Anda di halaman 1dari 21

Makalah PBL

Blok 6 Skenario 4

Gangguan pada Plexus Brachialis Akibat


Kelahiran Sungsang serta Hubungannya
dengan Persarafan dan Fungsi Motorik

Karina Patricia
102010157
C-6
22 April 2011

Universitas Kristen Krida Wacana

Gangguan pada Plexus Brachialis Akibat Kelahiran Sungsang serta Hubungannya


dengan Persarafan dan Fungsi Motorik
Karina Patricia (102010157/C-6)
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 - Jakarta Barat 11470
Email: leaveyourmailhere@gmail.com

Pendahuluan
Kehamilan sungsang atau posisi sungsang adalah posisi dimana bayi di dalam rahim berada
dengan kepala di atas sehingga pada saat persalinan normal, bokong si bayi yang akan keluar
terlebih dahulu dibandingkan dengan kepala pada posisi normal. Kelahiran secara sungsang
seringkali dikait-kaitkan dengan berbagai macam resiko. Salah satunya adalah lengan bawah
yang tidak dapat digerakkan atau lebih spesifiknya gangguan (lesi) pada persarafan bagian
lengan (plexus brachialis).
Persarafan berarti berhubungan langsung dengan jaringan saraf. Jaringan saraf sendiri
merupakan jenis keempat dari jaringan dasar terdapat hampir di seluruh tubuh sebagai
jaringan komunikasi. Dalam melaksanakan fungsinya, jaringan saraf mampu menerima
rangsang dari lingkungannya, mengubah rangsang tersebut menjadi impuls, dan akhirnya
pusat akan memberikan jawaban atas rangsang tersebut.[1] Mekanisme inilah yang akan
dibahas selanjutnya dalam tinjauan pustakan berikut.

Susunan Saraf
Susunan saraf secara anatomi, dibagi dalam susunan saraf pusat (SSP) terdiri atas otak
dan medula spinalis (korda spinalis), dan susunan saraf tepi (SST) yang membentuk semua
jaringan saraf di luar SSP. Sementara secara fungsional, susunan saraf fungsional dibagi
dalam susunan saraf somatik yang terlibat dalam fungsi volunter, dan susunan saraf otonom
2 | Blok 6 - Neuroscience

yang mengendalikan banyak fungsi involunter. Namun secara histologis, seluruh susunan
saraf hanya terdiri atas variasi antara susunan neuron dan jaringan penyokongnya. [2]

Struktur Makro[3]
Pembahasan stuktur makro hanya dikhususkan pada daerah Plexus Brachialis atau daerah
persarafan pada lengan. Plexus ini terbentuk dari lima radiks, yaitu radiks anterior primer dari
C5, 6, 7, 8, T1. Kelima radiks ini terletak di antara m. Skalenus anterior dan m. Skalenus
medius. Tiga trunkus (atas, tengah, dan bawah) terletak dalam trigonum posterior leher.
Ketiganya melwati kosta ke-1 sehingga berada di belakang klavikula. Pembagiannya
terbentuk di belakang sepertiga tengah klavikula di serabut a. Aksilaris. Serabut-serabutnya
terletak dalam aksila dan menjadi batas medial, lateral, dan posterior dari bagian kedua a.
Aksilaris. Sementara N. Terminalis keluar dari serabut-serabut yang mengelilingi bagian
ketiga a. Aksilaris.
N. aksilaris (C5, 6); merupakan campuran saraf sensoris dan motoris. Origonya dari
serabut posterior plexus brachialis. Perjalanannya melewati rongga kuadrangularis bersama
dengan a. Sirkumflexa posterior humeri. Memberikan persarafan motoris bagi m. Deltoideus
dan m. Teres minor, persarafan kulit di atas m. Deltoideus, dan cabang artikularis untuk
artikulasio humeri. Perlu diketahui bahwa n. Aksilaris mudah terkena trauma akibat
pergeseran kaput humerus ke arah bawah saat terjadi dislokasi bahu. Defisit motorisnya
adalah menghilangnya fungsi abduksi m. Deltoideus dan pengecilan cepat otot ini, sementara
hilangnya fungsi m. Teres minor tidak bisa dideteksi secara klinis. Sedangkan defisit sensoris
yang terjadi adalah terbatas pada regio pangkat di sebelah atas deltoid bagian bawah.
N. radialis (C5, 6, 7, 8, T1); juga merupakan campuran sensoris dan motoris dan
merupakan sambungan dari serabut posterior plexus brachialis. Berjalan bersama dengan a.
Profunda brakii antara kaput longum dan medius m. Triceps menuju kompartemen posterior
dan ke bawah di antara kaput medius dan lateral triseps. Di titik tengah lengan nervus ini
memasuki kompartemen anterior dengan menembus septum intermuskularis lateral. Di regio
epikondilus lateralis n. Radialis terletak di bawah selubung brakioradialis dan terbagi menjadi
ramus superfisialis n. radialis dan n. Interoseus posterior. Cabang-cabangnya ialah cabang
menuju m. Triseps, m. Brakioradialis, dan m. Brakialis serta beberapa cabang kutaneus. Saraf
3 | Blok 6 - Neuroscience

