Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR EKONOMI PERIKANAN

STUDI EKONOMI PERIKANAN PESISIR PANTAI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DISUSUN OLEH
Nama

: Annisa Galuh Damayanti

NIM

: 13/353748/PN/13494

Lokasi

: Kabupaten Gunung Kidul

Asisten

: Muhammad Athif Firasmoko

LABORATORIUM SOSIAL EKONOMI PERIKANAN


JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia memiliki wilayah laut teritorial seluas 3.100.000 km2 dan wilayah ZEEI mencapai
2.700.000 km2, sedangkan luas daratannya hanya sekitar 1.900.000 km 2. Oleh karena itu,
Indonesia memiliki wilayah laut sekitar 73,1% dari seluruh wilayah Indonesia yang didalamnya
terdapat lebih dari 17.504 pulau. Panjang pantai Indonesia sebesar 95.181 km dan menempati
posisi ke-4 setelah Kanada, Amerika Serikat, dan Rusia (Alviana, 2012).

Sebagai negara

kepulauan terluas di dunia, sektor perikanan dan kelautan mempunyai andil sangat besar
terhadap pertumbuhan ekonomi dan devisa negara yang pada gilirannya akan mensejahterakan
masyarakat. Salah satu kawasan pantai Indonesia yang terletak di selatan Pulau Jawa di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Kabupaten Gunungkidul. Pantai di Kabupaten Gunungkidul,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki karakteristik dan potensi ekonomi yang sangat
khas dan berbeda dengan daerah lainnya. Dalam rangka memanfaatkan karakteristik dan potensi
ekonomi daerah Gunungkidul secara optimal, maka diperlukan survei potensi ekonomi serta
karakteristik perikanan tangkap dan penganganan hasil perikanan untuk memperoleh data dan
informasi serta sarana dan prasarana pendukungnya. Sehingga diketahui pengetahuan tentang
ekonomi perikanan demi mengetahui aspek-aspek apa saja yang terkait dengan cakupan tersebut.
Tujuan diadakannya pengamatan ini, yaitu: Mengetahui profil pengolah. Kedua, mengetahui
permasalahan serta tantangan yang dihadapi para pengolah. Ketiga, menganalisis komponenkomponen biaya penyusun dan pendapatan usaha perikanan.
Praktikum pengantar ekonomi perikanan memiliki manfaat, yaitu : dapat membandingkan
teori yang diterima di bangku kuliah dengan realitas yang terdapat di lapangan. Dalam hal ini
untuk mengetahui bagaimana pendapatan masyarakat pada musim paceklik dan pada musim
panen setiap satu kali siklus (per hari) serta dapat mengkaji aspek sosial ekonomi perikanan
khususnya dalam pengolahan hasil perikanan.

I. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kondisi Umum Lokasi Praktikum

Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, dengan Ibukotanya Wonosari. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul
1.485,36 km2 atau sekitar 46,63 % dari luas wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Secara geografis Kabupaten Gunungkidul terletak di antara 071630 071930 LS dan
1101930 1102530 BT (BPKP, 2015).
Selain itu secara geomorfologi Kabupaten Gunungkidul merupakan daerah perbukitan
dengan bukit bukit kecil yang banyak jumlahnya. Daerah ini merupakan kawasan hutan yang
berada di atas bukit - bukit kapur. Sedangkan pada daerah pesisir Gunungkidul, banyak terdapat
sawah tadah hujan yang memanfaatkan hujan yang turun di Gunungkidul mulai dari daerah teluk
Baron sampai teluk Wediombo.
Pantai Baron adalah salah satu obyek wisata berupa pantai yang terletak di sisi barat pada
kompleks Pantai Selatan, yaitu di Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten
Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pantai Baron merupakan sebuah teluk yang
di apit oleh perbukitan disisi barat dan timurnya, mempunyai daerah berpasir sepanjang kurang
lebih 60 m dari garis pantai, dan hampir seluruhnya dapat digunakan sebagai penunjang kegiatan
penangkapan dan kegiatan wisata. Di pasir-pasit tersebut terlihat berjejer perahu-perahu nelayan
yang sering dipakai oleh nelayan untuk melaut mencari ikan. Pantai Baron ini bisa dikatakan
merupakan dermaga bagi para nelayan untuk mencari nafkah sehingga di tempat ini
terdapat Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sebagai sarana untuk menjual hasil tangkapan ikan.
Pantai ini memiliki keunikan sebagai tempat bertemunya air tawar dari sungai bawah tanah
dengan air laut. Pantai ini juga merupakan pantai yang landai dengan lereng sekitar 4,68 dan
ombaknya cukup besar. Akibat letaknya, pasang-naik di pantai ini dapat mencapai 60 m kearah
darat. Pantai Baron merupakan bagian dari formasi Wonosari yang didominasi oleh jenis batuan
karst dari Gunungsewu. Fisiografis daerah pesisir pantai Baron merupakan daerah perbukitan
yang rapat dengan tutupan vegetasi yang banyak terdapat di bukit bukit karang di sekeliling
pantai. Pantai Baron memiliki sungai bawah tanah yang bermuara di pantainya yang
menyebabkan pantai Baron memiliki danau payau didekat muara sungai. Air sungai bawah tanah
digunakan warga sekitar untuk pembangkit listrik (Nugroho, 2005).
B. Kegiatan Pengolahan

