Pilkada 3 bulan mendatang yang harus lulus tes kesehatan. Dokter memutuskan untuk tidak
memberitahu keluarga mengenai kondisi Pak Bupati. Akhirnya, Pak Bupati dapat pulang dari
rumah sakit setelah dirawat selama 3 hari.
Setelah selama 1 minggu dirawat akhirnya kondisi tukang becak mulai membaik, biaya
rumah sakit dapat dibayar dari uang santunan Pemerintah Daerah Sewu namun kini uang
tersebut sudah habis. Keluarga meminta pasien untuk dapat pulang, dokter awalnya melarang
karena masih perlu untuk pemantauan kondisi. Namun, karena keluarga beralasan sudah tidak
dapat membayar biaya pengobatan rumah sakit akhirnya dokter mengizinkan pasien tersebut
pulang. Walaupun begitu, dokter tetap menyarankan agar pasien tukang becak memeriksakan
kondisinya secara rutin ke rumah sakit.
Ketika telah sadar Pak Supir merasa kaget dan marah mengenai apa yang menimpanya. Dia
mengamati beberapa giginya dicabut ketika menerima tindakan operasi. Dia tidak terima atas
tindakan ini dan menanyakan kepada dokter, mengapa operasi dilakukan tanpa izin darinya
atau dari keluarganya ? Dokter menjelaskan alasan tindakan tersebut dilakukan. Namun,
pasien tetap tidak terima dan ingin memperkarakan ganti rugi kepada rumah sakit. Pasien
akhirnya dapat pulang dari rumah sakit setelah dirawat selama 5 hari.
Selama 1 bulan ketiga korban kecelakaan tersebut masih berobat jalan ke Rumah Sakit Sehat
Selalu. Kesibukan rumah sakit meningkat karena menyebarnya penyakit seperti diare dan
TBC. Tak jarang rumah sakit harus memberlakukan lembur untuk tenaga kesehatan tertentu.
Hal ini dapat meningkatkan risiko kesalahan yang dilakukan tenaga kesehatan ketika
melakukan praktik karena kelelahan.
Kesibukan perawatan di Rumah Sakit berdampak juga pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit
(IFRS). Karena banyaknya pasien, pelayanan informasi obat dilakukan secara secukupnya.
Banyak pasien yang tidak diberi informasi yang cukup mengenai pemakaian obat. Terkadang
kesibukan sering menjadi alasan bagi yang bekerja di IFRS melakukan pekerjaan tidak sesuai
SOP, contohnya ketika terdapat obat yang tidak tersedia, asisten apoteker langsung mengganti
obat tersebut dengan merk lain (zat aktif sama) tanpa menginformasikannya pada dokter
penulis resep atau pasien, dia berpendapat bahwa tidak akan masalah karena harga tidak beda
jauh.
Ramainya penebus resep di IFRS memaksa Apoteker bekerja lebih cepat namun hal ini tentu
akan mengurangi ketelitian dalam memeriksa obat yang akan diberikan. Apoteker Andi salah
memberikan obat kepada Supir Bupati. Kesalahan terjadi karena terdapat 2 pasien dengan
nama depan yang sama. Apoteker Andi langsung menghubungi Supir beruntung obat tersebut
belum dikonsumsi, apoteker meminta maaf dan menjelaskan hal yang sebenarnya ke supir
tersebut. Begitulah keseharian yang terjadi di rumah sakit.