ini berakhir dengan pembagian menjadi dua saraf utama, yaitu n. Interoseus posterior lewat
di antara dua kaput supinator pada titik berjarak selebar tiga jari ke sebelah distal kaput radius
kemudian masuk ke kompartemen posterior dan mempersarafi m. Ekstensor lengan bawah.
Yang kedua yakni Ramus superfisialis n. Radialis menuruni lengan bawah di bawah
selubung brakioradialis bersama a. Radialis pada sisi medialnya. Berakhir sebagai cabang
kutaneus yang mempersarafi kulit punggung pergelangan tangan dan tangan. Jenis trauma
yang biasanya ada pada nervus ini adalah misalnya fraktur korpus humeri yang meyebabkan
kerusakan n. Radialis pada sutura spinalis. Defisit motorisnya adalah hilangnya semua fungsi
ekstensor lengan bawah (wristdrop), sementara defisit sensoris biasanya minimal karena ada
tumpang tindih.
N. muskulokutaneus (C5, 6, 7); juga merupakan campuran sensoris dan motoris.
Origonya berasal dari serabut plexus brachialis. Perjalanannya lewat di sebelah lateral melalui
gabungan dua kaput m. Korakobrakialis dan kemudian meuruni lengan di antara m. Brakialis
dan m. Biseps, sambil mempersarafi ketiga otot ini. Nervus ini membentuk fasia profunda
tepat di bawah siku (dan menjadi n. Kutaneus antebrakii lateralis). Di sini nervus ini
mempersarafi lengan bagian bawah lateral sampai ke pergelangan.
N. medianus (C6, 7, 8, T1); juga merupakan campuran sensoris dan motoris.
Origonya dari penyatuan dua radiks dari serabut medial dan lateral a. Aksilaris pada aksila.
Perjalanannya mulai dari n. Medianus yang pada mulanya terletak di sebelah lateral a.
Brakialis namun kemudian menyilang ke sebelah medial di pertengahan lengan. Pada fossa
kubiti nervus ini terletak di sebelah medial a. Brakialis yang terletak di sebelah medial tendon
bisipitalis. N. medianus lewat di bagian aponeurosis bisipitalis kemudian di antara kedua
kaput m. pronator teres. Bercabang menjadi cabang interoseus anterior tidak jauh di
bawahnya. Cabang ini turun bersama dengan a. Interosea anterior dan memasok darah ke otototot profunda kompartemen fleksor lengan bawah kecuali pada setengah bagian ulnaris m.
Fleksor digitorum profunda. Di lengan bawah, n. Medianus terletak di antara fleksor
digitorum superfisialis dan fleksor digitorum profunda dan mempersarafi seluruh flexor
sisanya kecuali m. Fleksor karpi ulnaris. Sedikit di atas pergelangan tangan nervus ini muncul
dari sisi lateral m. Fleksor digitorum superfisialis dan bercabang menjadi cabang kutaneus
palmaris yang membawa serabut sensoris pada kulit di atas eminensia tenar.

4 | Blok 6 - Neuroscience

Di pergelangan tangan n. Medianus lewat di bawah retinakulum muskulorum


flexorum manus (melalui kanalis karpi) di garis tengah dan di sini terbagi menjadi cabangcabang terminal: cabang rekuren menuju otot-otot eminensia tenar (namun tidak ke m.
adduktor polisis); cabang menuju mm. Lumbrikalis ke-1 dan ke-2; dan persarafan kutaneus
menuju kulit telapak jempol, telunjuk, jari tengah, dan setengah lateral jari manis. Contoh
trauma yang dapat dialami, misalnya penekanan seperti pada sindrom kanalis karpi. Defisit
motorisnya adalah kelemahan dan pengecilan otot-otot tenar, sedangkan defisit sensorisnya
melibatkan kulit di atas bagian lateral telapak tangan dan bagian lateral tiga jari. Defisit ini
sangat beragam karena adanya tumpang tindih.
N. ulnaris (C8, T1); juga merupakan campuran sensoris dan motoris. Origonya
berasal dari serabut medial plexus brachialis. Nervus ini berjalan pada m. Korakobrakialis
menuju pertengahan lengan di mana nervus ini menembus septum intermuskularis medialis
berdama dengan a. Kolateralis ulnaris superior dan memasuki kompartemen posterior.
Kemudian berbelok di bawah epikondilus medialis dan lewat di antara dua kaput m. Fleksor
karpi ulnaris memasuki lengan bawah dan mempersarafi m. Fleksor karpi ulnaris dan
setengah m. Fleksor digitorum profunda. Di lengan bawah bagian bawah arteri berada di sisi
lateral n. Ulnaris dan tendon m. Fleksor karpi ulnaris. Di sini terjadi percabangan menjadi
cabang kutaneus dorsalis dan palmaris. N. Ulnaris lewat di sebelah superfisial retinakulum
muskulorum fleksorum manus dan akhirnya terbagi menjadi cabang-cabang terminal, yaitu
cabang terminalis superfisialis berakhir sebangai m. Digitalis terminal yang mempersarafi
kulit kelingking dan setengah medial jari manis, serta cabang terminalis profunda
mempersarafi otot-otot hipotenar dan dua m. Lumbrikalis, m. Interosei, dan m. Adduktor
polisis.
Cabang-cabang lain plexus brachialis terbagi atas 2, yakni cabang supraklavikularis
dan cabang infraklavikularis. Cabang supraklavikularis terdiri dari n. Supraskapularis (C5,
6) melalui insisura skapulae untuk mempersarafi mm. Supra- dan infraspinatus; dan n.
Torakikus longus (C5, 6, 7) mempersarafi m. Serratus anterior. Sementara cabang
infraklavikularis terbagi atas nn. Pektoralis medialis dan lateralis mempersarafi mm.
Pektoralis mayor dan minor; nn. Kutaneus brakii dan antebrakii medialis; nn. Torakodorsalis
(C6, 7, 8) mempersarafi m. Latisimus dorsi; dan nn. Supskapularis atas dan bawah
mempersarafi m. Subskapularis dan m. Teres mayor.
5 | Blok 6 - Neuroscience