Kegiatan perikanan di Dusun Rejosari, Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten


Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta pada dasarnya merupakan suatu upaya, dalam
mewujudkan sumberdaya manusia yang mandiri dan profesional untuk dapat memanfaatkan
potensi sumberdaya alam menjadi sumberdaya ekonomi secara optimal. Sebagian besar kegiatan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah ini, di samping melaut juga dapat melakukan
kegiatan pengolahan hasil tangkapan ikan. Sektor usaha pegolahan kebanyakan masih dipasarkan
dalam bentuk ikan goreng, ikan goreng asam manis, ikan asin, langsung diolah ditempat, dan
sebagian kecil masih berbentuk ikan segar yang dipasarkan untuk para pengunjung Pantai Baron
di Gunung Kidul (Pratomo, 2013).
Usaha pengolahan di Pantai Baron tidak terlepas dari alat dan bahan yang tersedia. Alat-alat
yang digunakan secara umum masih tergolong tradisional, namun dapat membantu para
pengolah untuk melakukan kegiatan pengolahan hasil perikanan. Alat-alat yang umum
digunakan antara lain timbangan, meja, kursi, almari, kompor, wajan, dan almari pendingin.
Selain itu, usaha pengolahan ini juga didukung dengan tersedianya Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
yang berfungsi membantu dalam menampung hasil penangkapan yang kemudian dapat diolah
oleh para pengolah. Faktor-faktor yang menjadikan pengolah di Dusun Rejosari Desa Kemadang,
Kecamatan Tanjungsari ini tetap mengolah dan berdagang ikan adalah banyaknya pengunjung
yang datang ke Pantai Baron dan penjualan dari hasil olahan mereka mempunyai harga yang
tinggi, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka.
II. METODE
A. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum lapangan Pengantar Ekonomi Perikanan dilaksanakan pada tanggal 29 - 31 Mei
2015 di Dusun Rejosari, Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul. Lokasi ini
dipilih karena :
1. Sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai nelayan dan pengolah.
2. Usaha terintegrasi dari produksi sampai ke pasca panen dan pengolahan serta pemasaran
hasil perikanan.

B. Metode Dasar
Metode kajian yang digunakan pada praktikum pengantar ekonomi perikanan ini adalah
metode survei. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Proses pengumpulan data

dilakukan melalui interaksi secara langsung dengan responden yang disebut wawancara.
Penelitian survei dapat digunakan untuk eksplorasi, deskriptif, maupun penjelasan dan prediksi
atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan datang (Singarimbun dan Effendi, 1995)
C. Metode Penentuan Sampel/Responden
Populasi yang menjadi pusat kajian praktikum ini adalah nelayan, pembudidaya ikan dan
pengolah ikan. Pemilihan sampel menggunakan metode snowball sampling. Menurut Somekh
dan Lewin (2005), metode snowball sampling merupakan metode pemilihan responden dengan
pemilihan sejumlah kecil dari populasi dengan karakteristik tertentu, yang selanjutnya dijadikan
responden, yang diminta untuk memberikan rekomendasi untuk responden berikutnya. Teknik ini
menggunakan satu orang utama sebagai informan kunci yang akan terus bergulir menuju
informan berikutnya hingga kualitas data yang diharapkan dapat terpenuhi (Idrus, 2009). Dalam
hal ini, praktikan dapat mendatangi tetua atau ketua kelompok atau petugas pemerintahan yang
menjadi tokoh kunci di desa pada masing-masing kegiatan, yang dapat dianggap sebagai
informan pertama (responden pertama) untuk mengawali teknik snowball. Informan pertama
diharapkan memberi rekomendasi calon informan selanjutnya, sampai jumlah responden yang
ditentukan diketahui.

