Perubahan penting terjadi di abad XVIII dan XIX, dimana di Eropa Barat terjadi
perubahan bentuk negara yaitu dari monarki absolut menjadi negara-bangsa modern. Rakyat
bukan lagi menjadi abdi raja melainkan warga negara.
Ada hubungan timbal balik yang terjadi antara warga negara dan negara. Negara wajib
memberikan kesejahteraan bagi warga negaranya. Selanjutnya, timbul kesadaran di pihak
warga negara bahwa mereka wajib berkorban untuk memelihara dan mempertahankan
kemerdekaan negara-bangsa. Mereka sadar bahwa hanya dalam negara yang merdeka dan
berdaulatlah kebebasan dan otonomi politik mereka terjamin.
Materi-materi ini tentunya dapat dikaitkan dengan kasus korupsi yang marak terjadi di
Indonesia. Pejabat-pejabat, pemegang kekuasaan, dan bahkan pemerintah daerah tentunya
dapat dengan mudah melakukan tindakan korupsi bila tidak memiliki kesadaran bahwa
korupsi itu salah. Salah satu penyebab hal ini adalah kurangnya rasa kewarganegaraan yang
dimiliki para koruptor. Mereka tidak mementingkan negara tetapi hanya dirinya sendiri.
Beberapa contoh kejadian korupsi yang nyata dan sering terjadi adalah sebagai
berikut. Yang pertama adalah kasus suap-menyuap di kalangan penegak hukum khususnya
hakim. Seringkali mereka menerima suap yang ditujukan agar pemberi suap dapat
memenangkan putusan di sidang yang dijalankan oleh hakim tersebut. Suap tersebut biasanya
langsung dengan nominal yang besar sehingga seringkali sulit bagi hakim yang tidak
memiliki rasa kewarganegaraan yang tinggi untuk dapat menolak suap tersebut.
Selain dari lembaga yudikatif, ada juga kasus yang berasal dari lembaga eksekutif dan
legislatif. Di lembaga eksekutif, salah satu contohnya adalah menteri yang melakukan
tindakan korupsi. Bahkan salah satu menteri agama, Suryadharma Ali, pernah melakukan
tindak pidana korupsi dari uang dana haji. Di lembaga legislatif, contohnya adalah anggota
DPR yang banyak terjerat kasus korupsi. Tidak sedikit anggota legislatif yang ditahan oleh
KPK karena tertangkap melakukan tindak pidana korupsi.
III. Penutup
Indonesia merupakan negara kesatuan yang menjalankan fungsi layaknya sebuah
organisasi maupun institusi yang kekuasaan utamanya berada di tangan pemerintah pusat dan
memiliki warga negara yang memiliki kewarganegaraan. Pembagian kekuasaan dilakukan
berdasarkan Trias Politica yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang sekarang ini
menjalankan fungsinya masing-masing namun tetap saling berkaitan. Bila dikaitkan dengan
kasus korupsi yang marak terjadi, maka dapat disimpulkan jika kurang rasa kewarganegaraan
seseorang, maka kemungkinan ia akan melakukan korupsi akan semakin besar.
Daftar Pustaka
Poerbasari, Agnes Sri. 2015. Bangsa, Negara, dan Pancasila. Depok: Universitas Indonesia
http://kbbi.web.id/
http://www.lbh-apik.or.id/uu-dan-peraturan-44-uu-kewarganegaraan.html