Gambar 1. Letak Plexus Brachialis

Gambar 2. Struktur Plexus Brachialis

Struktur Mikro[1]
6 | Blok 6 - Neuroscience

Komponen jaringan saraf terdiri atas sel saraf, akson/serabut saraf, dan jaringan pengisi. Pada
dasarnya jaringan saraf berasal dari jaringan ektoderm.
1. Sel Saraf
Sel saraf yang dinamakan sel neuron berbeda dengan sel-sel dari jaringan dasar
lainnya karena ada tonjolan-tonjolan yang panjang dari badan selnya. Oleh karena itu
sel saraf disebut dibedakan berdasarkan bagian-bagiannya menjadi badan sel, dendrit,
dan neurit.
Badan sel; yaitu bagian sel saraf yang mengandung inti, maka kadang-kadang
bagian ini disebut juga sebagai perikaryon. Bentuk dan ukurannya beragam,
tergantung fungsi dan letaknya. Inti sel biasanya terletak sentral, walaupun kadangkadang dapat eksentrik. Biasanya inti berbentuk bulat dan berukuran besar, di
dalamnya terdapat butir kromatin halus yang tersebar. Nucleolus biasanya besar
sehingga kadang-kadang dapat disangkan sebagai intinya sendiri. Dalam nukleolus
banyak mengandung molekul DNA dan RNA yang penting untuk kegiatan sel
terutama dalam sintesi protein, sehingga mengikat warna basofil.
Sitoplasma sel saraf mengandung berbagai macam organela seperti halnya
jenis sel lain. Ciri khas dari sitoplasma sel neuron yaitu adanya bangunan basofil yang
berbentuk seperti bercak-bercak yang dinamakan substansi Nissl yang tidak lain
adalah granular endoplasmic reticulum yang mengandung butir-butir ribosom sebesar
100-300 A. Kehadiran bangunan tersebut mendukung adanya kegiatan sintesis protein.
Dendrit; merupakan tonjolan-tonjolan dari badan sel saraf yang bercabangcabang seperti pohon sehingga memperluas permukaan sel saraf. Fungsinya adalah
merambatkan impuls ke arah badan sel. Pada pangkalnya di badan sel terdapat
perluasan substansi Nissl dan mitokondria, sedangkan neurofibril (serabut-serabut
halus yang meluas terdiri atas berbagai struktur, misalnya mikrotubuli, nerofilamen,
dan aktin dapat dilihat dengan menggunakan ME) dapat meluas sampai ujung
dendritnya. Dengan pewarnaan khusus menggunakan inpregnansi perak, dapat terlihat
adanya tonjolan-tonjolan pada permukaan dendritnya yang disebut gemula dan spina,
dimana bangunan-bangunan ini digunakan untuk tempat kontak dengan sel saraf
lainnya melalui sinapsis. Bentuk dendrit tergantung pada jenis sel sarafnya.
7 | Blok 6 - Neuroscience

2. Akson/Serabut Saraf
Akson merupakan sebuah tonjolan yang hanya terdapat sebuah tanpa percabangan dan
berfungsi merambatkan impuls dengan arah meninggalkan badan sel. Percabangan
hanya pada ujungnya saja. Akson berpangkal pada badan sel sebagai suatu bukit kecil
yang dinamakan akson hillock. Di daerah ini tidak terdapat substansi Nissl karena di
daerah ini banyak neurofibril yang akan meninggalkan badan sel. Panjang akson dan
diameternya mempunyai ukuran yang berbeda-beda. Makin besar diameternya, makin
cepat perambatan impulsnya. Di beberapa tempat jauh dari pangkalnya, akson
memberikan percabangan yang dinamakan kolateral, sedang ujung akson akan
bercabang-cabang disebut sebagai telodendron.
Yang dimaksudkan serabut saraf yaitu biasanya akson yang memiliki selubung
tipis yang disebut neurolema atau selubung Schwann, yang merupakan lembaran
protoplasma sel-sel Schwann yang berasal dari crista neuralis. Neurolema merupakan
selubung atau sarung yang dibentuk oleh deretan sel-sel Schwann sepanjang serabut
saraf. Setiap segmen dari serabut saraf hanya terdiri atas sebuah sel Schwann.
Sitoplasma sel Schwann di daerah tepi yang tipis akan membentuk tonjolan-tonjolan
mengelilingi serabut saraf. Di bawah selubung Schwann tersebut terdapat selubung
mielin.
Walaupun dengan mikroskop cahaya dijumpai serabut saraf yang tidak
berselubung mielin, namun dengan ME sebenarnya masih didapatkan selubung mielin
yang sangat tipis. Pada serabut saraf yang bermielin, pada jarak-jarak tertentu
selubungnya mengecil membentuk simpul yang dinamakan nodus Ranvier.
Selubung mielin terdiri atas bahan lemak yang merupakan campuran antara
kolesterol, fosfolipid, dan serebrosid.
3. Jaringan Pengisi
Yang dimaksud dengan jaringan pengisi meliputi semua komponen jaringan saraf yang
tidak ikut berfungsi dalam merambatkan impuls saraf, tetapi bukan termasuk dalam
kategori jaringan pengikat oleh karena jaringan pengisi ini berasal dari jaringan
ektoderm.