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Kuesioner
Metode ini biasa digunakan untuk menyelidiki pendapat orang dan sikap. Kuesioner
adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah disusun sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan yang
terdapat dalam kuesioner, atau daftar pertanyaan tersebut cukup terperinci dan lengkap dan
biasanya sudah menyediakan pilihan jawaban (kuesioner tertutup) atau memberikan
kesempatan responden menjawab secara bebas (kuesioner terbuka). Kuesioner pada
praktikum ini digunakan untuk memperoleh informasi dari sejumlah pelaku usaha perikanan
yaitu, untuk bidang penangkapan, budidaya, dan pengolahan.
2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara melihat dan
memperhatikan serta mengolah dokumen-dokumen yakni melalui arsip-arsip surat serta
catatan-catatan dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan atas kebenarannya. Metode

dokumentasi pada praktikum ini sebagai sumber untuk mendapatkan informasi atau data
administrasi dari kegiatan usaha perikanan yang dilakukan oleh responden.
3. Metode Wawancara
Wawancara adalah bentuk komukasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang
ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2004). Menurut Nasution, wawancara
adalah suatu bentuk komunikasi verbal, semacam percakapan yang bertujuan memperoleh
informasi. Misalnya untuk memperoleh data tentang latar belakang pendidikan orang tua,
serta sikapnya terhadap sesuatu.
4. Metode Observasi
Metode observasi adalah pencatatan dan pengamatan fenomena-fenomena yang
diselidiki secara sistematik. Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan
mengamati, meneliti dan mengukur kejadian atau peristiwa yang sedang berlangsung
(Kusmayadi dan Sugiarto, 2000).
E. Tabulasi dan Analisis Data
Tabulasi dapat dilakukan dengan menggunakan program MS. Excel. Data di tabulasikan
untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi sosial ekonomi dari para responden yang telah
diwawancarai sebelumnya lalu dianalisis secara deskriptif.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Keadaan Umum
Kabupaten Gunungkidul merupakan daerah perbukitan dengan bukit bukit kecil yang
banyak jumlahnya. Daerah ini merupakan kawasan hutan yang berada di atas bukit - bukit kapur.
Sedangkan pada daerah pesisir Gunungkidul, banyak terdapat sawah tadah hujan yang
memanfaatkan hujan yang turun di Gunungkidul mulai dari daerah teluk Baron sampai teluk
Wediombo. Kabupaten Gunungkidul secara fisiografis terletak pada ketinggian yang bervariasi
antara 0 100 m diatas permukaan laut. Sebagian besar daerah Gunungkidul yaitu 1.341 Ha atau
90 % berada pada ketinggian kurang dari 100 dan 2 % terletak pada ketinggian lebih dari 500
1000 mdpl (Nugroho, 2005).

Pantai Baron merupakan sebuah teluk yang di apit oleh perbukitan disisi barat dan timurnya,
mempunyai daerah berpasir sepanjang kurang lebih 60 m dari garis pantai, dan hampir
seluruhnya dapat digunakan sebagai penunjang kegiatan penangkapan dan kegiatan wisata.
Pantai ini juga merupakan pantai yang landai dengan lereng sekitar 4,68 dan ombaknya cukup
besar. Akibat letaknya, pasang-naik di pantai ini dapat mencapai 60 m kearah darat. Fisiografis
daerah pesisir pantai Baron merupakan daerah perbukitan yang rapat dengan tutupan vegetasi
yang banyak terdapat di bukit bukit karang di sekeliling pantai. Selain itu, di tepi Pantai Baron
dapat terlihat berjajaran kapal-kapal nelayan yang bersandar, beberapa kios kecil yang menjual
pernak pernik hasil laut serta beberapa warung makan yang dapat mengolah dan menjual hasil
tangkapan nelayan berupa ikan.
b. Sarana dan prasarana
Kegiatan perikanan yang dominan di Dusun Rejosari, Desa Kemadang, Kecamatan
Tanjungsari, Gunungkidul dan disekitar Pantai Baron adalah menangkap ikan dan mengolahan
hasil perikanan. Kegiatan Ppngolahan di daerah ini didukung dengan tersedianya lahan untuk
menjual hasil olahan dan TPI (Tempat Pelelangan Ikan) yang mampu menampung serta melelang
hasil tangkapan nelayan berupa ikan. Peningkatan produksi tangkapan nelayan cukup andil dalam
usaha pengolahan, karena produksi tangkapan nelayan yang rendah menyebabkan para pengolah
kesulitan dalam mencari bahan baku. Sehingga para pengolah cenderung memasok ikan dari para
pengepul.

