Anda di halaman 1dari 8

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD)

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) by Aprisal Darwis | 8/31/2013 Tweet A. Pengertian Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini
mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini
secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus
Dengue. (Saroso, 2007) DHF adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala
utama demam, nyeri otot, dan sendi yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama.
( Hendarwanto; 417; 2004 ) Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang terdapat pada anakanak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya
memburuk setelah dua hari pertama (Mansjoer, 1999) DHF adalah infeksi akut yang disebabkan
oleh arbovirus ( arthropodbora virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes
albopictus dan Aedes agypty ). ( Ngastiyah; 341; 1997 ) DHF adalah penyakit demam yang
disebabkan oleh virus disertai demam akut, perdarahan, tedensi syok. ( Suryanah; 191; 1996 )
B. Insiden Jumlah kasus DBD di Indonesia masih tinggi yaitu 156.086 kasus pada tahun 2010,
lalu mengalami penurunan yaitu 49.868 kasus pada tahun 2011. Kasus DBD di Sumatera Utara
tahun 2010 yaitu 8.889 kasus, pada tahun 2011 yaitu 4.535 kasus. Pada tahun 2010 kejadian
DBD di Tebing Tinggi sebanyak 381 kasus dengan angka kesakitan 262/100.000 penduduk, dan
pada tahun 2011 kejadian DBD sebanyak 176 kasus dengan angka kesakitan 121/100.000
penduduk. Jumlah kasus DBD tersebut masih tinggi mengingat indikator angka DBD adalah
2/100.000. Aedes Aegypty | dok. blog.priyanta.com B. Etiologi Virus dengue tergolong dalam
family / suku / grup Flaviviridae, virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti yang
terdiri dari 4 tipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4 (virus dengue tipe 1-4). Infeksi oleh satu
tipe virus dengue akan memberikan imunitas yang menetap terhadap infeksi virus yang
bersangkutan pada masa yang akan datang. Namun, hanya memberikan imunitas yang sementara
dan parsial terhadap infeksi virus lainnya.Wabah dengue juga telah disertai Aedes albopictus,
Aedess polinienssiss, Aedess scuttellariss tetapi vector tersebut kurang efektif dan kurang
berperan karena nyamuk-nyamuk tersebut banyak terdapat didaerah perkebunan dan semaksemak, sedangkan Aedes aegypti banyak tinggal di sekitar pemukiman penduduk. C. Klasifikasi
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi 4

derajat (Menurut WHO, 1986) : a.Derajat I Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan
spontan, uji tourniquet, trombositopenia dan hemokonsentrasi. b.Derajat II Derajat I dan disertai
pula perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain. c.Derajat III Ditemukan kegagalan sirkulasi,
yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan daerah rendah (hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar mulut,
hidung dan jari (tanda-tanda dini renjatan). d.Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan
tekanan darah tak dapat diukur. D. Manifestasi Klinis a. Demam tinggi mendadak 2 sampai 7
hari (38 40 C). b. Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji Tourniquet positif, Petekie
(bintik merah pada kulit), Purpura(pendarahan kecil di dalam kulit), Ekimosis,Perdarahan
konjungtiva (pendarahan pada mata), Epistaksis (pendarahan hidung), Perdarahan gusi,
Hematemesis (muntah darah), Melena (BAB darah) dan Hematuri (adanya darah dalam urin). c.
Perdarahan pada hidung dan gusi.Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah
pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah,Pembesaran hati (hepatomegali). d. Renjatan (syok),
tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau
lebih rendah. e. Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya
seleramakan), lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala E. Patofisiologi
Fenemona patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas
dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstraseluler. Hal
pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah verimia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal pegal
diseluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit ( petekie ), hiperemi tenggorokan dan
hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran limpa ( splenomegali ). Peningkatan
permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan ( syok ). Hemokonsentrasi
( peningkatan hematokrit > 20% ) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran
( perembesan ) plasma ( plasma leakage ) sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk
patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu pada penerita DHF sangat dianjurkan untuk
memantau hematokrit darah berkala untuk mengetahui berapa persen hemikonsentrasi yang
terjadi. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan
kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan
dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak
mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat

mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau
hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian
apanila tidak seger adiatasi dengan baik. Gangguan hemostatis pada DHF menyangkut 3 faktor
yaitu perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi. Pada otopsi penderita DHF,
ditemukan tanda tanda perdarahan hampir diseluruh alat tubuh, seperti di kulit, paru, saluran
pencernaan dan jaringan adrenal. Hati umumnya membesar denga perlemakan dan koagulasi
nekrosis pada daerah sentral atau parasentral lobulus hati.( Effendy; 1; 1995 ) F. Komplikasi Perdarahan luas - Syok (rejatan) - Pleural Effusion - Penurunan kesadaran G. Pemeriksaan
Penunjang 1. Darah Terjadi trombositopenia dan hemokonsentrasi. Uji tourniquet yang positif.
Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, serta hipokloremia.
SGOT, SGPT, ureum dan pH darah mungkin meningkat, sedangkan reserve alkali merendah. 2.
Air Seni Mungkin ditemukan albuminaria ringan. 3. Sumsum Tulang Pada awal sakit biasanya
hiposeluler kemudian pada hari ke 5 dengan gangguan maturasi. 4. Serologi a. Serum ganda :
pada masa akut dan konvalesen. Kenaiakan antibody antidengue sebanyak minimal 4 kali. Uji
peningkatan komplemen ( PK ), uji neutralisasi ( NT ) dan uji dengue blot. b. Serum tunggal :
ada atau tidaknya atau titer tertentu antibody antidengue. Uji dengan blot, Uji Ig M antidengue.
5. Isolasi virus Bahannya adalah darah pasien, jaringan jaringan baik dari pasien hidup melalui
biopsi , dari pasien yang meninggal melalui otopsi ( Hendarwanto; 422; 2004 ) H. Diagnosa
Banding Gambaran klinis DHF seringkali mirip dengan beberapa penyakit lain seperti :
a.Demam chiku nguya. Dimana serangan demam lebih mendadak dan lebih pendek tapi suhu di
atas 400C disertai ruam dan infeksi konjungtiva ada rasa nyeri sendi dan otot. b.Demam tyfoid
Biasanya timbul tanda klinis khas seperti pola demam, bradikardi relatif, adanya leukopenia,
limfositosis relatif. c.Anemia aplastik Penderita tampak anemis, timbul juga perdarahan pada
stadium lanjut, demam timbul karena infeksi sekunder, pemeriksaan darah tepi menunjukkan
pansitopenia. d.Purpura trombositopenia idiopati (ITP) Purpura umumnya terlihat lebih
menyeluruh, demam lebih cepat menghilang, tidak terjadi hemokonsentrasi. I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan DHF tanpa penyakit : a. Tirah baring b. Makanan lunak. Bila belum ada
nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1,5 2 liter dalam 24 jam ( susu, air dengan gula
atau sirop ) atau air tawar ditambah dengan garam saja. c. Medikamentosa yang bersifat
simtomatis. Untuk hiperpireksia dapat diberi kompres, antipiretik golongan asetaminofen,
eukinia atau diperon dan jang diberikan asetosal karena bahaya pendarahan. d. Antibiotik

diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder. 2. Pada pasien dengan tanda
renjatan dilakukan : a. Pemasangan infuse dan dipertahankan selama 12 48 jam setelah
renjatan diatasi. b. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu dan pernapasan tiap
jam, serta Hb dan Ht tiap 4 6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam. Pada pasien DSS
diberi cairan intravena yang diberikan dengan diguyur, seperti Na Cl, laktat ringer yang
dipertahankan selama 12 48 jam setelah renjatan teratasi. Bila tak tampak pernaikan dapat
diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran atau preparat hemase, sejumlah 15 29
ml/kg berat beban dan dipertahankan selama 12 48 jam setelah renjatan teratasi. Bila pada
pemeriksaan didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht maka diberi transfuse darah. ( Mansjoer;
432; 2001 ) J. Pencegahan Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut : 1)
Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan melaksanakan
pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF. 2) Memutuskan lingkaran
penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat rendah untuk memberikan
kesempatan penderita viremia sembuh secara spontan. 3) Mengusahakan pemberantasan vektor
di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga
sekitarnya. 4) Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi.
Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain : 1. Menggunakan insektisida. Yang lazim
digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah dengue adalah malathion untuk
membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik (larvasida). Cara
penggunaan malathion ialah dengan pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan temephos
(abate) ialah dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat
penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 % per 10
liter air. 2. Tanpa insektisida Caranya adalah : 1) Menguras bak mandi, tempayan dan tempat
penampungan air minimal 1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7 10 hari). 2)
Menutup tempat penampungan air rapat-rapat. 3) Membersihkan halaman rumah dari kaleng
bekas, botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang. Referensi : Ayudya
Oktaviani Putri, 13 Juni 2011 , availabel at
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35127/6/Abstract.pdf harnawatiaj , Maret 27,
2008 availabel at http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep-dhf/
KumpulanSegalaIlmu , 12 Mei 2013 availabel at
https://www.facebook.com/KumpulanSegalaIlmu/posts/374563775988405 Read more:

http://www.abcmedika.com/2013/08/dengue-haemorrhagic-fever-dhf.html#ixzz3VJZBtrzd
Copyright 2013-2014 ABC Medika | availabel at:http://www.abcmedika.com/2013/08/denguehaemorrhagic-fever-dhf.html
Thanks for Your visit

http://www.abcmedika.com/2013/08/dengue-haemorrhagic-fever-dhf.html

Penyakit Demam Berdarah DHF. Demam Berdarah adalah penyakit disebabkan oleh virus yang
ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit demam berdarah DHF ini yang disebabkan
oleh nyamuk Aedes Aegyptiyang menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada
sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan. Ini terlihat pada
banyak penderita demam berdarah yang kulitnya timbul bercak-bercak merah sebagai ciri khas
penyakit demam berdarah ini.
Untuk saat ini pengobatan yang dilakukan untuk masalah virus pun belum diketahui secara pasti.
Hanya memberikan pengobatan sesuai dengan gejala yang ditimbulkan. Misalnya demam
diberikan antipiretik (penurun panas). Tetapi yang kita ketahui bahwa daya tahan tubuh yang
kuat menjadi benteng terhadap segala serangan jenis virus. Dengan adanya daya tahan tubuh
yang kuat bisa menjadi benteng pertama terhadap serangan virus.

Gejala penyakit demam berdarah yang tampak akibat infeksi virus dengue biasanya muncul

setelah masa inkubasi ( masa dimana virus berkembang hingga menimbulkan gejala ) dan terjadi
dalam kurun waktu 3 - 8 hari setelah virus masuk ke dalam tubuh. Penyakit demam
berdarah ini atau yang disebut dengan Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau disebut juga
dengan penyakit demam berdarah dengue DBD ini.
Jika sistem pertahanan tubuh dapat mengatasi virus, maka gejala yang tampak bisa ringan dan
juga bisa menyebabkan beberapa gejala. Dan diantara beberapa tanda dan gejala penyakit
demam berdarah sebagai berikut :

1.

Demam tinggi yang timbul mendadak dengan suhu diatas 38 derajat C, selama 2 sampai
dengan 7 hari.

2.

Demam tidak dapat teratasi meskipun telah mendapatkan pemberian obat penurun panas.

3.

Mual, muntah, sehingga menyebabkan nafsu makan minum berkurang.

4.

Pada pemeriksaan dengan melakukan uji test torniquet, akan terlihat adanya jentik
(puspura) perdarahan.

5.

Pada tingkat lanjut ditemukan adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam
(konjungtiva), timbulnya mimisan (epitaksis), Buang air besar kotoran (faeces) berupa lendir
bercampur darah (melena), dan lain-lainnya.

6.

Pada pemeriksaan laboratorium (darah) pada hari ke 3 - 7 akan didapatkan terjadinya


penurunan trombosit dibawah 100.000 /mm3 (trombositopeni), terjadi peningkatan nilai
Hematokrit diatas 20% dari nilai normal (hemokonsentrasi).

7.

Nyeri sendi, sendi otot ( pegal-pegal ).

8.

Terjadi pembesaran hati (hepatomegali)

9.

Nyeri kepala, pusing.

10.

Rasa panas di belakang bola mata.

11.

Wajah kemerahan.

12.

Nyeri perut.

http://askep-net.blogspot.com/2012/05/penyakit-demam-berdarah-dhf.html

Anda mungkin juga menyukai