8 | Blok 6 - Neuroscience

Bentuk jaringan pengisi ini berbeda dalam Sistem Saraf Pusat dan Sistem Saraf
Perifer. Pada Sistem Saraf Pusat, sel-sel jaringan pengisi dinamakan neuroglia,
sedangkan sel satelit atau sel kapsel dalam ganglion, dan sel Schwann dimasukkan
dalam neuroglia perifer oleh karena terdapat dalam Sistem Saraf Perifer. Fungsi
jaringan neuroglia adalah sebagai penyokong, untuk nutrisi dan sebagai isolator
terhadap sel saraf. Hubungan antara sel glia dengan sel saraf begitu eratnya sehingga
merupakan unit fungsional. Dalam Sistem Saraf Pusat (SSP), dibedakan adanya
beberapa jenis sel neuroglia, yakni:
Astrosit; menunjukkan inti yang paling besar dan berbentuk ovoid atau bulat
dengan warna yang pucat oleh karena butir-butir kromatin yang halus dan tersebar.
Sebagian besar kromatin menempel pada selubung inti sehingga batas inti menjadi
lebih jelas. Di dalam intinya kadang-kadang dapat terlihat nukleolus. Dibedakan dua
jenis astrosit, yaitu astrosit protoplasmatis dan fibrosa.

Astrosit protoplasmatis; terdapat banyak substansia grisea. Sel-sel ini


mempunyai tonjolan sitoplasmatis yang meluas dari seluruh permukaan sel.
Kadang-kadang tonjolan tersebut berakhir pada pembuluh darah kecil sebagai
cabang-cabang yang lebih halus, membentuk perivascular feet. Di dalam
sitoplasmanya diperlihatkan butir-butir yang dinamakan gliosom.

Astrosit fibrosa; sebaliknya terdapat lebih banyak dalam substantia alba.


Perbedaanya dengan astrosit protoplasmatis adalah dapat dilihat dari tonjolantonjolannya yang lebih panjang dan lurus dengan sedikit percabangan. Di
dalam tonjolan-tonjolan tersebut terdapat gambaran filamen.
Oligodendroglia; atau oligodendrosit merupakan populasi neuroglia yang

paling banyak ditemukan. Sel-sel tersebut tampak sebagai kumpulan inti yang
berukuran lebih kecil daripada inti astrosit. Inti yang berbentuk bulat dan ovoid ini
berwarna lebih gelap karena kromatinnya lebih padat. Kadang-kadang dalam inti dapat
ditemukan nukleolus pula. Oligodendroglia ini mempunyai tonjolan yang sangat
sedikit (oligo = sedikit) yang tidak memperlihatkan gambaran filamen di dalamnya.
Sel ini banyak ditemukan di substantia grisea, terutama di dekat sel-sel neuron
sehingga dinamakan juga sebagai sel satelit perineal. Pada substantia alba,
oligodendroglia biasanya terdapat di antara serabut-serabut saraf bermielin, karena sel9 | Blok 6 - Neuroscience

sel tersebut membentuk selubung mielin seperti halnya Sel Schwann pada sistem saraf
perifer. Apabiloa terdapat dalam pembuluh darah dinamakan sel satelit perivaskuler.
Mikroglia; merupakan pengecualian dalam asal-usul oleh karena berasal dari
jaringan mesenkim. Sel ini dapat dibedakan dengan yang lain karena bentuk intinya
yang memanjang dengan butir-butir kromatin yang tersebar rata. Kadang-kadang
masih dapat terlihat sitoplasma di sekitar intinya. Mikroglia yang berasal dari
mesoderm dinamakan mesoglia.
Sel ependim; secara umum telah disepakati dimasukkan dalam kelompok
neuroglia, walaupun badan selnya tidak terdapat di antara sel-sel saraf. Oleh karena
pada saat pembentukan SSP, sel-sel ependim membatasi tuba neuralis, maka setelah
lahirpun sel-sel ini masih diketemukan membatasi rongga otak yang dinamakan
ventriculus dan rongga pada medula spinalis yang dinamakan canalis sentralis.
Ependim yang digolongkan dalam sel neuroglia mempunyai fungsi sebagai sel
penyokong, pembatas rongga SSP, dan epitel Plexus Choroideus yang berkaitan
dengan produksi cairan otak. Selain itu, pada waktu pembentukan SSP sebagai sel-sel
proliferatif yang menghasilkan neuroblas yang akan menjadi sel saraf, dan spongioblas
yang akan menjadi neuroglia.

Gambar 3. Struktur Mikroskopis Jaringan Saraf

10 | B l o k 6 - N e u r o s c i e n c e

Gambar 4. Sel-sel Neuroglia

Neurotransmitter[4]
Pengantar impuls saraf antara dua sel atau antara suatu sel saraf dengan sel otot, saraf
mengeluarkan suatu transmitter kimia. Senyawa ini akan berdifusi melintasi sambungan
bercelah antarsel dan terikat pada reseptor yang ada di sel berikut. Hasilnya, sel yang terakhir
ini menjadi permeabel akan ion Na. Hal ini mengantarkan impuls sepanjang sel. Bila sel yang
menerima impuls tadi juga sel saraf, maka ia pun akan mengeluarkan suatu neurotransmitter.
Bila sel yang menerima tadi adalah sel otot, maka terjadilah kontraksi. Sesudah terikat ke
reseptor, transmitter tadi dipecah atau diasingkan, dengan demikian permeabilitas membran
kembali lagi ke keadaan semula, siap menerima impuls berikutnya. Berikut adalah beberapa
jenis neurotransmitter.
Asetilkolin; berperan sebagain neurotransmitter pada saraf parasimpatik dan antara
saraf dengan otot. Senyawa ini disintesis dari asetil KoA dan kolin. Sesudah di bebaskan dari
ujung saraf, asetilkolin berdifusi ke sel sasaran dan bekerja pada reseptornya. Kemudian
senyawa ini dipecah oleh enzim asetilkolinesterase. Pada reaksi pemecahan ini, gugus asetil
11 | B l o k 6 - N e u r o s c i e n c e