Usaha pengolahan di Pantai Baron tidak terlepas dari sarana dan prasarana yang tersedia,
seperti alat dan kios. Alat-alat yang digunakan secara umum masih tergolong tradisional, namun
dapat membantu para pengolah untuk melakukan kegiatan pengolahan hasil perikanan. Alat-alat
yang umum digunakan antara lain timbangan, meja, kursi, almari, kompor, wajan,dan almari
pendingin. Berdasarkan informasi yang diperoleh, harga dan luas kios untuk menjual hasil
olahan berbeda-beda. Letak kios di Pantai Baron cukup mempengaruhi ramai tidaknya
pengunjung yang datang untuk membeli hasil olahan. Semakin mendekati pantai dan lokasi
parkir bus, maka pegunjung yang datang seamakin banyak dan hal tersebut akan berdampak pula
terhadap keuntungan yang diperoleh.
c. Profil Responden

Jumlah responden dalam praktikum ini terdapat 34 responden dari 2 kelompok yang
melakukan pengambilan data di desa ini. Para responden merupakan para pengolah, bentuk
pengolahan responden meliputi rumah makan dan warung kecil. Para responden ini, memiliki
latar belakang yang berbeda-beda satu sama lainnya. Hal ini dapat dilihat dari sebaran
pendidikan, sebaran umur, maupun sebaran pekerjaan.

Sebaran Umur Pengolah

Persentase

30.00
20.00
10.00
0.00

Range Umur Nelayan

Grafik I. Sebaran Umum Pengolah


Hasil rekapitulasi data grafik diatas menunjukan bahwa sebaran umur nelayan
yang berada di daerah Dusun Rejosari, Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul
dan sekitar pantai Baron rentan umurnya dari 20 80 tahun. Namun terlihat dalam tabel dan
grafik, rentan umur nelayan terbanyak berkisar 45 45 tahun dengan persentase sebesar 26.47
%. Selain itu persentase umur 33 38 tahun juga cukup tinggi dibandingkan dengan pengolah
lain kecuali rentang umur 45-50 dengan presentase 17.65%. Hal ini menunjukkan bahwa umur
pengolah yang berada di pantai Baron dan daerah Dusun Rejosari, Desa Kemadang, Kecamatan
Tanjungsari, Gunungkidul terbilang masih dalam umur yang produktif bekerja khususmya dalam
pengolahan. Data sebaran umur ini dapat digunakan untuk menganalisis dan mengetahui human
resources yang ada di suatu wilayah tertentu berdasarkan umur, untuk mengambil kebijakan
berkaitan tentang kependudukan, serta dapat digunakan untuk berbagai macam proyeksi.

Grafik 2. Tingkat Pendidikan Pengolah

Tingkat Pendidikan Pengolah


60.00
40.00
Persentase 20.00
0.00
TS

SD

SLTP

SLTA

PT

Pendidikan

Hasil rekapitulasi data grafik diatas menunjukan bahwa tingkat pendidikan


nelayan yang berada di daerah Dusun Rejosari, Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari,
Gunungkidul dan disekitar Pantai Baron kebanyakan hanya tamat Sekolah Dasar (SD) yaitu
sebesar 47,06 %. Sedangkan yang mengenyam pendidikan sampai tamatan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) sebesar 38.24%, Sekolah Menengah Atas (SMA) hanya sekitar 11.76%, dan para
pengolah yang tidak sekolah memiliki presentase sebesar 2.94%. Berdasarkan grafik diatas dapat
diketahui pula bahwa pendidikan para pengolah didaerah tersebut belum ada yang mencapai
perguruan tinggi. Besarnya jumlah pengolah yang hanya mengenyam pendidikan sampai tamatan
SD disebabkan karena keterbatasan biaya yang dimiliki oleh keluarga, sehingga mereka lebih
memilih untuk berhenti sekolah dan ikut membantu orang tua baik dalam kegiatan mengolah,
mengepul atau ikut melaut sebagai nelayan. Selain itu, dapat disebabkan pula karena rendahnya
motivasi untuk melanjutkan sekolah, sehingga untuk menunjang sumberdaya manusia yang
berkualitas khususnya dalam kegiatan perikanan perlu adanya suatu penyuluhan dan kebijakan
kebijakan terkait dari pemerintah untuk

