ibu kota Sulawesi Tengah. Curah
hujannya dalam satu tahun 547 mm. Daerah lainnya adalah Asembagus, Jawa
Timur. Curah hujannya dalam satu tahun 886 mm.
d. Pengaruh Ketinggian Tempat terhadap Suhu Udara
Dapat kamu bayangkan saat kamu pergi ke pegunungan kemudian ke pantai,
pasti akan kamu rasakan adanya perbedaan suhu. Berdasarkan gradien
geothermis, suhu memang akan berubah seiring dengan perubahan ketinggian
tempat. Perubahan suhu udara berdasarkan perbedaan ketinggian ini dapat
dihitung dengan rumus Mock berikut :
T = 0,006 (x x ) . 1 CD
Keterangan :
T = Selisih suhu udara antara lokasi 1 dengan lokasi 2 (C).D
x1= Tinggi tempat yang diketahui suhu udaranya (m).
x2= Tinggi tempat yang dicari suhu udaranya (m).
Jika selisih suhu udara ( T) tandanya negatif untuk mengetahui suhu
udara yang dicari, suhu udara yang telah diketahui dikurangi dengan T.
Jika T tandanya positif untuk memperoleh nilai suhu udara yang kamu
cari, suhu udara yang telah diketahui dijumlahkan dengan nilai T.
Contoh:
Kota A memiliki ketinggian 5 m di atas permukaan air laut. Rata-rata
suhu udara kota A 28C. Berapakah rata-rata suhu udara kota B yang memiliki
ketinggian 215 m di atas permukaan air laut?
Penyelesaian:
Diketahui:Ketinggian kota A = 5 m dpal.

Ketinggian kota B = 215 m dpal.


Rata-rata suhu udara kota A = 28 C
Ditanyakan: Rata-rata suhu udara kota B?
Jawaban:
T = 0,006 (X1 X2) 1 CD
= 0,006 (5 215) 1 C
= 1,2
Jadi, suhu udara kota B adalah 28 C 1,2 C = 26,8 C.
Dengan perhitungan menggunakan rumus Mock di atas dapat disimpulkan
bahwa setiap kenaikan 100 meter ke arah puncak gunung, suhu udaranya akan
turun sebesar 0,6C.
e. Jenis-jenis Angin
Perubahan siang dan malam menyebabkan perbedaan penerimaan sinar
matahari. Hal ini pulalah yang menyebabkan perbedaan suhu (temperatur) di
berbagai tempat di permukaan Bumi termasuk di daratan dan lautan. Suhu yang
tinggi mempunyai tekanan udara yang lebih rendah. Sementara itu, suhu yang
rendah memiliki tekanan udara yang tinggi. Perbedaan inilah yang menyebabkan
terjadinya angin.
a. Angin Lokal
1) Angin Darat dan Angin Laut
Angin Darat Angin Laut
Pada saat siang hari daratan lebih cepat panas daripada lautan, sementara itu
pada malam hari daratan lebih cepat dingin dari lautan. Perbedaan suhu ini akan
mempengaruhi tekanan udara antara darat dan laut. Pada siang hari tekanan
udara daratan lebih rendah daripada lautan sehingga udara bergerak dari laut ke
darat dan disebut angin laut. Sebaliknya, pada malam hari tekanan udara
daratan lebih tinggi daripada lautan sehingga udara bergerak dari darat ke laut
dan disebut angin darat.
2) Angin Lembah dan Angin Gunung
Pada malam hari puncak gunung lebih cepat dingin daripada lembah. Sementara
itu, pada siang hari puncak gunung lebih cepat panas daripada lembah.
Perbedaan suhu udara antara puncak gunung serta lembah ini akan
mempengaruhi tekanan udaranya dan akhirnya akan mempengaruhi kondisi
angin yang bertiup. Pada malam hari tekanan udara di puncak gunung lebih
tinggi daripada lembah sehingga angin bertiup dari puncak gunung ke lembah
dan disebut angin gunung. Sebaliknya, pada siang hari tekanan udara di puncak
gunung lebih rendah daripada di lembah, akibatnya angin bertiup dari lembah ke
puncak gunung dan disebut angin lembah.
Angin Lembah Angin Gunung
3) Angin Fohn