terikat ke residu serin dari enzim. Aktivitas enzim ini dapat dihambat dengan pemberian
senyawa yang juga dapat diikat oleh residu serin tadi, tetapi dihidrolisis jauh lebih lambat
daripada gugus asetil, misalnya oleh fisostigmin (racun yang berasal dari biji polong Calava),
obat antiglaukoma neostigmin, dan pestisida organofosfat peration. Bila ada salah satu
dari zat ini, asetilkolin tidak dihidrolisis dan terus bekerja pada reseptornya di sel. Akibatnya
sel saraf tetap dalam keadaan depolarisasi dan tidak dapat menanggap impuls berikutnya.
Senyawa analog asetilkolin juga menghambat penghantaran impuls syaraf, misalnya
suksinilkolin (pelemas otot pada pembedahan) atau berbagai senyawa yang meniru kegiatan
asetilkolin,

misalnya

kurare,

yang

mempunyai

unsur

aktif

d-tubokurarin,

dan

bungarotoksin.

Gambar 5. Asetilkolin

Katekolamin; bekerja sebagai neurotransmitter pada saraf simpatik. Disintesis oleh


sel-sel saraf dan oleh medula kelenjar adrenal. Jalur biosintesis katekolamin dimulai dari
tirosin. Mula-mula tirosin dioksidasi oleh kerja enzim tirosin hidroksilase dalam suatu reaksi
yang sama dengan reaksi pembentukan tirosin dari fenilalanin. Hasilnya terbentuklah
dihidroksi-fenilalanin atau DOPA. DOPA ini mengalamin dekarboksilasi menjadi dopamin,
neurotransmitter golongan katekolamin yang pertama. Dopamin dapat dioksidasi lagi untuk
menghasilkan

noradrenalin

atau

neuroepinefrin.

Senyawa

ini

bertindak

sebagai

neurotransmitter antara saraf simpatik dengan otot polos. Metilasi dengan menggunakan Sadenosil metionin sebagai donor metil menghasilkan adrenalin atau epinefrin. Bila otak
kekurangan tirosin hidroksilase maka akan terjadi penyakit parkinson. Keadaan ini
mengakibatkan kekurangan dopamin, epinefrin, neuroepinefrin, dan serotonin.

12 | B l o k 6 - N e u r o s c i e n c e

Gambar 7. Dopamin
Gambar 6. Katekol

Gambar
Gambar 8. Adrenalin atau Epinefrin

9.

Noradrenalin

atau

Neuroepinefrin

Gambar 10. Serotonin

Asam -aminobutirat (-aminobutyricacid = GABA); adalah transmitter yang bersifat


mengahambat (inhibin), yang meningkatkan permeabilitas membran sel saraf akan kalium.
Keluarnya akan meyebabkan depolarisasi membran dan meningkatkan jumlah transmitter
yang lain yang harus ada lebih dulu sebelum suatu impuls dihantarkan. GABA disintesis dari
13 | B l o k 6 - N e u r o s c i e n c e

glutamat dengan cara dekarboksilasi. GABA dipecah dengan cara transaminasi, diikuti oleh
oksidasi menjadi suksinat.

Gambar 11. GABA

Serotonin (gambar 9); dibentuk dari triptofan dengan hidroksilasi cincin pada
kedudukan 5. Reaksi ini sama dengan reaksi pembentukan tirosin dari fenilalanin serta reaksi
pembentukan dopa dari tirosin. Kemudian dekarboksilasi akan menghasilkan 5hidroksitriptamin atau serotonin. Zat ini bersifat vasokonstriktor dan neurotransmitter bagi
otot polos terutama di saluran cerna. Serotonin dipecah oleh monoamin oksidase menjadi
asam 5-hidroksi indolasetat.
Histamin; merupakan hasil dekarboksilasi histidin. Histamin bersifat vasodilatator
yang juga memicu sekresi HCl di dalam lambung. Selain itu, mastosit (cell mast) melepaskan
histamin ketika terjadi alergi.

Gambar 12. Histamin

14 | B l o k 6 - N e u r o s c i e n c e

Melanin; adalah pigmen berwarna gelap yang terdapat dalam kulit dan rambut. Zat
awalnya ialah tirosin dan dopa. Dalam sintesis melanin, terbentuklah dopa dan dopakinon
oleh kerja suatu enzim yang mengandung tembaga, yaitu tirosinase. Suatu kelainan bawaan,
yaitu kekurangan tirosinase, akan menimbulkan albinisme klasik.