Grafik 3. Sebaran Pengalaman Pengolah

Sebaran Pengalaman Pengolah


60.00
40.00
Persentase 20.00
0.00
-8

9 - 17

18 - 26 27 - 35 36 - 44

Pengalaman (th)

Berdasarkan hasil rekapitulasi data grafik sebaran pengalaman pengolah diatas, dapat
diketahui lama pengalaman pengolah dalam melakukan kegiatan mengolah hasil perikanan
cukup beragam. Sebagaian besar para pengolah, memiliki pengalaman mengolah selama 9-17
tahun dengan besar persentase 45.71 %. Sedangkan pengolah yang memiliki pengalaman
mengolah selama 36-44 tahun hanya memiliki presentase sebesar 2.86% dan rentang lama
pengalaman yang telah berprofesi sebagai pengolah selama 18-26 tahun yaitu sebesar 11.43%.
Sebaran pengalaman pengolah ini menunjukkan bahwa rata rata masyarakat di daerah Dusun
Rejosari, Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul dan pantai Baron telah
melakukan aktivitas sebagai pengolah sudah cukup lama dan aktivitas mengolah hasil perikanan
ini dijadikan mereka sebagai sumber mata pencaharian.

Grafik 4. Jenis Pekerjaan Pengolah

Jenis Pekerjaan Pengolah

-75.00

-55.00

-35.00

-15.00
Pokok

5.00

25.00

45.00

65.00

Sampingan

Grafik diatas mununjukan sebaran pekerjaan utama dan sampingan yang dilakukan oleh
masyarakat daerah Dusun Rejosari, Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul dan
sekitar Pantai Baron. Masyarakat yang bermata pencarian utama paling banyak adalah
masyarakat yang bermata pencarian sebagai pedagang, terlihat dari besar persentasenya yaitu
31,82%.

Sedangkan masyarakat yang menjadikan profesi pengolah sebagai pekerjaan

sampingan hanya sebesar 25%.

Masyarakat daerah ini, untuk menyeimbankan pekerjaan

utamanya apabila dalam keadaan sepi pengunjung khususnya hari senin sampai kamis,
kebanyakan dari mereka memiliki pekerjaan sampingan yaitu berladang sebagai petani dan
wiraswata, terlihat dari besar persentasenya yaitu sebesar 13.64% dan 4.55%. Besarnya
persentase masyarakat yang pekerjaan utamanya sebgai pengolah dikarenakan potensi daerah
perdagangan hasil pengolahan yang mendukung dengan ditunjang oleh prasarana dan sarana
yang mendukung profesi tersebut