Angin fohn merupakan kelanjutan dari proses terjadinya hujan orografis. Setelah
terjadi hujan di salah satu sisi lereng gunung, angin yang sudah tidak membawa
uap air ini tetap meneruskan embusannya menuruni sisi lereng gunung yang
lain. Oleh karena sifatnya yang kering, tumbuhan yang dilaluinya menjadi layu
sehingga berdampak negatif pada usaha pertanian.
Di Indonesia penyebutan angin fohn berbeda-beda antara satu daerah dengan
daerah lainnya. Penyebutan itu antara lain:
a) Angin brubu di Sulawesi Selatan.
b) Angin bohorok di Deli (Sumatra Utara).
c) Angin kumbang di Cirebon (Jawa Barat).
d) Angin gending di Pasuruan dan Probolinggo (Jawa Timur).
e) Angin wambrau di Papua.
Terjadinya Angin Fohn
4) Angin Siklon dan Angin Antisiklon
Angin siklon dan angin antisiklon antara belahan Bumi utara dan selatan arahnya
berbeda. Perhatikan gambar di samping. Dari gambar tersebut bagaimana
pendapatmu mengenai angin siklon dan antisiklon, baik di belahan Bumi utara
ataupun belahan Bumi selatan? Angin siklon merupakan udara yang bergerak
dari beberapa daerah bertekanan udara tinggi menuju titik pusat tekanan udara
rendah di bagian dalam. Sementara angin antisiklon bergerak dari daerah pusat
tekanan udara tinggi menuju tekanan udara rendah yang mengelilinginya di
bagian luar. Gerakan arah angin ini berputar. Di daerah tropis, angin siklon sering
terjadi di laut. Penyebutan angin siklon di beberapa daerah berbeda-beda di
antaranya sebagai berikut :
a) Hurricane, yaitu angin siklon di Samudra Atlantik.
b) Taifun, yaitu angin siklon di Laut Cina Selatan.
c) Siklon, yaitu angin siklon di Teluk Benggala dan Laut Arab.
d) Tornado, yaitu angin siklon di daerah tropis Amerika.
e) Sengkejan, yaitu angin siklon di Asia Barat.
2) Angin Muson/Musim
Angin muson yang terjadi di Indonesia ada dua, yaitu angin muson barat dan
angin muson timur. Angin muson barat terjadi pada bulan OktoberApril.
Pergerakan angin muson barat yang kaya uap air mengakibatkan sebagian besar
wilayah Indonesia mengalami musim hujan. Saat itu kedudukan Matahari berada
di belahan Bumi selatan. Nah sampai di sini, tentu kamu tahu daerah-daerah
yang bertekanan udara tinggi dan tekanan udaranya rendah serta ke mana arah
pergerakan angin muson barat.
Angin muson timur terjadi pada bulan AprilOktober. Angin muson timur yang
bersifat kering mengakibatkan sebagian besar wilayah Indonesia mengalami
musim kemarau. Saat itu kedudukan Matahari berada di belahan Bumi utara.

Daerah manakah yang bertekanan tinggi dan rendah? Selanjutnya Klik Uji
kompetensipada latihan
Mulai dari teori dasar ya,
1.Pada dasarnya setiap udara memiliki massa jenis.
2.Karena itu udara dapat menyerap & melepaskan kalor (panas)
3.Kerapatan udara berbeda-beda (istilahnya density)
Semakin dekat dengan permukaan laut udara akan semakin rapat dan semakin
jauh dr permukaan laut kerapatan semakin renggang, karena massa udara
terpengaruh oleh gravitas bumi.
Udara yang massa-nya rapat tentu akan menyerap panas matahari lebih banyak
dari pada yang massa-nya sedikit. Kemudian ada yang namanya Lapse Rate.
Apa itu Lapse Rate?
"The environmental lapse rate (ELR) is the negative of the actual change of
temperature with altitude of the stationary atmosphere at a specific time and
specific location"
Saya artikan menurut bahasa saya: "lapse rate adalah perubahan temperatur
sesuai dengan perubahan ketinggian pada waktu dan tempat tertentu"

Bila anda duduk agak lama memperhatikan "permukaan air laut, maka anda
akan menarik kesimpulan, bahwa pada keadaan hari cuaca terang, hanya sedikit
sekali terjadi riak gelombang di atas permukaan air. Tetapi pada musim angin
bertiup kencang atau angin taufan, maka muncullah gelombang yang besar pula.
Tentu saja mudah bagi kita untuk menarik kesimpulan apa yang menyebabkan
gelombang di dalam air itu. Tak lain ialah angin. Sebuah gelombang adalah suatu
cara berpindahnya satu bentuk tenaga dari satu tempat ke tempat yang lain.
Maka unluk memindahkan gelombang itu diperlukan sejenis tenaga untuk
penggeraknya. Maka angin itulah yang menjadi sumber tenaga penggerak di air
itu.
Bila anda memperhatikan betul gerak gelombang itu yang kelihatannya silih
berganti, maka gelombang air itu nampak seperti bergerak maju ke depan.
Tetapi bila ada terdapat sekeping kayu yang mengambang di atas permukaan air
itu, maka kita akan temukan, bahwa kayu itu tidak bergerak maju seperti halnya
gerak gelombang itu pada pemandangan mata kita. Ia hanya akan terlunta-lunta
turun naik saja di tempat itu karena digerakkan gelombang. la hanya bergerak
dan berpindah tempat, kalau angin mendorong dia atau air pasang
menghanyutkan dia.
Lalu tenaga penggerak apakah yang terjadi di dalam gelombang itu? Sebuah
gelombang di dalam air itu pada hakekatnya adalah disebabkan bergeraknya
partikel-partikel dalam air itu secara turun naik. Gerakan itu menjalar terus
sampai mencapai tepi pantai, sedangken partikel-partikel dalam air itu tetap
saja. Kita ambil satu contoh. Misainya kita membentangkan seutas tali di dalam
air. Kita dapat menggerakkan sebuah gelombang air melintasi tali itu. Gerakan