Hubungan Sinaps[5]
Sinaps berperan pada penghantaran satu arah dari impuls saraf. Sinaps adalah tempat di mana
neuron-neuron saling berkontak atau antara neuron dengan sel efektor lainnya (otot dan sel
kelenjar). Hampir semua sinaps menghantarkan impuls lewat pelepasan neurotransmitter pada
terminal akson; mereka adalah substansi kimiawi yang menginduksi perpindahan impuls saraf
ke neuron lainnya atau ke sebuah sel efektor. Sinaps dibentuk oleh sebuah terminal akson
(terminal prasinaps) yang menghantarkan impuls; bagian sel lain di mana impuls baru
dibentuk (terminal pascasinaps); dan suatu celah sempit intraselular yang disebut celah sinaps.
Bila satu akson membentuk sinaps dengan sel tubuh disebut suatu sinaps aksosomatik; dengan
dendrit, aksodendritik; atau dengan suatu akson, aksoaksonik.
Hampir semua sinaps merupakan sinaps kimiawi dan menghantarkan impuls saraf
melalui neurotransmitter. Sangat sedikit sinaps menhantarkan impuls melalui hubungan celah
(gap junctions) yang melewati membran pre- dan pascasinaps. Akan tetapi, ion-ion melewati
hubungan celah ini dengan bebas dan menghantarkan impuls saraf secara langsung. Sinaps ini
disebut sinaps listrik.
Sinaps memiliki struktur yang kaku; membran plasma pada daerah pre dan
pascasinaps diperkuat dan tampak lebih tebal daripada membran yang berdekatan dengan
sinaps. Pada beberapa keadaan membran pre dan pacasinaps diikat oleh jembatan di antara
mereka pada tempat sinaps. Terminal prasinaps selalu mengandung vesikel-vesikel sinaps dan
mengandung banyak mitokondria. Vesikel mengandung neurotransmitter dan mitokondria
menyediakan energi untuk aktivitas sinaps.
1. Potensial Membran
Sel saraf dan efektornya (otot dan sel kelenjar) memiliki membran yang didekorasi
dengan molekul-molekul (pompa) yang mentransfer ion ke dalam dan ke luar sel.
15 | B l o k 6 - N e u r o s c i e n c e

Hasil dari transpor ini membentuk suatu potensial membran suatu muatan listrik
yang tidak sama pada sisi berlawanan dengan membran sel. Membran itu kemudian
dianggap terpolarisasi. Bila impuls saraf sampai pada daerah tersebut, saluran ion
tertentu terbuka dan muatan listrik yang tidak sama (potensial) kembali ke nol
(depolarisasi).
Neurotransmitter lazimnya dibuat di perikarion; mereka lalu disimpan di dalam
vesikel pada daerah prasinaps dari sinaps. Selama transmisi impuls saraf,
neurotransmitter dilepaskan ke dalam celah sinaps melalui eksositosis. Membran
ekstra yang berkumpul pada daerah prasinaps sebagai akibat dari eksositosis dari
vesikel sinaptik dihasilkan oleh endositosis. Membran yang dihasilkan kembali itu
ditampung dalam membran penampung, menggunakan enzim prekursor yang dibawa
oleh transpor aksonal.

2. Urutan Kejadian Selama Transmisi Sinaps Kimiawi


Impuls saraf yang jalannya cepat (dalam hitungan milidetik) di sepanjang membran sel
meningkatkan aktivitas listrik yang eksplosif (depolarisasi) yang disebar di sepanjang
membran sel. Impuls ini dengan cepat membuka saluran kalsium pada daerah
presinaptik, meningkatkan masuknya kalsium yang mencetuskan eksositosis dari
vesikel sinaps. Neurotransmitter yang dilepaskan pada tempat eksositosis bereaksi
dengan reseptor yang terdapat pada daerah pascasinaps, menghasilkan aktivitas listrik
yang rendah (depolarisasi) pada membran pascasinaps. Sinaps-sinaps ini disebut
perangsang karena aktivitasnya meningkatkan impuls pada membran sel pascasinaps.
Pada beberapa sinaps, insteraksi reseptor neurotransmitter memiliki efek berlawanan,
menimbulkan hiperpolarisasi tanpa transmisi impuls saraf. Keadaan ini disebut sinaps
penghambat. Jadi sinaps dapat merangsang atau menghambat transmisi impuls saraf
dan dengan demikian mengatur aktivitas saraf.
Membran plasma pada sinaps mengandung sejumlah besar molekul yang
disebut reseptor. Beberapa molekul ini melintasi membran dan membentuk saluran ion
yang berfungsi sebagai katup yang mengendalikan potensial membran. Jenis lain dari

16 | B l o k 6 - N e u r o s c i e n c e

reseptor membran neural memperantarai aktivitas modulator, hormon, sitokines, dan


substansi-substansi lain dari sel saraf.
Setelah neurotransmitter bekerja, ia dengan segera diinaktifkan melalui proses
penghancuran enzimatis, difusi, atau endositosis yang diperantarai oleh reseptor
spesifik pada membran prasinaps. Keadaan ini secara fungsional penting karena
mencegah timbulnya rangsangan yang berkepanjangan pada neuron pascasinaps.