d. Kegiatan Pengolahan
Pengolahan yang dilakukan di daerah Dusun Rejosari, Desa Kemadang, Kecamatan
Tanjungsari, Gunungkidul dan sekitar Pantai Baron dilakukan secara efektif pada hari-hari libur,
seperti hari sabtu, minggu dan tanggal merah. Hari-hari tersebut dapat dikatakan efektif karena
jumlah pengunjung yang datang lebih banyak dari pada hari biasa, sehingga para pengolah
cenderung meningkatkan jumlah produksinya. Selain itu, terdapat beberapa pengolah yang
memproduksi olahan dengan jumlah yang banyak jika terdapat pesanan dari pembeli.
Kegiatan pengolahan dilakukan selama 7 sampai 10 jam per hari bergantung pada ramai
tidaknya pengunjung yang datang. Saat musim liburan, para pengolah menjual hasil olahannya
mulai pukul 07:30 pagi hingga olahannya habis dan pengunjung mulai sepi. Sedangkan jika tidak
musim liburan khususnya di hari biasa, para pengolah hanya menjual dan mengolah hasil
olahannya sampai siang, kurang lebih pukul 13.00, akan tetapi terdapat beberapa pengolah yang
malah tidak mengolah sama sekali. Kegiatan pengolahan ini dimulai dari membeli bahan baku
berupa ikan maupun alga. Ikan maupun alga tersebut diperoleh dari para pemasok seperti
kelompok nelayan, TPI (Tempat Pelelangan Ikan) dan pengepul yang datang dalam periode
tertentu untuk mengirim pesanan pengolah. Berdasarkan hasil wawancara, terdapat beberapa
pengolah yang membayar pengepul jika barang olahannya telah laku terjual dan terdapat bebrapa
pengolah juga yang membeli bahan baku jika pembeli ingin memesan makanan. Proses
pengolahan yang dilakukan para pengolah cendurung masih menggunakan alat alat yang masih
sederhana seperti nampan, wajan, kompor, dan cenderung belum memenuhi SOP saat proses
mengolahnya. Sedangkan untuk menyimpan bahan baku yang belum diolah, para pengolah dapat
menyimpan stock ikan tersebut dalam freezer dan kotak es, demi meminimalisir kerugian akibat
kebusukan ikan.
Hasil olahan yang dibuat dapat berupa ikan goreng, alga goreng, rajungan asam manis,
tenggiri cabe ijo, cumi saus tiram, ikan tongkol goreng, nasi goreng seaafod dan lain sebagainya
sesuai dengan pesanan pengunjung. Ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi kegiatan
pengolahan antara lain adalah: tenaga kerja, persediaan bahan baku, jenis alat pengolahan,
keterampilan dalam mengolah, dan modal awal. Modal awal yang digunakan para pengolah di
Pantai Baron diperoleh dari berbagai sumber seperti tabungan sendiri, kelompok usaha,
pinjaman, bantuan PM angsuran, dan pinjaman Bank.

e. Analisis Usaha
Suatu usaha pengolahan harus memperhatikan beberapa biaya seperti biaya kepemilikan
alat pengolahan yang termasuk kedalam biaya investasi dan biaya operasional. Analisis kedua
biaya ini akan berguna untuk menganalisis keuntungan yang akan didapat dari hasil kegiatan
pengolahan. Biaya operasional meliputi semua biaya yang berkaitan selama proses pengolahan
seperti minyak goreng, es batu, garam, bawang putih, air, gas LPG dan ikan. Sedangkan biaya
investasi meliputi biaya pembelian meja, kursi, refrigerator, pembelian kios dan lain- lain. Biaya
investasi yang dikeluarkan oleh pengolah dapat mencapai Rp30.000.000, sedangkan biaya
operasional per hari hanya sebesar Rp10.333. Pada kegiatan pengolahan, kompor dan gas LPG
merupakan salah satu fasilitas yang harus ada dalam proses pengolahan. Harga kompor berkisar
Rp100.000-Rp300.000 tergantung spesifikasi kompor gas. Untuk harga gas LPG berkisar
Rp.45.000 (LPG 3Kg) dan Rp135.000 (LPG 12 Kg). Untuk sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dalam mendukung kegiatan pengolahan ini diperlukan peralatan pengolahan.
Peralatan pengolahan atau alat memasak meliputi alat pemotong, panci, wajan, papan pemotong
(talenan), bak-bak pencucian/ penampungan, alat pengaduk, alat penyaring dan lain
sebagainya. Peralatan pengolahan yang digunakan oleh rata rata pengolah untuk melakukan
kegiatan ini umumnya merupakan pribadi yang telah dibeli diawal pembentukan usaha. Selain
peralatan pengolahan, beberapa pengolah juga membutuhkan refrigerator untuk menyimpan
bahan-bahan pengolahan. Harga refrigerator berkisar antara Rp1.100.000-Rp2.000.000 dan
belum termasuk listrik yang digunakan. Untuk biaya listrik yang digunakan dibutuhkan biaya
sekitar Rp 3.300,00 per hari tergantung dari pemakaianya. Sedangkan, biaya yang yang
dibutuhkan untuk membeli air bersih menghabiskan biaya sekitar Rp 6.600,00 per hari
tergantung dari kebutuhannya.
Kegiatan pengolahan juga tidak lepas dari kerusakan peralatan pengolahan yang juga
sering dialami, sehingga diperlukan biaya tambahan untuk membeli peralatan baru. Hal ini dapat
dikarenakan terlalu sering pemakaian dan penggunaan yang tidak sesuai prosedur atau
operasionalnya. Penjualan hasil pengolahan yang di dapatkan oleh para pengolah umumnya
bervariasi, pada saat musim liburan para pengolah dapat menjual hasil olahan mencapai
Rp1.200.000. Hasil olahan tersebut dijual ke para pengunjung yang datang dan para pemesan.
Harga yang ditawarkan untuk tiap masakanpun berbeda beda tergantung masakan yang dipesan
yang berkisar antara Rp30.000-Rp60.000 disetiap porsinya, sedangkan harga pembelian bahan