turun naik dari gelombang itu akan menembus tali itu, tetapi ia tidak akan
memindahkan partikel tali itu.
Oleh karena gelombang air ini semakin dekat menuju ke darat semakin pendek
jaraknya ia menyentuh dasar tanah, maka kecepatan gerak gelombang itu
berkurang karena terjadi benturan itu. Bagian atas permukaan air akan tetap
bergerak terus, kemudian tergulung pecah. Itulah yang kita sebut "pecahan
ombak".
Akhirnya tenaga yang mendorong gelombang itu membentur sendiri pada
sepanjang jalur tepi pantai dan berakhir di situ untuk lenyap. Kalau anda ingin
mengujinya, mudah saja. Berdirilah anda di dalam air, di antara hempasan
gelombang itu di sepanjang tepi pantai, maka anda akan menyadari bahwa
seperti terasa ada kekuatan yang mendorong kita.
Di dalam gelombang air, partikel-partikel air itu bergerak menurut garis lingkar,
sambil bergerak ke atas dan maju, oleh karena ia didorong oleh angin. Tetapi
kemudian ia jatuh lagi ke bawah dan bergerak mundur oleh karena terseret oleh
daya tarik bumi, sehingga bentuk gelombang air yang membubung itu mengalun
lagi ke bawah menjadi rata. Gerakan turun naik ini lah yang menyebabkan
gelombang itu bergerak maju.
Jarak antara satu jalur gelombang dengan yang lainnya kita sebut panjang
gelombang, dan titik yang terendah kita sebut "serokan".

Gelombang laut atau ombak merupakan gerakan air laut yang paling umum dan
mudah kita amati. Helmholts menerangkan prinsip dasar terjadinya gelombang
laut sebagai berikut :
Jika ada dua massa benda yang berbeda kerapatannya (densitasnya)
bergesekan satu sama lain, maka pada bidang gerakannya akan terbentuk
gelombang.

Gelombang terjadi karena beberapa sebab, antara lain:


Karena angin. Gelombang terjadi karena adanya gesekan angin di permukaan,
oleh karena itu arah gelombang sesuai dengan arah angin.
Karena menabrak pantai. Gelombang yang sampai ke pantai akan terjadi
hempasan dan pecah. Air yang pacah itu akan terjadi arus balik dan membentuk
gelombang, oleh karena itu arahnya akan berlawanan dengan arah datangnya
gelombang
Karena gempa bumi. Gelombang laut terjadi karena adanya gempa di dasar laut.
Gempa terjadi karena adanya gunung laut yang meletus atau adanya
getaran/pergeseran kulit bumi di dasar laut. Gelombang yang ditimbulkan
biasanya besar dan disebut dengan gelombang tsunami. Contoh ketika
Gunung Krakatau meletus 1883, menyebabkan terjadinya gelombang tsunami
yang banyak menimbulkan kerugian.

Gerakan permukaan gelombang dapat dikelompokan sebagai berikut:


Gerak osilasi, yaitu gerak gelombang akibat molekul air bergerak melingkar.
Gerak osilasi biasanya terjadi di laut lepas, yaitu pada bagian laut dalam. Adanya
gelombang dibangkitkan oleh kecepatan angin, lamanya angin bertiup, luas
daerah yang ditiup angin (fetch), dan kedalaman laut. Gelombang ini memiliki
tinggi dan lembah gelombang. Puncak gelombang akan pecah di dekat pantai
yang disebut breaker atau gelora.
Gerak translasi, yaitu gelombang osilasi yang telah pecah lalu seperti memburu
garis pantai, bergerak searah dengan gerak gelombang tanpa diimbangi gerakan
mundur. Gelombang ini tidak memiliki puncak dan lembah yang kemucian
dikenal dengan istilah surf. Gelombang ini dimanfaatkan untuk olah raga surfing.
Gerak swash dan back swash berbentuk gelombang telah menyentuh garis
pantai. Kedatangan gelombang disebut swash, sedangkan ketika kembali disebut
back swash.

Anda mungkin juga menyukai