Gambar 13. Hubungan Sinaps

Penataan Somatotopik dan Lower Motor Neuron (LMN)


Beraneka ragam gerak yang dapat dilakukan orang dari gerak yang sederhana sampai ke yang
lebih rumit diatur oleh sistem saraf. Seperti yang sudah disebutkan, persarafan dibagi dalam
susunan saraf pusat (SSP) terdiri atas otak dan medula spinalis (korda spinalis), dan susunan
saraf tepi (SST) yang mencakup serat-serat saraf yang membawa informasi ke (divisi aferen)
dan dari (divisi eferen) SSP. Terdapat 3 neuron neuron aferen, neuron eferen, dan
antarneuron yang membentuk sel dapat dirangsang pada sistem saraf. Neuron aferen
memberi tahu SSP mengenai kondisi lingkungan eksternal dan internal. Neuron eferen
membawa instruksi dari SSP ke organ efektor, yaitu otot dan kelenjar. Antarneuron berperan
mengintergrasikan informasi aferen dan memformulasikan respons eferen, serta untuk fungsi17 | B l o k 6 - N e u r o s c i e n c e

fungsi mental yang lebih tinggi yang berkaitan dengan pikiran. [6, 7] SSP dibagi lagi menjadi 2
bagian, yakni neuron motorik atas atau traktus kortikospinal (Upper Motor Neuron/UMN) dan
neuron motorik bawah (Lower Motor Neuron/LMN).[8]
Upper Motor Neuron; meliputi motor neuron di cortex otak. Gerakan sadar atau yang
dikehendaki (voluntary) diprakarsai oleh neuron-neuron motorik di cortex gyrus precentalis
(area 4 Brodmann). Untuk melaksanakan gerak itu secara sadar harus ada perencanaan
sebelumnya mengenai langkah-langkah yang harus ditempuh. Perencanaan ini dibuat atas
dasar masukan dari pelbagai area di cortex otak:
1. Area premotorik (area 6 Brodmann); disebut juga sebagai area asosiasi motorik,
diduga memberi masukan untuk respon yang memerlukan perhatian seperti memutar
kepala atau tubuh untuk melihat atau mendengar lebih baik serta berhubungan dengan
gerak

involunter

(tidak

dikehendaki)

dan

gerak

yang

berkaitan

dengan

mempertahankan sikap tubuh (postur).


2. Area supplemental; membantu menyesuaikan sikap dan memberi masukan ke cortex
motorik yang penting untuk mengontrol otot-otot anggota tubuh. Ada petunjuk bahwa
kedua area itu mengontrol gerakan terkoordinasi yang melibatkan kontraksi banyak
otot secara serempak.
3. Area asosiasi sensorik; juga dilibatkan dalam perencanaan gerak yang akan
dilaksanakan. Apabila ada gangguan pada jaras-jaras yang memberi masukan untuk
perencanaan suatu gerak volunter maka orang mungkin tidak mampu melaksanakan
suatu gerak tertentu tanpa adanya kelumpuhan pada sistem otot. Keadaan ini
dinamakan apraxia.
Setelah dibuat keputusan mengenai jenis respon yang diperlukan, instruksi diberikan melalui
akson UMN yang berasal dari daerah somatomotorik primer (area 4 Brodmann) dan bersama
akson dari neuron area 6, 3, 1, dan turun sebagai traktur kortikospinalis dalam corona radiata,
curs posterior capsula interna, bagian tengan pedunculus cerebri, pars basilaris pontis,
pyramis menyilang garis tengah di bagian tengah caudal medula oblongata untuk berjalan
dalam funiculus lateralis medula spinalis dan bersinaps langsung atau melalui interneuron
dengan neuron motorik di cornu anterior medula spinalis. Sebagian serabut bersinaps dengan
neuron motorik dalam nukleus saraf otak (truncus corticibulbaris) dan sebagian (berasal dari
18 | B l o k 6 - N e u r o s c i e n c e

area 3, 1, 2) berakhir pada nukleus di cornu posterior medula spinalis untuk memodifikasi
masukan sensorik. Sebagian kecil traktus corticospinalis tidak menyilang dan melanjutkan
perjalanan dalam funiculus anterior substantia alba ipsilateral untuk bersinaps dengan LMN
kontralateral. Penyebaran motorneuron pada cortex gyrus precentralis tertata sedemikian rupa,
sehingga motor neuron yang mengurus otot yang berfungsi penting (misalnya struktur yang
mengurus otot-otot tangan, otot penting untuk berbicara seperti otot faring, laring, mulut,dan
bibir) menempati permukaan yang relatif lebih luas daripada motor neuron yang mengurus
bagian yang berfungsi kurang penting (misalnya tungkai). Dengan demikian terbentuk garis
khayal manusia pada permukaan lateral cortex dengan kepala di sisi bawah lobus frontal
dengan proporsi yang besar khususnya bagian mulut, bibir, dan laring, juga tangan dan ibu
jari besar sedangkan bagian bokong dan tungkai relatif kecil mulai dari permukaan lateral
cortex dekat pada puncak konveksitas otak dan dilanjutkan pada lobulus paracentralisis di
permukaan medial otak. Gambaran khayal ini di namakan homunculus atau manusia kecil.
Jadi UMN tersusun dengan tatanan somatotopis.
Lower Motor Neuron; merupakan motor neuron besar dalam cornu anterior medula
spinalis (korda spinalis) dan nucleus motoris saraf otak merupakan pelaksana gerak di
lapangan dengan melalui susunan saraf perifer mempersarafi otot-otot yang menjadi efektor
gerak. Neuron ini disebut juga neuron motorik bawah (LMN) untuk membedakannya dengan
neuron motorik atas (UMN) yang terdapat dalam cortex otak. Berkas saraf perifer ialah
berkas-berkas saraf spinal yang berhubungan dengan pusat-pusat di batang otak. Tiap neuron
motorik mempunyai akson yang berakhir dengan percabangan yang luas (terminal akson)
pada sejumlah serabut otot. Satu unit motorik ialah satu motor neuron dengan semua serabut
otot yang dipersarafinya. Untuk gerak halus dan tepat seperti pada otot mata maka satu unit
motorik mungkin mencakup beberapa serabut otot, sedangkan untuk gerak kasar seperti yang
dilakukan otot gastronecmius, satu unit motorik mungkin terdiri dari seribu serabut otot atau
lebih.
Medula spinalis (korda spinalis) memiliki dua fungsi vital. Pertama, bagian ini berfungsi
sebagai penghubung saraf otak dan sistem saraf perifer. Semua komunikasi ke atas dan ke
bawah korda spinalis terletak di jaras-jaras (traktus) asendens dan desendens yang berbatas
tegas dan independen pada substansia alba korda spinalis. Kedua, korda merupakan pusat
integrasi untuk refleks spinal, termasuk bagian refleks protektif dan postural serta refleksrefleks yang berkaitan dengan pengosongan organ-organ panggul. Komponen lengkung
19 | B l o k 6 - N e u r o s c i e n c e