bakunya berkisar antara Rp25.000-Rp50.000. Melalui usaha pengolahan ini, pengolah dapat
meraih untung Rp177.100 dalam satu kali siklus. Semakin banyak atau ramai pembeli maka
untung yang diperoleh semakin besar pula.
Tabel 1. Biaya Investasi dan Biaya Operasional Ibu Sulastri
Jenis Biaya
Biaya Operasional
Biaya Investasi

Harga
Rp
Rp

10,333
30,000,000

Total Produksi = Rerata pembelian + Biaya Operasional


= Rp750,000 + Rp10,333 = Rp 760,333
Keuntungan

= Rerata penjualan Total Produksi


= Rp937,500 - Rp 760,333 = Rp177.100

Berdasarkan hasil analisis beberapa variabel biaya, dapat disimpulkan biaya investasi dan
operasional akan mempengaruhi hasil keuntungan yang didapat. Usaha pengolahan yang dikelola
Ibu Sulastri di daerah Dusun Rejosari, Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul
dan sekitar Pantai Baron mengahasilkan keuntungan sebesar Rp177.100 dalam satu kali siklus.
f. Hambatan Usaha dan Solusi
Masalah merupakan hal yang wajar terjadi tidak terkecuali dengan kegiatan pengolahan
di daerah Dusun Rejosari, Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul dan sekitar
Pantai Baron. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap responden, permasalahan
yang paling banyak dihadapi oleh para pengolah adalah sepi pembeli, modal tebatas, persaingan
antar pedagang, sepi pengunjung pantai, musim hujan, keterbatasan bahan baku dan pembuangan
sampah yang tidak terkontrol.
Sepi pembeli dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti variabel harga, kualitas makanan
olahan, dan lokasi. Harga adalah atribut paling penting yang dievaluasi oleh pembeli sehingga
para pengolah dan penjual perlu bener-benar menyadari peran tersebut dalam menentukan sikap
pembeli. Setelah mempertimbangkan harga, pembeli juga mempertimbangkan kualitas makanan
olahan yang akan mereka beli. Pembeli mengharapkan adanya kesesuaian antara harga dengan

kualitas makanan olahan yang mereka terima. Dengan kualitas makanan yang baik pembeli akan
terpenuhi keinginan dan kebutuhannya (Windoyo, 2009:3). Faktor yang tidak kalah penting
adalah faktor lokasi usaha. Lokasi yang mudah dijangkau oleh pembeli atau konsumen dan dekat
dengan tepi pantai atau parker bus merupakan lokasi yang tepat untuk suatu usaha, termasuk
usaha warung makan. Permasalahan ini dapat diatasi dengan meningkatkan kemampuan atau
skill dalam menarik pembeli dan selalu mengikuti selera pembeli atau pasar.
Lokasi juga akan berpengaruh terhadap persaingan antar pedagang. Persaingan antar
pedagang menduduki peringkat ke 2 setelah sepi pembeli. Semakin ketatnya persaingan usaha
yang ada, terutama persaingan yang berasal dari jenis usaha yang sejenis, membuat para
pengolah dan pedagang semakin dituntut agar bergerak lebih cepat dalam hal menarik pembeli.
Sehingga para pengolah dan pedagang perlu mencermati perilaku pembeli, meningkatkan variasi
produk makanan olahan dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembeliannya yang
telah dibahas sebelumnya. Salah satu cara untuk mencapai tujuan usaha pengolahan adalah
dengan mengetahui apa kebutuhan dan keinginan pembeli atau pengunjung serta memberikan
kepuasan yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan para pesaing (Kotler,
1996).
Permasalahan lain para pengolah pada saat ini mengalami permasalahan tentang
ketersediaan modal dan bahan baku. Aspek modal inilah sebagai pemicu paling utama jalan atau
tidaknya satu usaha. Terbatasnya modal dan bahan baku dapat menjadi penghambat berkembang
dan berlanjutnya usaha pengolahan, sehingga sulit bersaing. Perubahan musim juga merupakan
permasalahan yang perlu diperhatikan, pada musim hujan para pengunjung Pantai Baron
cenderung lebih sedikit. Sedikitnya pengunjung pantai akan berpengaruh juga terhadap jumlah
olahan yang akan diproduksi. Selain itu, perubahan musim berpengaruh juga terhadap pasokan
bahan baku ikan yang ditangkap oleh nelayan. Permasalahan ini dapat diatasi dengan cara
mengurangi jumlah produksi pengolahan makanan, sehingga usaha ini tidak mengalami kerugian
dan tetap berkelanjutan.
Permasalahan yang terakhir yaitu pembuangan sampah. Sampah merupakan material sisa
yang tidak diinginkan setelah berakhirnya proses pengolahan, atau dapat dikatakan pula sebagai
suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun
proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sampah yang tidak terkontrol atau dibuang
disembarang tempat dapat memunculkan perasaan tidak nyaman dan menyebabkan kontaminasi