refleks dasar adalah reseptor, jalur aferen, dan efektor. Substansia grisea yang terletak di
tengah korda spinalis mengandung antarneuron-antarneuron yang terletak antara masukan
aferen dan keluaran eferen serta badan sel neuron eferen. Serat aferen dan eferen, yang
masing-masing membawa sinyal ke dan dari korda spinalis, menyatu menjadi saraf spinalis.
Saraf-saraf ini melekat ke korda spinalis berpasangan di sepanjang korda. Saraf-saraf tersebut
mempersarafi daerah-daerah tertentu di tubuh.[6]

Lesi/Kerusakan pada LMN [8]


Lesi yang mengenai LMN dan aksonnya baik di medula spinalis atau batang otak
mengakibatkan kelumpuhan otot flaksid (lembek) dengan hiporefleksi, hipotoni. Selain itu
mungkin pula ditemukan atrofi otot karena fungsi trofi saraf terputus. Neuron motorik yang
mengalami hendaya mungkin meningkat kepekaannya terhadap rangsang, sehingga semua
serabut otot yang dikuasainya serentak sewaktu-waktu melepas muatan terlepas dari unit-unit
lain. Gerak yang terjadi dinamakan fasikulasi atau kedutan. Mungkin pula serabut otot yang
kehilangan persarafannya secara sendiri-sendiri menjadi hipersensitif terhadap asetilkolin
yang beredar sehingga berkontraksi spontan sungguhpun tidak berespon terhadap impuls
saraf. Kontraksi serabut otot individual semacam itu disebut fibrilasi dan gerak ini sangat
halus, tidak terlihat di bawah kulit yang utuh tetapi dapat diketahui pada elektromiografi
(EMG).
Sementara itu, karena saraf perifer mengandung komponen motorik dan sensorik maka
lesinya mungkin menimbulkan gejala disfungsi motorik, sensorik, atau kedua-duanya. Lesi
yang mengenai kornu anterior medula spinalis dan motor neuronnya (misalnya polyomielitis
acuta anterior) menimbulkan hanya gejala kelumpuhan otot yang hilang persarafannya. Lesi
yang mengenai ganglion spinalis (misalnya herpes zoster) menimbulkan hanya gangguan
sensoris (nyeri yang hebat) di samping gangguan pada kulit tanpa adanya kelumpuhan otot.
Lesi yang mengenai saraf perifer (misalnya neuritis defisiensi vitamin B1) menimbulkan
gangguan baik motorik (paresis) maupun sensorik (parestesi).

Kesimpulan
20 | B l o k 6 - N e u r o s c i e n c e

Gangguan/lesi/trauma pada plexus brachialis akibat kelahiran sungsang adalah jenis paralisis
(gangguan motorik) Erb-Duchenne akibat traksi ekstremitas atas yang berlebihan ke arah
bawah saat proses kelahiran bisa menyebabkan trauma pada radiks C5 dan C6.

[3, 9]

Akibatnya

terjadi paralisis m. Deltoideus, otot-otot pendek bahu, m. Brakialis, dan m. Biseps. Efek
gabungan dari kelumpuhan ini adalah lengan menggantung ke bawah di sisi tubuh dengan
posisi lengan bawah pronasi dan telapak tangan menghadap ke belakang, seringkali disebut
posisi tip pelayan (waiters tip).

Daftar Pustaka
1. Subowo. Histologi Umum. Jakarta: CV Sagung Seto; 2009. h. 173-85.
2. Wheater Paul, Burkitt George, Daniels Victor, Young Barbara. Histologi fungsional.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005. h. 112.
3. Faiz Omar, Moffat David. At a glance series anatomi. Jakarta: Erlangga; 2004. h. 6781.
4. Schumm Dorothy. Essential of Biochemistry. Jakarta: Binarupa Aksara; 1993. h. 35360.
5. Junqueira, Carneiro Jose, Kelley Robert. Histologi dasar. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2001. h. 157-75.
6. Sidharta, Dewanto. Anatomi susunan saraf pusat manusia. Jakarta: Dian Rakyat; 2001.
h. 84-101.
7. Guyton. Buku Teks Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
1987. h 186-9.
8. Wati Winami. Buku ajar anatomi neurosains. Jakarta: FK Ukrida; 2008. h. 52-5.
9. Jones DL. Abnormal fetal presentation in fundamentals of obstetric & gynaecology
7th ed. London: Mosby; 1997.

21 | B l o k 6 - N e u r o s c i e n c e

Anda mungkin juga menyukai