pada olahan sehingga dapat menimbulkan penyakit dan menurunkan daya tarik pembeli. Untuk
mengatasi masalah tersebut, para pengolah dapat menggunakan jasa kebersihan, sehingga
kebersihan disekitar pengolahan tetap bersih dan rapi. Secara umum permaslahan yang dihadapi
para pengolah dapat diatasi dengan cara membuka usaha lain.

IV.KESIMPULAN DAN SARAN


a. Kesimpulan
Hasil praktikum pengantar ekonomi perikanan di daerah Dusun Rejosari, Desa Kemadang,
Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul dan sekitar Pantai Baron memperoleh 34 responden dari 2
kelompok. Para responden merupakan para pengolah dengan bentuk pengolahan rumah makan
dan warung kecil. Para responden ini, memiliki latar belakang pendidikan, umur, maupun
pekerjaan.yang berbeda-beda satu sama lainnya.

Permasalahan pengolahan di kawasan ini

adalah sepi pembeli, modal tebatas, persaingan antar pedagang, sepi pengunjung pantai, musim
hujan, keterbatasan bahan baku dan pembuangan sampah yang tidak terkontrol. Komponenkomponen biaya penyusun dan pendapatan usaha perikanan dapat digolongkan menjadi biaya
investasi dan biaya operasional. Biaya operasional meliputi semua biaya yang berkaitan selama
proses pengolahan seperti minyak goreng, es batu, garam, bawang putih, air, gas LPG dan ikan.

Sedangkan biaya investasi meliputi biaya pembelian meja, kursi, refrigerator, pembelian kios dan
lain- lain

b. Saran
Sebaiknya setiap kelompok dibagi dalam masing - masing komplek wilayah, untuk
meminimalisir terjadinya kesamaan data, sehingga dapat menyebabkan ketidak efektifan waktu
serta agar tidak menyulitkan dalam mencari responden yang akan di wawancarai.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Alviana, Adrian Deri. 2012. Makalah Dasar Penangkapan Ikan. Universitas Diponegoro.
Semarang
BPKP. 2015. Profil Kabupaten Gunung Kidul. http://www.bpkp.go.id/diy/konten/835/ProfilKabupaten-Gunungkidul .Diakses pukul 5.30, 8 juni 2015.
Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Erlangga. Yogyakarta.
Kotler, Philip 1996. Marketing Manajement: Analysis, Planning, Implementation, and Control.
(Manajemen Pemasaran) ed. 6.Erlangga. Jakarta.
Kusmayadi dan E. Sugiarto. 2000. Metodologi Penelitian dalam Bidang Kepariwisataan. PT.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Mulyana, Deddy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Bandung

Nugroho, Agung. 2005. Strategi Jitu memilih Metode statistic Penelitian dengan SPSS. Angkasa.
Yogyakarta
Pratomo, Heru. 2013. Pemberdayaan Nelayan melalui Pengolahan Ikan Pasca Produksi. Jurnal
Inotel, Vol.5, No 1
Singarimbun, Masri dan Effendi. 1995. Metode Penelitian Survai. Pustaka LP3ES. Jakarta.
Somekh and Lewin, 2005. Research Methods in The Sosial Sciences, Sage Publications. London.
Windoyo, Riky F. 2009. Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan, Kualitas Produk, Persepsi Harga
dan Lokasi Terhadap Kepuasan Konsumen (Studi Kasus pada Waroeng Steak & Shake
Semarang). Skripsi S1, Universitas Diponegoro.

LAMPIRAN
1.Gambar Kegiatan produksi

2 Foto Responden

Anda mungkin juga menyukai